1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Nyeri leher atau dikenal juga sebagai nyeri servikal, nyeri tengkuk atau Cervical syndrome merupakan keluhan yang sering dijumpai di praktik klinik. Presentase kejadian Cervical syndrome ini 36% dari keluhan nyeri di daerah vertebra, yang kejadiannya terbanyak nomor dua setelah keluhan nyeri pinggang atau low back pain. Tiap tahun 16,6% populasi dewasa mengeluh rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% berlanjut menjadi nyeri leher yang berat. Insiden nyeri leher meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih sering mengenai wanita daripada laki-laki dengan perbandingan 1,67:1. (Hudaya.P, 2009 dan Turana.Y, 2010) Pada
umumnya
cervical
syndrome
terutama
spondilosis
servikalis
frekuensinya meningkat setelah usia 40 tahun dan mengenai lebih dari 70% pasien dengan usia diatas 70 tahun. Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai frekuensi terjadinya sama, walaupun perubahan tersebut mungkin lebih berat pada laki-laki. (Bolman HH 1996) Cervical syndrome ini dapat sebagai akibat adanya proses patologis pada jaringan lunak, namun lebih sering akibat kondisi yang berhubungan dengan vertebra servikal. Sumber nyeri leher yang berhubungan dengan vertebra servikal antara lain servikal spondylosis, radikulopathy atau kompresi pada radiks saraf, myelopathy atau kompresi pada medulla spinalis servikal, cedera, iritasi pada otot-otot paraspinal.
1
2
Nyeri servikal dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: proses infeksi, perubahan degeneratif, trauma, tumor dan kelainan sistemik . (Turana.Y, 2010). Dalam praktek klinik sangat penting untuk membedakan dua gejala utama , yaitu : 1. Nyeri servikal tanpa adanya nyeri radikuler dan defisit neurologis, 2. Nyeri servikal yang diikuti dengan nyeri radikuler dan defisit neurologis. Untuk gejala utama yang kedua sangatlah besar kemungkinan ditemukan adanya kelainan organik di servikal. Pada nyeri servikal tanpa adanya nyeri radikuler atau defisit neurologis kadang tidak jelas adanya keterlibatan radiks servikal dan tidak jelas batasan kriteria diagnostik yang akan dilakukan. Mengingat gejala tersebut juga dapat merupakan gejala awal proses organik atau dapat pula akibat nyeri radikuler yang tidak terlokalisasi dengan baik. Dari data diketahui 80-100 % pasien radikulopati menunjukkan adanya nyeri servikal dan lengan tanpa adanya kelumpuhan maupun parestesi (Turana Y, 2012). Kelainan pada servikal juga dibedakan menjadi empat kategori berdasarkan lokasi gejala utama, yaitu Local Cercical Syndrom, Cervico-Brachio Syndrom, Cervico-Cephalic Syndrom, dan Cervico-Medullary Syndrom. Setiap kategori memiliki etiologi berbeda-beda tergantung dari pola dan perilaku yang berhubungan dengan gejala. (Winkel D 1996) Pemeriksaan foto polos servikal dua posisi menjadi tes diagnostik pertama yang sering dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri leher. Foto polos servikal sangat penting untuk mendeteksi adanya fraktur dan subluksasi pada pasien dengan trauma leher. Namun sebagai alat skrining awal pada kasus nyeri servikal non traumatik masih kontroversial. Beberapa studi menunjukkan bahwa kelainan servikal
3
seperti spondilosis seringkali ditemukan pada pasien tanpa keluhan maupun usia tua . Heller dkk, menganjurkan sebaiknya pemeriksaan foto polos servikal dilakukan hanya pada kasus kecurigaan klinik adanya keganasan, infeksi, paska trauma, dan kemungkinan adanya tindakan bedah. Selain foto polos, pemeriksaan penunjang dengan menggunakan CT Scan, MRI, Elektromielografi (EMG) juga dapat membantu menegakkan diagnosis cervical syndrome (Hudaya E, 2009 dan Mizuno. M and Nakagawa. H., 2002 )
1.2 Tujuan Tinjauan kepustakaan ini bertujuan menjelaskan definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana dari nyeri servical.
