Iid Dahlia (201401054) Susanti (201401056) Ayu Fitria Siyamti (201401057) Atika Listiani (201401058) Adita Dwi Kurniasari (201401059) Vista Rinanda Widiawati(201401072) Windi Rosalia Agustin (201401077) Muhammad Imam Arifin (201401078) Rhobiatul Adawiyah (201401083) Novia Kamaranti (201401089)
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat (Thoha, 2013) gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin (Rivai, 2014)
1
2
3
4
Gaya kepemimpinan otokratis Gaya Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan partisipatif Gaya Kepemimpinan Laisses Faire
Apa itu OTORITER
KEPEMIMPINAN OTORITER Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Follet, 1940; dikutip dari Gillies, 1996).
Diktator
Kepemimpinan OTORITER Pemimpin yang penuh kebaikan
Pemimpin dengan gaya otoriter (juga disebut bersifat mengendalikan, perintah, atau otokrasi) memberikan pertahanan yang kuat dalam mengontrol semua aspek dalam kelompok dan aktivitasnya.
Ciri-ciri Gaya pemimpin Otoriter: 1.Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pimpinan 2.Bawahan, oleh pimpinan hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh memberikan ide-ide baru 3. Bekerja keras, disiplin tinggi dan tidak kenal lelah 4.Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya penawaran saja. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan. Dan kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan
5.Memiliki kepercayaan rendah terhadap bawahan dan kalaupun kepercayaan diberikan, di dalam dirinya penuh ketidakpercayaan 6.Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah dari pimpinan ke bawahan 7.Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang 8. Pengawasan dilakukan secara ketat 9. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan 10.Tiada kesempatan bagi bawahan untuk mengeluarkan pendapat
11. Tugas diberikan dengan intruksi 12. Banyak kritik dari pada pujian 13. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan 14. Pemimpin menuntut kesetiaan mutlak dari bawahan 15. Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman 16. Kasar dalam bertindak 17. Kaku dalam bersikap 18. Tanggung jawab dipikul oleh pimpinan
KEKURANGAN 1. Bawahan tidak memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau ide-ide baru. 2. Kurangnya komunikasi antara pimpinan dan bawahan. 3. Bawahan kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 4. Pemimpin bersifat kaku, tetap dan dominan. 5. Menggunakan kekuasaan untuk mengintimidasi atau menekan mereka yang gagal mempertahankan keberhasilan. 6. Menaruh sedikit kepercayaan dan keyakinan pada bawahan dan karena itu membuat seluruh keputusan sendiri.
1.
2.
3.
KELEBIHAN Seorang pemimpin otoriter biasanya bersifat pekerja keras dan memiliki disiplin tinggi. Penentuan keputusan lebih cepat karena tidak menggunakan musyawarah atau diskusi. Pemimpin otoriter mempertahankan seluruh tanggung jawab dan perhatian utamanya pada pencapaian tugas dan tujuan.
Skenario Narasi Kasus : Bu Adita adalah seorang kepala puskesmas disalah satu puskesmas di wilayah Mojokerto, bu Adita telah bekerja selama 4 bulan. Tetapi selama kepemimpinan dibawah bu Adita beberapa dari perawat menunjukkan rasa ketidak puasan karena sikap dari Bu Adita yang sangat keras dan membuat keputusan sendiri, serta tidak mau menerima pendapat dari bawahannya. Siang ini, pada jam istirahat makan siang, Bu Adita bertanya kepada Bu Novia apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dari para staff di puskesmas
tersebut. Akhirnya bu Novia menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal melalui komunikasi “grapevine”, bahwa para staff merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri oleh bu Windi. Dia (Bu Windi) menyatakan, “saya membuat semua keputusan untuk staff saya, karena semua tanggung jawab berada di
tangan saya, jadi semua staff harus patuh pada semua keputusan yang telah saya buat.”