Fix Askep Halus.docx

  • Uploaded by: vani
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fix Askep Halus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,667
  • Pages: 14
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA MASYARAKAT PADA SDR. A DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORIK HALUSINASI PENGLIHATAN DI DUSUN JETAK 1 RT 01/RW 01 DESA SIDOREJO KECAMATAN BANDONGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDONGAN

Tanggal pengkajian

: 1 Maret 2017

Tempat pengkajian

: Dusun Jetak 1 RT 01/RW 01 Desa Sidorejo Kecamatan Bandongan Wilayah Kerja Puskesmas Bandongan

A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama : Sdr. A Umur : 27 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Pendidikan : Tidak Sekolah Pekerjaan : Tidak Bekerja Status : Belum Menikah Alamat : Bandongan Magelang 2. Penanggung jawab Nama : Ny. R Alamat : Bandongan Magelang Hubungan dengan klien : Ibu Kandung 3. Keluhan utama Keluarga klien mengatakan klien sering terlihat bicara sendiri, senyum sendiri, dan tertawa sendiri, marah tanpa sebab, bingung, dan sering jalan-jalan sendiri. Ketika dikaji, klien mengatakan melihat seorang wanita berpakaian putih yang sering mengajaknya pergi. 4. Faktor predisposisi Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya pernah dilakukan pengobatan di dirumah sakit dan dilakukan rawat inap selama 6 bulan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soerojo pada tahun 2007, kemudian rawat inap selama 1 bulan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soerojo pada tahun 2011, dan sekarang sedang menjalani pengobatan rawat jalan dari rumah sakit, namun klien jarang mengkonsumsi obat. Di dalam keluarga ada yang mengalami resiko gangguan jiwa yaitu saudara dari ibu klien. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik dan seksual. Klien juga mengatakan tidak pernah mengalami penolakan serta tidak pernah memiliki riwayat kriminal. Klien belum pernah, tidak sekolah, dan tidak bekerja. Keluarga juga mengatakan dulu klien pernah marah – marah sampai memecahkan piring.

5. Faktor presipitasi Faktor pencetus terjadinya gangguan jiwa pada Tn. S karena klien sulit untuk mengonsumsi obat, dan jarang mengonsumsi obat dari rumah sakit jiwa. 6. Pemeriksaan fisik a. Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg , N : 88 x/menit , S : 36,5˚C , RR : 20 X/menit b. BB : 52 kg , TB : 160 cm c. Kepala: 1) Rambut : Rambut berwarna hitam, bersih 2) Mata : Tidak ada gangguan penglihatan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik 3) Kepala : Mesochepal 4) Hidung : Penciuman baik, tidak ada pembesaran polip, tidak ada pernapasan cuping hidung 5) Mulut : Mukosa bibir lembab 6) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid 7) Dada : a) Paru-paru: (1) Inspeksi : ekspansi dada simetris (2) Palpasi : vocal fremitus teraba sama kanan dan kiri (3) Perkusi : resonan (4) Auskultasi : vesikular b) Jantung: (1) Inspeksi : tidak tampak ictus cordis (2) Palpasi :ictus cordis linea intercosta 4 mid klavikula (3) Perkusi : redup (4) Auskultasi : s1 dan s2 normal, tidak ada suara tambahan 8) Abdomen : a) Inspeksi : tidak ada lesi b) Auskultasi : bising usus 13x/menit c) Palpasi : tidak ada nyeri tekan d) Perkusi : tympani

7. Psikososial a. Genogram

Keterangan: : Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Meninggal

: Menikah : Cerai

: Klien : Tinggal satu rumah

Gambar 3.1: Genogram Sdr. A Keterangan : klien adalah anak ke 3 dari 2 bersaudara tetapi klien tinggal dirumah hanya dengan 1 kakak kandungnya serta suami dan anak dari kakak kandungnya. Kakak kandung yang satunya lagi tinggal di beda desa. 1) Pola komunikasi klien dengan keluarga cukup baik 2) Pola asuh keluarga terbuka dibuktikan dengan adanya orang yang diajak bicara dengan klien dan diadakannya musyawarah terlebih dahulu ketika klien mengalami masalah. 3) Pola pengambilan keputusan keluarga terhadap klien baik. b. Konsep diri 1) Gambaran diri Klien mengatakan tidak pernah merasa putus asa dengan keadaannya, karena klien menikmati keadaannya saat ini. 2) Identitas diri Klien mengatakan merasa puas sebagai laki-laki. 3) Peran diri Klien adalah anak ke 3 dari 2 bersaudara. 4) Harga diri Klien mengatakan tidak malu dengan kondisinya. Masalah keperawatan : c. Hubungan sosial

