Gerontik Etikkkk.docx

  • Uploaded by: DeviKumalaSari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gerontik Etikkkk.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,366
  • Pages: 6
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Definisi Dalam bidang geriatri, masalah etika (termasuk hukum) sangat penting artinya, bahkan diantara berbagai cabang kedokteran mungkin pada cabang inilah etika dan hukum paling berperan. Kane (1994). Bebagai hal yang sangat perlu diperhatikan adalah, antara lain, keputusan tentang mati hidup penderita. Apakah pengobatan diteruskan atau dihentikan. Apakah perlu tindakan resusitasi. Apakah makanan tambahan per infuse tetap diberikan pada penderita kondisi yang sudah jelas akan meninggal? Dalam geriatric aspek etika ini erat dengan aspek hokum, sehingga pembicaraan mengenai kedua aspek ini sering disatukan dalam satu pembicaraan. Aspek hokum penderita denagn kemampuan kognitif yang sudah sangat rendah seperti pada penderita dementia sangat erat kaitannya dengan segi etik. Antara lain berbagai hal mengenai pengurusan harta benda enderita lansia yang tidak mempunyai anak dan lain sebagainya. Beberapa hal tersebut perlu mendapatkan perhatian di Indonesia, Dimana giriatri merupakan bidang ilmu yang baru saja mulai berkembang. Oleh karena itu, beberapa dari prinsip etika yang dikemukakan berikut ini sering belum terdapat / dilaksanakan di Indonesia. Pengertian dan pengetahuan mengenai hal ini akan memberi gambaran bagaimana seharusnya masalah etika dan hukum pada perumatan penderita lanjut usi diberlakukan. Terlepas dari permasalahan peningkatan harapan hidup di negara maju telah memimpin Peningkatan jumlah orang tua dirawat di panti jompo berdampak pula pada otonomi dan

masalah legal etik lansia. Mengingat kelemahan fisik dan kerusakan kapasitas mental di banyak penduduk ini, pertanyaan muncul sebagai otonomi mereka dan untuk perlindung an mereka dari bahaya. Pada tahun 2005, salah satu pengadilan Jerman tertinggi, Bundes gerichtshof (BGH) mengeluarkan putusan mani yang berurusan dengan kewajiban panti jompo dan dengan melestarikan otonomi dan privasi dalam penghuni panti jompo (Artikel Glob al Medical Ethic oleh Kai Sammet, 2007).

isu legal dan etik yang memengaruhi lansia telah mengalami peningkatan angka kejadia n dipengadilan pada masa sekarang ini. Perawat yang merawat lansia mengalami isu etis yang pada golongan usia ini. Sekelompok pertanyaan muncul pada tingkat individu yang berkaitan dengan permasalahan penuaan dan arti manusia. Kelompok pertanyaan kedua berkaitan dengan pengalaman subjektif dari kecacatan dan penyakit sebagai yang dirasa kan dan ditafsirkan oleh lansia dan respons yang diberikan oleh perawat, dokter, atau ten aga kesehatan yang lain. Serta yang terakhir kelompok ketiga masalah berpusat pada proses pengambilan keputusan medis yang mengikutsertakan pasien, anggota keluarga, para tenaga kesehatan, petugas lapangan, dan administrator rumah sakit. Akhirnya, masalah etis yang berhubungan dengan lansia sebagai suatu kelompok muncul dalam konteks masyarakat yang lebih besar (Mickey & Patricia, 2006). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diaatas yaitu bagaiamana nilai etik pada keperawatan gerontik. 1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk diketahuinya dan memahami aspek legal etik keperawatan lansia. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya isu etik dan legal dalam keperawatan lansia b. Diketahuinya pengaruh etik da legal terhadap keperawatan lansia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ETIK KEPERAWATAN GERONTIK  Kode Etik dalam Praktik Keperawatan : a. Tanggung jawab terhadap klien. b. Tanggung jawab terhadap tugas.

c. Tanggung jawab terhadap sesama perawat. d. Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan. e. Terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.  Hal yang Perlu Diperhatikan oleh Perawat berkaitan dengan kode etik : a)

Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan suku, ras, golongan, pangkat, jabatan, status sosial, masalah kesehatan.

b)

Menjaga rahasia klien.

c)

Melindungi klien dari campur tangan pihak lain yang tidak kompeten, tidak etis, praktik illegal.

d)

Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya.

e)

Perawat menjaga kompetensi keperawatan.

f)

Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya.

g)

Kompetensi individu serta kualifikasi dalam meberikan konsultasi.

h)

Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan standar professional.

i)

Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatan lain atau ahli dalam rangka

meningkatkan

pelayanan

kesehatan

yang

dibutuhkan

oleh

masyarakat termasuk lansia. 2.2 PINSIP ETIKA KEPERAWATAN GERONTIK  Prinsip Etika Keperawatan Lansia : Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) : a. Empati : Istilah empati menyangkut istilah “simpati atas dasar pengertian yang dalam” artinya upaya pelayanan pada lansia harus memandang seseorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. b. Non Malefience dan beneficence. Pelayanan lansia selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan. Sebagai contoh, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau perlu) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan. c. Otonomi yaitu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu

saja hak tersebut mempunyai batasan, tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran, seringkali ini dibantu oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi berupaya untuk melindungi penderita yang fungsional masih kapabel (sedangkan nonmalificence dan beneficence lebih bersifat melindungi penderita yang inkapabel). d. Keadilan yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan. e. Kesungguhan hati yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang diberikan pada seorang lansia.

