BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan yang semakin pesat dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual, menuntut agar manusia mampu meningkatkan produktivitas kerjanya semaksimal mungkin. Usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan dengan kerja keras yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan stress fisik maupun emosional. Di tambah lagi dengan banyak berdirinya pabrik-pabrik, serta kendaraan yang jumlahnya semakin meningkat. Asap yang berasal dari pabrik, kendaraan ataupun asap rokok merupakan suatu sumber polusi bagi udara. Bila hal ini tidak segera ditangani, maka bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia karena secara tidak langsung manusia menghirup udara tersebut yang penuh dengan polusi sehingga bisa mengganggu sistem pernapasan, Padahal udara merupakan kebutuhan paling utama bagi kelangsungan hidup manusia. Jika udara yang dihirup mengandung polutan yang berbahaya seperti CO (karbon monoksida), kandungan timbel (Pb/plumbum), kandungan debu (Pmlo), besi (Fe), maka akan mengakibatkan gangguan pernapasan seperti infeksi saluran pernapasan atas, bronkitis dan asma. Badan kesehatan sedunia (WHO) tahun 2006 memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahunnya. Kondisi ini tidak
hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga di negara tetangga sekalipun. Di dunia penyakit asma termasuk lima besar penyebab kematian mencapai 17,4%. Penyakit saluran pernafasan ini menggunakan kualitas hidup penderitanya.
B. RUANG LINGKUP TULISAN Penyakit ini ditandai dengan tiga hal, antara lain mengkerutnya saluran nafas, pembengkakan dan pengeluaran lender yang berlebihan pada saluran nafas. Akibat terjadi penyempitan saluran nafas (Indonesia Nutrition Network, 2006) Di Indonesia pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, yang meningkat tahun 2003 menjadi 5,2%. Kenaikan ini tentu saja perlu upaya pencegahan agar prevalensi asma tetap rendah (Depkes RI, 2006). Jumlah penderita Asma Akut di RSDK. Semarang setiap tahunnya bertambah. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit pernafasan sangat tinggi. Sesuai dengan data reka medik di RSDK. Semarang, data klien asma sebagai berikut : tahun 2004 terdaftar 48 klien asma dan yang meninggal 5 orang. Tahun 2005 terdaftar 59 klien dan yang meninggal 6 orang. Tahun 2006 sampai bulan juni terdaftar 34 klien dan yang meninggal 2 orang. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis dari jalan nafas yang di karakteristikan dengan wheezing, kesulitan bernafas (sesak nafas) dan batuk (Long, 1996). Serangan asma timbul mendadak dan dapat berlangsung beberapa menit, beberapa jam, sampai beberapa hari, dan hilang dengan obat. Serangan asma dapat bersifat sedang dan berat. Pada serangan yang berat, bernafas menjadi sangat susah dan penderita harus mengeluarkan banyak tenaga untuk bernafas. Keadaan ini disebut sebagai status asmatikus dimana merupakan suatu keadaan
asma yang refakter (tidak mempan) dengan pengobatan rutin atau obat-obatan agonis beta dan teofilin. ( Smeltzer, 2001). Bila hal itu dibiarkan, maka dapat terjadi obstruksi jalan nafas dan kerusakan reversible pada saluran nafas yang akhirnya mengganggu pola nafas klien. Selanjutnya bila perawatan terhadap kepatenan jalan nafas tidak adekuat maka klien bisa mengalami gagal nafas yang akhirnya mengarah pada kematian. (Huddack dan Gallow, 1994). Berdasarkan fenomena dan alasan-alasan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul karya tulis ilmiah yaitu “Asuhan Keperawatan Asma Akut di Ruang penyakit dalam C3L1 Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang”.
C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien dengan penderita Asma. 2. Tujuan Khusus a.Mendiskripsikan pengkajian pada klien dengan penderita Asma. b.Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan penderita Asma. c.Mendiskripsikan rencana tindakan terkait dengan penderita Asma. d.Mendiskripsikan implementasi sampai evaluasi terkait dengan penderita Asma.
