Format Laporan Kasus Pkd Leprindo 2019-1.doc

  • Uploaded by: Nicko Nurfiansyah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Format Laporan Kasus Pkd Leprindo 2019-1.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,616
  • Pages: 11
LAPORAN KASUS PRAKTEK KLINIK DASAR

AKADEMI REFRAKSI OPTISI LEPRINDO JAKARTA Tahun 2019

Penanganan Gangguan Refraksi Pada Anak Amblyopia (font Arial 14, spasi 2, bold)

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Ahli Madya Refraksionis Optisien

Oleh : NAMA

: NICKO.NURFIANSYAH

NIM

: 16.096

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, kerna atas berkar dan ramat karunianya penulisan dapat menyelesaikan laporan kasus komprehensif yang berjudul : “Penanganan Gangguan Refraksi Pada Anak Amblyopia” laporan kasus ini di susun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan guna untuk memperoleh program diploma III sebagai ahli madya Refraksi Optisi di Akademi Refraksi Optisi Leprindo. Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisannya, yang di sebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada di dalam diri penulis. Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan laporan kasus ini baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada : 1. Ibu Dian Laela Sari, A.md.RO., Spd., M.Kes selaku direktur Akademi Refraksi Optisi Leprindo Jakarta. 2. Bapak Haryono Padmowardoyo selaku dosen pembimbing materi penulisan dalam pembuatan laporan kasus ini. 3. Para Dosen dan Staff Akademi Refraksi Optisi Leprindo yang telah memberikan dorongan moril dan materil. 4. Temen – teman angkatan 39 yang telah membantu kekompakan dalam perkuliahan. Akhir penulis menyaradari dalam penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, semoga laporan PKD ini dapat berguna.

Jakarta, Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI Kata pengantar Daftar isi Bab I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus 1.2 Perumusan Masalah

Bab II

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah medis untuk mata malas adalah amblyopia, yaitu suatu kondisi di mana otak lebih cenderung ‘mempekerjakan’ salah satu mata saja. Biasanya, hal ini dikarenakan penglihatan mata yang satu lebih buruk daripada mata yang lainnya. Secara tidak sadar, kondisi perbedaan kondisi kesehatan mata ini akan membuat otak mengabaikan sinyal atau impuls dari mata yang lebih lemah, atau mata yang ‘malas’. Pada penderita mata malas, mata yang lebih lemah biasanya tidak terlalu terlihat berbeda dibandingkan mata yang lain. Namun, dalam beberapa keadaan, mata yang lebih lemah ini mungkin akan terlihat ‘berlari’ ke arah yang berbeda dengan mata sebelahnya. Penting untuk diingat, bahwa mata malas berbeda dengan mata juling atau strabismus. Akan tetapi, strabismus dapat memicu timbulnya mata malas, jika mata yang juling lebih jarang dipakai dibandingkan dengan mata yang sehat. Penyakit mata malas, biasanya berkembang di masa kanak-kanak awal dan memengaruhi sekitar 2-3% populasi anak-anak. Ambliopia sering diturunkan dalam keluarga. Kondisi ini dapat diobati jika dideteksi sejak dini, tetapi bisa menyebabkan hilangnya penglihatan jika dibiarkan. Walau pada beberapa kasus gejala mata malas jelas terlihat, terkadang gejala-gejala ini bisa sulit dikenali pada anak-anak lainnya. Sang anak sendiri bahkan mungkin tidak menyadari ia mengalaminya.

1.2 Tujuan PKD a)

Umum a) Penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman tentang pemeriksaan refraksi dan kasus refraksi mata, terutama tentang kasus refraksi pada amblyopia serta memperlancar keterampilan dalam pemeriksaan refraksi. b) Penulis dapat mengetahui, belajar dan menggunakan secara langsung sebagian alat-alat untuk pemeriksaan mata seperti : autorefractometer, phoroptor, tonometri, streak retinoscopy, yag laxer, biometri, opthalmoscopy dan funduscopy. c) Penulis dapat menambah wawasan tentang fasilitas pemeriksaan refraksi dilapangan sebagai tenaga professional, serta bagaimana sistematika kerja yang ada diberbagai tempat pelayanan kesehatan

b)

dibidang pemeriksaan refraksi. Khusus a) Penulis dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang selama ini didapat di lingkungan kampus ke lingkungan professional atau dunia kerja. b) Penulis dapat melakukan Anamnesa, komunikasi dan pemeriksaan refraksi secara langsung kepada pasien.

