Isi Mater.docx

  • Uploaded by: arie ayu
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Mater.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,753
  • Pages: 32
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Persalinan yaitu puncak dari kehamilan matur selama kurang lebih 40 minggu yangdialami oleh seorang ibu.Secara umum persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan 37-42 minggu lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin,disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.Sesuai standarisasi WHO (World Health Organization), untuk digunakan di pelosok-pelosok negara berkembang atau miskin, supaya mudah digunakan oleh pelayan kesehatan disarana terbatas.Jika dinilai ada masalah yang memerlukan intervensi, dapat segera diusahakan untuk dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih baik.Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan prosespersalinan dengan :1) perlu/tidaknya dirujuk,2) perlu/tidaknya induksi infus oksitosin, dan3) perlu/tidaknya operasi sectio cesarea.Penelitian partograf WHO dilakukan multisentral di Indonesia (4 rumahsakit), Thailand(2 rumahsakit) dan Malaysia (2 rumahsakit) selama 15 bulan (Januari 1990–Maret 1991),menghasilkan modul / form partograf yang sekarang banyak dipakai di mana-mana. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara melakukan observasi kemajuan persalinan menggunakan partograf ? 2. Bagaimana cara melakukan observasi kontraksi pada ibu hamil ? 3. Bagaimana metode-metode nyeri persalinan ? 4. Bagaimana cara melakukan amniotomi ? 5. Bagaimana cara melakukan episiotomi ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami cara observasi pada system patograf 2. Untuk mengetahui dan memahami kontraksi pada ibu hamil. 3. Untuk mengetahui dan memahami metode nyeri persalinan. 4. Untuk mengetahui dan memahami proses melakukan amniotomi. 5. Untuk mengetahui dan memahami proses melakukan episiotomi.

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Melakukan observasi kemajuan persalinan (patograf)

Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan (depkes RI, 2004). Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk: 1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai serviks melalui pemeriksaan dalam. 2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Menurt depkes RI (2004)  Partograf harus digunakan : 1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elmen penting asuhan persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya penyulit. 2.

Partograf

akan

membantu

penolong

persalinan

dalam

memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit. 3. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah, puskesmas,klinik bidan swasta, rumah sakit,DLL). 4.

Secara

rutin

oleh

semua

penolong

persalinan

yang

memberikan asuhan kepada ibu selama pesalinan dan kelahiran ( dr. spesialis obstetric ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteron).  Mencatat temuan pada partograf : 1. Informasi tentang ibu

2

Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban. 2. Kesehatan dan kenyamanan janin a. DJJ Dengan menggunakan metode seperti yang di urauikan pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda – tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180. Tetapi,penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di b. Warna dan adanya air ketuban Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan – gunakan lambing berikut ini : Ø U : ketuban utuh (belum pecah) Ø J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih Ø M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium Ø D : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah Ø K: ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”) c. Molase (penyusupan kepala janin) Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan adanya

Chepalo Pelvic Disporportion (CPD).

Ketidakmampuan akomodasi akan benar – benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat di pisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan tanda – tanda

3

disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai. Gunakan lambing lambing berikut : 0

: tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di

palpasi.

1

: tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2

: tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat di pisahkan.

3

:tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak dapat dipisahkan

3.

Kemajuan persalinan Menurut Depkes (2004), kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. a) Pembukaan serviks Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus). b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin. Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian fisik bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya di ikuti dengan turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar & cm. c) Garis waspada dan garis bertindak

4

Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang di perlukan, misalnya persIapan rujukan ke fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obsetetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampui. 4. Jam dan waktu a) Waktu mulainya fase aktif persalinan Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak – kotak yang di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya fase aktif persalinan. b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan Di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif, tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. 5. Kontraksi uterus Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.

5

Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. 6. Obat – obatan dan cairan yang di berikan Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan cairan IV. a. Oksitosin Jika

tetesan

(drip)

oksitosin

sudah

di

mulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit. b. Obat – obatan lain dan cairan IV catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

7. Kesehatan dan kenyamanan ibu Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan keehatan dan kenyamanan. a) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh. Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. (1)

Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.

(2)

Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.

(3)

Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.

b) Volume urine, protein atau aseton Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap kali ibu berkemih). 6

8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup : a. Jumlah cairan peroral yang di berikan. b.

Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.

c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter obsgyn, bidan, dokter umum). d. Persiapan sebelum melakukan rujukan. e. Upaya rujukan.

contoh pengisian partograf

7

2.2

Melakukan Observasi Kontraksi a. Kala I (Pembukaan) Menurut Rohani dkk (2011) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan aktif (7 jam) dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak

8

begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Observasi kala 1 : Prosedur : 1.Persiapan umum, meliputi : a. Kamar bersalin bersih, suhu nyaman,sirkulasi baik dan terhindar dari tiupan angin. untuk mencegah kehilangan panas bayi baru lahir,suhu ruangan minimal 25`c, dan semua pintu serta jendela semua harus tertutup. b. Air bersih dan mengalir untuk 24 jam. c. Air desinfeksi tingkat tinggi (DTT) d. Larutansabun,antiseptik,dekontaminan/DTT,detergen,kain pemberrsih,kain pel,sarung tangan dan peralatan-bahan proses peralatan pakai ulang. e. Ruang inpartu/observasi dan kamar mandi f. Tempat tidur yang bersih untuk ibu dan kamar gabung BBL. g. Meja resusitasi dan asuhan BBL (dilengkapi radiant warmer) h. Meja instrument i. Wadah dan proses limbah 2. persiapan peralatan, obat-obatan dan bahan yang diperlukan. 3. dukungan emosional Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.minta mereka berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.hargai keinginan ibu untuk menghadirkan kerabat atau teman kusus untuk menemaninya. 4. mengatur posisi Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan

9

dan minta suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu. Ibu boleh berjalan,berdiri,duduk,jongkok berbaring mirik atau merangkak.posisi tegak atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan dapat memperpendek waktu persalinan. Beritahu kepada ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit dan ajari teknik bernafas. 5. jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang lain tanpa seizin ibu. 6. pemberian cairan dan nutrisi Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan untuk mencegah dehidrasi. 7. kamar mandi Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin dan izinkan ibu untuk mandidan membasuh kemaluannya setelah buang air kecil/besar. 8. pencegahan infeksi Anjurkan ibu membersihkan diri diawal persalinan dan memakai pakaian yang bersih. Praktik mencuci tangan, menggunakan peralatan steril/DTT dan barier protektif akan menurunkan resiko infeksi ke tempat yang paling rendah. 9. partograf Adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala 1 persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

10

10.pantau parameter berikut ini secara rutin menggunakan pantograf Parameter

Frekuensi pada kala 1

Frekuensi pada kala 1

Fase laten

Fase aktif

tiap 4 jam

tiap 4 jam

Nadi

tiap 30-60 menit

tiap 30-60 menit

Suhu

tiap 4 jam

tiap 2 jam

Denyut jantung janin

tiap 1 jam

tiap 30menit

Kontraksi

tiap 1 jam

tiap 30 menit

Pembukaan serviks

tiap 4 jam

tiap 4 jam

Penurunan kepala

tiap 4 jam

tiap 4 jam

Warna cairan amnion

tiap 4 jam

tiap 4 jam

Tekanan darah

11.isi dan letakkan partograf di samping tempat tidur atau di dekat pasien. 12. lakukan pemeriksaan kardiotokografi admission test saat ibu masuk kamar bersalin. 13. pasang infus intravena untuk pasien dengan :       

Kehamilan >5 kali Hemoglobin <9 g/dl atau hematokrit <27 % Riwayat gangguan perdarahan Sungsang Kehamilan ganda Hipertensi Persalinan lama

11

14. yang harus diperhatikan dalam kala 1 persalinan : Kemajuan Persalinan

Tanda dan gejala kontraksi tidak progresif

Keterangan lihat spo partulama

teratur

Kecepatan Pembukaan serviks <1 cm/jam

Serviks tidak dipenuhi bagian bawah janin

kondisi Ibu

denyut nadi meningkat

kemungkinan dehidrasi/kesakitan

tekanan darah turun

nilai adakah perdarahan

terdapat aseton urin

curiga asupan nutrisi kurang beri dekstrosa iv bila perlu

kondisi bayi

DJJ <100 atau >180/menit

curiga kemungkinan gawat janin

posisi selain oksiput

lihat spo dengan fleksi

anterior

sempurna

malposisi/malpresentasi

12

15. selain kondisi di atas ada beberapa tindakan yang sering dilakukan namun

sebenarnya tidak banyak membawa manfaat bahkan justru merugikan, sehingga tidak dianjurkan melakukan hal-hal berikut : 

Katerisasi kandung kemih rutin meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Lakukan jika ada indikasi



Posisi terlentang mengurangi detak jantung dan menurunkan aliran darah uterus sehingga kontraksi melemah.



Mendorong abdomen menyakitkan bagi ibu dan meningkatkan resiko ruptur uteri



Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap dapat menyebabkan edema dan/ laserasi serviks.



