Makalah Isos.docx

  • Uploaded by: ayu tri
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Isos.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,582
  • Pages: 45
MAKALAH TERAPI KELOMPOK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I Dosen Pengajar : Lilik Ma’arifatul Azizah, S.Kep., Ns., M.Kes.

OLEH: KELOMPOK 2/4C 1.

Dewi Zuniawati

(201401085)

2.

Suut Dyah Chasanah

(201401108)

3.

Norikabo Aysah

(201401109)

4.

Ayun Sulufiatul Fadillah

(201401110)

5.

Shelma Oktaviany Kusuma N (201401111)

6.

Diah Novalia Seputra

(201401113)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2016

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat serta rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Keperawatan Jiwa I” yang berjudul “Isolasi Sosial“. Makalah ini disusun sebagai pertanggungjawaban dalam menyelesaikan tugas “Keperawatan Jiwa I”. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan jalan kemudahan dan segalanya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar. 2. Bu Lilik Ma’arifatul Azizah, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku dosen pengajar “Keperawatan Jiwa I” yang telah membimbing kami sehingga kami bisa menyusun makalah ini secara objektif. Kami meyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Bu Lilik Ma’arifatul Azizah, S.Kep., Ns., M.Kes. agar penyusunan makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Mojokerto,

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..........................................................................

ii

DAFTAR ISI .........................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................

1

1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Terapi Kelompok .........................................................

2

2.2 Tujuan Terapi Kelompok...........................................................

2

2.3 Indikasi dan Syarat Terapi Kelompok .......................................

3

2.4 Bentuk-Bentuk Terapi Kelompok .............................................

6

2.5 Proses Pelaksanaan Terapi Kelompok .......................................

7

2.6 Kerangka Teoritis Terapi Kelompok .........................................

9

2.7 Peran Dalam Terapi Kelompok .................................................

11

2.8 Kasus .........................................................................................

12

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan ....................................................................................

14

3.2 Saran ..........................................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial. Untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan antara sementara identitas pribadi tetap di pertahankan. Jika sebaliknya maka patut dicurigai adanya gangguan kepribadian dan biasanya terjadi pada masa remaja dan dewasa. Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, yang memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh berbagai penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan hal yang berbeda sama halnya dengan masalah kejiwaan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu gangguan kepribadian atau isolasi sosial atau menarik diri. Dalam gangguan ini hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam melakukan proses keperawatan dan penyembuhan dengan klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena dengan hubungan saling percaya dapat membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya. Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998). 1

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari isolasi sosial? 2. Apa yang menyebabkan terjadinya isolasi sosial? 3. Bagaimana proses terjadinya isolasi sosial? 4. Apa saja tanda dan gejala isolasi sosial? 5. Apa saja diagnosa yang muncul dari masalah isolasi sosial? 6. Bagaimana tindakan keperawatannya? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk menjelaskan pengertian dari isolasi sosial 2. Untuk menjelaskan penyebab terjadinya isolasi social 3. Untuk menjelaskan proses terjadinya isolasi social 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala isolasi social 5. Untuk mengetahui diagnosa yang muncul dari masalah isolasi social 6. Untuk mengetahui tentang tindakan keperawatannya

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Isolasi Sosial Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998). Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Deden dan Rusdi, 2013). Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negative atau mengancam (Nanda-1,2012). Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan prilaku maladaktif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000). 2.2 Perkembangan Hubungan Sosial 1. Masa bayi Masa bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan psikologisnya, bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat sederhana, misalnya menangis untuk semua kebutuhannya. Respon lingkungan (ibu atau pengasuh) terhadap kebutuhan bayi harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri bayi akan respon perilakunya dan rasa percaya bayi akan orang lain. Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri. 3

2. Masa prasekolah Masa

prasekolah

mulai

memperluas

hubungan

sosialnya

diluar

lingkungan keluarga khususnya ibu dan pengasuh. Anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar hubungan keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar atau otonomi yang berguna untuk mengembangkan kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan disertai respon keluarga yang negative akan mengakibatkan anak tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri (tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungannya, kurang percaya diri, pesimis, takut perilakunya salah. 3. Masa sekolah Masa sekolah mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan sekolah. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja sama, kompetensi, kompromi. Konflik yang sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten, teman dan orang dewasa diluar keluarga (guru, orang tua, teman) merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan dalam membina hubungan teman disekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan anak frustasi terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan menarik diri dari lingkungannya. 4. Masa remaja Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya dan sejenis, pada umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan teman sangat tergantung, sedangkan hubungan dengan orang tua mulai independent. 4

Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua, akan mengakibatkan keraguan akan identitas, kemampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri kurang. 5. Masa dewasa muda Pada usia ini individu mempertahankan hubungan interdependen dengan orang tua dan teman sebaya, individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan pendapat orang lain seperti pekerjaan, memilih karir, melangsungkan perkawinan. Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan, perkawinan akan mengakibatkan individu akan menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa dengan karir. 6. Masa dewasa tengah Individu pada usia dewasa muda pada umumnya telah pisah tempat tinggal dengan orang tua, khususnya individu yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar dewasa merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan independen.