1.3 Tempat dan Waktu PKD a) Tempat PKD Kedoya jalan Terusan, Jl. Arjuna Utara No.1, RT.7/RW.3, Kedoya Sel., b)

Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11520. Waktu Dilakasanakan dari tanggal 4 februari s.d. 15 februari 2019

BAB II LAPORAN OBSERVASI TEMPAT DAN SISTEMATIKA KERJA

DI JAKARTA EYE CENTER CABANG KEDOYA

2.1 OBSERVASI TEMPAT Jakarta Eye Center cabang Kedoya merupakan sebuah Rumah Sakit khusus mata yang melayani masyarakat umum, yang mempunyai fasilitas-fasilitas seperti: 1. 2. 3. 4.

Optik Laboratorium Optik Pharmacy Basic Diagnostic Room (ruang untuk pemeriksaan awal, yaitu pemeriksaan

5. 6. 7. 8.

refraksi) Comprehensive Diagnostic Center (ruang pemeriksaan lanjutan) Children Eyes Squint Clinic (tempat pemeriksaan untuk anak-anak) Psikolog Anak Lasik Center

Jakarta Eye Center cabang Kedoya terletak di Kedoya jalan Terusan, Jl. Arjuna Utara No.1, RT.7/RW.3, Kedoya Sel., Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11520

2.2 SISTEMATIKA KERJA Alur pemeriksaan kesehatan mata di Jakarta Eye Center adalah sebagai berikut: 1. Pendaftaran Di sini setiap pasien baru maupun lama mendaftarkan diri/registrasi. Yang selanjutnya data akan disimpan sebagai Medical Record. 2. Pemeriksaan Refraksi a. Yang dilakukan pertama adalah anamnesa, dimana pasien menjawab pertanyaan berupa nama lengkap, tanggal lahir, dan keluhan pasien. Selanjutnya, RO membersihkan alat sesuai S.O.P dan pasien diperiksa secara objektif

menggunakan alat Auto-refractometer sebagai acuan visus awal dan juga menggunakan tonometry untuk mengetahui tekanan bola mata pasien. b. Kemudian pasien diperiksa tajam penglihatannya secara subjektif menggunakan Digital Phoropter serta Lensometer Digital untuk memeriksa dan mengetahui ukuran kacamata yang sedang pasien gunakan. c. Setelah selesai pemeriksaan awal, pasien dipersilakan menunggu antrean untuk memasuki ruang dokter.

BAB III LANDASAN ILMIAH KASUS 2.1Definisi Amblyopia Amblyopia adalah salah satu jenis gangguan penglihatan. Dalam bahasa awam mata malas. Amblyopia disebabkan oleh kerja otot mata dan saraf otak yang tidak bekerja sama dengan baik.Anak-anak yang punya mata malas akan mengalami penglihatan yang baik di sisi mata yang normal, sementara mata yang “malas” akan melihat buram. Mata malas bukanlah kondisi yang serius dan biasanya dapat diperbaiki dengan kacamata atau lensa kontak, atau penutup mata. Dalam beberapa kasus, operasi mungkin diperlukan.Apabila Anda tidak segera mendapatkan perawatan yang sesuai, otak anak akan mempelajari untuk mengabaikan gambar yang berasal dari mata tersebut. Hal ini dapat membahayakan penglihatan secara permanen.

Mata malas kondisi yang paling sering terjadi saat masih anak-anak. Keadaan ini merupakan penyebab utama dari gangguan penglihatan pada anak. Namun, jika dibiarkan, mata malas ini bisa terbawa terus hingga Anda dewasa. 3.2 Faktor Penyebab/ Etiologi Ambliopia disebabkan oleh berbagai macam kondisi yang mempengaruhi perkembangan penglihatan. Umumnya kondisi ini bersifat diturunkan. Ada penyebab utama ambliopia, yaitu :

1. Strabismus (Juling) Ambliopia umumnya muncul pada mata yang strabismus (juling). Mata juling terjadi untuk menghindari penglihatan ganda (“double”) oleh anak tersebut dan anak biasanya lebih senang memakai mata sebelahnya dengan tajam penglihatan yang lebih baik. Mata yang juling adalah mata dengan tajam penglihatan yang lebih buruk.

2. Kelainan refraksi yang tidak seimbang antar kedua mata Kelainan tajam penglihatan bisa diatasi dengan kaca mata. Ambliopia bisa muncul bila salah satu mata tidak fokus oleh karena ukuran minus, plus, atau silinder yang lebih besar dibanding mata sebelahnya. Ambliopia juga bisa muncul pada dua mata sekaligus bila tajam penglihatan pada kedua mata sangat buruk. Keadaan ini muncul pada penderita minus, plus, atau silinder tinggi.

