Fix Laporan_observasi_model_praktik_keperawatan_pprofessional.docx

  • Uploaded by: Charming Shahnaz
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fix Laporan_observasi_model_praktik_keperawatan_pprofessional.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,448
  • Pages: 13
LAPORAN OBSERVASI MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PPROFESSIONAL DI RUANG RAWAT POLIKLINIK RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Disusun oleh : Kelompok 12 SHAHNAZ FATHIRRIZKY

C12116516

KHAERUL AMRI

C12116517

MEDLY YASUKI

C12116519

AYU HASTUTI

C12116520

ISHMAH ROSYIDAH M.

C12116521

ALIM NUR PATTAAH

C12116523

SRI HEPTI SUTIBA SANJAYA

C12116524

SALSA BELLA FITRI PANGESA

C12116702

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas rahmad dan ridho dari-Nya, kami kelompok 12 observasi MPKP dapat menyelesaikan tugas laporan kelompok ini tepat pada waktunya. Selain itu, semoga salam dan salawat semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Saw, beserta seluruh keluarga dan sahabat beliau serta seluruh pembawa ilmu agama hingga akhir zaman. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan demi kesempurnaan laporan ini di masa mendatang. Selain itu melalui laporan ini, kami juga ingin mengucapkan banyak terimakasih banyak kepada : 1. Rini Rachmawaty, S.Kep.,Ns.,M.PhD selaku Koordinator mata kuliah Manajemen Keperawatan 2. Seluruh dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan 3. Ikar Suwito, S.Kep.,Ns Selaku supervisior kelompok 12 4. Pihak rumah sakit Universitas Hasanuddin 5. Indah Rezki Amalia, S.Kep., Ns., selaku Kepala Ruangan Poliklinik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin 6. Seluruh Perawat ruang rawat Poliklinik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin 7. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pelaksanaan observasi MPKP 8. Serta seluruh penulis referensi yang sangat membantu dalam proses penyusunan laporan ini. Demikianlah laporan ini kami buat sebagai salah satu persyaratan mendapatkan nilai dalam mata kuliah Manajemen Keperawatan. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca secara umum dan kepada kami berdelapan secara khususnya. Sekian, Wassalamu’alaikum Warhamatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 21 Maret 2019 Penyusun

BAB I TINJAUAN MATERI A. Konsep dan pelaksanaan manajemen MPKP 1. Definisi Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut. (Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010). Pengertian lain menyebutkan MPKP adalah salah satu metode pelayanan keperawatan dari sistem, struktur, proses dan nilai-nilai profesional, yang memfasilitasi perawat profesiosnal yang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi masalah keperawatan dan telah menghasilkan berbagai jenjang produk keperawatan untuk pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan tersebut diberikan (sitorus & Yulia, 2005). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Model praktek kepeawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai profesional) berupa metode pelayanan yang memfasilitasi perawat profesional dengan kemampuan dan tanggung jawab yang dimiliki untuk memberikan asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan itu diberikan. 2. Tujuan Tujuan utama Model Praktek Keperawatan Profesional ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayana keperawatan. Sedangkan tujuan secara khusus dari MPKP adalah : a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan. 3. Komponen Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima komponen (sub sistem) yaitu (Huber, 2010): a. Nilai – nilai profesional (Profesional Values) Nilai-nilai professional menjadi komponen utama pada praktik keperawatan profesional. Nilai-nilai professional ini merupakan inti dari MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien, menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.

b. Pendekatan manajemen (Management Approach) Seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia harus melakukan pendekatan penyelesaian masalah, sehingga dapat diidentifikasi masalah klien, dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk masalah klien. c. Hubungan profesional (Profesional Relationship) Asuhan kesehatan yang diberikan kepada klien melibatkan beberapa anggota tim kesehatan yang mana focus pemberian asuhan kesehatan adalah klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat, maka perlu adanya kesepakatan mengenai hubungan kolaborasi dalam pemberian asuhan kesehatan tersebut. d. Sistem pemberian asuhan keperawatan (Care Delivery System) Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya metodekasus, fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta manajemen kasus. Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan pemberian asuhan keperawatan professional adalah metode yang menggunakan the breath of keperawatan primer. e. Kompensasi dan penghargaan (Compensation & Reward). Pada suatu profesi, seorang professional mempunyai hak atas kompensasi dan penghargaan. Kompensasi yang didapat merupakan imbalan dari kewajiban profesi yang terlebih dahulu harus dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah pelayanan profesional. 4.

Metode penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dalam keperawatan. a. Metode kasus Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. (Sitorus, 2006). Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian dikembangkan metode fungsional. (Sitorus, 2006). Kelebihan metode kasus: 1) Kebutuhan pasien terpenuhi.

2) Pasien merasa puas. 3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat. 4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai. Kekurangan metode kasus:

b.

c.