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit 1. Definisi Nyeri leher (Neck Pain) yang mengganggu aktivitas seseorang, telah diketahui sejak abad pertengahan, yang ditemukan tertulis dalam Papyrus 4600 tahun yang lalu. Tulisan ini mengandung uraian berbagai kondisi tulang di spina servikal, antara lain dislokasi vertebra dan sprain. Tutankhamen di zaman purba telah menjelaskan tentang laminektomi servikal yang pertama dan pada tahun 460 SM Hippocrates mempostulasi kejadian paralisis akibat cedera servikal, serta menjadi salah satu penemu terapi traksi servikal. Ambrose Pare (1559) telah melakukan reduksi pada dislokasi spina servikal dengan traksi dan melakukan bedah membuang osteofit yang menyebabkan kompresi medulla spinalis. Pada tahun 1928 Crowe memberi istilah whiplash untuk cedera kepala-leher sebagai akibat hiperekstensi melewati batas fisiologik gerakan kepala-leher (6). Menurut Douglass dan Bope (2004) nyeri leher adalah nyeri yang dihasilkan dari interaksi yang kompleks antara otot dan ligamen serta faktor yang berhubungan dengan postur, kebiasaan tidur, posisi kerja, stress, kelelahan otot kronis, adaptasi postural dari nyeri primer lain (bahu, sendi temporo mandibular, kranioservikal), atau perubahan degeneratif dari diskus servikalis dan sendinya. 4
5
Menurut Finkelstein (2012) nyeri leher adalah nyeri ujung saraf yang terletak di berbagai ligament dan otot leher, serta sendi unco-vertebral dan lapisan luar diskus (annulus fibrosus). Menurut American College of Rheumatology (2012) nyeri leher adalah rasa sakit di leher yang bisa dilokalisasi pada tulang belakang leher atau dapat menyebar ke lengan bawah (radikulopati). 2. Pathofisiologi Discus intervertebralis terdiri dari nucleus pulposus yang merupakan jaringan elastis, yang dikelilingi oleh annulus fibrosus yang terbentuk oleh jaringan fibrosus. Kandungan air dalam nucleus pulposus ini tinggi, tetapi semakin tua umur seseorang kadar air dalam nuleus pulposus semakin berkurang terutama setelah seseorang berumur 40 tahun, bersamaan dengan itu terjadi perubahan degenerasi pada begian pusat discus, akibatnya discus ini akan menjadi tipis, sehingga jarak antara vertebrae yang berdekatan mejadi kecil dan ruangan discus menjadi sempit, selanjutnya annulus fibrosus mengalami penekanan dan menonjol keluar. Menonjolnya bagian discus ini maka jaringan sekitarnya yaitu corpuscorpus vertebrae yang berbatasan akan terjadi suatu perubahan. Perubahannya yaitu terbentuknya jaringan ikat baru yang dikenal dengan nama osteofit. Kombinasi antara menipisnya discus yang menyebabkan penyempitan ruangan discus dan timbulnya osteofit akan mempersempit diameter kanalis spinalis. Pada kondisi normal diameter kanalis spinalis adalah 17 mm sampai
6
18 mm. Tetapi pada kondisi CRS, kanalis ini menyempit dengan diameter pada umumnya antara 9 mm sampai 10 mm. Pada keadaan normal, akar-akar saraf akan menempati seperempat sampai seperlima, sedangkan sisanya akan diisi penuh oleh jaringan lain sehingga tidak ada ruang yang tersisa. Bila foramen intervertebralis ini menyempit akibat adanya osteofit, maka akar-akar saraf yang ada didalamnya akan tertekan. Saraf yang tertekan ini mula-mula akan membengkok. Perubahan ini menyebabkan akar-akar saraf tersebut terikat pada dinding foramen intervertebralis sehingga mengganggu peredaran darah. Selanjutnya kepekaan saraf akan terus meningkat terhadap penekanan, yang akhirnya akarakar saraf kehilangan sifat fisiologisnya. Penekanan akan menimbutkan rasa nyeri di sepanjang daerah yang mendapatkan persarafan dari akar saraf tersebut. 3. Klasifikasi Menurut Spine-Health (2013) nyeri leher dapat dibedakan atas (8) : 1) Akut. Nyeri berlangsung kurang dari 3 sampai 6 bulan atau nyeri yang secara langsung berkaitan dengan kerusakan jaringan. 2) Kronik Setidaknya ada dua jenis masalah nyeri kronis yaitu akibat pembangkit nyeri yang dapat diidentifikasi (misalnya cedera, penyakit diskus degeneratif, stenosis tulang, dan spondilosthesis) dan nyeri kronis akibat
7
pembangkit nyeri yang tidak dapat diidentifikasi (misalnya cedera yang telah sembuh, fibromialgia). 3) Neuropatik Nyeri neuropatik telah diselidiki dan relatif baru. Saraf tertentu terus mengirim pesan rasa sakit ke otak meskipun tidak ada kerusakan jaringan yang sedang berlangsung. Nyeri neuropatik dirasakan berupa rasa berat, tajam, pedih, menusuk, terbakar, dingin, dan atau mati rasa, kesemutan atau kelemahan 4. Anatomi Servical Pada daerah leher, banyak terdapat jaringan yang bisa merupakan sumber nyeri. Biasanya rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligament, akar saraf, faset artikular, kapsul, otot serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh proses degeneratif, infeksi/inflamasi, iritasi dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri alih dari organ atau jaringan lain yang merupakan distribusi dermatomal yang dipersarafi oleh saraf servikal.
8
Struktural
servikal
terdiri
dari
7
vertebra
servikal,
diskus
intervertebralis, 8 pasang saraf spinal, otot-otot, ligamentum, dan vaskuler. Struktur vertebra terdiri dari korpus, pedikel, lamina, foramen vertebralis, prosesus spinosus, prosesus articularis superior dan inferior, prosesus transversus, serta tuberkulum anterior dan posterior. Struktur C1 dan C2 sedikit berbeda dibanding dengan struktur servikal lainnya. Pada bagian anterior terdapat ligamentum longitudialis anterior dan posterior, sedangkan pada bagian posterior terdapat ligamentum flavum, ligamentum nuchal, ligamentum interspinosus, dan kapsul ligamen. Diskus intervertebralis terletak
9
di antara corpus vertebra, terdiri dari nukleus pulposus dan anulus fibrosus, yang berfungsi sebagai pemberi ruang, peredam kejut, dan fleksibilitas. Terdapat dua sendi facet pada tiap vertebra yang berfungsi untuk rotasi corpus vertebra, menghubungkan arcus dari masing-masing corpus vertebra, dan menghubungkan tiap vertebra dengan vertebra di atasnya. Terdapat 8 pasang saraf servikal yang menginervasi, disebut juga rami communicantes, yang terdiri dari tiga ganglion; yaitu C1-C4 ganglion superior, C5-C7 ganglion media, C8-T2 ganglion inferior. Servikal divaskularisasi oleh arteri karotis interna dan arteri vertebralis, serta vena jugularis dan vena vertebralis.