Individu

yang

perkembangannya

baik

akan

dapat

mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru. Kegagalan pisah dengan orang tua, membina hubungan yang baru, dan mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian tertuju pada diri sendiri, produktifitas dan treatifitas berkurang, perhatian pada orang lain berkurang. 7. Masa dewasa lanjut Pada masa ini individu mengalami kehilangan, baik kehilangan fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan), anggota keluarga (kematian orang tua). Individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu yang mengalami perkembangan yang baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi kehilangannya. 5

Kegagalan individu untuk menerima kehilangan yang terjadi pada kehidupan serta menolak bantuan yang disediakan untuk membantu untuk mengakibatkan perilaku menarik diri. 2.3 Etiologi 1. Faktor Predisposisi a. Faktor Tumbuh Kembang Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah. b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga Gangguan

komunikasi

dalam

keluarga

merupakan

faktor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini

yang

termasuk

masalah

dalam

berkomunikasi

sehingga

menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. c. Faktor Sosial Budaya Isolasi social atau mengasingkan diri dari dari lingkungan social merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini di sebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota yang tidak produktif seperti usia lanjut, penyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya. d. Faktor Biologis Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang 6

mengalami masalah dalam hubungan social memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel. 2.

Faktor presipitasi a. Stressor sosial kultur Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluar dan berpisah dengan orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit. b. Stressor psikologis Ansietas berkepanjangan terjadi bersama dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasi tuntutan untuk berpisah dangan orang terdekat atau kebanyakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi. Jadi, yang dapat dikatakan dengan faktor presipitasi adalah menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sunden, 1995). c. Perilaku Perilaku pada klien gangguan social menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis, sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri, kurang peka terhadap lingkungan, kurang energy, harga diri rendah dan sikap tidur seperti janin saat tidur. Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi tidak mempercayai orang lain, sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoid. Kemudian perilaku pada klien dengan gangguan social manipulasi adalah kurang asertif, mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri rendah, dan sangat tergantung pada orang lain (Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, 2009) 7

d. Rentang Respon Rentang respon berhubungan dapat berfluktuasi dari respons berhubungan adaktif sampai maladaktif.

Respon Adaptif Solitude Otonomi

Respon Maladaptif Merasa sendiri (Loneliness)

Kebersamaan Saling ketergantungan

Manipulasi Impulsif Narsistik ketergantungan

Menarik diri

Isolasi sosial

Tergantung (Dependen)

Bekerjasama (Mutualisme) Saling tergantung (Interdependen) Keterangan rentang respon :

1. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan cultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respon adaptif tersebut : a. Solitude Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya. b. Otonomi Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide- ide pikiran. c. Kebersamaan Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk meberi dan menerima. d. Saling ketergantungan 8

Saling ketergsntungan antara individu dengan orang lain dalam hubungann interpersonal. 2. Respon Maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma - norma dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik perilaku maladaptif tersebut adalah: a. Menarik diri Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara. b. Manipulasi adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam. c. Ketergantungan Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki. d. Impulsif Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak. e. Narkisisme Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung. (Ernawati, dkk, 2009)

2.4 Tanda dan Gejala Tanda dan gejala menurut Iyus Yosep, 2010 isolasi sosial sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: 1. Gejala subjektif : a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain 9

b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain c. Respon verbal kurang dan sangat singkat d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan g. Klien merasa tidak berguna h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup i. Klien merasa ditolak 2. Gejala objektif a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara b. Tidak mengikuti kegiatan c. Banyak berdiam diri dikamar d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal f. Kontak mata kurang g. Kurang spontan h. Apatis i. Ekspresi wajah kurang berseri j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri k. Mengisolasi diri l. Tidak / kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya m. Masukan makanan dan minuman terganggu n. Retensi urin dan feses o. Aktivitas menurun p. Kurang energi ( tenaga ) q. Rendah diri r. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus / janin ( khususnya pada posisi tidur ) 10

2.5

Proses Terjadinya Masalah

Pattern of parenting (pola asuh keluarga)

Inefective coping (Koping Individu tidak Efektif)

Lack of Development task (Gangguan tugas perkembangan)

Stressor internal and external (stress internal dan eksternal)

Misal: Pada anak

Misal: Saat

Misal: Kegagalan

Misal: Stress terjadi

Yang kelahirannya

individu

Menjalin hubungan

Akibat ansietas Yang

Tidak dikehendaki

Menghadapi

intim dengan

berkepanjangan dan

(unwanted child)

kegagalan

sesame jenis atau

terjadi bersamaan dengan

akibat kegagalan

menyalahkan orang lawan jenis, tidak

keterbatasan kemampuan

KB, hamil di luar

lain,

mampu mandiri dan

individu untuk

nikah,jenis kelamin

ketidakberdayaan,

menyelesaikan

mengatasinya.

yang tidak

menyangkal tidak

tugas, bekerja,

Ansietas terjadi akibat

diinginkan,

mampu

bergaul, sekolah,

berpisah dengan orang

Bentuk fisik kurang

mengahadapi

menyebabkan

terdekat, hilangnya

menawan

kenyataan dan

ketergantungan

pekerjaan atau orang yang

menyebabkan

menarik diri dan

pada orang tua,

dicintai.

keluarga

lingkungan, terlalu

rendahnya

Mengeluarkan

tingginya self ideal

ketahanan terhadap

komentar- komentar

dan tidak mampu

berbagai

negatif,

menerima realitas

kegagalan.

merendahkan,

dengan rasa

meyalahkan anak

syukur.

