Laporan Individu Observasi “Peran dan tanggungjawab Perawat di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dan kesesuaian fungsi manajemen pada rumah sakit pendidikan Unhas (CPMK 6)” Pada Selasa, tepatnya pada tanggal 19 Maret 2019, saya bersama teman-teman kelompok 12 observasi MPKP di ruang poliklinik Gedung EF rumah sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin jl. Perintis Kemederkaan, Tamalanrea Indah, Tamalanrea, kota Makassar, Sulawesi Selatan-Indonesia. Kami berkumpul di rumah sakit tepat pada pukul 07.45 WITA dan bersiap menuju ruang poliklinik yang menjadi tujuan utama kami melakukan observasi penerapan model MPKP. Malam sebelumnya (18/3), supervisior kami menginformasikan bahwa beliau tidak dapat menemani kami saat proses observasi karena adanya amanah yang mengharuskan beliau berada di luar kota, oleh karena itu beliau meminta bantuan dari kepala ruangan poliklinik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, ners Indah Rezki Amalia, S.Kep., Ns. Kami juga telah diintruksikan untuk mempelajari ilmu terkait MPKP dan MAKP, karena ruang poliklinik yang menjadi focus observasi kami menganut teori MAKP. Secara teori, Model praktik keperawatan profesional atau kemudian yang disingkat sebagai MPKP merupakan suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus & Yulia, 2006). Sedangkan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) sendiri dapat diartikan sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model praktik keperawatan baik MPKP maupun MAKP ini merupakan suatu model praktik keperawatan yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dimana dengan adanya sitem yang dianut termasuk struktur, proses maupun nilai professional (Profesional Values) perawat didalamnya, kemudian nilai ini akan menuntun perawat professional dalam melakukan pemberian asuhan keperawatan kepada klien/pasien. Dalam Hamid (2001), Haffart & Wood (1996) menjelaskan bahwa model praktik keperawatan profesional (MPKP) ini sendiri merupakan salah satu bagian dari manajemen model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Ruang poliklinik Unhas sendiri memiliki beberapa pembagian sub-ruangan, seperti yang terlansir dalam website resmi rumah sakit pendidikan Unhas, yakni diantaranya adalah poliklinik ortopedi, poliklinik bedah, poliklinik syaraf, poliklinik THT, poliklinik interna, poliklinik onkologi, poliklinik nyeri dan paliatif, poliklinik jiwa, poliklinik gizi, poliklinik anak, poliklinik obgyn, poliklinik umum, serta poliklinik treadmill (RS Unhas, 2017). Melihat banyaknya ruangan yang harus diobservasi dengan minimnya waktu, sehingga kepala ruangan Poliklinik kemudian membagi kami secara individu untuk melakukan observasi di setiap su-ruangannya. Setelah menerima arahan dari beliau serta dilakukan pengabsenan cepat, kami berdelapan kemudian segera menuju ruangan tujuan kami masing-masing. Saya sendiri mendapatkan kesempatan untuk melakukan observasi di ruang onklogi. Dalam ruangan onkologi ini, saya juga berkesempatan secara langsung untuk mewawancarai kepala ruangan poliklinik, Indah Rezki Amalia, S.Kep., Ns. Saat dalam ruang onkologi, berbagai pertanyaan mulai bermunculan dalam benak saya. Namun, meskipun telah siap menyusun rapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya
harus bersabar menunggu hingga waktunya benar-benar tepat. Saya dapat melihat bagaimana Ners Indah sebagai kepala ruangan poliklinik ini tengah sibuk melakukan setiap pekerjaannya, sehingga saya memutuskan untuk mengikuti kemanapun beliau termasuk mengikutinya untuk mengambil set peralatan perawatan luka, menuju apotik, dan kegiatan lainnya. Dalam perjalanan menuju ruangan sterilisasi peralatan, saya menggunakan kesempatan tersebut untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah saya susun sebelumnya. Ibu Dr. Ratna Sitorus, S.Kp., M.App.Sc yang sekaligus sebagai pengembang MPKP di Indonesia, (Sitorus dalam Rachmawaty,2019) telah membagi struktur ketenagaan pada tingkat ruang dgn Metode