Enema



Pencukuran rambut pubis



Membersihkan vagina menggunakan antiseptik selama persalinan

2.3 Managemen Nyeri Persalinan  Pengertian Nyeri

adalah

pengalaman

sensori

dan

emosional

yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan (Brunner dan Suddart,2004). Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut

kontraksi Braxton

hicks akibat

perubahan-perubahan

dari

hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan

kekuatan

kontraksinya

sebesar

5

mmHg,

dan

kekuatan kontraksi Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan

13

ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2009).  MANAJEMEN NYERI 1.

Massage Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakangerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotongmotong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2006). A. Metode Message Beberapa metode message yang biasa digunakan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu: 1. Metode Effluerage Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkkan keduan tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan menggunakan gerakan melingkat atau satu arah. 2. Metode deep back massage Memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya. 3. Metode firm counter pressure

14

Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan. 4. Abdominal lifting Memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009). 

Metode Massage Effleurage Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu : a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat. b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).



Metode Massage Abdominal Lifting Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara : membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan

15

kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009). B. Relaksasi Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan

yang

dengan

sengaja

diupayakakan

dan

dipraktekkan. Kemampuan untuk relakasasi secara disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman mengurangi ketidaknyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan (Salmah, 2006 ). Relaksasi

sadar

telah

ditemukan

berkaitan

dengan

penurunan tegangan otot dam menurunkan laju metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh tubuh selama persalinan tampak meningkatkan keefektifan kontraksi uterus. Ketika dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi dapat membantu ibu bersalin mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih penuh di antara kontraksi (Patree., Walsh. 2007). Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah ( seperti rasa sakit yang disebabkan oleh cidera atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti bayi dalam kandungan sedang mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui beberapa metode mengatasi rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tak hanya itu, menggunakan beberapa keterampilan ini selama persalinan akan membantu ibu merasa lebih kuat (Whalley, Simkin & Keppleer, 2008). Manfaat Relaksasi : a. Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan Jika tidak secara sadar merelakskan otot-otot, ibu cenderung membuat otot selama kontraksi.Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan, memboroskan energi,

16

menurunkan pasokan oksigen ke rahim dan bayi, serta membuat ibu lelah. b. Menenangkan pikiran dan mengurangi stres Tubuh yang relaks membuat pikiran relaks, yang pada gilirannya membantu mengurangi respons stres. Ada bukti bahwa distres pada wanita yang sedang mengalami persalinan yang disebabkan oleh kecemasan, amarah, ketakutan, atau penyakit yang menghasilkan ketekolamin (hormon stres). Kadar katekolamin yang tinggi di dalam darah

dapat

mengurangi

memperpanjang efisiensi

kontrasi

persalinan rahim

dengan

dan

dapat

berpengaruh buruk pada janin dengan mengurangi aliran darah kerahim dan plasenta. c. Mengurangi rasa nyeri Relaksasi mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan nyeri yang ibu rasakan selama persalinan

dan

pelahiran.

Juga

memungkinkan

ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim, yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat

rahim

berkontraksi)

menjadi

sakit

jika

kekurangan oksigen. Selain itu, konsentrasi mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot membantu mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan karena itu, akan mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit (Whalley, Simkin, & Keppleer, 2008). Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan istirahat atau selama proses persalinan : 1) Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.

17

2) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak menggantung. 3) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping telinga. 4) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas tempat tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung. 5) Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada saat itu ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau pada sesuatu yang menyenangkan (Salmah, 2006). Dibawah ini tiga alternatif panduan untuk ibu melakukan teknik pernapasan sederhana yaitu : a. Pikirkan kata ”rileks” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu ”ri” dan ”leks”. Selanjutnya, cobalah latihan ini. Ketika menarik napas, pikirkan kata ”ri”,saat menghembuskan , pikirkan kata ”leks”. Jangan alihkan pikiran dari kata ”rileks” tersebut. Ketika menghembuskan napas, singkirkan segala ketegangan dari tubuh, khususnya otot-otot yang biasanya mudah tegang setiap kali stres. b. Cobalah menghitung pernapasan. Begitu bernapas, hitung tiga sampai empat, atau lebih secara perlahan-lahan. Ketika menghembuskan napas, hitung sampai tiga atau empat lagi. c. Cobalah bernapas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut. Embuskan napas dari mulut dengan lembut. Banyak ibu merasa lebih enak mengeluarkan suara saat menghembuskan napas, misalnya ”fuuuuuuuuuh”

2.4 Melakukan Amniotomi 18

a. Pengertian Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). b. Indikasi amniotomi Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008): 1. Pembukaan lengkap 2.Pada kasus solution placenta 3.Akselerasi persalinan 4.Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument c. Keuntungan tindakan amniotomi 

Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium



Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas



Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin



Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks.

d. Kerugian tindakan amniotomi 1. Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat 2.

Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.

e. Cara melakukan amniotomi menurut Sarwono (2006) 1). Persiapan alat: a) Bengkok. b) Setengah kocker. c) Sarung tangan satu pasang. d) Kapas saflon ½%. 2).Persiapan pasien: a) Posisi dorsal rekumbent.

19

3). Persiapan pelaksanaan: a) Memberitahu tindakan. b) Mendekatkan Alat. c) Memeriksakan DJJ dan mencatat pada partograf. d) Cuci tangan dan keringkan. e) Memakai sarung tangan pada dua tangan. f) Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara kontraksi. Meraba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk kedalam panggul dan memeriksa tali pusat atau bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila selaput ketuban tidak teraba diantara kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga selaput ketuban terdorong kedepan sehingga mudah dipalpasi. g) Tangan kiri mengambil klem ½ kocker yang telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dalam mengambilnya mudah. h) Dengan menggunakan tangan kiri tempatkan klem ½ kocker desinfeksi tingkat tinggi atau steril dimasukkan kedalam vagina menelusuri jari tangan kanan yang yang berada didalam vagina sampai mencapai selaput ketuban i) Pegang ujung klem ½ kocker diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa kemudian menggerakkan jari dengan menggerakkan jari dengan lembut dan memecahkan selaput ketuban dengan cara menggosokkan klem ½ kocker secara lembut pada selaput ketuban. j) Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput ketuban tidak tegang. Tujuannya adalah ketika selaput ketuban dipecah air ketuban tidak nyemprot. k) Biarkan air ketuban membasahi jari pemeriksa. l) Ambil klem ½ kocker dengan menggunakan tangan kiri dan masukkan ke dalam larutan klorin ½% untuk dekontaminasi.

20

m) Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada di dalam vagina melakukan pemeriksaan adakah tali pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin. n) Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian-bagian tubuh janin yang kecil dan hasil pemeriksaan penurunan kepala sudah didapatkan, maka keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina. o) Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah mekonium, darah, apakah jernih. p) Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat mekonium atau darah. q) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin ½ % kemudian lepaskan sarung tangan kedalam larutan klorin ½ % kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbaik dan biarkan terendam selama 10 menit. r) Cuci tangan. s) Periksa DJJ. t) Lakukan dokumentasi pada partograf tentang warna ketuban, kapan pecahnya ketuban, dan DJJ. 2.5 Melakukan Episiotomi episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang dimulai dari cincin vulva kebawah, menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis. 

Keterangan : o

Perineum adalah : daerah yang terletak antara vulva (organ genetalia eksterna wanita) dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm, atau antara bagian bawah vagina dengan bagian atas anus. Perineum meregang pada saat persalinan kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan. 21

o

Rupture Perinii adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan, berbeda dengan episiotomy, robekan ini sifatnya traumatic karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin lewat. Adanya tindakan epistomi ini bertujuan salah satunya untuk mencegah terjadinya ruptur perinii.

Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi atau sayatan bedah yang lurus, sebagai pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi akibat ruptur perineii. 

Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi.



Tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar atau dengan kata lain mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir lunak atau mempersingkat kala II



Epistomy juga bertujuan mengurangi tekanan kepala anak sehingga dapat mencegah trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi.

KONTRA INDIKASI EPISOTOMI 

Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam



Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah



maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina

JENIS-JENIS EPISIOTOMI

22

Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) atau median o

Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai dari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah komissura posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak sampai mengenai serabut sfingter ani)

o

Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: 

Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.



Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.



Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis



Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah dirapatkan.



Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan

 o

Dispareuni jarang terjadi

Kerugiannya

adalah

terjadi

perluasan

laserasi

ke sfingter

ani (laserasi median sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat

III

inkomplet

rektum (laserasi

dinding

atau laserasi rektum),

menjangkau

sehingga

terjadi

hingga ruptur

perineii komplit yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak dan lebih sulit dijahit.  Episiotomi mediolateral o

Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan ditengah antara spina ischiadica dan anus.

23

o

Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade 3, dengan Panjang sayatan kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45 derajat terhadap forset posterior pada satu sisi kanan

atau

kiri tergantung

pada

kebiasaan

orang

yang

melakukannya. o

Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan rektum sehingga

dapat

mencegah terjadinya laserasi

perinei

tingkat III ataupun laserasi perineum yang lebih parah yang sampai pada rectum. o

Kerugian episiotomi mediolateral 

Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Daerah insisi kaya akan fleksus venosus



Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama



Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan dasar pelvis.



Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik



Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang– kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)



Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan Pelebaran introitus vagina

Berikut beberapa persiapan sebelum dilakukannya tindakan episiotomi: 

Jelaskan pada ibu ataupun suaminya mengapa di perlukan tindakan episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu. Berikan alasan rasional pada ibu ataupun suaminya.



Pertimbangkan indikasi episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu dan atau bayi

24



Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Peralatan : baik steril berisi kasa, gunting episiotomy, betadin, spuit 10 ml dengan jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1% tanpa epineprin. Bila bila lidokain 1% tidak ada dan tersedia likokain 2% maka buatlah likokain tadi menjadi 1% dengan cara melarutkan 1 bagian lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan garam fisiologis atau air destilasi steril. Contoh : Larutkan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air destilasi steril.  Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

PROSEDUR 

Episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi meregang perineum pada janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-otot perineum pada janin matur . Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu lambat maka laserasi tidak dapat dicegah. sehingga salah satu tujuan episiotomi itu sendiri tidak akan tercapai.



Episiotomi biasanya dilakukan pada saat perineum menipis dan pucat serta kepala janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada saat kontraksi . Jika dilakukan bersama dengan penggunaan ekstraksi forsep, sebagian besar dokter melakukan episiotomi setelah pemasangan sendok atau bilah forsep



Pertama pegang

gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau

steril dengan satu tangan, kemudian letakkan jari telunjuk dan jari tengah di antara kepala bayi dan perineum searah dengan rencana sayatan. Hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah di episiotomi. 

Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his). Kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah. Gunting

25

perineum mengarah ke sudut yang diinginkan untuk melakukan episiotomi, misalnya episiotomi mediolateral dimulai dari fourchet (komissura posterior) 45 derajat ke lateral kiri atau kanan. Pastikan untuk melakukan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh kearah samping untuk rnenghindari sfingter. 

Gunting

perineum

sekitar

3-4

cm

dengan

arah

mediolateral

menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari “menggunting” jaringan sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama. 

Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan di lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan. Karena dengan melakukan tekanan pada luka episiotomi akan menurunkan perdarahan.



Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi.



Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi tambahan.

PENJAHITAN SETELAH AMNIOTOMI 

Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke dalam jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis.

26



Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur: o Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua jenis simpul) o Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan o Menggunakan lebih sedikit jahitan

 Mempersiapkan penjahitan : o Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi. o Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu. o Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat dengan jelas. o Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan anestesi lokal dan menjahit luka. o Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. o Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau yang steril. o Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-bahan disinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan. o Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan. o Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka. o Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-

27

lahan untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika mengalami laserasi serviks. o Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang baru setelah melakukan pemeriksaan rektum. o Berikan anestesia lokal. o Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan. o Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit jarum tersebut. 

Dalam penjahitan episiotomi, penting menggunakan benang yang dapat diserap untuk menutup robekan. Benang poliglikolik lebih dipilih dibandingkan catgut kromik karena kekuatan regangannya, bersifat non alergenik,kemungkinan komplikasi infeksi dan kerusakan episiotominya lebih rendah. Catgut kromik dapat digunakan sebagai alternative, tetapi bukan benang yang ideal.

28

29

BAB III PENUTUP 3.1Simpulan Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan (depkes RI, 2004). tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk: Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai serviks melalui pemeriksaan dalam. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Managemen Nyeri Persalinan Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton

hicks akibat

perubahan-perubahan

dari

hormon

estrogen

dan

progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. (Gadysa, 2009). Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang dimulai dari cincin vulva kebawah, menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis. 3,2 Saran Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan menjelaskan dengan benar tentang makalah diatas melalui sumber-sumber yang sudah kami dapat 30

dari berbagai sumber yang ada.

31

DAFTAR PUSTAKA http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/pedoman-pengisian-partograf.html http://pelajarankuuu.blogspot.co.id/2013/06/episiotomi-tujuan-indikasi-cara.html http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/07/amniotomi.html https://bidanshop.blogspot.co.id/2015/12/kala-1234-dalam-persalinan.html http://serliana155.blogspot.co.id/2013/06/manajemen-persalinan.html https://slidedocument.org/0011-spo-asuhan-kala-1-persalinan.html

32

Related Documents

Isi
October 2019 65
Isi
November 2019 55
Isi
July 2020 29
Isi
May 2020 40
Isi
April 2020 41
Isi
November 2019 59

More Documents from "Shahzad Asghar Arain"

Riview Jurnal 1.docx
December 2019 23
Isi.docx
December 2019 18
Isi.docx
November 2019 16
Helping Relationship.docx
December 2019 22
Isi Mater.docx
December 2019 17
Isi.docx
December 2019 21