1) Orang yang berarti: ibu klien adalah orang berarti bagi klien karena satusatunya orang tua yang masih ada dan hanya ibu klien yang memahami dan selalu menuruti permintaan klien. 2) Peran serta klien dalam kelompok Klien sering keluar dari rumah tetapi hanya menyendiri, klien mengatakan terdapat wanita berbaju putih yang selalu mengajaknya jalan-jalan atau berpergian. 3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien mengalami tidak mengalami hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Ketika klien diajak bicara, klien mampu mengeluarkan suara namun ketika ada orang banyak yang mendekatinya atau mengajak bicaranya klien langsung pergi dan berkeinginan untuk jalan-jalan lagi. d. Spiritual 1) Nilai dan keyakinan Klien mengatakan beragama islam. 2) Kegiatan beribadah Klien tidak pernah beribadah. 8. Status mental a. Penampilan Klien terlihat tidak rapi dan cara berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan yaitu klien sering memakai baju lebih dari dua baju. b. Pembicaraan Klien bisa memulai pembicaraan namun hanya singkat. c. Aktifitas motorik Klien tidak mengalami gangguan aktifitas motorik. d. Alam perasaan Klien mengatakan senang dengan keadaannya saat ini. e. Afek Klien tidak mengalami gangguan afek. f. Interaksi selama wawancara Kontak mata klien mudah beralih, klien terkadang tidak mau menatap lawan bicara. g. Persepsi sensori Klien mengalami gangguan persepsi sensori penglihatan, klien mengatakan sering diajak wanita berbaju putih untuk jalan-jalan. h. Isi pikir Klien tidak mengalami gangguan isi pikir. i. Proses pikir Proses pikir klien dapat sesuai dengan toik yang dibicarakan, tidak melompatlompat ataupun beralih topik. j. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien baik (composmentis). Orientasi klien terhadap tempat, waktu dan orang cukup baik. k. Memori Klien tidak mengalami daya ingat.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung Klien tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung, Klien bisa berhitung sederhana. m. Kemampuan penilaian Klien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, klien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain. n. Daya tilik diri Klien tidak sadar bahwa dia sedang sakit dan klien merasa sehat. 9. Mekanisme koping Keluarga klien mengatakan bahwa klien ketika ada masalah atau keinginannya tidak terpenuhi, klien akan marah dan akan terus meminta sampai keinginannya terpenuhi. Masalah keperawatan : penurunan koping keluarga. 10. Masalah psikososial dan lingkungan a. Masalah dengan dukungan kelompok Keluarga mengatakan klien tidak mengalami masalah dengan dukungan kelompok hanya klien lebih suka bergaul dengan wanita yang dilihatnya sehingga sering jalan-jalan sendiri. b. Masalah dengan lingkungan Klien tidak memiliki masalah dengan lingkungan di sekitarnya. c. Masalah dengan pendidikan Klien tidak pernah bersekolah. d. Masalah dengan pekerjaan Klien tidak bekerja. e. Masalah dengan perumahan Keluarga mengatakan klien tidak memiliki permasalahan dengan rumah, klien mempunyai kamar sendiri. f. Masalah dengan ekonomi Keluarga mengatakan klien tidak bekerja, untuk kebutuhan jajan klien meminta pada ibunya. g. Masalah dengan pelayanan kesehatan Klien tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan pada saat sakit klien dirawat di rumah sakit jiwa, hanya puskesmas memberitahukan bahwa klien sudah jarang berobat. h. Masalah dengan orang lain Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai masalah dengan orang lain maupun hal lainnya. 11. Kurang pengetahuan Keluarga sudah mengetahui tentang masalah yang dialami klien, namun keluarga belum memahami bagaimana cara merawat klien yang mengalami halusinasi. Keluarga tampak membiarkan klien berpakaian sesuka klien. Keluarga tampak membebaskan klien dan tampak menuruti apa yang diinginkan klien yang penting klien tidak mengamuk.

