Nama NIM/Kelas Mata Kuliah Tugas
: Chusnul Kotimah : 17010664134/Psikologi 2017B : Pikologi Sosial Terapan : Resume BAB 11 dan BAB 12 BAB 11 MERANCANG PERUBAHAN SOSIAL
Hubungan sosial merupakan sebuah kondisi prasyarat bagi manusia untuk dapat bertahan dan memenuhi hajat hidupnya. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi diantara manusia maka lahirlah kelompok-kelompok sosial yang dilandasi oleh kesamaan kepentingan dan tujuan bersama. Namun demikian, tidak semua himpunan individu dapat disebut sebagai kelompok sosial karena untuk menjadi kelompok sosial terdapat berbagai persyaratan. Dalam masyarakat, perubahan sosial tidak saja dipandang sebagai sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat menurut model field study yang dikemukakan oleh Kurt Lewin bahwa perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok individu atau organisasi. Kesimpulan bahwa kekuatan tekanan akan berhadapan dengan penolakan untuk berubah perubahan dapat terjadi dengan memperkuat tekanan dan melemahkan penolakan untuk sebuah perubahan. Cara mengelola suatu perubahan terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain:
Unfreezing, merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya atau adanya kebutuhan untuk berubah
Changing, merupakan langkah tindakan baik memperkuat driving force maupun memperlemah resistance
Refreezing, membawa kembali kelompok pada keseimbangan yang baru new dynamic equilibrium Lippit (1958) mencoba mengembangkan teori yang disampaikan oleh Lewin dan
menjabarkan dalam tahap-tahap yang harus dilalui dalam perubahan berencana. Terdapat lima tahap perubahan yang disampaikan olehnya. Tiga dari lima tahap tersebut merupakan ide dasar dari Lewin. Lima tahap perubahan tersebut adalah
Tahap inisiasi keinginan untuk berubah
Tahap penyusunan perubahan pola relasi yang ada
Melaksanakan perubahan
Perumusan dan stabilisasi perubahan dan
Pencapaian kondisi akhir yang dicita-citakan
A. Lima C Sebagai Elemen Perubahan Sosial
1. Cause (penyebab perubahan) Faktor yang menyebabkan perubahan dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut
Penyebab untuk pertolongan perubahan terjadi untuk membantu korban tidak ada usaha untuk menjelaskan akar masalah.
Penyebab karena protes perubahan dikarenakan kedisiplinan pada institusi yang bersalah konsentrasi pada mengidentifikasi institusi yang banyak berkontribusi ke sosial.
Penyebab revolusioner tujuan sosialnya mengeliminir institusi yang menyebabkan perubahan sosial.
2. Change Agency (agen perubahan) Organisasi yang mencoba membuat perubahan sosial di sebuah grup formal organisasi non formal dan lembaga-lembaga yang tertarik untuk melakukan perubahan sosial peran agen perubahan dapat sebagai pemimpin atau pendukung
3. Changes Target (target perubahan) Target atau sasaran yang akan diubah bisa individu, grup, atau institusi misalnya kaum miskin, perokok, ibu-ibu, pengguna yang potensial, dan lain-lain. Target juga bisa untuk kalangan tak terbatas atau terbatas (misalnya pabrik, pemerintah, professional)
4. Channel (saluran) Bagian yang mempengaruhi atau merespon antara change agency dan change target yang dibedakan atas saluran yang berpengaruh seperti media massa atau selebaran-selebaran dan respon saluran misalnya telepon, email, dan lain sebagainya
5. Change Strategi (strategi perubahan) Suatu strateri atau cara yang dipakai oleh agensi perubahan untuk mempengaruhi target perubahan. Ada tiga cara strategi perubahan yaitu sebagai berikut:
Power/ coercion (kekerasan atau paksaan), usaha untuk menghasilkan tingkah laku yang patuh atau dapat bekerja sama dalam mencapai target dengan kontrol berupa sanksi.
Persuasif/bujukan/mempengaruhi, usaha untuk mempengaruhi tingkah laku yang diinginkan melalui identifikasi objek sosial dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang ada pada agen perubahan.
Re-edukasi/Pendidikan, usaha untuk mempengaruhi tingkah laku yang diinginkan oleh jins target melalui internalisasi kepercayaan dan nilai-nilai baru.