Harga Diri Rendah Kronis 2.6

Pohon Masalah 11 Isolasi Sosial

Akibat

:

Resiko Perubahan Sensori Persepsi Halusinasi

Masalah utama:

isolasi sosial : Menarik Diri Core Problem

Penyebab

:

Harga Diri Rendah

Koping keluarga tidak efektif. 2.7

Koping Individu tidak efektif.

Komplikasi Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Deden Dermawan dan Rusdi, 2013)

2.8

Pemeriksaan Diagnostik 1. Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI) Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog dalam menentukan kepribadian seseorang yang terdiri dari 556 pernyataan benar atau salah. 2. Elektroensefalografik (EEG) Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu membedakan antara etiologi fungsional dan organik dalam kelainan mental. 3. Test laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan oleh genetik. 12

4. Rontgen kepala untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan struktur anatomi tubuh. 2.9

Penatalaksanaan 1. Obat anti psikotik a. Clorpromazine (CPZ) Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari - hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang. b. Haloperidol (HLD) Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung). c. Trihexy phenidyl (THP) Indikasi: Segala jenis penyakit parkinson, termasuk paska ensepalitis dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine. 13

Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik atau parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meningkat, gangguan irama jantung). 2. Therapy Farmakologi 3. Electro Convulsive Therapi Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan Elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energy shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist italia Ugo Cerletti dan Lucio Bini pada tahun 1930. Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi (Therapeutic Clonic Seizure) setidaknya 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat meningkatkan kadar serum Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) pada pasien depresi yang tidak responsive terhadap terapi farmakologis. 4. Therapy Kelompok Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan ganggua interpersonal.

14

5. Therapy Lingkungan Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang (Deden Dermawan dan Rusdi,2013). 2.10 Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji : 1. Masalah Keperawatan a. Resiko perubahan persepsi – sensori : halusinasi b. Isolasi sosial : menarik diri c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 2. Data yang perlu dikaji a. Resiko perubahan persepsi – sensori : halusinasi a)

Data subjektif  Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata  Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata  Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus  Klien merasa makan sesuatu  Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya  Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang diihat dan didengar  Klien ingin memukul/melempar barang-barang

b) Data Objektif  Klien berbicara dan tertawa sendiri  Klien bersikap seperti / mendengar sesuatu

15

 Klien berhenti bicara ditengan kalimat untuk mendengarkan sesuatu  Disorientasi

b. Isolasi sosial : menarik diri a) Data subjektif  Sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Terkadang hanya berupa jawaban singkat ya atau tidak. b) Data objektif  Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar dan banyak diam. c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah a) Data subjektif  Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. b) Data objektif  Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup

16

2.11

Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa

Perencanaan

Keperawatan

Tujuan

Rasional

Kriteria hasil

Resiko

Umum :

perubahan

Pasien

sensori

berinteraksi

persepsi

Intervensi

Setelah 3 x 24 jam Bina hubungan saling percaya Hubungan dapat pasien

: dengan

dapat dengan mengungkapkan prinsip percaya

menunjukkan orang ekspresi

halusinasi

lain

berhubungan

tidak

dengan

halusinasi

komunikasi terapeutik.

langkah awal untuk

baik verbal maupun nonverbal. keberhasilan rencana

terjadi menunjukkan rasa 2. Perkenalkan diri dengan sopan

Khusus :

senang,

ada 3. Tanyakan

nama

lengkap

kontak mata, mau

pasien dan nama panggilan

berjabat

yang disukai

mau

merupakan

wajah 1. Sapa pasien dengan ramah menentukan

sehingga yang

menarik diri

saling

tangan,

menjawab 4. Jelaskan tujuan pertemuan

1. Pasien dapat salam, pasien mau 5. Jujur dan menepati janji membina

duduk

hubungan

berdampingan

saling percaya dengan

6. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya

perawat, 7. Beri perhatian dan perhatikan

mau

kebutuhan dasar pasien.

mengutarakan masalah

yang

dihadapi.

17

selanjutnya.

2. Pasien dapat Psien menyebut

dapat 1. Kaji pengetahuan klien tentang

menyebutkan

perilaku

an penyebab penyebab menarik menarik diri

menarik

diri

dan

tanda-tandanya

diri yang berasal 2. Berikan

Dengan

mengetahui

tanda-tanda

dan

gejala menarik diri,

kesempatan

pada

sehingga

dapat

dari :

pasien untuk mengungkapkan

menentukan langkah

a. diri sendiri

perasaan penyebab menarik

intervensi

b. orang lain

diri atau tidak mau bergaul.

selanjutnya.

c. lingkungan

3. Diskusikan

bersama

pasien

tentang perilaku menarik diri tanda dan gejala 4. Berikan

pujian

kemampuan

terhadap pasien

mengungkapkan perasaanya

18

3. Pasien dapat Pasien

dapat 1.

Kaji

pengetahuan

pasien Reinforcement dapat

menyebutkan

menyebutkan

tentang keuntungan manfaat meningkatkan

keuntungan

keuntungan

bergaul dengan orang lain

berhubungan

berhubungan

2.