D. MANFAAT PENULISAN 1. Manfaat Teoritis Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena stroke, bahwa stroke adalah keadaan yang terjadi secara tiba-tiba maupun tidak yang pada awalnya akan mengalami gangguan dalam hal motorik, berbicara, dan gangguan sensorik. Penulisan karya tulis ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan sinkron atau tidak, karena dalam teori yang sudah ada tidak selalu sama dengan kasus yang terjadi. Sehingga disusunlah karya tulis ilmiah ini.
BAB II TINJAUAN TEORITIS I. KONSEP ASMA BRONKHIAL A. PENGERTIAN Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trachea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan ( The American Thorack Society. 1962)
B. ETIOLOGI Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial. a. Faktor predisposisi • Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor presipitasi • Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi 2. Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan 3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan • Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. • Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. • Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. • Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. MANIFESTASI KLINIS Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
D. PATOFISIOLOGI Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
E. KLASIFIKASI Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. 2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. 2. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. 3. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu : a. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle branch block). c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. 5. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
G. TERAPI/PENGOBATAN Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah : 1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara. 2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma 3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya. Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu: 1. Pengobatan non farmakologik: a. b. c. d. e.
Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pemberian cairan Fisiotherapy Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik : A. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan : a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin) Nama obat : - Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec) - Terbutalin (bricasma) Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup. b. Santin (teofilin) Nama obat : - Aminofilin (Amicam supp) - Aminofilin (Euphilin Retard) - Teofilin (Amilex) Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering). B. Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan. C.Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
L. DAFTAR PUSTAKA 1.https://zanzanbharatasattama.wordpress.com 2. https://sriagusvina.wordpress.com
II. Konsep ASKEP Asma Bronkhial
AIRWAY Pengkajian: Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh. Diagnose keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum Intervensi : a.
Amankan pasien ke tempat yang aman R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien
b.
Kaji tingkat kesadaran pasien R/ dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien
c.
Segera minta pertolongan R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif
d.
Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan sekret
e.
Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah telungkup dan membuka mulutnya R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas BREATHING Pengkajian : Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan
dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya mengi. Diagnose keperawatan : Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas Intervensi : a.
Kaji usaha dan frekuensi napas pasien R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien
b.
Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke mulut pasien R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien
c.
Pantau ekspansi dada pasien R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien CIRCULATION Pengkajian : Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini. Diagnose Keperawatan : perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen Intervensi : pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba. DISABILITY Pengkajian : Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus mengalami penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat mengeluarkan kalimat yang terbata – bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan . Namun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik pasien unrespon.
EXPOSURE Pengkajian : Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability, dan exposure dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang lebih intesif.
BAB III STUDI KASUS KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN MANADO PROGRAM STUDI D4 - KEPERAWATAN Jl. R. W. Mongisidi Malalayang II Manado - Sulawesi Utara 95263 Telp. 0431-833773; 833774 Fax. 0431-834310 email :
[email protected], Website : http://poltekkesmanado.ac.id Nama Mahasiswa : Indri Sudirman Ilyas
Tanggal Praktek : 12 -17 November 2018
Nim
Tempat Praktek : INTERNA BEDAH
: 711430115038
RS.BHAYANGKARA Ting III Manado
FORMAT PENGKAJIAN Nama Pasien : Ny P.L
1.
2.
Umur
: 68 thn
jenis kelamin : Peremuan
Pengkajian Primer Airway Terdapat sekret pada jalan nafas,bunyi napas wheezing,terdapat sumbatan jalan napas.
Breathing Frekuensi Nafas : 42x /m
Circulation TD : 140/ 100 mmHg N : 120 x/m CRT : ≤ 2 Detik Akral hangat, mukosa bibir tampak kering
Disability Kesadaran : Compos mentis GCS : 15
Data Demografi Nama
: Tn. P.L
Tempat / tgl lahir : Jember /11 – 06-1950 Agama
: Islam
Pendidikan
: TAMAT SD
Tgl MRS
: 13 November 2018
Status perkawinan : Sudah Kawin Suku
: Jawa
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Kleak
Lama bekerja
`: -
Sumber informasi : Keluarga Pasien Keluarga terdekat yang dapat dihubugi
3.