1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh 2) Membutuhkan banyak tenaga. 3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan. 4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas. Metode fungsional Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan. (Sitorus, 2006). Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya. (Sitorus, 2006). Kelebihan dari metode fungsional adalah: 1) Sederhana 2) Efisien. 3) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu. 4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas. 5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurangberpengalaman untuk satu tugas yang sederhana. 6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu. Metode tim Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006). Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :

1)

2)

3) 4)

Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua tim adalah : a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta mendokumentasikannya Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala ruang diharapkan telah : a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf b) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan d) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan e) Menjadi narasumber bagi ketua tim f) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka. Kelebihan metode ini adalah: a. b. c. d. e. f.

Saling memberi pengalaman antar sesama tim. Pasien dilayani secara komfrehesif Terciptanya kaderisasi kepemimpinan. Tercipta kerja sama yang baik . Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.

Kekurangan metode ini: Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Sitorus, 2006). Selain itu: a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat. c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim. d. Akontabilitas dalam tim kabur. d. Metode Perawat Primer Menurrut Gillies (1989) “Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggungjawab dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasi asuha keperawatan klien, selama klien dirawat.” (Sitorus, 2006). Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse) disingkat dengan PP. (Sitorus, 2006). Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5 K yaitu kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. (Sitorus, 2006). Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat dirumah sakit atau di suatu unit. Perawat akan melakukan wawancara mengkaji secara komprehensif, dan merencanakan asuhan keperawatan. Perawat yang peling mengetahui keadaaan klien. Jika PP tidak sedang bertugas, kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain (associated nurse). PP bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan klien dan menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruangan, dokter, dan staff keperawatan. (Sitorus, 2006). Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai kewengangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain lain. Dengan diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Metode keperawatan primer memberikan beberapa keuntungan terhadap klien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989). (Sitorus, 2006).

Kelebihan metode perawat primer: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)

Mendorong kemandirian perawat. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat Berkomunikasi langsung dengan Dokter Perawatan adalah perawatan komfrehensif Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

Kelemahan metode perawat primer: 1) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat 2) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional. 3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain. 5. Karakteristik Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. b. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut. Peran dan fungsi masingmasing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan. c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar renpra perlu ditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi, penulisan renpra sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia d. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP digunakan metode modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada masa yang akan datang. A. Metode Asuhan Keperawatan Profesional 1. Definisi : Suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni: Standar, prosedur keperawatan, Pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak dapat terwujud. 2. Struktur Sistem Asuhan Keperawatan “case Method Nursing” (Marquis and Huston, 1998)

3. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP) Menurut Kron.T & Gray (1997) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu: a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemam-puan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawa-tan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk me-layani seluruh kebutuhan pasien saat ia di-nas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini ber-dasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer Menurut Gillies (1989) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat kom-prehensif serta dapat dipertanggung jawab-kan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer ber-tanggung jawab untuk mengadakan komu-nikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan

mem-buat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertu-gas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat. d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien melalui upaya kooperatif dan kola-buratif (Potter, Patricia 1993). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul moti-vasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam pen-erapannya ada kelebihan dan kelema-hannya. Kelebihannya yakni memung-kinkan pelayanan keperawatan yang me-nyeluruh, mendukung pelaksanakaan proses keperawatan, memungkinkan komu-nikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Sedangkan Kelemahannya yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu di-mana sulit untuk melaksanakan pada wak-tu-waktu sibuk. (Nursalam, 2002).

4. Peran Kepala Ruangan dan perawat Associent a. Kepala Ruangan - Membuat perencanaan harian, mingguan, bulanan, tahunan - Mengorganisasi tim dan anggotanya - Memberi pengarahan pelaksanaan tugas pada staf keperawatan - Melaksanakan pengawasan pelaksanaan tugas seluruh bawahannya - Memberikan penghargaan kepada perawat yang berprestasi. b. Perawat Associet - Membuat perencanaan harian, mingguan, bulanan, tahunan - Memberikan pelayanan professional - Memberikan informasi - Umpan balik kepada Perawat Primer (PP) bila ada perubahan - Membuat asuhan keperawatan.

BAB II LAPORAN OBSERVASI

      

Kelompok Jumlah Anggota Supervisior Supervisior pengganti Hari/Tanggal Pukul Tempat



Lokasi Observasi

: 12 (Dua Belas ) : 8 (Delapan) : Ikar Suwito, S.Kep.,Ns. : Indah Rezki Amalia., S.Kep., Ns. : Selasa, 19 Maret 2019 : 08.00 – 12.30 Wita : Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin jl. Perintis Kemederkaan, Tamalanrea Indah, Tamalanrea, kota Makassar, Sulawesi Selatan-Indonesia. : Ruang Poliklinik (Gedung EF)

Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan nilai mata kuliah Manajemen Keperawatan adalah melakukan observasi pelaksanaan MPKP termasuk peran dan tanggungjawab perawat di rumah sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin. Mahasiswa kemudian di bagi ke dalam 12 kelompok yang ditemani oleh salah seorang supervisior. Selasa/19 Maret 2019, kelompok kami mendapat kesempatan untuk melakukan observasi terhadap pelaksanaan manajemen model praktik keperawatan professional di ruang Poliklinik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Poliklinik Unhas ini sendiri memiliki beberapa ruangan lagi yang terdiri atas Poli Mata, Poli Kulit dan Kelamin yang berada di Gedung A, serta Ruang poli Ortopedi, poli Bedah, poli Syaraf, Poli Interna, Poli Onkologi, Poli Nyeri dan Paliatif, Poli Jiwa, Poli Gizi, Poli Anak, Poli Obgyn, dan poli Treadmill yang berada pada Gedung EF RS Unhas. 1. Ruang poliklinik menggunakan manajemen metode kombinasi MPKP dan MAKP Pada ruang polikinik RS Unhas menggunakan metode MAKP sedangkan rumah sakit menerapkan metode MPKP tetapi di ruangan poliklinik masih menggunakan metode modifikasi. Dimana setiap ruangan seharusnya mengikuti aturan RS tetapi pada ruangan poliklinik masih menggunakan kombinasi karena beberapa hambatan seperti kurangnya tenaga perawat. Secara teori, Struktur pada sistem MPKP berbeda dengan sistem MAKP dimana sistem MPKP terdiri dari kepala ruangan,CCM,Ketua tim,perawat primer dan perawat asosiate, sedangkan struktur MAKP terdiri dari Kepala ruangan dan staff perawat dan pasien. Pada dasarnya struktur dari MAKP di poliklinik telah berdasarkan pada teori yang jelaskan.

2. Peran dari Kepala Ruangan dan Perawat Peran kepala ruangan di poliklinik sudah terlaksa sesuai dengan tanggung jawab sesuai dengan teori MAKP sedangkan perawat asosiate Perawat tidak membuat perencanaan harian, mingguan, bulanan, tahunan, perawat asosiate kurang melakukan tindakan perawat asosiete lebih berfokus ke administrasi sehingga tindakan lebih diambil alih oleh dokter. 3. Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP) Di ruangan poliklinik menggunakan metede kasus, berdasarkan teori struktur yang telah dijelaskan bahwa di struktur terdapat kepala ruangan, perawat asosiete, dan pasien. Di ruangan poliklinik struktur organisasi tersebut sudah diterapkan berdasarkan dengan teori. Namun, karena kurangnya sumber daya tenaga perawat di ruang poliklinik, maka di ruang ini hanya terdapat satu perawat dan menangani banyak pasien berdasarkan kasusnya dimana seharusnya satu perawat hanya satu pasien berdasarkan kasusnya. Selain itu, jika salah satu perawat pelaksana mengambil cuti atau hal lain, maka Kepala ruangan akan turun mengganti tugas perawat pelaksana tersebut. Adapun di rumah sakit unhas poliklinik perawat tidak melakukan proses operan karena jadwal dinas mulai jam 08.00-04.00 WITA sehingga hanya satu perawat yang shif dalam satu ruangan. 4. Faktor pendukung di ruangan poliklinik perawat menggunakan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan (SIM) dimana SIM tersebut lebih mudah mengakses rekam medis pasien karena rekam medis pasien tersebut dapat diakses langsung melalui komputer dan dapat dilihat langsung meskipun data tersebut sudah lama. Selain itu, mempermudah perawat melihat kesediaan obat di apotik karena obat yang tersedia di apotik dapat dilihat langsung di komputer. 5. Faktor penghambat di ruangan poliklinik Faktor penghambat ruangan poliklinik yang seharusnya menggunakan Manajemen MPKP berdasarkan yang diterapkan di Rumah sakit, tetapi poliklinik menggunakan modifikasi MPKP dan MAKP karena kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Adapun jumlah perawat yang terdapat di ruangan poliklinik ini adalah sebanyak 18 perawat. 



Kesimpulan : Ruang Poliklinik Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin masih menggunakan manajemen modifikasi metode asuhan keperawatan professional. Struktur dari Metode ini adalah Kepala Ruangan dan Perawat pelaksana yang bertugas di setiap ruangan poliklinik. Saran : DIlihat dari kurangnya tenaga kerja di ruang Poliklinik, diharapkan kepada Kepala Ruangan untuk melakukan perekrutan tenaga kerja.

Referensi

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta. Cetakan ke lima. DR. Sitorus Ratna, 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit : Penataan Struktur & Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : EGC Hoffart, N. & Woods, C.G. (1996). Element of Nurshing Professional Practice Models Journal of Professional Nurshing Vol. 12, No 6, pp. 354 - 364. Huber, D. 2010. Leadership and Nursing Care Management (4rd ed). USA: Saunders elsevier https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c5d56aa3617647cbf5600ce1c8cbf388.pdf Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 2000. Leadership roles and management functions innursing. Philadelphia: JB Lippincott Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya, Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2015). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Ed.4 Jakarta: Salemba Medika. Rachmawaty, Rini. (2019). Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP). UNHAS Ruang Rawat jalan-official :RS UNHAS MAKASSAR www.rs.unhas.ac.id>website>rajal Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat:Implementasi. Jakarta: EGC Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta. EGC. Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: penataan struktur & proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat. (E. Wahyuningsih, Ed.). Jakarta: EGC.

Related Documents

Fix
October 2019 76
Fix Fix Skaliii.docx
May 2020 43
Odira Energy Fix Fix
August 2019 59
Fix Lapkas.docx
December 2019 28
Modul Fix
October 2019 36

More Documents from "Aisyah Pratiwi"