Berikan

kesempatan

diri. pada

dengan orang dengan orang lain,

pasien untuk mengungkap kan

lain

tentang keuntungan manfaat

dan misalnya

kerugian tidak teman, berhubungan

merasa

banyak tidak

bergaul dengan orang lain

sendiri, 3. Diskusikan bersama pasien

dengan orang bisa diskusi, dll

tentang manfaat berhubungan

lain .

dengan orang lain. 4.

Kaji

pengetahuan

pasien

tentang kerugian bila tidak bergaul dengan orang lain 5. Beri kesempatan pada pasien untuk

mengungkapkan

perasaan nya tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 6. Diskusikan bersama pasien tentang

kerugian

tidak

berhubungan orang lain 7. Beri reinforcement yang positif terhadap kemampuan mereka dalam

mengungkapkan

perasaan tentang kerugian bila tidak

berhubungan

orang lain

19

dengan

harga

4. Pasien dapat Pasien melaksanakan

menyebutkan

hubungan

kerugian

dapat 1. Kaji

tidak

sosial secara berhubungan bertahap

kemampuan

pasien

membina hubungan dengan

mana

orang lain

pasien

2. Dorong dan bantu klien untuk

dengan orang lain

berhubungan

misalnya

lain melalui :

tidak

punya teman

dengan

orang



Klien dengan perawat



Klien - perawat-perawat lain



Klien – kelompok kecil



Klien-keluarga-kelompokmasyarakat

3. Berilah reinforcement terhadap keberhasilan yang telah mereka capai. 4. Bantu

pasien

untuk

mengevaluasi

manfaat

berhubungan

dengan

orang

lain. 5.

Motivasi pasien kegiatan

dan

libatkanlah

untuk

mengikuti

terapi

aktivitas

kelompok sosialisasi. 6. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama untuk mengisi waktu 7.

Beri

reinforcement

atas

kegiatan pasien dalam kegiatan ruangan. 20

Mengetahui sejauh pengetahuan tentang

berhubungan dengan orang lain.

5. Pasien dapat Pasien dapat men mengungkapk

1. Dorong

demonstrasikan

an perasaanya hubungan

secara bertahap:

berhubungan

Pasien

dengan

orang lain / kelompok. 2. Diskusikan dengan

lebih

diri

untuk

orang lain. pasien Mengetahui

manfaat berhubungan dengan mana

 Pasienperawat-

pasien

setelah berhubungan dengan berhubungan dengan

dengan orang perawat lain

untuk Agar

mengungkapkan perasaannya percaya

sosial

setelah

pasien

orang lain. 3. Beri

pengetahuan

pasien

reinforcement

sejauh

positif kerugian

tentang bila

tidak

atas kemampuan klien dalam berhubungan dengan

perawat lain  Pasien-

mengungkapkan

perawat-

nya

perawat lain-

dengan orang lain.

klien  Pasienkelompok kecil  Pasienkeluargakelompokmasyarakat

21

yang

perasaan orang lain. berhubungan

6.

Pasien dapat Pasien memberdaya kan

dapat 1. BHSP dengan keluarga:

mengungkapkan

sistem perasaan

setelah

Dengan

-

Salam, perkenalkan diri

keluarga pasien akan

-

Sampaikan tujuan

merasa diperhatikan

Membuat kontrak

pendukung

berhubungan

-

atau

dengan orang lain -

Eksplorasi perasaan keluarga

keluarga

untuk :

untuk

- diri sendiri

mampu

- orang lain

2. Diskusikan

gkan

Keluarga dapat :

kemampuan

- Menjelaskan

pasien berhubungan

dengan

anggota

keluarga tentang :

mengemban

-

perilaku menarik diri

-

penyebab

perilaku

menarik diri -

Cara

keluarga

perasaanya

menghadapi

- Menjelaskan

menarik diri

dalam perilaku

dengan

cara

merawat

3. Dorong anggota keluarga untuk

orang lain

pasien

menarik

memberikan dukungan kepada

diri

pasien untuk berkomunikasi

- Mendemostrasika n cara perawatan

dengan pasien 4.Anjurkan keluarga untuk secara

pasien

rutin dan bergantian untuk

- Berpartisipasi

mengunjungi pasien minimal

dalam perawatan pasien

1x seminggu 5. Beri reinforcement atas hal-hal yang

telah

keluarga.

22

dukungan

dicapai

oleh

Diagnosa

Perencanaan

Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Kriteria hasil

Isolasi sosial Umum :

Setelah 3x interaksi Bina hubungan saling percaya Dengan

berhubungan

Pasien

dapat pasien

dengan

berinteraksi

menarik diri

dengan

dapat dengan mengungkapkan prinsip kepercayaan

menunjukkan

komunikasi terapeutik.

orang tanda-tanda percaya 8. Beri

salam

pada

setiap

kepada perawat :

Khusus :

a. wajah cerah dan 9. Perkenalkan diri dengan sopan

membina

dapat

tersenyum

berinteraksi.