B. Analisa data No. Data 1.

2.

DS : Klien menunjuk sesuatu yang ada di depannya dan mengatakan melihat seorang wanita berpakaian putih yang akan mengajaknya pergi. DO : - Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan halusinasi masih kurang - Keluarga tampak bingung bagaimana merawatnya - Keluarga berusaha membujuk lirih pelan ketika klien sedang marah - Klien sering terlihat bicara sendiri, senyum sendiri, dan tertawa sendiri, marah tanpa sebab, bingung. DS: ibu klien mengatakan hanya membiarkan klien bepergian dan menuruti keinginan klien ketika klien marah DO: - Keluarga tampak membiarkan klien berpakaian sesuka klien - Keluarga tampak membebaskan klien dan tampak menuruti apa yang diinginkan klien yang penting klien tidak mengamuk

Etiologi

Masalah

Paraf

Ketidakma mpuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita gangguan persepsi sensori: halusinasi.

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi penglihata n

vetty

Ketidakma mpuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita gangguan persepsi sensori: halusinasi.

Penurunan koping keluarga

vetty

C. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang menderita gangguan persepsi sensori: halusinasi. No Kriteria Skoring Pembenaran 1

Sifat masalah Skala : Ancaman kesehatan

2

2

x1=3 3

Keluarga tidak mengetahui penanganan penyakit halusinasi

No Kriteria

Skoring

Pembenaran

2

2

x2=2

Masalah dapat diubah dengan mudah karena bersedia diajarkan tentang cara perawatannya

x1=3

2

Masalah lebih lanjut dapat dicegah jika telah mengenal halusinasi dengan jelas.

1

Masalah halusinasi bukan masalah yang mengancam jiwa.

Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : mudah 3 Potensial masalah bila dicegah Skala : Cukup 4 Menonjolnya masalah Skala : Ada masalah, tetapi tidak harus segera ditangani Total Skor

2

2 3

1 2

x1=2

5

36

2. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang menderita gangguan persepsi sensori: halusinasi. No Kriteria Skoring Pembenaran 1

Sifat masalah Skala : Ancaman kesehatan

2

2

Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : mudah Potensial masalah bila dicegah Skala : Cukup

2

3

4

Menonjolnya masalah Skala : Masalah harus segera ditangani Total Skor

x1=3

2

Keluarga tidak mampu melakukan perawatan terhadap klien

x2=2

Masalah dapat diubah dengan mudah karena bersedia diajarkan tentang cara perawatannya

x1=3 3

2

Masalah lebih lanjut dapat dicegah jika telah mengenal halusinasi dan koping perawatan dengan jelas.

2

x1=1

Masalah koping keluarga harus segera ditangani untuk perawatan kesembuhan klien dengan support dari keluarga.

3

2

2

2

1

43

a. Tujuan 1) Tujuan Umum Klien dan keluarga dapat membina hubungan saling percaya, dan mengenali halusinasi yang dialaminya.