B. Prinsip Dasar Perubahan Sosial
1. Open The Door Dalam tahapan ini dilakukan upaya membangun suasana keterbukaan untuk diskusi dan menjadi dasar dalam komunikasi pada tahapan tahapan selanjutnya antara warga dan tim intervensi. Beberapa metode yang bisa dilakukan untuk tahapan ini antara lain lobi kepada para skateholder dan block leaders termasuk dengan beberapa warga. komunikasi yang dilakukan untuk saling membuka diri membangun dan saling percaya untuk bisa bekerja lebih lanjut.
2. Meet Each Other Tahapan ini dilakukan untuk memulai interaksi dengan membuka diri kepada komunitas mengenai tujuan intervensi dan keinginan belajar dari pengalaman mereka. Beberapa strategi yang dilakukan antara lain diskusi kelompok kunjungan ke setiap rumah maupun melalui kegiatan yang mereka lakukan. Pada setiap kesempatan disampaikan mengenai apa yang bisa dibagi bersama antara kedua pihak baik informasi harapan maupun dukungan.
3. Talk To Each Other Tim intervensi menawarkan alternatif dukungan yang bisa disediakan terhadap persoalan yang sedang menjadi perhatian mereka. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta kepercayaan yg sudah dibuat, Tim intervensi berusaha mempengaruhi pemikiran warga untuk memulai tindakan baru ataupun motivasi berbagai kecenderungan yang telah dimiliki warga sehingga muncul keinginan untuk melakukan perubahan perilaku menuju kondisi yang diharapkan.
4. Work Together For Change Setelah mencapai pemahaman yang sama antara tim intervensi dan warga mengenai persoalan Ternate pemecahan masalah maka secara bersama-sama dirancang aksi nyata untuk melakukan perubahan melalui kegiatan-kegiatan disepakati. Pada tahapan aksi ini komunitas yang memimpin proses dan intervensi memberikan dukungan melalui stimulasi stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan melengkapi resources yang dimiliki komunitas.
C. Strategi Perubahan Sosial
1. Strategi Fasilitatif Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar. Sebaiknya penggunaan strategi fasilitatif diiringi dengan program untuk membangkitkan kesadaran pada klien atau sasaran perubahan akan perlunya perubahan serta perlunya memanfaatkan semaksimal mungkin fasilitas dan bantuan tenaga yang disediakan. Demikian pula seandainya dalam pembaharuan kurikulum tersebut disediakan berbagai macam fasilitas media instruksional dengan maksud agar pelaksanaan kurikulum baru dengan pendekatan keterampilan proses agar berjalan lancar, tapi ternyata para guru sebagai sarana perubahan perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan media sehingga perlu diusahakan adanya kemampuan atau peranan yang baru yaitu sebagai pengelola atau sebagai pemakai media institusional. Apalagi jika fasilitas disediakan sedangkan sebagian besar sasaran perubahan menolak adanya pembaruan jelas bahwa fasilitas itu akan sia-sia.
2. Strategi Pendidikan Perubahan sosial definisikan sebagai pendidikan atau pengajaran kembali. Pendidikan juga dipakai sebagai strategi untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan menggunakan strategi pendidikan berarti mengadakan perubahan sosial dengan cara menyampaikan fakta yang tujuannya orang akan menggunakan fakta atau informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa manusia akan mampu untuk membedakan fakta serta memilih guna mengatur tingkah lakunya. Apabila fakta itu ditujukan kepadanya zaman menggunakan istilah education dengan alasan bahwa melalui strategi ini mungkin seseorang harus belajar dari lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah dipelajari sebelum
mempelajari tingkah laku atau sikap baru. Dengan menggunakan strategi pendidikan berarti tidak menutup kemungkinan digunakannya strategi yang lain sesuai dengan kebutuhan.
3. Strategi Bujukan Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara membujuk merayu agar sasaran perubahan klien mau mengikuti perubahan sosial yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan mendorong dan mengajak untuk mengikuti contoh yang diberikan. Rujukan dapat berhasil berdasarkan alasan yang rasional pemberian fakta yang akurat tetapi mungkin justru dengan fakta yang salah sama sekali tentu saja yang terakhir ini hasilnya tidak akan bertahan lama bahkan selanjutnya akan merugikan. Strategi bujukan bisa digunakan untuk kampanye atau reklame pemasaran hasil perusahaan demikian pula sering terjadi dalam komunikasi antar individu di masyarakat walaupun kadang-kadang tanpa disadari bahwa dia melakukan atau menggunakan strategi bujukan.