10. Tanyakan

b. mau berkenalan

percaya

d. bersedia

lengkap

11. Tunjukkan sikap jujur dan menepati

perasaannya

berinteraksi

janji

setiap

kali

12. Tanyakan perasaan pasien dan

mengungkapkan masalahnya

nama

yang disukai

menceritakan

e. bersedia

merasa nyaman

pasien dan nama panggilan

hubungan saling c. ada kontak mata

maslah yang dihadapi pasien 13. Buat kontak interaksi yang jelas 14. Dengarkan

dengan

perhatian ekspresi pasien

23

perawat

kali membuat

lain

Pasien

adanya

penuh perasaan

pasien akan pasien

1. Pasien dapat Setelah menyebut

interaksi,

4x Tanyakan kepada pasien tentang: pasien

an penyebab dapat menyebutkan menarik diri

minimal

Dengan

mengetahui

a. Orang yang tinggal serumah

penyebab

b. Orang yang paling deket

menarik

satu

dengan pasien

pasien diri

dapat

ditemukan

penyebab menarik

c. Apa yang membuat pasien

diri. Misalnya diri

tidak dekat dengan orang

pasien

dalam

sendiri, orang lain

tersebut?

berinteraksi

sosial,

ataukah

d. Upaya

lingkungan.

24

apa

yang

telah

mekanisme

serta

koping

strategi

apa

dilakukan agar dekat dengan

yang akan diterapkan

orang tersebut?

kepada pasien

2. Pasien dapat Setelah 6x interaksi 1. Tanyakan menyebutkan pasien

dapat

pasien

tentang Dengan

mengetahui

tujuan:

manfaat berhubungan

keuntungan

menyebutkan

a. Manfaat hubungan sosial

sosial dan kerugian

berhubungan

keuntungan

b. Kerugian menarik diri

menarik diri, maka

sosial

dan berhubungan sosial 2. Diskusikan

bersama

pasien pasien

kerugian

misalnya

tentang manfaat berhubungan termotivasi

menarik diri.

a. Banyak teman

sosial dan kerugian menarik berinteraksi

b. Tidak kesepian

diri.

c. Bisa berdiskusi d. Saling menolong Sedangkan kerugian

menarik

diri, misalnya a. Kesepian b. Tidak mempunyai teman c. Tidak

bisa

berdiskusi

25

orang lain.

akan

dengan

3. Pasien dapat Setelah melaksanaka

interaksi,

7x 1. Beri pasien

pasien

mengungkapkan perasaannya

sosial secara melaksanakan hubungan secara

terhadap

kemampuan

n hubungan dapat

bertahap

pujian

2. Observasi perilaku pasien saat sosial

berhubungan

bertahap

dengan:

sosialdengan

orang lain.

Melibatkan

pasien

dalam

interaksi

sosial

akan

mendorong

pasien

untuk melihat dan merasakan

3. Beri motivasi dan bantu pasien

langsung

secara manfaat

a. Perawat

untuk

dari

b. Perawat lain

berkenalan/berkomunikasi

sosial

c. Pasien lain

dengan

meningkatkan

d. Kelompok



Perawat

konsep diri pasien



Pasien lain



Kelompok

4. Libatkan pasien dalam TAK 5. Diskusikan jadwal harian yang dapat

dilaksanakan

meningkatkan

kemampuan

pasien bersosialisasi

26

untuk

berhubungan serta

4. Pasien dapat Setelah

8x 1. Diskusikan pasien

dengan

tentang perasaannya

pasien Untuk

mengetahui

mengungkap

interaksi,

kan

dapat menjelaskan

berhubungan sosial dengan

dalam

perasaanya

perasaannya

 orang lain

dan

setelah

setelah

 kelompok

keberhasilan

berhubungan

berhubungan sosial

sosial

dengan:

kemampuan

a. Orang lain

mengungkapkan perasaannya

2. Beri

b. kelompok

27

pujian

setelah kemampuan

pasien

berinteraksi menilai dalam

terhadap strategi pelaksanaan. pasien

5.

Pasien

Setelah

mendapatka

interaksi, keluarga

serta dari keluarga sebagai sistem

n dukungan

dapat menjelaskan

pendukung bagi pasien untuk utama

bagi

keluarga

tentang

mengatasi perilaku menarik untuk

meningkatkan

dalam

a. Pengertian

diri

memperluas hubungan sosial.

9x

menarik diri

1. Diskusikan pentingnya peran Keluarga merupakan

dan

gejala

menarik

untuk

dan

3. Jelaskan

menarik

tentang:

diri d. Cara pasien

pasien sosial

diri

c. Penyebab akibat

membantu

mengatasi perilaku menarik

diri

kepada

keluarga

a. Pengertian menarik diri merawat

b. Tanda dan gejala menarik

yang

diri

menarik diri

c. Penyebab

dan

akibat

menarik diri d. Cara merawat pasien yang menarik diri 4. Latih keluarga cara merawat pasien yang merawat diri 5. Beri motivasi kepada keluarga agar membantu pasien untuk bersosialisasi

28

pasien

percaya dirinya agar

2. Diskusikan potensi keluarga mampu

b. Tanda

pendukung

berinteraksi

6. Pasien dpaat

Setelah

10x 1.

dengan

pasien Menyukseskan

memanfaatkan

interaksi,

obat

dapat menyebutkan

kerugian tidak minum obat, pasien

a. Manfaat minum

nama obat, warna obat, dosis mengoptimalkan kerja

baik

dengan

pasien

Diskusikan

tentang manfaat minum obat, program

obat b. Kerugian

yang tidak

minum obat

2.