Nama
: Tn.J.S
Pendidikan
: Tamat SMA
Alamat
: Kleak
Pekerjaan
Wiraswasta
Status Kesehatan Saat ini Alasan kunjungan / keluhan utama: Sesak Napas Faktor pencetus Alergi Makanan (ayam) Lamanya keluhan : keluhan dirasakan ≤ 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 Mendadak Faktor yang memperberat Aktivitas yang berlebih. Diagnosa medik : ASMA BRONKHIAL
4.
Riwayat Kesehatan yang lalu Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama dan upaya mengatasi) : Pasien pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama yaitu ASMA. Alergi : Pasien mempunyai riwayat alergi makanan ( Ayam). Kebiasaan
: □ Merokok □ Kopi □ Alkohol □ Lain-lain.
Obat-obatan yang sering digunakan (nama dan frekuensi) : SALBUTAMOL 3 x 1
Pola Nutrisi Berat badan
: 62 kg
Frekuensi makan
: 3x sehari
Jenis makanan
: Nasi, Lauk –pauk, dan sayur
Makanan yang disukai
: Pasien mengatakan suka makan ikan laut
Tinggi badan : 168 cm
Makanan yang tidak disukai : Klien tidak terlalu suka makan daging
Nafsu makan dalam 6 bln terakhir
: □ Baik □ Sedang □ Kurang
Perubahan berat badan 6 bln terakhir
: 2 Kg □ Bertambah □ Berkurang
Pola Eliminasi Buang air besar Frekwensi : 1- 2 x
Waktu : sehari
Warna
Konsistensi : lembek
: kuning kecoklatan
Kesulitan : Tidak ada kesulitan BAB Buang air kecil Frekwensi: 5-6 x sehari
Warna : Kuning pucat
Kesulitan : Tidak ada kesulitan BAK Pola Tidur dan Istirahat Lama tidur
: 2-3 jam & 6-7 jam
Kesulitan tidur
: Klien mengalami susah tidur akibat sesak nafas dan sering
Waktu : Siang & Malam
terbangun. Pola Aktivitas dan Latihan Kegiatan dalam pekerjaan
: klien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga
Olahraga rutin (jenis dan frekwensi) klien mengatakan jarang melakukan olahraga. Kegiatan di waktu luang
:di waktu luang biasanya klien berlibur bersama
keluaraga Keluhan dalam beraktivitas
: saat ini aktivitas klien terbatas karena adanya
sesak nafas Pola Bekerja
5.
Jenis pekerjan
:
wiraswasta
Lama bekerja
Jadwal kerja
:
pagi-siang
Jumlah jam kerja : 06:00 – 13:00
: kurang lebih 8 jam
Riwayat Keluarga Klien mengatakan keluarganya mempunyai riwayat penyakit hipertensi, yaitu Ayahnya dan ASMA pada ibunya.
Genogram ♂
Keterangan :
: laki-laki
♀
/
: Meninggal
: Perempuan : pasien
6.