2) Tujuan Khusus Klien diharapkan dapat membedakan dan menganalisis realitas serta mampu mengontrol halusinasi yang dialami dengan bantuan keluarga. b. Kriteria hasil Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 4 hari diharapkan dapat mengenal halusinasi serta pasien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi, dan respon saat halusinasi muncul dan dapat mendomonstrasikan tindakan untuk mengontrol halusinasi. c. Rencana tindakan 1) Strategi Pelaksanaan pada Pasien a) SP1P (1) Mengidentifikasi jenis halusinasi. (2) Mengidentifikasi isi halusinasi. (3) Mengidentifikasi waktu halusinasi. (4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi. (5) Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi. (6) Mengidentifikasi respon terhadap halusinasi. (7) Mengajarkan menghardik halusinasi. (8) Menganjurkan memasukkan cara menghardik ke dalam kegiatan harian. b) SP2P (1) Mengevaluasi jadwal harian. (2) Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. (3) Menganjurkan memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. c) SP3P (1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. (2) Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan terjadwal. (3) Menganjurkan memasukkan kedalam jadwaal kegiatan harian. d) SP4P (1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian. (2) Memberikan penkes tentang penggunaan obat secara teratur seperti manfaat minum obat, kerugian putus obat dan mengetahui 5 benar obat. (3) Menganjurkan memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. 2) Strategi Pelaksanaan pada Keluarga a) SP1K (1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien. (2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, penyebab halusinasi, dan teknik cara mengontrol halusinasi. (3) Menjelaskan cara merawat halusinasi. b) SP2K (1) Melatih mempraktekkan cara merawat halusinasi.

(2) Melatih melaksanakan cara merawat langsung kepada klien halusinasi. c) SP3K (1) Membantu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.

D. Implementasi 1. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang menderita gangguan persepsi sensori: halusinasi. 2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang menderita gangguan persepsi sensori: halusinasi. No. Dx Tanggal Implementasi Respond Paraf 1

1 Maret 2017 13.00 wib

Membina hubungan saling percaya dengan keluarga termasuk ibu klien dan mengkaji tingkat koping perawatan keluarga terhadap klien

DS: ibu klien mengatakan memenuhi semua permintaan klien asalkan klien tidak mengamuk, dan membiarakna klien jalan-jalan kepanasan dan berkeringat tidak memakai sandal, karena ketika dihiraukan maka klien akan marah.

a. 1, 2

1 Maret 2017 14.00 wib

Melakukan penyuluhan kesehatan mengenai halusinasi kepada klien dan keluarga

DS: ibu klien vetty mengatakan sudah memahami halusinasi yang dialami klien, namun mengatakan masih terkendala usaha untuk mengurangi intensitas klien jalan-jalan dan bepergian setiap waktu.

1,2

1 Maret a. Mengajarkan keluarga klien bagaimana 2017 perawatan untuk klien 15.00 di rumah wib

2

DS: klien mengatakan sudah mengetahui cara menhardik dengan menyuruh bayangan halusinasinya pergi. Klien melakukan istighfar untuk menghardik wanita yang dilihatnya. DO: klien tampak kooperatif, dan mampu mendemonstrasikan apa yang diajarkan. dan DS: 7 Maret a. Menvalidasi ibu klien vetty menanyakan kegiatan mengatakan klien 2017 yang dilakukan klien sudah jalan-jalan sejak pagi. 11.00 dari tadi pagi. wib Kemudian klien pulang untuk makan, dan pergi lagi di sekitar jalan desa. b. Mengajarkan cara kontrol halusinasi dengan menghardik. Cara melakukannya adalah dengan istighfar.

1,2

DS: ibu klien vetty mengatakan bersedia untuk sedikit tegas kepada klien dan memberikan pengertian bahwa apa yang dilihat klien, tidak dilihat oleh ibu klien. Ibu klien mengatakan akan menasehati klien dengan halus ketika klien mengamuk. DO: ibu klien tampak memahami

DO: klien tampak jalan-jalan dan bicara sendiri. 8 Maret a. Mendiskusikan teknik menghardik yang lain 2017 sesuai kontrak hari 13.00 sebelumnya, dan wib menanyakan kegiatan klien sejak tadi pagi.

DS: ibu klien vetty mengatakan klien masih sama bepergian di sekitar rumah sampai keringetan. Klien mengatakan habis jalan-jalan dan bermain dengan orang yang dilihat.

1,2

b. Mengajarkan teknik halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan klien agar klien beraktivitas sesuai jadwal; merapikan tempat tidur, menyapu, memelihara ayam.

DS: klien vetty mengatakan mau menyapu dan merapikan tempat tidur, klien mengatakan ibu klien punya ayam banyak. Klien mengatakan akan melakukkannya rutin setiap hari. Ibu klien mengatakan akan mengingatkan kegiatan klien.