4. Strategi Pelaksanaan Pelaksanaan program perubahan sosial dalam menggunakan strategi paksaan artinya dengan cara memaksa klien sasaran perubahan untuk mencapai tujuan perubahan apa yang dipaksakan merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Kemampuan untuk melaksanakan paksaan tergantung dari hubungan kontrol antara pelaksanaan perubahan dengan sasaran atau klien jadi ukuran hasil terkait perubahan tergantung dari kepuasan pelaksanaan perubahan kekuatan paksaan artinya sejauh mana pelaksanaan perubahan dapat memaksa klien bergantung pada tingkat ketergantungan. Klien dengan pelaksanaan perubahan kekuatan paksaan juga dipengaruhi berbagai faktor antara lain ketatnya pengawasan yang dilakukan pelaksanaan perubahan terhadap klien, tersedianya berbagai alternatif untuk mencapai tujuan perubahan dan juga tergantung tersedianya dana atau biaya untuk menunjang pelaksanaan program misalnya untuk memberi hadiah kepada klien yang berhasil atau menghukum yang tidak mau dipaksa
Masyarakat sebagai suatu kelompok sosial yang telah tersusun sedemikian rupa memiliki berbagai dinamika dan mengalami berbagai perubahan. Perubahan yang dalam masyarakat seringkali disebut suatu perubahan sosial yang merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya. Perubahan yang bersifat spontan atau tanpa direncanakan dan perubahan yang direncanakan dan perubahan yang ditunjukkan untuk memperbaiki kualitas
kehidupan dalam masyarakat merupakan perubahan yang direncanakan. Dimana ada tujuan bersama kerjasama yang terarah antara ilmu dengan sistem organisasi merupakan menggunakan metode ilmu pengetahuan dan teknologi secara sistematik dan efektif serta berdasarkan perencanaan yang matang rasional aktual valid dan reliabel ada lima elemen C dalam tindakan sosial yaitu Change (penyebab perubahan), Change agency (agen perubahan), Change target (target perubahan), Channel (saluran), dan Change strategi (strategi perubahan) untuk melakukan pembaharuan sosial strategi yang bisa dilakukan melalui fasilitas, edukasi, persuasi, dan kekuasaan.
BAB 12 MENGENAL PENDEKATAN PATH (PROBLEM-ANALYSIS-TEST-HELP) Metode PATH dipercaya dapat membantu para ilmuwan sosial untuk mengembangkan program intervensi berbasis teoritis dengan relatif cepat dan lancar. Tidak disangka bahwa ada berbagai kendala penting dalam pelaksanaannya sebagai contoh mungkin diperlukan waktu yang cukup lama untuk merumuskan masalah dan berkali-kali diskusi untuk fokus pada elemen yang paling mendasar dari masalah. Selain itu, mengumpulkan literatur psikologi sosial yang relevan mungkin memakan waktu meskipun internet telah jelas fasilitasi proses pencarian. Namun, mungkin hanya ada sedikit penelitian yang relevan dengan topik dan mungkin ada terlalu banyak teori psikologi sosial yang relevan dan sulit untuk memilih akhirnya sulit untuk mengatakan mungkin atau tidaklah intervensi akan berhasil mengatasi masalah. Bahkan jika intervensi pernah berhasil di masa lalu tidak ada jaminan langkah itu akan dapat dilakukan saat ini. Metode PATH menawarkan langkah demi langkah secara sederhana, sistematis, mudah dan untuk menerapkan teori psikologi sosial untuk mengatasi ke keragaman sosial. Berikut ini penjelasan secara singkat, masing-masing keempat langkah model PATH :