: Tinggal serumah
Pengkajian Sekunder Kepala Inspeksi / palpasi : Bentuk Kepala Bulat, rambut hitam, tidak ada oedema, Keluhan : tidak ada keluhan Mata Fungsi penglihatan : Tidak ada gangguan fungsi penglihatan, Ukuran pupil: Isokor ,2 mm Akomodasi: Tidak rabun jauh dan rabun dekat Konjungtiva: Tidak anemis Edema pelpebra : tidak terdapat edema palpebra Keluhan : Tidak ada keluhan Telinga Fungsi pendengaran: Klien dapat mendengar dengan baik Keluhan : tidak ada gangguan pendengaran Hidung dan sinus Inspeksi : Terdapat secret pada hidung, Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan Keluhan : klien mengatakan sulit bernapas Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi: keadaan mulut normal, tidak ada kelainan Keadaan gigi : Terdapat karies Keadaan membran mukosa : Mukosa bibir tampak kering Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan menelan Leher Inspeksi / palpasi : pada leher tidak terdapat luka, tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid. Auskultasi : suara nafas Wheezing Thoraks Inspeksi : pergerakan dada simetris kiri dan kanan, menggunakan pernapasan dada Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan Perkusi paru : Perkusi jantung : Auskultasi paru : ada bunyi nafas tambahan, suara nafas Wheezing Pola ventilator : Tidak menggunakan ventilator Deskripsi ventilator : Auskultasi jantung : Gambaran EKG :Sirkulasi Frekwensi nadi : 120 x/m Tekanan darah : 140/ 100 mmHg Suhu tubuh : 36,7 ℃ Sianosis : Tugor : turgor kulit baik kembali dalam ≥ 2 detik Abdomen Inspeksi : Terlihat datar, tidak ada lesi,Tepi perut tidak menonjol, umbilicus tidak menonjol,tida ada benjolan di sekitar perut Auskultasi : Suara peristaltic 35 x/ m ( Normal) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit perut kembali dalam ≥ 2 detik Perkusi : Jenis diet : Diet TKTP Pengeluaran NGT : Tidak terpasang NGT
Frekwensi BAB : 1 x sehari Keluhan makan & BAB : tidak ada keluhan Frekwensi BAK :500 cc/ 4 jam Penggunaan kateter : Tidak terpasang kateter Keluhan BAK : Tidak ada keluhan Riwayat kehamilan : Perdarahan pervaginam : Keluhan sistem reproduksi :Tidak ada keluhan Ekstremitas Inspeksi : terpasang IVFD pada tangan kanan dengan NaCl 0,9 % 20 gtt/ m, Masa otot : Normal Kekakuan : -
7.
Data Labolatorium Parameter
Nilai Rujukan
Satuan
Hasil
HEMATOLOGI Leukosit
4,0- 10,0
10 ˆ3/ uL
16,300 10 ˆ3/ uL
Eritrosit
4,70- 6,10
10 ˆ6/ uL
5,74 10 ˆ6/ uL
Hemoglobin
11,5 – 16,5
g/dL
14,5 g/dL
Hematokrit
37, 0- 47,0
%
41,5 %
Trombosit
150 – 450
10 ˆ3/ Ul
193 10 ˆ3/ uL
MCH
27, 0 – 35,0
Pg
30,1 pg
MCHC
30, 0- 40,0
g/dL
34,8 g/dL
MCV
80, 0- 100,0
fL
86,6 fL
SGOT
< 33
U/L
22 U/L
SGPT
< 43
U/L
23 U/L
Ureum Darah
10 – 40
mg /dL
26 mg /dL
Creatinin Darah
0,5 - 1,5
mg /dL
0,8 mg /Dl
KIMIA KLINK
Gula Darah sewaktu
70 – 125
mg /dL
134 mg /dL
Chlorida Darah
98,0 - 109,0
mEq /L
102,0 mEq /L
Kalium Darah
3,50 - 5,30
mEq /L
4,10 mEq /L
Natrium Darah
135 – 153
mEq /L
122 mEq /L
HEMOSTASIS PT
-
@Detik
-
Pasien
12,0 – 16,0
detik
18,3 detik
Kontrol
11,0 – 16,0
detik
14,5 detik
@INR
-
Pasien
0,80 – 1,30
detik
1,64 detik
Kontrol
1,00 – 1,30
detik
1,09 detik
APPT
8.
-
Pasien
27,0 – 39,0
detik
56,7 detik
Kontrol
25,0 – 39,0
detik
38,9 detik
Pengobatan O2 2-4 L/m Methilprednisolon inj. Ekstra IV Nebulizer combivent 1 resep/8 jam CTM 3 x 1 Salbutamol 3 x 1 NaCl 0,9 % 20 gtt
ANALISA DATA
NO 1.