10
11
12
Sendi Facet
13
Otot-otot
Inervasi
Vaskularisasi
14
Radiks anterior dan posterior bergabung menjadi satu berkas di foramen intervertebral dan disebut saraf spinal. Berkas serabut sensorik dari radiks posterior disebut dermatom. Pada permukaan thorax dan abdomen, dermatom itu selapis demi selapis sesuai dengan urutan radiks posterior pada segmen-segmen medulla spinalis C3-C4 dan T3-T12. Tetapi pada permukaan lengan dan tungkai, kawasan dermatom tumpang tindih oleh karena berkas saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas melainkan menyusun plexus dan fasikulus terlebih dahulu baru kemudian menuju lengan dan tungkai. Karena itulah penataan lamelar dermatom C5-T2 dan L2-S3 menjadi agak kabur. Segala sesuatunya yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks dan foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang berpangkal pada tulang belakang tingkat tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatom radiks posterior yang bersangkutan. Osteofit, penonjolan tulang karena faktor congenital, nukleus pulposus atau serpihannya atau tumor dapat merangsang satu atau lebih radiks posterior. Pada umumnya, sebagai permulaan hanya satu radiks saja yang mengalami iritasi terberat, kemudian yang kedua lainnya mengalami nasib yang sama karena adanya perbedaan derajat iritasi, selisih waktu dalam penekanan, penjepitan dan lain sebagainya. Maka nyeri radikuler akibat iritasi terhadap 3 radiks posterior ini dapat pula dirasakan oleh pasien sebagai nyeri neurogenik yang terdiri atas nyeri yang tajam, menjemukan dan paraestesia.
15
Nyeri yang timbul pada vertebra servikalis dirasakan didaerah leher dan belakang kepala sekalipun rasa nyeri ini bisa di proyeksikan ke daerah bahu, lengan atas, lengan bawah atau tangan. Rasa nyeri dipicu/diperberat dengan gerakan/posisi leher tertentu dan akan disertai nyeri tekan serta keterbatasan gerakan leher. 5. Tanda Dan Gejala Pada daerah servikal yang berperan dalam pensarafan bahu, lengan, sampai jari-jari adalah saraf servikal yang berasal dari segmen-segmen medula spinalis C5,C6,C7 dan C8. Radiks-radiks dari segmen-segmen inilah yang memegang peran dalam masalah sindroma servikal. Sedangkan saraf yang berasal dari segmen C2,C3,dan C4 meskipun memberikan gejala nyeri di tengkuk tetapi tidak dijalarkan ke lengan. Servikal sindrom lebih memusatkan perhatian pada fenomena atau gejala sensibilitas. Namun pada kenyataannya gangguan terhadap radiks saraf spinalis akan menimbulkan juga fenomena atau gejala motorik. Keluhannya berupa rasa nyeri pada leher yang dapat dijalarkan ke bahu dan lengan, nyeri suboksipital, nyeri kepala dan gangguan seperti baal dan parestesia. Gejala dan tanda dari gangguan masing-masing radiks spinalis seperti terlihat pada skema dan gambar di bawah ini.
16
Dermatom pada anggota gerak atas
17
Gejala dan tanda dari terganggunya masing-masing radiks yang berperan dalam timbulnya servikal sindrom: Nyeri dijalarkan dari Kelemahan leher ke otot-otot
Gangguan sensibilitas
C5
Bahu bagian bawah Supraspinatus dan lengan atas Deltoideus bagian lateral Infraspinatus Biseps
Permukaan Refleks biseps ventral lengan tidak terganggu/ atas dan bawah menurun
C6
Bagian (radial) bawah
Permukaan ibu Refleks biseps jari dan tepi menurun/ radial dari menghilang lengan
C7
Bagian dorsal Triseps lengan bawah
Permukaan jari Refleks triseps telunjuk, jari menurun/ tengah dan menghilang dorsum manus
C8
Bagian medial Otot-otot lengan bawah tangan interosei
Jari kelingking Refleks biseps dan jari manis dan triseps tidak terganggu
Radiks
lateral Bisep lengan brakhioradialis
Refleks tendon
18
Dermatom servikal sampai sakrum menurut Keegan & Garret 6. Etiologi Timbulnya sindroma servikal ini oleh karena adanya rangsangan pada radiks saraf servikal, dimana radiks anterior dan posterior akan bergabung menjadi saraf spinal di foramen intervertebralis sehingga letak gangguannya adalah pada atau dekat foramen intervertebralis.