Pantau

pasien

saat

menggunakan obat

d. Warna obat

3. yang

pasien

jika

mengkonsumsi obat dengan

diberikan f. Efek samping

Puji

benar 4.

Diskusikan menghentikan obat

tanpa

dengan dokter

29

akibat

dan

efek obat terhadap pasien.

samping.

c. Nama obat

e. Dosis

diberikan,

pengobatan

dari

penggunaan berkonsultasi

Diagnosa Keperawatan Gangguan konsep

Perencanaan Tujuan Umum :

diri Pasien memiliki

berhubungan

konsep diri yang

Intervensi

Rasional

Kriteria hasil 1. Pasien

Bina hubungan saling percaya Hubungan

menunjukkan

dengan mengungkapkan prinsip percaya

ekspresi wajah komunikasi terapeutik.

dengan harga positif

bersahabat,

diri rendah

Khusus :

menunjukkan

baik

7. Pasien dapat

rasa

nonverbal.

membina

ada

hubungan

mata,

saling

berjabat

percaya

tangan,

langkah awal untuk

verbal

maupun keberhasilan rencana selanjutnya

kontak 2. Perkenalkan diri dengan sopan mau 3. Tanyakan

nama

lengkap

pasien dan nama panggilan mau

nama,

yang disukai 4. Jelaskan tujuan pertemuan

mau 5. Jujur dan menepati janji

menjawab

6. Tunjukkan sikap empati dan

salam,

pasien

mau

duduk 7. Beri perhatian dan perhatikan

menerima apa adanya

berdampingan

kebutuhan dasar pasien.

bersama perawat,

merupakan

1. Sapa pasien dengan ramah menentukan

senang,

menyebutkan

saling

mau

mengutarakan masalah yang dihadapi.

30

2. Pasien dapat Pasien

dapat 5. Diskusikan

dengan

pasien

Hal

ini

dapat

mengidentifi

menyebutkan:

tentang:

membuat

kasi

a. Aspek

a. Aspek positif yang dimiliki

semakin berkembang

aspek

positif

dan

positif

dan

pasien,

kemampuan

kemampuan

lingkungan.

yang dimiliki

yang

dimiliki

keluarga,

menjadi lebih baik.

b. Beri pujian yang realistis,

pasien

hindarkan

b. Aspek

dan

pasien

positif

memberi

penilaian negatif.

keluarga c. Aspek

positif

lingkungan pasien 3. Pasien dapat Pasien

mampu 1. Diskusikan

dengan

menilai

menyebutkan

kemampuan

kemampuan

kemampuan yang

dilaksanakan.

yang dimiliki dapat untuk

dilaksanakan

dapat

membuat pasien lebih

dapat

mampu

dilanjutkan mandiri.

1. Rencanakan bersama pasien Mengetahui

membuat rencana

aktivitas yang dapat dilakukan mana

kegiatan kegiatan harian.

pasien

sesuai

dengan pasien dan gagasan

kemampuan pasien:

pasien

dengan

a. Kegiatan mandiri

kemampuan

kemampuan

b. Kegiatan dengan bantuan

dimiliki.

2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi pasien 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat pasien lakukan. 31

sejauh

pengetahuan

sesuai

yang dimiliki

dan

pelaksanaannya.

4. Pasien dapat Pasien

n

dapat sendiri

2. Diskusikan kemampuan yang berkembang

dilaksanakan

merencanaka

yang

pasien Mampu menilai diri

tentang yang

5. Pasien dapat Pasien

dapat 1. Anjurkan

melakukan

melakukan

kegiatan

kegiatan

sesuai

jadwal yang dibuat 2. Pantau

pasien

untuk Kegiatan

yang

melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan sesuai

telah direncanakan

rencana yang

dapat membuat diri

kegiatan

yang pasien

dilaksanakan pasien

dibuat

pasien

menjadi

berkembang ke arah

3. Beri pujian atas usaha yang yang baik dan lebih dilakukan pasien 4. Diskusikan

aktif dalam kehidupan kemungkinan sehari-harinya.

pelaksanaan kegiatan setelah pulang 6. Pasien dapat Pasien memanfaatka n

mampu 1. Beri

memanfaatkan

yang

yang ada

dikeluarga

kesehatan Agar

pasien

dan

kepada keluarga tentang cara keluarga lebih akrab

sistem sistem pendukung

pendukung

pendidikan

merawat pasien dengan harga didalam

ada

diri rendah

kekeluargaannya.

2. Bantu keluarga memberikan dukungan

selama

pasien

dirawat 3. Bantu

pasien

menyiapkan

lingkungan di rumah.