DATA MENYIMPANG DO: -
-
-
2.
klien terlihat kesulitan mengeluarkan sekret karena sesak nafas (dispnea). Klien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan saat saat bernafas. Bunyi nafas klien Abnormal yaitu adanya wheezing.
DS: klien mengeluh kesulitan mengeluarkan sekret. DO: - Dispnea saat melakukan aktivitas - Kulit klien terlihat kemerahan atau sianosis - Klien terlihat bingung dan gelisah. DS: klien mengeluh sesak nafas saat melakukan aktivitas
ETIOLOGI Alergen, perubahan cuaca, aktivitas, stres.
MASALAH Bersihan jalan nafas tidak efektif
Merangsang pengeluaran histamin,eosinofil,bradikinin. Penyempitan bronkhus Pengeluaran sekret terganggu Bersihan jalan nafas tidak efektif Asma bronkhial
Gangguan pertukaran gas
Kontraksi spastis otot polos bronkheolus. Sukar bernafas Sesak nafas/dispnea, nafas cepat dan dangkal. Asupan O2 tidak adekuat Hipoksemia CO2 meningkat Asidosis respiratorik
3.
DO : -
4.
Kerusakan pertukaran gas Dispnea, sesak nafas. Klien terlihat pucat dan sianosis. Klien mengalami dispnea Frekuensi pernapasan >24x/menit Frekuensi nadi >95x/menit
DO: leukosit klien mengalami peningkatan DS: klien mengatakan bahwa Ia alergi terhadap makanan.
Intoleransi aktivitas
Penggunaan otot bantu nafas Kelemahan Intoleransi aktivitas Alergen
Antibodi membentuk Ig.E abnormal.
Resiko tinggi infeksi
Alergen bereaksi dengan antibodi Imunitas menurun Leukosit meningkat
5.
6.
DO: Klien dan keluarga melakukan perawatan penyakit Asma Bronkhial dengan cara yang tidak tepat DS: Klien dan keluarga mengatakan kalau Ia dan keluarga tidak tahu tentang cara pencegahan serangan Asma Bronkhial DO: DS: -
Klien terlihat pucat atau kemerahan. Klien terlihat tremor
Resiko tinggi infeksi Serangan asma yang tiba-tiba
Kurang pengetahuan
Klien dan keluarga kurang memperoleh informasi tentang penyakit asma Penanganan asma tidak tepat Kurang pengetahuan Serangan asma berulang – ulang
Ansietas
Status asmatikus Gelisah takut,cemas
Klien merasa berdebardebar.
Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi, dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan. ( Doenges, 1999) 2. Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan oleh dispnea, bingung, dan gelisah. ( Doenges, 1999) 3. Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.(Wong, 2003) 4. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas. ( Doenges, 1999) 5.Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi. ( Doenges, 1999) 6. Ansietas b.d kesukaran bernafas. (Carpenito,2000)
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas mengi, dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
2.
3.
Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (spasme bronkus), yang dibuktikan oleh dispnea, bingung, dan gelisah
Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : • Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
NOC Respiratory status : Airway Patency Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 jam diharapkan lendir dapat keluar dan sesak nafas berkurang dengan indicator : menunjukkan jalan nafas paten ( klien tidak merasa tercekik , irama nafas , frekuensi pernafasan dalam rentang normal , tidak ada suara nafas abnormal ) NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 jam Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasil: pernafasan Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Tanda tanda vital dalam rentang normal
NIC Airway Management 1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2.Auskultasi suara nafas , catat adanya suara nafas tambahan 3.Berikan bronkodilator bila perlu 4.Anjurkan pasien minum air hangat
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 jam Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan
NIC : 1.Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 2.Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan 3.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan 4. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien 5. Bantu klien untuk
NIC : 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 4. Monitor TTV. 5. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri Keseimbangan aktivitas dan istirahat
4.
Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. tidak adekuatnya imunitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 jam Dapat mencegah komplikasi dan memburuknya keadaan klien. Kriteria hasil : Klien/ keluarga akan dapat mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi. Klien/ keluarga akan memperlihatkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
5.
Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 jam pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 6. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Mandiri
Pantau Suhu tubuh
Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat
Kolaborasi
Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, atau kultur/sensitifitas.
NIC : Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga Jelaskan penyebab, tanda dan gejala,proses terjadinya penyakit Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya Ansietas NOC Definsi : Perasaan tidak nyaman atau Kriteria Hasil : kekawatiran yang Samar disertai Klien mampu respon autonom (sumber sering kali mengidentifikasi dan tidak spesifik atau tidak diketahui oleh mengungkapkan gejala individu); perasaan takut yang cemas. disebabkan oleh antisipasi terhadap Mengidentifikasi, bahaya. Hal ini merupakan isyarat mengungkapkan dan kewaspadaan yang memperingatkan menunjukkan tehnik individu akan adanya bahaya dan untuk mengontol kemampuan individu untuk bertindak cemas. menghadapi ancaman. Vital sign dalam batas normal. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivfitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang menenangkan Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres Dorong keluarga untuk menemani klien Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
IMPLEMENTASI & EVALUASI NO HARI/TANGGAL 1.
JAM
Rabu, 13 Februari 14.30 2018
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rabu, 13 Februari 2018, Pukul 15.00
14.35
2.Auskultasi suara nafas , catat adanya suara nafas tambahan
14.45
3.Berikan bronkodilator bila perlu
14.50
4.Anjurkan pasien minum air hangat
S : Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang dan masih batuk berlendir O: - Terpasang IVFD NaCl 20 gtt/m pada ekstremitas atas kanan - TD: 140/100 mmHg - N : 98 x/m - S: 37,7℃ - RR : 40 x/m A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
2.
kamis, 14 Februari 15.20 2018
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Kamis, 14 Februari 2018, Pukul 15.45
15.25
2. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
15.30
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
S : Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang dan masih batuk berlendir O: - Terpasang IVFD NaCl 20 gtt/m pada ekstremitas atas kanan - TD: 140/100 mmHg - N : 98 x/m - S: 37,7℃ - RR : 40 x/m
4. Monitor TTV. 15.35 15.40
5. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
3
Jumat, 15 Februari 08.00 2018
1.Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
08.10
2.Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
08.15
3.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
08.30
4. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien 5. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
Jumat, 15 Februari 2018, Pukul 08.40 S : Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang dan masih batuk berlendir. Klien masih mengalami susah tidur O: - Terpasang IVFD NaCl 20 gtt/m pada ekstremitas atas kanan - TD: 140/100 mmHg - N : 98 x/m - S: 37,7℃
08.35
4
Sabtu, 16 Februari 2018
yang mampu dilakukan
RR : 40 x/m
6. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
Mandiri
Sabtu, 16 Februari 2018, Pukul 10.00
08.45
Pantau Suhu tubuh
08.50
Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat
Kolaborasi 09.00
-
Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, atau kultur/sensitifitas.
S : Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang dan masih batuk berlendir. Klien masih mengalami susah tidur O: - Terpasang IVFD NaCl 20 gtt/m pada ekstremitas atas kanan - TD: 140/100 mmHg - N : 98 x/m - S: 37,7℃ - RR : 40 x/m A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
5
Minggu, 17 februari 11.00 2018
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Minggu, 17 Februari 2018, Pukul 11.30
11.10
2. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
11.15
3. Dorong keluarga untuk menemani klien
S : Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang dan masih batuk berlendir. Klien masih mengalami susah tidur O:
11.20
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
11.25
5. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 6. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
-
Terpasang IVFD NaCl 20 gtt/m pada ekstremitas atas kanan TD: 140/100 mmHg N : 98 x/m S: 37,7℃ RR : 40 x/m
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi