Fraktur

  • Uploaded by: uji_faiz_adi_cu73
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fraktur as PDF for free.

More details

  • Words: 1,876
  • Pages: 43
FRAKTUR PADA ANAK By Fauziah Rudhiati, S.Kep., Ners

DEFINISI 



Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183). Terdapat perbedaan yang mendasar antara fraktur yang terjadi pada orang dewasa dan fraktur pada anak-anak

Definisi… 





Perbedaannya terletak pada adanya growth plate (atau fisis) pada tulang anak-anak merupakan satu perbedaan yang besar. Growth plate tersusun atas kartilago Growth plate dapat menjadi bagian terlemah terhadap trauma dan dapat mengalami deformitas Akan tetapi growth plate juga dapat membantu remodeling pada fraktur di tempat lain.

Karakteristik Struktur dan Fungsi Tulang Anak 



Remodelling : melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada dewasa, mempunyai kemampuan “biological plasticity” sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai pada dewasa, seperti pada fraktur buckle (torus) dan greenstick. Ligamen : Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa secara umum sama

Karakteristik Struktur dan Fungsi Tulang Anak 

Periosteum : Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-anak secara signifikan lebih tebal daripada dewasa. Kraktur tidak cenderung untuk mengalami displace seperti pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat berguna sebagai bantuan dalam reduksi fraktur dan maintenance.

Karakteristik Struktur dan Fungsi Tulang Anak 

Growth Plate : Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis (pusat penulangan sekunder) dan metafisis. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua struktur tulang terhadap trauma mekanik

ETIOLOGI 

TRAUMA : Trauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, sedangkan trauma tidak langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya fraktur bergantian.





NON TRAUMA : Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi. STRESS: terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.

Klasifikasi Fraktur Pada Anak Jenis Fraktur yang Khusus Terjadi Pada Anak:  Fraktur green stick: Deformasi plastik terjadi ketika tulang membengkok melebihi elastisitasnya, tanpa disertai fraktur yang nyata  Fraktur buckle atau torus terjadi karena kompresi aksial pada metafisial-diafisial junction. Kedua jenis fraktur ini stabil dan menyembuh dalam 2-3 minggu dengan immobilisasi.

Klasifikasi Fraktur Pada Anak 

Fraktur akibat trauma kelahiran Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan bahu bayi, (pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan karena tarikan yang terlalu kuat yang tidak disadari oleh penolong

Klasifikasi Fraktur Pada Anak 

Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia dibagi menjadi lima tipe : Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh. Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari metafisis. Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari sebagian cakram tersebut.

Fase-Fase Penyembuhan Fraktur 1. Fase hematoma 2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal 3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis) 4. Fase Ossifikasi 5. Fase remodeling

1.

2.

Fase Hematoma (1-24 jam): pembuluh darah ruptur, terjadi perdarahan di tulang dan jaringan sekitar, terbentuk hematoma, benang-benang fibrin membantu melindungi membran periosteal, jaringan granulasi terbentuk oleh fibroblast dan pembuluh darah baru, aktivitas stimulasi osteoblastik dimulai. Fase Proliferasi (1-3 hari): suplai darah meningkat, membawa kalsium, fosfat, dan fibroblas yang cukup. Terjadi Halisteresis (jaringan tulang lunak) sepanjang 1/8 -1/4 inchi

3. Fase pembentukan callus (6-21 hari) : Provisional kalus terbentuk, menjembatani dua fragmen tulang, tetapi tidak dapat menopang berat tubuh. Kemudian kalus yang sebenarnya terbentuk. Dapat terbentuk secara berlebihan tetapi dengan remodelling dapat diabsorpsi kembali.

4. Fase konsolidasi( 3-10 Minggu): Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-lamela). Fase ini terjadi sesudah empat minggu, namun pada anak-anak lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang normal.

5. Fase remodeling (setelah 9 bulan): rongga sumsum tulang telah terbentuk, tulang kompak telah tersusun

Waktu Penyembuhan    

Periode neonatus : 2-3 minggu Early childhood: 4 minggu Later childhood: 6-8 minggu Adolescence: 8-12 minggu

Penatalaksanaan Fraktur 

Closed treatment : Mayoritas fraktur pada anak ditangani dengan reduksi tertutup dan pembalutan dengan gips atau traksi. Gips sebaiknya digunakan pada fraktur yang telah berhasil direduksi. Status sirkulasi dan neurologis distal dari fraktur harus diperiksa secara reguler.

Penatalaksanaan Fraktur Open treatment: Beberapa indikasi untuk penatalaksanaan operasi pada anak meliputi : 

fraktur displaced epifisis fraktur displaced intrartikuler fraktur tidak stabil multiple fraktur fraktur terbuka fraktur femur pada remaja fraktur leher femur fraktur dengan luka bakar Closed treatment yang gagal atau tidak stabil Closed treatmen dengan kemungkinan kegagalan yang tinggi fraktur patologis Cidera neurovaskuler

Tipe-tipe fiksasi  

open reduction and internal fixsation (ORIF) closed reduction dan internal fixsation (CRIF) atas indikasi: 1. Fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan yang masif 2. Memberikan fiksasi yang instan dalam kasus politrauma 3. Penatalaksanaan fraktur dengan defisiensi simpanan tulang atau infeksi

Traksi 



Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Beban traksi 1. Dewasa = 5 - 7 Kg 2. Anak = 1/13 x BB (Barbara, 1998).