Modifikasi Kep. Primer, yakni terdiri dari Kepala Ruangan (Karu), Clinical Care Maneger (CCM), Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA) yang kemudian akan bertanggungjawab terhadap pemberian asuhan keparawatan pada 9-10 pasien. Namun dalam struktur di ruang Poliklinik RSPUH ini sendiri, hanya memiliki Kepala ruangan (Karu) dan Perawat Associate (PA). Hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya tenaga yang dimiliki oleh pihak rumah sakit. Selain itu, Narasumber juga menjelaskan, terkait tugas CCM (berfokus pada pasien), sebenarnya juga dapat diambil oleh Kepala Ruangan (berfokus pada manejerial), sehingga perawat associate dapat mengkonsultasikan berbagai permasalahan kepada Karu. Dalam Model Praktik Keperawatan Profesional, Seorang Karu memiliki tugas, diantaranya adalah mengadakan ronde keperawatan, melakukan supervisi, menilai kinerja perawat, menyusun rencana kegiatan tahunan, yang meliputi kegiatan sumber daya (tenaga, fasilitas, alat, dana), menyusun jadwal dinas dan cuti, kegiatan pengendalian mutu, bimbingan dan pembinaan staf, serta melakukan penilaian kinerja dan mutu pelayanan
keperawatan. Sedangkan Perawat Associete berperan sebagai pelaksana berbagai rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan oleh Perawat Primer. seorang Perawat Associente harus bertanggung jawab terhadap segala bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap klien selama dirumah sakit atau unit pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2005). Setelah melakukan observasi dan menanalisa situasi saya dapat menyimpulkan bahwa Karu Poliklinik telah menjalankan seluruh tugas seperti yang dijelaskan sebelumnya. Salah satu tugas yang selalu beliau lakukan termasuk melakukan penilaian terhadap perawatnya. Adapun kriteria yang dapat dilihat yakni berdasarkan banyaknya komplain, jumlah pasien yang ditangani dan kedisiplinan serta aspek mengurangi terjadinya infeksi nasokomial. Jika ditemukan seorang perawat yang masuk dalam kriteria tersebut, maka selanjutnya akan dilaksanakan suatu sesi dimana perawat pelaksana tersebut diberikan suatu penghargaan. Dengan adanya kegiatan seperti ini, kepala ruangan berharap kegiataan ini mampu memotivasi perawat pelaksana lainnya agar dapat lebih bersemangat dalam melaksanakan tugasnya. Ruang poliklinik saat ini memiliki jumlah perawat sebanyak 18 perawat. Dimana satu perawat akan bertanggung jawab pada setiap ruangan. Ners Indah menjelaskan bahwa dalam ruang poliklinik, banyak perawat yang melakukan re-sign. Dengan minimnya tenaga kerja/sumber daya manusia, sehingga mengharuskan Karu untuk menggantikan tugas perawat associate yang sedang mengambil masa cuti. Hal ini sejalan dengan kompentensi tenaga berdasarkan Tim Verifikasi Kurikulum AIPNI (2003) dalam Rachmawaty (2019), bahwa Kepala ruangan juga dapat menggantikan sementara tugas dan peran dari staff perawat yang sedang mengambil cuti, atau dapat melakukan delegasi kepada perawat lain
namun tetap dalam pengawasan dari kepala ruangan sendiri. Untuk mengatasi masalah ketenagaan ini, Karu telah melaporkan kepada pihak tertinggi Rumah Sakit, dan saat ini sedang dilakukan proses recruitment. Sedangkan pada tugas dan peran dari Perawat pelaksana sendiri, secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa peran tersebut tidak diterapkan dalam ruang poliklinik, Hal ini dikarenakan ruang Poliklinik tidak memiliki Perawat primer (PP) yang akan mengawasi serta menyusun renpra bagi setiap pasien yang hendak dirawat. Perawat pelaksana dalam ruang poliklinik dibagi kedalam setiap sub-ruangan yang ada. Dengan kata lain, dalam satu ruangan, hanya akan ada satu perawat yang bertugas. Perawat tersebut akan mengambil alih segala tugas untuk memberikan pelayanan kepada setiap pasien/klien yang datang. Saya dapat melihat bahwa Kepala ruangan yang menggantikan sementara tugas dari perawat pelaksana yang sedang mengambil cuti, begitu sibuk mengurusi pasien yang memasuki ruangan. Namun, saya tidak melihat beliau melakukan perawatan fisik kepada pasien/klien, karena tugas tersebut dilakukan oleh doker yang sedang melakukan dinas. Selanjutnya adapun metode yang diterapkan di ruang poliklinik adalah metode kasus, dimana dalam pelaksanaanya, satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat tergantung kemampuan perawat dan kompleksnya kebutuhan klien. Ners Indah juga menjelaskan bahwa meskipun model praktik keperawatan professional menganut pada sistem tim-primer, namun hal ini tidak sesuai dengan pelayanan di ruang poliklinik yang menangani berbagai jenis kelompok kasus. Namun pada waktu tertentu,