19
Terdapat dua penyebab timbulnya servikal sindrom yaitu: 1) Foramen intervertebralis tetap utuh. a. Peradangan dari sarafnya sendiri misalnya radikulitis. b. Dorongan dari tumor, abses atau perdarahan oleh karena trauma tumor. c. Radiks mengalami tarikan, misalnya pada trauma whiplash (pecut) yaitu trauma oleh karena anggukan kepala yang intensif yang didahului oleh tengadahan kepala, dimana radiks dorsalis C5, C6 dan C7 teregang dan mengalami reksis. d. HNP servikalis yang paling sering terdapat diantara C5 dan C6 serta antara C6 dan C7 sehingga menekan radiks C6 dan radiks C7. 2) Foramen intervertebralis menyempit. a. Terbentuknya osteofit atau eksostosis yang masuk ke dalam foramen intervertebralis sehingga dapat menekan radiks. b. Adanya penipisan dari diskus intervertebralis sehingga keadaan ini akan mendekatkan jarak kedua pedikel yang membentuk foramen intervertebralis. 3) Namun demikian adanya penyempitan foramen intervertebralis harus disesuaikan dengan gejala dan tanda yang dikeluhkan oleh penderita dan ditemukan dalam pemeriksaan.
20
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan
laboratorium perlu dikerjakan bila ada kecurigaan
infeksi, tumor dan defisiensi vitamin B 12. Pemeriksaan penunjang yang lain yaitu : 1) X-foto vertebra Pemeriksaan radiologik yang diperlukan adalah X- foto servikal anteroposterior, lateral dan oblik kanan dan kiri (untuk melihat dari foramen intervertebralis), X- foto posisi fleksi dan ekstensi dikerjakan bila ada kecurigaan instabilitas. Adanya gambaran penyempitan diskus dapat mengindikasikan adanya proses degenerasi atau kemungkinan HNP. Foto polos mempunyai peran untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis lainnya seperti tumor/metastasis. 2) MRI Merupakan pemeriksaan penunjang terbaik untuk memperlihatkan patologi diskus serta menyingkirkan keadaan patologis yang lain. Gambaran dari posisi aksial dan sagital dapat memperlihatkan kelainan pada diskus. 3) CT Myelografi Pemeriksaan CT scan dapat mendeteksi adanya HNP dan memperlihatkan kompresi radiks. Juga dapat memperlihatkan adanya hipertrofi sendi faset dan diameter kanalis sentralis.
21
4) EMG Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui saraf yang terlibat, membedakan antara kompresi radiks dengan neuropati perifer. Pada kompresi radiks dapat terlihat adanya penurunan amplitudo yang ringan dan timbulnya latensi
distal yang normal, sedangkan pada neuropati
perifer selain terdapat penurunan amplitudo juga terdapat timbulnya latensi distal yang memanjang. 8. Terapi Servikal sindrom hanya merupakan kumpulan gejala maka terapinya akan tergantung pada etiologinya. Sebagai contoh: 1) Bila penyebabnya adalah akibat dari trauma whiplash, maka dengan istirahat akan menjadi baik kembali. 2) Bila oleh karena spondilosis, maka dapat dilakukan rehabilitasi medik. 3) Bila disertai dengan tanda-tanda medula spinalis ikut terganggu dan pada pemeriksaan mielografi didapatkan adanya tumor, maka dapat dilakukan operasi. 9. Farmakologik Terapi nyeri secara umum, berdasarkan derajat nyeri → Visual Analog Scale (VAS): a) Nyeri akut : NSAID b) Nyeri kronik -
ringan
: NSAID + analgetik ajuvant
-
sedang : NSAID + analgetik ajuvant + codein
22
-
berat
: NSAID + analgetik ajuvant + morfin
Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang banyak digunakan biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan nyeri dirasakan begitu berat, kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan narkotik seperti codein, meperidin, bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik dapat diberikan pada mereka yang mengalami ketegangan mental. Pada kondisi tertentu seperti nyeri yang diakibatkan oleh tarikan, tindakan latihan ringan yang diberikan lebih awal dapat mempercepat proses perbaikan. Kepala sebaiknya diletakan pada bantal servikal sedemikian rupa yaitu sedikit dalam posisi flexi sehingga pasien merasa nyaman dan tidak mengakibatkan gerakan ke arah lateral. Istirahat diperlukan pada fase akut nyeri,terutama pada spondilosis servikalis atau kelompok nyeri non spesifik. Obat-obatan yang banyak digunakan adalah: a. Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO) b. Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO) c. Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO) d. Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO) e. Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)
23
10. Rehabilitasi Medik Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan atau resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan medulla spinalis lebih lanjut. 1) Traksi Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan secara terusmenerus atau intermiten.
2) Cervical Collar Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer).
24
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar. 3) Thermoterapi Thermoterapi
dapat
juga
digunakan
untuk
membantu
menghilangkan nyeri. Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4 kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri. 4) Latihan Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi.
25
Pengurangan
nyeri
dapat
diakibatkan
oleh
spasme
otot
dapat
ditanggulangi dengan melakukan pijatan.
2.2 Konsep Asuhan Keperawata 1. Pengkajian a.
Aktivitas dan istirahat Gejala:
Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda:
Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi Gejala
Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine
c.
Integritas Ego Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga. Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
26
d. Neurosensori Gejala
: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda
Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e.
Nyeri/kenyamanan Gejala Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya
batuk,
bersin,
membengkokan
badan,
mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar
adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat
trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan Tanda
Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f.
Keamanan Gejala
: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g. Penyuluhan dan pembelajaran Gejala
: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
27
Pertimbangan : DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas. 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan system syaraf vaskuler b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi atau kontraktur c. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
3. Rencana Keperawatan N
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
o
(NANDA)
(NOC)
(NIC)
1.