Pada dasarnya prinsip etika ini mnyatakan bahwa kapasitas penderita untuk mengambil/menentukan keputusan (prinsip otonomi) dibatasi oleh : realitas klinik adanya gangguan proses pengambilan keputusan (misalnya pada keadaan depresi berat, tidak sadar atau dementia). Bila gangguan tersebut demikian berat, sedangakan keputusan harus segera diambil, maka keputusan bisa dialihkan kepada wakil hukum atau walimkeluarga (istri/suami/anak atau pengacara). Dalam istilah asing keadaan ini disebut sebagai surrogate decission maker. Apabila keputusan yang diharapkan bantuannya bukan saja mengenai aspek medis, tetapi mengenai semua aspek kehidupan (hokum, harta benda dll) maka sebaiknya terdapat suatu badan pemerintah yang melindungi kepentingan penderita yang disebut badan perlindungan hokum (guardianship board). (Brocklehurst and Allen 1987, Kane et al, 1994). Dalam kenyatannya pengambila keputusan ini sering dilakukan berdasarkan keadaan de-facto yaitu oleh suami/istri/anggota kelurga, dinbanding keadaan de-jure oleh pengacara, karena hal yang terkhir ini sering tidak praktis, waktu lama, dan sering melelahkan baik secara fisik maupun emosional. Oleh Karena suatu hal, misalnya gangguan komunikasi, salah pengertian, kepercayaan penderita atau latar belakang budaya dapat menyebabkan penderita mengambil keputusan yang salah ( antara lain menolak tramfusi / tindakan bedah

yagn live saving). Dalam hal ini, dokter dihadapkan pada keadaan yang sulit, dimana atas otonomi penderita tetap harus dihargai. Yang penting adalah bahwa dokter mau mendengar semua keluhan atau alas an penderita dan kalau mungkin memperbaiki keputusan penderita tersebut denagn pemberian edukasi. Seringkali perlu diambil tindakan “kompromi” antara apa yang baik menurut pertimbangan dokter dan apa yang diinginkan oleh penderita.

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Nilai etik memberi pengaruh yang besar dalam keperawatan gerontik. Adanya pengaruh etik dalam perawatan lansia yaitu tiga kategori diidentifikasi berupa pertimbangan, hubunga n, dan perawatan. Kategorikategori ini membentuk dasar kategori inti yaitu ''Penguatan'' sehi ngga hal tersebut dapat meningkatkan etika asuhan keperawatan dan kenyamanan bagi pasien lansia. Terlepas dari pengaruh etika tersebut, tentunya membutuhkan cara yang tepat dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan etik dan legal dalam perawatan lansia. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian beberapa jurnal merekomendasikan cara untuk mengatasi permasalahan etik berupa pasien lansia harus dianggap sebagai populasi yang ren tang dan memerlukan dukungan hukum terkait hak mereka. Pasien lansia merupakan fokus utama dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik. Penerapan nilai nilai etik dan prinsip

etik dapat meningkatkan kepekaan terhadap lansia. Selai itu, mengembangkan unsur keterb ukaan dan musyawarah antara penyedia pelayanan, tenaga kesehatan, keluarga dan masyarakat akan membantu dalam mengatasi masalah etis terkait moral yang mucul sehari-hari. Sehingga dapat diterapkan unsur keadilan pada pasien lansia.

DAFTAR PUSTAKA Mickey & Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC. Jakarta:Buku Ke dokteran. Potter & Perry. 2005. Fundamental of Nursing: Concept, Process, Practic. Edisi 4. Volume 2. EGC. Jakarta: Buku Kedokteran. Ma'rifatul Lilik A.. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Amelia Nindy. 2013. Prinsip Etika Keperawatan. Yogyakarta: D-Medika. A.N. Pishchita. (2007). Elderly Patients as a Vulnerable Category of the Population Requiri ng Special Legal Proctetion With Respect to the Provision of Medical Care. European Journ al of Health Law 14. 349-354. Block Geriatric Nursing. 2013. Kampus Alma Ata. (2013). Profil Demografi, Epidemiologi dan Stressor serta Mitos Pada Lansia: proses kulia pakar. Hendri Purwadi. Yogyakarta. Block Geriatric Nursing. 2013. Kampus Alma Ata. (2013). Kesehatan Usia Lanjut dan Per masalahannya: proses kulia pakar. Bondan Palestin. Yogyakarta.

Related Documents

Gerontik Hipertensi.docx
April 2020 27
Gerontik Pemfis.docx
June 2020 25
Gerontik Etikkkk.docx
December 2019 28
Gerontik Strok.docx
November 2019 35
Gerontik Jadiiii.docx
December 2019 42
Gerontik Fix.docx
April 2020 22

More Documents from "Anonymous 3wKkn6dak"

Woc Demam Tipoid.docx
December 2019 9
Gerontik Etikkkk.docx
December 2019 28