32

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1

Kasus Klien masuk RSJ pada tanggal 3 Juli 2013 pukul 11.00 WIB, keluarga klien mengatakan masuk RSJ karena sering menyendiri dan merasa di tolak di lingkungan keluarganya, semenjak dia berhenti dari pekerjaanya sebagai buruh pabrik di Surabaya. Padahal kx anak paling tua dan di jadikan sebagai tulang punggung di keluarganya. Semenjak saat itu kx merasa dirinya tidak berguna di keluarganya. Selain itu keluarga klien juga mengatakan klien tidak mau bergaul dengan orang lain, tidak banyak bercakap- cakap, banyak melamun, mengurung diri dan sering menyendiri. Kebanyakan kx selalu berdiam diri di kamar dan kurang bersosialisasi baik dengan orang yang berada di rumahnya dan tetangga sekitarnya, serta klien selalu pesimis, ragu, dan tidak mampu merumuskan keinginan, dan selalu merasa tertekan. Keluarga mengatakan ia sudah dua kali masuk RSJ, pertama kali pada tahun 2009 karena klien sering melempari batu ke rumah tetangga – tetangganya sehingga membahayakan orang disekitarnya, dan yang kedua kalinya adalah sekarang, klien dimasukan ke RSJ karena klien selalu berdiam diri dan tidak bersosialisasi, baik dengan keluarganya dan orang disekitarnya. Dari hasil pengkajian dijumpai klien sering berbicara sendiri dan mendengar bisikan-bisikan halus untuk lari dari RSJ ini, selain itu didapatkan rambut dan pakaian tidak tertata rapi, klien tampak kotor, gigi kuning, kuku hitam dan panjang. kontak mata kurang, kalau di tanya klien cenderung blocking, apatis. TD : 120/90 mmHg, N : 86 x/menit . RR : 24 x/menit . S : 37 0C .

33

3.2

Pembahasan A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama

: Nn. B

Umur

: 25 tahun

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Buruh

Suku/Bangsa

: Jawa / Indonesia

Alamat

: Jalan Maju Mundur

Bahasa yang dipakai

: Bahasa Jawa

Rekam Medik

: 00-09-17

Tanggal masuk

: 03 Juli 2013

Tanggal pengkajian

: 03 Juli 2013

2. Identitas Penanggung Jawab : Nama

: Ny. T

Umur

: 62 tahun

Pekerjaan

: Petani

Hub. Dengan Klien

: Ibu

Alamat

: Jalan Maju Mundur

B. Alasan Masuk Klien masuk RSJ pada tanggal 3 Juli 2013 pukul 11.00 WIB, keluarga klien mengatakan masuk RSJ karena sering menyendiri dan merasa di tolak di lingkungan keluarganya. Semenjak dia berhenti dari pekerjaanya sebagai buruh pabrik di Surabaya.

34

C. Faktor Predisposisi : 1.

Riwayat gangguan jiwa Klien mengatakan ia sudah dua kali masuk RSJ, pertama kali pada tahun 2009 karena klien sering melempari batu ke rumah tetangga – tetangganya sehingga membahayakan orang disekitarnya, dan yang kedua kalinya adalah sekarang, klien dimasukan ke RSJ karena klien selalu berdiam diri dan tidak bersosialisasi, baik dengan keluarganya dan orang disekitarnya.

2.

Riwayat pengobatan Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah dibawa berobat tetapi tidak ada perubahan (kurang berhasil). Selain itu pada tahun 2009 klien pernah di rawat di RSJ, namun setelah pulang dari RSJ klien sempat sembuh dan mulai bekerja lagi menjadi buruh pabrik di Surabaya, tapi semenjak Nn. B di keluarkan dari pabrik ia cenderung hanya berdiam diri di kamar dan tidak pernah bersosialisasi.

3.

Riwayat penganiayaan Keluarga klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan tindakan kriminal .

4.

Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

5.

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Keluarga klien mengatakan dari masa sekolah hingga sekarang ia tidak pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

D. Pemeriksaan Umum 1. TD

: 120/90 mmHg 35

N

: 86 x/menit

S

: S : 37 0C .

RR

: 24 x/menit .

2. BB

: 74 kg

3. Keluhan Fisik : tidak ada E. Psikososial 1. Genogram

50

65

62

17

16 25

Keterangan : : Perempuan

: Laki-laki

: klien

: telah meninggal

: tinggal serumah

2. Konsep diri a. Gambaran diri 36

Klien mengatakan tubuhnya terlalu gemuk, ia merasa jelek, klien juga mengatakan kalau wanita berbadan kurus itu akan disegani orang. b. Identitas diri Keluarga klien mengatakan klien belum pernah menikah, klien anak pertama dari tiga bersaudara c. Peran Peran klien dalam keluarga adalah klien anak pertama dari tiga bersaudara. Klien merupakan tulang punggung dalam keluarga, namun semenjak dirawat di RSJ, klien merasa sangat bersalah. d. Ideal diri Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang, karena klien ingin bekerja kembali seperti layaknya orang sehat. e. Harga diri Klien merasa sedih ketika ia berhenti dari pekerjaan sehingga klien merasa tidak berharga karena tidak mampu membantu orang tuanya. Klien menyendiri di kamar, tidak berinteraksi dengan orang lain. 3. Hubungan social a. Orang yang berarti Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah keluarganya. Keluarga klien adalah orang yang mengerti dan memahami klien. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat Klien mengatakan bahwa ia tidak ikut dalam organisasi masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggalnya karena klien merasa di kucilkan disekitar rumahnya .