A. Langkah 1 - Problem (Dari Masalah Untuk Mengidentifikasi Dan Mendefinisikan Masalah) Untuk mendapatkan sebuah definisi masalah yang memadai membutuhkan banyak pertimbangan dan diskusi biasanya definisi masalah adalah lebih luas daripada yang telah kita rumuskan sebelumnya. Misalnya tim sudah tahu bahwa mereka ingin membuat sebuah kampanye penggalangan dana untuk membantu orang dengan HIV atau AIDS di Afrika seringkali hanya ada perasaan umum dalam tim komunitas dan organisasi bahwa terdapat masalah dan sesuatu harus dilakukan tanpa berpikir lebih jauh dalam. Contoh dari kampanye penggalangan dana HIV AIDS tim relawan mungkin telah cukup frustasi tentang kurangnya perhatian terhadap nasib orang orang dengan HIV AIDS di dalam negeri Afrika sendiri mendapatkan perhatian ini akan membutuhkan cukup banyak pendekatan yang berbeda daripada menyebabkan kampanye penggalangan dana sangat penting untuk menggambarkan secara tepat apa masalah yang ada tetapi bahkan setelah masalah ini disajikan dengan jelas. Pernyataan lain juga perlu ditanyakan kita harus menentukan penyebab utama dari masalah dalam kasus mengapa orang mungkin akan memberikan uang untuk beramal misalnya mereka
merasa kesulitan untuk berempati dengan orang-orang di Afrika atau ada persaingan organisasi nama lainnya. Pada intinya definisi masalah yang baik dirumuskan secara konkrit menjelaskan bahwa masalah memiliki sifat terapan dibandingkan hanya persoalan dasar dan membutuhkan beberapa pemahaman tentang penyebab masalah dalam contoh dari kampanye penggalangan dana HIV AIDS akan memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa orang mungkin enggan untuk memberikan uang untuk apa HIV AIDS. Selain itu harus ada perasaan bahwa masalah memiliki aspek psikologi secara sosial dan Bahwa masalah ini berpotensi dipecahkan dalam diskusi pertama dengan tim relawan mungkin fokus pada tanggung jawab sikap dan beberapa pemimpin politik di Afrika sehubungan dengan HIV AIDS dan sikap pimpinan agama dan cara penggunaan hal ini jelas bahwa masalah tersebut bukan masalah yang mudah untuk dipecahkan psikologi sosial mengubah sikap para pemimpin politik dan agama dapat dilakukan dengan menggunakan pengetahuan psikologi sosial tapi mungkin memerlukan upaya politik dan diplomatik berkelanjutan. Sebaliknya mengubah sikap masyarakat umum terhadap orang dengan HIV AIDS di Afrika adalah contoh yang baik dan jenis masalah karena psikologi sosial dapat berkontribusi sikap merupakan proses konstruksi sosial psikologis dan ada banyak teori dan penelitian tentang bagaimana sikap tersebut dapat berubah secara umum. Faktor psikologis perilaku kepedulian sosial, sikap, kognisi, dan tanggapan afektif atau emosi jika masalah tidak dapat definisikan dengan satu atau lebih dari istilah-istilah tersebut perilaku sikap pengisi respon afektif dan mungkin tidak cocok untuk analisis PATH.
B. Langkah 2 - Analisis (Dari Definisi Masalah Untuk Analisis Dan Penjelasan Merumuskan Konsep Yang Tepat Untuk Mengembangkan Penjelasan Berbasis Teori) Setelah masalah definisikan dalam satu hal atau lebih konstruksi sosial psikologis. Langkah kedua adalah memberikan penjelasan psikologi sosial untuk masalah tersebut, sebelum melakukannya yang pertama harus diputuskan adalah variabel yang diubah setelah variabel tersebut didefinisikan. Pada tahap divergen seseorang mulai mencari penjelasan melalui teknik seperti asosiasi bebas dan melalui penerapan teori psikologi sosial yang relevan setelah menghasilkan banyak penjelasan yang berbeda kita harus mengurangi penjelasan berdasarkan relevansi mereka, validitas, dan masuk akal. Menentukan validitas teori psikologi sosial merupakan hal penting untuk menilai sejauh mana teori dasar mewakili dunia nyata teori dalam bentuk abstrak tampak siap untuk diterapkan dalam situasi tertentu. Tetapi kita sering cenderung lupa bahwa sebagian besar teori dalam psikologi sosial biasanya didasarkan pada
paradigma penelitian tertentu yang hanya dapat dikenai generalisasi untuk sejumlah situasi kehidupan secara nyata.