Nyeri akut b/d agen injuri Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400) (fisik,
kelainan keperawatan selama 3 x 24 1)
muskuloskeletal
dan jam nyeri berkurang / hilang
system syaraf vaskuler
Batasan karakteristik Verbal i. Menarik nafas panjang, merinti ii. Mengeluh nyeri Motorik i. Menyeringaikan wajah. ii. Langkah yang terseok-
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
(lokasi,
dengan kriteria :
karateristik,
Tingkat nyeri (2102)
kualitas, dan faktor presipitasi).
1. Melaporkan
nyeri 2)
berkurang / hilang
durasi,
frekuensi,
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
2. Frekuensi nyeri berkurang 3) / hilang
Gunakan
teknik
komunikasi
terapetik
untuk
mengetahui
3. Lama nyeri berkurang
pengalaman nyeri klien.
4. Ekspresi oral berkurang / 4)
Evaluasi pengalaman nyeri masa
hilang 5. Ketegangan
lampau. otot 5)
Evaluasi bersama klien dan tim
28
seok
berkurang / hilang
iii. Postur yang kaku / tidak stabil iv. Gerakan yang amat
kesehatan lain tentang ketidak
6. Dapat istirahat
efektifan kontrol nyeri masa
7. Skala nyeri berkurang /
lampau.
menurun
6)
lambat atau terpaksa
Bantu klien dan keluarga untuk mencari
Respon autonom
1) Mengenal
faktor-faktor 7)
penyebab
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
2) Mengenal onset nyeri
ruangan,
3) Jarang
kebisingan)
/
tidak
pernah
menggunakan analgetik 4) Jarang
/
tidak
menemukan
dukungan.
Kontrol Nyeri (1605)
1. Perubahan vital sign
dan
8)
pernah 9)
nyeri
(suhu
pencahayaan,
dan
Kurangi faktor presipitasi nyeri. Pilih dan lakukan penanganan
melaporkan nyeri kepada
nyeri
tim kesehatan.
farmakologi dan interpersonal)
5) Nyeri terkontrol
(farmokologi,
non
10) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
-
menentukan intervensi. Tingkat
kenyamanan 11) Ajarkan
melaporkan 12) Berikan
kebutuhan istirahat tidur tercukupi
non
baikMelaporkan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri. 13) Evaluasi
2) Melaporkan kondisi fisik
psikis baik
teknik
farmakologi.
(2100) 1) Klien
tentang
keefektifan
kontrol
nyeri
kondisi 14) Tingkatkan istirahat 15) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
-
16) Monitor
penerimaan
tentang manajemen nyeri.
klien
29
Andministrasi Analgetik (2210) 1. Tentukan
lokasi,
karateristik
kualitas, dan derajat nyeri sebagai pemberian obat 2. Cek riwayat alergi 3. Pilih analgenik yang diperlukan atau
kombinasi
dari
analgetik
ketika pemberian lebih dari satu. 4. Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri. 5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali 6. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat. 7. Evaluasi
efektifitas
analgesik
tanda dan gejala (efek sampingan) 2
Hambatan mobilitas fisik b.d
nyeri,
Setelah dilakukan tindakan 1) Koreksi
kerusakan keperawatan selama 3 x 24
muskuloskeletal, kekakuan jam klien mampu mencapai sendi atau kontraktur
Batasan karakteristik :
1.
Klien dapat melakukan
2. Jalan terseok-seok
mobilitas secara bertahap
3. Gerak lambat
dengan tanpa merasakan
4.
nyeri
Membatasi perubahan gerak yang mendadak
2. Penampilan seimbang
0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
1 : Klien butuh sedikit bantuan
2:
1. Postur tubuh kaku tidak Mobility Level (0208) : stabil.
kemampuan
mobilisasi dengan sekala 0-4
mobilitas fisik dengan kriteria :
tingkat
Klien
butuh
bantuan
sederhan
3
:
Klien
butuh
bantuan
banyak
4 :Klien
sangat
tergantung
pada pemberian pelayanan 2) Atur posisi klien
30
atau cepat
3.
Menggerakkan otot dan 3) Bantu klien melakukan perubahan sendi
4.
gerak.
Mampu pindah tempat 4) Observasi / kaji terus kemampuan tanpa bantuan
5. Berjalan tanpa bantuan
gerak motorik, keseimbangan 5) Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan. 6) Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi. 7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk pemasangan korset) 8) Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan nyaman dengan memberikan penyangga pada lekukan lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus.
3.
Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur / Sleep nyeri, tidak nyaman
keperawatan selama 3 x 24 Enhancement (1850)
Batasan karakteristik : 1.
jam klien dapat terpenuhi
1) Kaji pola tidur / pola aktivitas
kebutuhan tidurnya dengan
2) Anjurkan klien tidur secara teratur
Pasien menahan sa-kit kriteria : (merintih, nyeringai)
me-
3) Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup
Tidur (0004)
2. Pasien mengungkapkan a.
Jumlah jam tidur cukup
selama sakit dan
terapi. 4) Monitor pola tidur dan catat
tidak bisa tidur karena b. Pola tidur normal
keadaan fisik, psykososial yang
nyeri
mengganggu tidur
c.
Kualitas tidur cukup
d. Tidur secara teratur
5) Diskusikan
pada
e.
Tidak sering terbangun
keluarga
tentang
f.
Tanda vital dalam batas
peningkatan pola tidur
klien
dan tehnik
31
normal
Manajemen lingkungan (6480)
Rest (0003)
1. Batasi pengunjung
a.
2. Jaga lingkungan dari bising
Istirahat Cukup
b. Kualitas istirahat baik c.