37

c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain. Klien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain, karena menurut klien tidak ada hal yang perlu dibicarakan atau diceritakan kepada orang lain. Klien sering diam, jarang bercakap-cakap dengan klien lain di ruangan. Klien mengatakan: di rumah klien termasuk orang yang pendiam, malas bicara dengan orang lain, tidak ada teman dekat dengan klien dan klien tidak nyaman di lingkungan banyak orang dan ramai. 4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Klien mengatakan bahwa ia dimasukkan ke RSJ karena klien sering menyendiri di kamar, namun klien tidak mengetahui bahwa klien mengalami gangguan jiwa, klien meyakini dirinya sehat. b. Kegiatan ibadah Klien mengatakan sebelum masuk RSJ, klien jarang melakukan ibadah sholat lima waktu. Begitu juga saat masuk RSJ klien tidak pernah sholat lima waktu. F. Status mental a. Penampilan tidak rapi Jelaskan: rambut dan pakaian tidak tertata rapi, klien tampak kotor, gigi kuning, kuku hitam dan panjang. b. Pembicaraan Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara. Klien menjawab pertanyaan seperlunya saja, terkadang pembicaraan inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan.

c. Aktifitas motorik 38

Ketika berbincang-bincang, kontak mata klien kurang, klien lebih banyak diam ketika tidak ditanya, terkadang malah pergi ke kamar. d. Alam perasaan Klien mengatakan ia putus asa karena ia takut tidak bisa membantu keluarganya karena ia sudah tidak bisa bekerja lagi dan pernah masuk RSJ selain itu menganggap dirinya tidak baik karena dahulu klien sering melempari batu ke rumah tetangga – tetangganya dan dianggap buruk oleh lingkungannya, klien mengatakan dia malu bila bertemu orang karena dia pernah masuk RSJ sebelumnya. e. Afek Datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab pertanyaan seperlunya. Terkadang klien langsung pergi ke kamar. f. Interaksi selama wawancara Klien kurang kooperatif saat diwawancarai, tidak ada kontak mata. Klien berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh perawat, setelah itu klien kembali diam. g. Persepsi Tetapi perawat saat ini belum pernah melihat tanda-tanda klien berhalusinasi auditori seperti berbicara sendiri, tertawa sendiri. h. Tingkat Kesadaran a. Waktu

: klien dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ,

dan dia tidak mengerti kapan saja waktu ia harus mandi b. Tempat : klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ c. Orang

: klien dapat mengenali seseorang, jarang memulai

perkenalan, di dalam ruangan pun klien hanya hafal nama orang 3-5 orang saja. G. Proses terjadinya masalah : 1. Faktor Predisposisi : a. Klien di pecat dari pabrik b. Klien anak paling tua dan ia menjadi tulang punggung keluarga 39

2. Faktor Presipitasi : a. Klien suka menyendiri dan jarang keluar rumah cenderung di kamar. b. tidak mempunyai teman dekat, tidak ada anggota keluarga yang dianggap teman dekat klien H. Analisa Data Data Klien

merasa

Problem

tidak

berguna

Harga Diri Rendah

(minder) karena klien sudah di pecat dan tidak bisa menjadi tulang punggung keluarga lagi. Klien tidak mau bergaul dengan

ISOS

orang lain, tidak banyak bercakapcakap, mengurung

banyak diri

melamun, dan

sering

menyendiri. Kebanyakan kx selalu berdiam diri di kamar dan kurang bersosialisasi baik dengan orang yang berada di rumahnya dan tetangga sekitarnya Klien tidak mau mandi, rambut

Defisit perawatan diri

tampak kotor, kusut, gigi kotor dan kuning, kuku hitam dan panjang klien sering berbicara sendiri dan mendengar bisikan-bisikan halus untuk lari dari RSJ ini

I. Pohon Masalah 40

Halusinasi

Akibat

:

Resiko Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi

Masalah utama:

solasi sosial : Menarik Diri Core Problem

Penyebab

:

Harga Diri Rendah

Koping keluarga tidak efektif.

Koping Individu tidak efektif.

J. Model Keperawatan a. Model komunikasi. Nn. B tidak dapat mengungkapkan pesan dengan baik ke orang lain, sehingga terjadi kesalahan atau ketidaksesuaian dalam mengapresiasikan info yang didapat dalam bentuk perilaku. Sehingga peran perawat dalam kasus ini adalah mengklarifikasi masalah yang berfokus pada permainan dan belajar untuk berkomunikasi secara langsung tanpa sandiwara. b. Model social. Nn. B tidak mau bersosialisasi dengan keluarga maupun orang disekitarnya, sehingga peran perawat menggali system social klien dan membantu menggunakan sumber yang tersedia serta menciptakan sumber yang baru. c. Model interpersonal. Nn. B merasa dirinya mendapatkan peran perawat sendiri memberi kepuasan interpersonal dan mengurangi ansietas.

41

DARTAR PUSTAKA Anna Keliat & Akemat, dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC. Anna Keliat, Budi, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik edisi 9. Jakarta: EGC. Dalami dkk, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media. Fitri, Nita. 2009. Laporan Pendahuluan dan Strategi Selaksanaan. Jakarta : Salemba Medika. Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri Pedoman Dan Pembuatan Rencana Keperawatan Edisi ke-3. Jakarta: EGC.

42

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Kpd.docx
December 2019 22
Makalah Isos.docx
December 2019 24
Bab I.docx
December 2019 25
Kelompok 5 Ti.docx
November 2019 21