3. Kekeruhan pada jaringan mata yang normalnya jernih Katarak (kekeruhan pada lensa mata) dapat menimbulkan ambliopia. Setiap kondisi yang mencegah masuknya bayangan objek ke dalam mata bisa menyebabkan ambliopia. Keadaan ini adalah penyebab ambliopia yang paling buruk.

4. Anisometropia

Beberapa perbedaan pada pembiasan di setiap mata juga bisa mengakibatkan ambliopia. Contohnya, beberapa orang mengalami rabun dekat di satu mata dan rabun jauh di mata lainnya (kondisi ini disebut dengan anisometropia). Otak akan memilih salah satu mata untuk digunakan dan mengabaikan mata satunya. Ambliopia jenis ini disebut dengan “ambliopia refraktif.

5. Ambliopia Bilateral Terkadang, ambliopia bilateral bisa memengaruhi kedua mata. Contohnya, seorang bayi mungkin dilahirkan dengan katarak pada kedua matanya. Seorang tenaga kesehatan profesional bisa mendiagnosis dan menyediakan opsi-opsi perawatan untuk ambliopia jenis ini.

3.3 Gejala dan tanda Seiring dengan berjalannya waktu, seseorang yang mengalami ambliopia mungkin terbiasa dengan keadaan salah satu mata yang lebih tajam penglihatannya. Pemeriksaan mata profesional merupakan satu-satunya cara untuk menentukan jika anak– anak mengalami mata malas. ada gejala-gejala umum sendiri yang bisa di cari.: 

Persepsi kedalaman yang buruk. Anak mungkin kesulitan menganalisis tingkat

kedalaman (stereopsis) dan melihat film-film 3D. Anak mungkin kesulitan melihat bendabenda yang jauh, seperti papan tulis di sekolah. 

Mata juling, Jika mata anak kelihatannya berada pada posisi yang tidak benar,

maka ia mungkin mengalami strabismus, yang merupakan penyebab umum ambliopia.



Kejulingan, penggosokan mata, dan tindakan memiringkan kepala yang rutin

dilakukan oleh anak. Semua hal ini mungkin merupakan gejala-gejala penglihatan yang kabur, yang merupakan efek samping umum dari kondisi ambliopia. 

Anak menjadi marah atau tidak tenang ketika sesuatu menutupi salah satu

matanya. Beberapa anak bisa mengalami hal ini jika sesuatu menutupi salah satu mata mereka. Ini mungkin sebuah tanda bahwa mata mereka tidak mengirimkan sinyal visual yang seimbang ke otak.

3.4 Komplikasi Yang Berhubungan dan Penanganan

a) Penggunaan kacamata. Di masa awal, kebanyakan anak akan menolak menggunakan kacamata khusus mata malas, karena merasa penglihatannya lebih baik tanpa alat tersebut. Di sini Orang tua dianjurkan untuk selalu menjaga anak agar tetap menggunakan kacamata khusus mata malas, agar pengobatan dapat berhasil dengan baik. b) Penggunaan penutup mata. Alat ini dipasangkan pada mata yang normal guna merangsang mata yang malas, agar mengalami perkembangan dalam melihat. Sama seperti penggunaan kacamata, pada awal masa terapi, anak terkadang menolak menggunakan penutup mata, karena merasa tidak nyaman dalam melihat. Cara ini paling efektif bagi penderita balita, dan penutup mata umumnya dipakai selama 2-6 jam per hari. Terapi dengan penutup mata dapat dikombinasikan dengan penggunaan kacamata.

c) Obat tetes mata khusus, yang dapat mengaburkan pandangan bagian mata yang normal. Hal ini akan mendorong anak-anak untuk menggunakan mata malas mereka. Namun, obat tetes mata seperti ini berpotensi memicu efek samping berupa iritasi mata, kulit kemerahan, serta sakit kepala. d) Operasi. Prosedur ini dianjurkan untuk menangani katarak dan mata juling yang memicu mata malas. Operasi umumnya dilakukan dalam keadaan anak tidak sadarkan diri setelah diberi bius total. Setelah menjalani operasi, anak harus menjalani rawat inap sebagai bagian dari pemulihan. Meski tidak bisa seratus persen memperbaiki kemampuan visual, mata akan menjadi lebih sinkron, sehingga kinerjanya pun meningkat.

Related Documents


More Documents from "Angel Mella"

Ambyop (1).docx
June 2020 3
Botellas Masha Y El Oso.docx
November 2019 17
November 2019 5
Chile En El Siglo Xix.docx
November 2019 18
Expansion Territorial.docx
November 2019 18