1,2

cara 9 Maret a. Memvalidasi kontrol halusinasi yang 2017 sudah diajarkan 11.00 sebelumnya dan wib menanyakan kegiatan klien sejak pagi

DS: klien vetty mengatakan “ya” untuk melakukan aktivitas rutin. Klien mengatakn sudah makan, merapikan tempat tidur, dan sedang menyapu sekarang.

2

1,2

ibu klien b. Menanyakan mengenai DS: obat dikonsumsi klien mengatakan klien dari rumah sakit mengonsumsi

Chlorpromazine 1 x 100 mg sehari, Haloperidol 2 x 1,5 vetty mg sehari, dan Risperidone 2 x 2 mg sehari c. Menjelaskan minum obat

1,2

manfaat

DS: klien vetty mengatakan mau meminum obat.

E. Evaluasi Keperawatan 1. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang menderita gangguan persepsi sensori: halusinasi. No. Dx Tanggal Catatan Perkembangan Paraf 1

1

1

1 Maret 2017 16.00 wib

S: Keluarga mengatakan pengertian halusinasi, vetty dan cara mengontrol halusinasi O: Keluarga mampu mengulang penjelasan penulis, namun belum dpat mendemonstrasikan bagaimana perawatan kepada klien A: Masalah penurunan koping keluarga belum teratasi. P: Lanjutkan intervensi! 7 Maret S: Ibu klien mengatakan bahwa klien sudah vetty 2017 bangun pukul 05.00 dan menunjukkan sikap 13.00 bingung kemudian mondar-madir dan bepergian wib keluar rumah. Ibu klien tidak bisa menghalangi klien. O: A: Masalah penurunan koping keluarga belum teratasi. P: Lanjutkan intervensi! 8 Maret S: Ibu klien mengatakan bahwa klien masih vetty 2017 mondar-mandir, namun ibu klien mencoba 16.00 mengingatkan klien dengan bercakap-cakap dan wib mengingatkan aktivitas klien sesuai jadwal. O: ibu klien tampak kooperatif. A: Masalah penurunan koping keluarga teratasi sebagian.

1

P: Lanjutkan intervensi! 9 Maret S: ibu klien mengatakan akan mengontrol vetty 2017 kebiasaan klien minum obat dan akan 13.00 memastikan klien minum obat sesuai dengan wib prosedur O: ibu klien tampak kooperatif dan bersedia mengontrol dan memotivasi kegiatan terjadwal klien. A: Masalah penurunan koping keluarga teratasi sebagian. P: Lanjutkan intervensi!

2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang menderita gangguan persepsi sensori: halusinasi. No. Dx Tanggal Catatan Perkembangan Paraf 2

2

2

2

1 Maret 2017 16.00 wib

S: Klien mengatakan melihat seorang wanita berpakaian putih yang mengajaknya pergi. O: terlihat bicara sendiri, senyum sendiri, dan tertawa sendiri, marah tanpa sebab, bingung, A: Masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan belum teratasi P: Lanjutkan intervensi! 7 Maret S: klien mengatakan masih ingin bermain dengan 2017 wanita yang dilihatnya 13.00 O: klien tampak mondar mandir dari pagi, namun wib mau diajak bercakap-cakap dengan dua mahasiswa A: Masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan belum teratasi P: Lanjutkan intervensi! 8 Maret S: klien mengatakan bersedia menyapu, 2017 merapikan tempat tidur dan memberi makan 16.00 ayam. wib O: klien tampak beraktivitas sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Klien mampu melakukan tindakan menghardik sesuai yang diajarkan. A: Masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan teratasi sebagian. P: Lanjutkan intervensi! 9 Maret S: klien mengatakan bahwa klien berjanji kan 2017 menghabiskan obat dari rumah sakit,

vetty

vetty

vetty

vetty

13.00 wib

O: klien mampu mendemonstrasikan teknik menghardik dan beraktivitas sesuai dengan jadwal kegiatan. A: Masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi!

Related Documents


More Documents from "hikmat"