C. Langkah 3 - Test (Dari Penjelasan Kemudian Proses) Model ini berisi variabel hasil yang harus di pengaruhi. Selain itu modal harus berisi terutama variabel yang dapat dipengaruhi setidaknya sampai batas tertentu dan menjelaskan hubungan antar variabel dalam bentuk model proses. Model proses ini adalah inti dari metodologi PATH. Secara umum model proses menentukan hanya kemungkinan hubungan antara beberapa variabel setiap variabel yang diberikan tidak akan mempengaruhi lebih dari dua atau tiga variabel lainnya ini memaksa praktisi harus selektif dan spesifik tentang hubungan kausal dalam model dengan memasukkan terlalu banyak hubungan model mungkin menjadi model semua. Bisa dijelaskan oleh segala sesuatu dan itu menyulitkan dalam merumuskan intervensi spesifik. Berdasarkan model namun seringkali kita dipaksa untuk merumuskan suatu model yang belum jelas sejauh mana berbagai jalur hubungan antara variabel didukung secara empiris pada akhirnya model hanya lengkap jika ada bukti yang cukup dari penelitian dan hubungan antara variabel variabelnya tentu saja kan kita bertujuan untuk mengembangkan penjelasan dan intervensi. Berdasarkan pengetahuan psikologi sosial dalam pendekatan ini kita perlu menggunakan banyak pengetahuan yang mungkin ada pengetahuan ini berasal dari penelitian dasar psikologi sosial serta penelitian lebih atau kurang langsung diterapkan pada masalah. Bagaimana pun seringkali kita hanya dapat menemukan bukti empiris yang valid iritasi sebagian dari model proses bukan secara keseluruhan jika tidak dapat menemukan penelitian tentang masalah tertentu untuk mendukung bagian modal seorang dapat mencari dalam penelitian tentang perilaku generic.
D. Langkah 4 - Helping (Dari Model Proses Ke Intervensi) Akhirnya langkah yang seringkali sulit untuk berpindah dari model proses ke bantuan atau program intervensi. Pengembangan program intervensi merupakan hal yang penting agar modal mengandung faktor utama yang dapat dipengaruhi melalui intervensi variabel psikologi sosial seperti sikap dan norma sosial dapat ditarikan dalam intervensi tetapi faktor seperti jenis kelamin kepribadian atau ciri serta nilai berakar lainnya tidak bisa menggunakan target setidaknya oleh seorang psikologi sosial. Namun tentu saja sangat mungkin untuk memasukkan
jenis kelamin dan kepribadian dalam model meskipun beberapa faktor mungkin sangat penting tetapi sulit untuk membangun sebuah program intervensi di sekitarnya bahkan faktor-faktor yang mungkin tampak kurang berakar dalam sifat manusia seperti prasangka terhadap sesuatu mungkin sulit untuk berubah terutama melalui media kampanye. Langkah dari test menjadi helping merupakan tahap yang sangat besar pertama psikologi sosial harus datang dengan banyak intervensi yang memungkinkan ditujukan untuk faktor yang paling menjanjikan dan penting dalam model. Seringkali intervensi ini akan berisi latihan perilaku program pendidikan informasi aturan atau kiat-kiat membentuk program secara detail sehingga dapat diimplementasikan biasanya memakan waktu energi dan kreativitas yang besar.
Model PATH yaitu pendekatan langkah demi langkah untuk menangani dan menyelesaikan masalah sosial melalui penerapan teori dan pengetahuan psikologi sosial dari perumusan masalah dalam membuat intervensi. Meskipun setiap praktisi berpotensi bisa mendapatkan keuntungan dari modal ini tetapi memiliki latar belakang dalam teori psikologi sosial lebih diarahkan model PATH tidak boleh digunakan dengan cara yang kaku. Berangkat dari masalah hingga tahap intervensi biasanya merupakan proses berulang dan seringkali satu tahap bergerak bolak-balik antara langkah-langkah yang berbeda dalam model sangat dianjurkan untuk melakukan studi literatur dalam memformulasikan dan mengadaptasi. Definisi masalah yang penting adalah tidak mengikuti langkah-langkah dari metodologi tetapi mengembangkan definisi masalah dengan jelas semaksimal mungkin merancang metode model proses yang sesuai dengan temuan empiris dan melaksanakan intervensi yang efektif.