Istirahat fisik cukup
3. Tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur
d. Istirahat psikis cukup
Anxiety Reduction (5820)
Anxiety control (1402)
1. Jelaskan semua prosedur termasuk
a) Tidur adekuat b) Tidak
ada
pera-saan yang mungkin dialami manifestasi
fisik c) Tidak
selama men-jalani prosedur 2. Berikan
ada
manifestasi
perilaku
objek
yang
dapat
memberikan rasa aman 3. Berbicara dengan pelan dan tenang
d) Mencari informasi untuk 4. Membina hubungan saling percaya mengurangi cemas e) Menggunakan
5. Dengarkan klien dengan penuh teknik
perhatian
relaksasi untuk
6. Ciptakan suasana saling percaya
mengurangi cemas
7. Dorong orang tua mengungkapkan
f) Berinteraksi sosial
pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal 8. Berikan peralatan / aktivitas yang menghibur
untuk
mengurangi
ketegangan 9. Anjurkan
untuk
menggunakan
teknik relaksasi 10. Berikan lingkungan yang tenang 11. Batasi pengunjung
32
BAB III TINJAUAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama
: Tn. S
Umur
: 57 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Candi Mutiara Timur IV, Ngaliyan, Kodia Semarang
Pekerjaan
: Guru
Pendidikan
: S1
No. CM
: A550891
Datang
: 25 Maret 2016
I. DAFTAR MASALAH No Masalah Aktif 1 Neck pain 4, 5 2
Tanggal 25-03-16
Parestesi sesuai dermatom C4-8 25-03-16 4
3
Spasme otot leher 5
25-03-16
4
Radikulopati servikal 6
25-05-16
5
Spondilosis servikalis 6
01-04-16
6
Sindroma servikal
01-04-16
31
No
Masalah Pasif
Tanggal
33
II. DATA SUBYEKTIF Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama
: Nyeri pada daerah leher dan tengkuk.
Onset
: ± 5 bulan yang lalu.
Lokasi
: Leher dan tengkuk sampai ke bahu.
Kualitas
: Nyeri terasa seperti tersetrum menjalar sampai ke
bahu dan kedua tangan.
Kuantitas
: ADL mandiri.
Kronologis
:
± sejak 5 bulan yang lalu, pasien sering merasakan nyeri di daerah leher dan tengkuk. Nyeri yang dialami dirasakan seperti tersetrum. Dirasakan juga adanya kesemutan, kekakuan dan ketegangan yang menyertai nyeri. Nyeri dan kesemutan ini dialami hilang timbul sampai sekarang. ± seminggu yang lalu nyeri tengkuk dirasakan menjalar sampai ke kedua bahu, dan disertai kesemutan yang berawal dari leher menjalar sampai ke jari-jari kedua tangan, terutama lebih dominan yang sisi kiri. Nyeri tidak bertambah jika bersin, batuk dan mengejan. Semakin hari kesemutan semakin sering muncul dan terasa semakin sering seperti kesetrum, terutama saat menoleh ke kanan. Os belum pernah berobat ke dokter untuk keluhan ini, hanya minum Neuralgin dan diberi koyo. Tidak didapatkan rasa tebal pada keempat anggota gerak dan tidak ditemukan kelemahan anggota gerak. Tidak didapatkan nyeri
34
kepala dan pusing. Pergerakan sendi leher dan bahu pasien bebas dan tidak ada keluhan. Riwayat trauma leher disangkal.
Gejala Penyerta
Faktor memperberat : Saat menengok atau menarik kepala ke kanan.
Faktor memperingan : (-)
: Kesemutan yang menjalar pada kedua tangan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma disangkal
Riwayat hipertensi, DM, dan asam urat tinggi disangkal
Riwayat kolesterol tinggi dalam pengobatan
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien bekerja sebagai guru SMA, Biaya ditanggung ASKES. Kesan sosial ekonomi cukup.
III. DATA OBYEKTIF 1. Status presens Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis GCS : E4M6V5 = 15
Tanda Vital
: TD = 110/70 mmhg; N = 80x/menit; RR = 16x/mnt; T = afebris Visual Analog Scale : 6
35
TB: 175 cm
BB: 72 kg
BMI: 23,51 (normoweight)
2. Status Internus Kepala
: Simetris, mesosefal
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik -/-
Leher
: Simetris, pergerakan bebas
Dada
: simetris, statis dinamis.