tenaga kerja di ruang ini juga dapat melakukan pemberian asuhan dengan metode timprimer (jika memang sangat dibutuhkan). Setelah melakukan observasi dalam ruangan rawat poliklinik, tepatnya di ruang onkologi, saya dapat menyimpulkan beberapa hal, yakni : a. ruang poliklinik rumah sakit Unhas menerapkan manajemen model asuhan keperawatan professional (MAKP) tepatnya model MAKP-Kasus. Dinama dalam penerapannya, Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas/shiff. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pada pendekatan holistik dari filosofi keperawatan (Nursalam, 2002). b. Dalam struktur ketenagaan ruang poliklinik hanya terdiri dari Kepala Ruangan dan Perawat pelaksana. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. (Sitorus, 2006). c. Satu ruang dalam poliklinik rumah sakit Unhas Hasanuddin memiliki seorang perawat associate (perawat pelaksana) dan dua orang dokter. Perawat pelaksana memiliki tanggungjawab penuh kepada klien/pasien dalam kelompok kasus penyakit tertentu, namun tidak melakukan tindakan perawatan fisik langsung
kepada pasien. Karena hal ini akan dilakukan langsung oleh dokter yang sedang dinas pada saat itu. d. Beban kerja perawat pelaksana tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan. e. Adapun faktor pendukung ruang poliklinik untuk menerapkan manajemen model MAKP-kasus adalah keseuaian dengan visi dan misi dari ruang poliklinik yang memang berfokus kepada berbagai jenis kasus penyakit yang terjadi di masyarakat. Sedangkan adapun factor yang menjadi penghambat dalam penerapannya adalah kurangnya sumber daya tenaga yang terigestrasi dalam ruang poliklinik. f. ruang poliklinik masih memegam kuat dan menerapkan komponen yang MPKP, yang terdiri dari Nilai – nilai profesional (Profesional Values), Pendekatan manajemen (Management Approach), Hubungan profesional (Profesional Relationship), Sistem pemberian asuhan keperawatan (Care Delivery System), Kompensasi dan penghargaan (Compensation & Reward). g. Kepala Ruangan dapat menggantikan peran dan tugas perawat pelaksana jika PA tersebut sedang mengambil cuti. h. Model Praktik Keperawatan Profesional akan sangat tepat untuk diterapkan pada ruang perawatan, namun kurang tepat untuk dilaksanakan dalam ruang Poliklinik, yang menggunakan metode kasus dan kunjungan rawat pasien yang berbeda-beda.
Referensi : Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta. Cetakan ke lima. Hamid, A.Y.S., 2001. Peran Profesi Keperawatan Dalam Meningkatkan Tangung Jawab Perawat Untuk Memberikan Asuhan Keperawatan Profesional Sehubungan Dengan Undang-Undang Konsumen. 005/ BS/PPNI.
Hoffart, N. & Woods, C.G. (1996). Element of Nurshing Professional Practice Models Journal of Professional Nurshing Vol. 12, No 6, pp. 354 - 364. Huber, D. 2010. Leadership and Nursing Care Management (4rd ed). USA: Saunders elsevier Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya, Jakarta: Salemba Medika Rachmawaty, Rini. (2019). Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP). UNHAS Ruang Rawat jalan-official :RS UNHAS MAKASSAR www.rs.unhas.ac.id>website>rajal Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat:Implementasi. Jakarta: EGC Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta. EGC. Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: penataan struktur & proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat. (E. Wahyuningsih, Ed.). Jakarta: EGC.