Keuntungan & Kerugian Pemasangan Traksi 



Keuntungan pemakaian traksi 1. Menurunkan nyeri spasme 2. Mengoreksi dan mencegah deformitas 3. Mengimobilisasi sendi yang sakit Kerugian pemakaian traksi 1. Perawatan RS lebih lama 2. Mobilisasi terbatas 3. Penggunaan alat-alat lebih banyak.

Tujuan Pemasangan Traksi Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi deformitas, untuk menambah ruang diantara dua permukaan antara patahan tulang.

JENIS- JENIS TRAKSI 1. Traksi kulit Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan memberikan imobilisasi . a. Traksi buck: adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan. Digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cidera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah (Smeltzer & Bare,2001 ). Indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut (Wilson, 1995 ).

JENIS- JENIS TRAKSI b. Traksi Russell : Dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarik horizontal melalui pita traksi balutan elastis ketungkai bawah. Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi rasa nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul selama evaluasi sebelum operasi dan selama persiapan pembedahan.

JENIS- JENIS TRAKSI c. Traksi Dunlop : Adalah traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi. d. Traksi kulit bryant : Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha. Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami kerusakan berat.

JENIS- JENIS TRAKSI

2. Traksi skelet Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan paling sering untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher. a. Traksi rangka seimbang : Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus femoralis orng dewasa. Bentuk traksi ini sangat berguna sekali untuk merawat berbagai jenis fraktur femur. Seperti bentuk traksi yang mempergunakan pin rangka, pasien sebaiknya diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya peradangan atau infeksi sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor dan pin telah tertarik dari tulang (Wilson, 1995 ).

JENIS- JENIS TRAKSI b. Traksi 90-90: Traksi 90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai dewasa muda. Dengan traksi 90-90 penderita masih dapat bergerak dengan cukup bebas diatas tempat tidur(Wilson,1995 ).

Prinsip traksi efektif

1. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif 2. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. 3. Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten. 4. Traksi skelet tidak boleh terputus. 5. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan harus dihilangkan. 6. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang. 7. Tali tidak boleh macet 8. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai 9. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur. 10. Selalu dikontrol dengan sinar roentgen ( Brunner & suddarth,2001 ).

Komplikasi Pemasangan Traksi Dekubitus  Kongesti paru/pneumonia  Konstipasi dan anoreksia.  Trombosi vena profunda.  Stasis dan infeksi saluran kemih. 

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK YANG TERPASANG TRAKSI  1.

2.

3. 4.

5. 6.

Pengkajian Dampak psikologik dan fisiologik masalah musculoskeletal, alat traksi, dan imobilitas harus diperhitungkan. Tingkat ansietas pasien dan respon psikologis terhadap traksi harus dikaji dan dipantau. Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status neurovaskuler (misal : warna, suhu, pengisian kapiler, edema, denyut nadi, perabaan, kemampuan bergerak) dievaluasi dan dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat. Integritas kulit harus diperhatikan.: ulkus akibat tekanan Kaji adanya tanda-tanda terjadis kongesti paru, statis pneumonia, konstipasi, kehilangan nafsu makan, satis kemih dan infeksi saluran kemih. Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, atau pembengkakan atau tanda human positif (ketidaknyamanan pada betis ketika kaki didorsofleksi dengan kuat) mengarahkan adanya trombosis vena dalam

Diagnosa Keperawatan   

   

Resiko tinggi infeksi bd immobilitas dan pemasangan traksi Gangguan rasa nyaman nyeri bd trauma fisik Resiko tinggi gangguan integritas kulit bd imobilitas dan pemasangan traksi Gangguan mobilisasi fisik bd kerusakan muskuloskeletal Kurang pengetahuan bd penggunaan traksi Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi Kurang perwatan diri : makan, hygiene, atau toileting yang berhubungan dengan traksi

Planning   

 

 

Anak tidak mengalami komplikasi fraktur Anak dan keluarga menerima support yang adekuat Anak tidak mengalami nyeri atau nyeri dapat berkurang sampai ke level yang dapat diterima oleh anak Anak tidak mengalami gangguan integritas kulit Anak akan menunjukkan tanda bahwa ansietasnya berkurang dan akan merasa lebih nyaman Anak dapat beraktifitas secara mandiri Anak dapat bereliminasi secara normal

Implementasi 1.

2.

3.

4.

5.

Dorong anak untuk napas dalam sesering mungkin dengan pengembangan paru yang maksimal Bersihkan dan ganti pin sites pada traksi skeletal untuk mencegah infeksi Berikan antiseptik dan antibiotik topikal sesuai dengan order Buat feses menjadi lebih lembek untuk menghindari konstipasi Pastikan anak mendapat asupan nutrisi yang kaya akan kalsium dan tinggi serat

6.

Implementasi

Berikan kasur pengurang tekanan khususnya pada daerah paha dan bokong 7. pijat, Cuci dan keringkan kulit setiap hari untuk menstimulasi sirkulasi dan menjaga kulit tetap bersih. 8. Jika memungkinkan ubah posisi setiap 2 jam 9. Cek apakah ada benda kecil di bawah pasien 10. Jelaskan tujuan dan pentingnya pemasangan traksi pada klien dan keluarga 11. Identifikasi cara klien untuk berpartisipasi dalam perawatan dirinya

EVALUASI 





Menunjukkan perawatan yang rutin pada anak dengan traksi Menunjukkan adanya sirkulasi, integritas kulit terjaga, fungsi neurologi normal, dan tidak terjadi infeksi Observasi aktifitas yang bisa dilakukan anak

Related Documents

Fraktur
June 2020 37
Fraktur
July 2020 33
Fraktur Healing
December 2019 38
Pemeriksaan Fraktur
May 2020 30
Fraktur Knigge
May 2020 3