Jantung
: Bunyi jantung I-II murni, gallop (-), bising (–)
Paru
: Vesiculer, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: Supel, nyeri tekan (–)
3.Status Psikikus Cara berpikir
: Realistik
Perasaan hati
: Euthyme
Tingkah laku
: Normoaktif
Ingatan
: Baik
Kecerdasan
: Cukup
4. Status Neurologis Kesadaran
: GCS=E4M6V5=15
Kepala
: Mesosefal,simetris
Mata
: Pupil bulat, isokor 2,5mm/2,5mm, Reflek cahaya +/+
Leher
: kaku kuduk (-), kuduk kaku (-), spasme otot leher (+)
36
Nn.Craniales
: dalam batas normal
Ekstremitas Superior Gerak
:
Kekuatan:
Dekstra
Sinistra
(+)
(+)
5-5-5
5-5-5
Tonus
:
normotonus
normotonus
Trofi
:
eutrofi
eutrofi
Biseps :
(+)
(+)
Triseps :
(+)
(+)
R. Fisiologis
R. Patologis Hoffman/Tromner: Sensibilitas
(-)
(-)
: Parestesi sesuai dermatom MS segmen C4-8 dex et sin
Ekstremitas Inferior Gerak
:
Kekuatan : Tonus
:
Trofi
:
Dekstra
Sinistra
(+)
(+)
5-5-5
5-5-5
normotonus
normotonus
eutrofi
eutrofi
R. Fisiologis Patella
:
(+)
(+)
Achilles
:
(+)
(+)
Babinski
:
(-)
(-)
Chaddock
:
(-)
(-)
R. Patologis
37
Oppenheim
:
(-)
(-)
Gordon
:
(-)
(-)
Schaeffer
:
(-)
(-)
Bing
:
(-)
(-)
Gonda
:
(-)
(-)
Rossolimo
:
(-)
(-)
(-)
(-)
Mendel-Bachterew: Klonus
:
(-)
Sensibilitas
: dalam batas normal
Alat Vegetatif
: dalam batas normal
Koordinasi, Gait dan Keseimbangan Cara berjalan
: dalam batas normal
Tes Romberg
: dalam batas normal
Ataksia
: dalam batas normal
Disdiadokokinesis
: (-)
Rebound phenomen
: (-)
Dismetri
: (-)
Gerakan-gerakan abnormal Tremor
: (-)
Athetose
: (-)
Mioklonik
: (-)
Khorea
: (-)
(-)
38
ROM Leher
Kanan
Kiri
Ekstensi
Full
Full
(-)
Fleksi
Full
Full
(-)
Laterofleksi D-S
Full
Full
(+)
Rotasi D-S
Full
Full
(+)
Abduksi bahu
(+)
(+)
Fleksi siku
(+)
(+)
Ekstensi pergelangan tangan
(+)
(+)
Ekstensi siku
(+)
(+)
Fleksi pergelangan tangan
(+)
(+)
Ekstensi ibu jari
(+)
(+)
Deviasi ulnar dr pergelangan
(+)
(+)
Nyeri
Pemeriksaan Tambahan Lhermitte
: (+)
Valsava
: (-)
Naffziger
: (-)
Distraksi
: (+)
IV. RESUME Riwayat Penyakit Sekarang (Anamnesis dan rekam data) Seorang laki-laki berusia 57 tahun datang dengan keluhan utama nyeri di daerah leher dan tengkuk ± sejak 5 bulan yang lalu. Nyeri yang dialami dirasakan seperti kesetrum, didapatkan kesemutan, kekakuan dan ketegangan yang menyertai
39
nyeri. ± seminggu yang lalu nyeri tengkuk dirasakan menjalar sampai ke kedua bahu, dan disertai kesemutan yang berawal dari leher menjalar sampai ke jari-jari kedua tangan, terutama lebih dominan yang sisi kiri. Semakin hari kesemutan semakin sering muncul dan terasa semakin seperti kesetrum, terutama saat menoleh ke kanan. Data Obyektif Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis GCS : E4M6V5 = 15
Tanda Vital
: TD = 110/70 mmhg; N = 80x/menit; RR = 16x/mnt; T = afebris Visual Analog Scale : 6
Mata
: Pupil bulat, isokor 2,5mm/2,5mm, Reflek cahaya +/+
Leher
: kaku kuduk (-), kuduk kaku (-), spasme otot leher (+)
Nn.Craniales
: dalam batas normal
Ekstremitas Superior Gerak
:
Kekuatan:
Dekstra
Sinistra
(+)
(+)
5-5-5
5-5-5
Tonus
:
normotonus
normotonus
Trofi
:
eutrofi
eutrofi
Sensibilitas
: Parestesi yang menjalar dari tengkuk, bahu, hingga
ke seluruh jari-jari tangan (dermatom C4-C8). Laterofleksi D dan Rotasi D nyeri (+), Lhermitte (+), Distraksi (+)
40
VI. DIAGNOSIS Diagnosis Klinis
: Neck pain Spasme otot leher Parestesi sesuai dermatom C4-C8
Diagnosis Topis
: Radiks spinalis C4-C8
Diagnosis Etiologis
: Suspek Radikulopati servikal
VII.RENCANA PENGELOLAAN AWAL Berobat ke Poli 25-3-2016 Program : Foto Ro servikal AP/Lateral/Oblique EMG Lab darah GD I/II, asam urat, lipid total, HbA1c, ASTO, Rematoid factor Terapi
:
- Meloxicam - Diazepam
2 X 15 mg 2 X 5 mg
- Methycobalamin 2 X 500 mcg - Ranitidine Edukasi
2 X 150 mg
: Kontrol setelah hasil foto Ro dan EMG jadi
41
VIII. CATATAN FOLLOW UP 1 April 2016 S : Nyeri tengkuk dan kesemutan pada lengan hingga jari sedikit berkurang dengan obat O : TD = 120/70 mmHg; N = 88x/menit; RR = 18x/mnt; T = afebris. Kesadaran
: GCS E4M6V5 = 15
VAS = 4 Spasme otot leher (-) Motorik : status quo Sensibilitas
: masih terdapat parestesi sesuai dermatom C6-C8
Vegetatif: dbn Hasil Lab (26-3-2013) GD I/II = 94/137 mg/dl Asam urat = 5,5 mg/dl Kolesterol = 166 mg/dl Trigliserid = 135 mg/dl HDL = 40 mg/dl LDL = 100 mg/dl HbA1c = 5,7% ASTO = (-) Rematoid faktor = (-)
42
Hasil Ro Servikal : -
Spondilosis servikalis
-
Kalsifikasi ligamentum nuchae
Hasil EMG : dapat sesuai dengan gambaran lesi radiks C6-7 sisi kiri (lesi aksonal).
43
A : Sindroma servikalis P : - Konsul Rehabilitasi Medik untuk fisioterapi - Meloxicam
2 X 15 mg
- Ranitidine
2 X 150 mg
- Methycobalamin 2 X 500 mcg E
: Membiasakan sikap duduk dan posisi badan tegak, menghindari bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang lama.
15 April 2016 S : Nyeri tengkuk sudah berkurang, kesemutan hilang timbul jarang-jarang O : TD = 110/80 mmHg; N = 78x/menit; RR = 16x/mnt; T = afebris Kesadaran VAS = 2
: GCS E4M6V5 = 15
44
Motorik
: dbn
Sensibilitas : dbn Vegetatif
: dbn
Hasil Konsul Rehabilitasi Medik: - MWD dan neck exercise - IR dan traksi servikal A : Sindroma servikalis P : - Meloxicam - Ranitidine E
2 X 7,5 mg 2 X 150 mg
: Membiasakan sikap duduk dan posisi badan tegak, menghindari bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang lama (pemeliharaan ROM leher), mengkonsumsi obat nyeri hanya pada saat dibutuhkan saja.
45
BAGAN ALUR
15 April 2016
25 Maret 2016
S : Nyeri daerah tengkuk dan leher dengan kesemutan yang menjalar
S : Nyeri tengkuk sudah berkurang,
kesemutan hilang timbul jarang-jarang
pada kedua lengan sampai jari-jari kedua tangan (dominan kiri) O : TD
O : TD : 110/70 mmHg
N : 78 x/mnt
: 16 x/mnt
T : afebris
N : 80 x/mnt RR
RR : 16 x/mnt
: 110/80 mmHg
T : afebris VAS = 2
VAS = 6
Sensibilitas : dbn
Hasil Konsul Rehabilitasi Medik:
Spasme otot leher (+) 1 April 2016 Sensibilitas
: Parestesi yang menjalar dari tengkuk, bahu,
- MWD dan neck exercise
S : Nyeri tengkuk dan kesemutan pada lengan hingga jari sedikit - IR dan traksi servikal
hingga ke seluruh jari-jari tangan (dermatom C4berkurang dengan obat
A : Sindroma servikalis e.c. Spondilosis
C8) O : TD : 120/70 mmHg
N : 88 x/mnt
servikalis
Laterofleksi dan rotasi D nyeri, Lhermitte (+), Distraksi (+) RR : 18 x/mnt A : Radikulopati servikalis
T : afebris
P : - Meloxicam
- Ranitidine
2 X 7,5 mg
2 X 150 mg
VAS = 4 P : Foto Ro servikal AP/Lateral/Oblique
E : Mengkonsumsi obat anti nyeri hanya
Spasme otot leher (-) pada saat dibutuhkan saja.
EMG Sensibilitas : masih terdapat parestesi sesuai dermatom C6-C8
46
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan •
Nyeri leher adalah nyeri yang dihasilkan dari interaksi yang kompleks antara otot dan ligamen serta faktor yang berhubungan dengan postur, kebiasaan tidur, posisi kerja, stress, kelelahan otot kronis, adaptasi postural dari nyeri primer lain (bahu, sendi temporo mandibular, kranioservikal), atau perubahan degeneratif dari diskus servikalis dan sendinya.
•
Nyeri muskuloskeletal pada leher di masyarakat selama 1 tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi pada wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri muskuloskelatal di daerah leher pada pekerja besarnya berkisar antara 6-76% dan wanita ternyata juga lebih tinggi dibandingkan pria.
•
Nyeri leher dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan seperti spondilosis servikalis, infeksi, neoplasma, rheumatoid arthritis, tortikolis spasmodik, trauma (WAD), dan fibromialgia.
•
Nyeri leher dapat diatasi dengan diagnosis dan tatalaksana yang tepat. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang baik. Tatalaksana nyeri leher meliputi terapi non-farmakologis, farmakologis, serta pembedahan.
45
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Noerjanto. Nyeri tengkuk,. dalam : Nyeri pengenalan dan tatalaksana. BP UNDIP. Semarang. 1996: 83-91. 2. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. edisi ke enam. Jakarta : PT Dian Rakyat, 1997; 9 – 95. 3. Rahardjo R. Jepitan saraf dan kelumpuhan. dalam : Soedomo Hadinoto. Gangguan gerak (ed). Semarang : Badan Penerbit FK UNDIP, 1996; 106 – 07. 4. Patten J. Neurological differential diagnosis. 2nd ed. Springer-verlag London Limited, 1995; 283-86. 5. Sidharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta. PT Dian rakyat. 1999: 492-514. 6. Aulina S. Pendekatan diagnostik pada nyeri tengkuk (Neck Pain). Neurology update dalam makalah ilmiah konas PERDOSSI 7. Manado, 2011; 364-72 7. Jenie MN. Mekanisme nyeri di leher dan dari leher. Naskah lengkap pertemuan ilmiah nasional 1 Kelompok studi nyeri PERDOSSI. Manado, 2005;6-11 8. Servikal sindom dalam buku pedoman standar pelayanan medis dan standar pelayanan operasional neurologi PERDOSSI, 2006;171-73