Askep Adhd Fix Banget.docx

  • Uploaded by: Ainindhita
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Adhd Fix Banget.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,374
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau yang lebih dikenal dengan istilah hiperaktif merupakan salah satu bentuk gangguan kesehatan mental yang cukup banyak terjadi di Indonesia bahkan jumlahnya selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut Fatwa Tentama dalam artikelnya yang berjudul “Memahami Anak Hiperaktif”, di Indonesia terdapat 2-4 persen anak yang menderita ADHD dalam populasi anak sekolah. Di kota-kota besar prosentase jumlah penderita ADHD bisa lebih tinggi lagi. Data menunjukkan bahwa di kota besar lebih dari 10 persen anak menderita ADHD. Data lain yang memprihatinkan adalah sekitar 7.000 kasus baru muncul setiap tahunnya. Sedangkan menurut Saputro (2005) di Indonesia, populasi anak Sekolah Dasar adalah 16,3% dari total populasi yaitu 25,85 juta anak. Berdasarkan data tersebut diperkirakan tambahan kasus baru ADHD sebanyak 9000 kasus. Sebagian besar orang tua ataupun guru masih menganggap anak dengan gangguan tersebut sebagai anak “nakal” atau “malas”. Padahal anak dengan gangguan tersebut apabila tidak mendapat pertolongan yang tepat, akan mengalami kesulitan belajar, prestasi belajar buruk, gagal sekolah,tingkah lakunya menganggu, sikapnya tampak sulit diterima oleh lingkungannya dan bahkan cenderung tidak disukai oleh orang tua ataupun guru. ADHD perlu didiagnosis sedini mungkin agar dapat segera ditangani sehingga mengurangi risiko berlanjutnya ADHD hingga usia remaja bahkan dewasa. Akan tetapi, sebagian besar masyarakat di Indonesia masih awam tentang gangguan pemusatan perhatian dan hiperakivitas pada anak-anak. Sehingga perlu diberikan informasi mengenai ADHD dengan harapan informasi tersebut dapat menjadi pengetahuan bagi orang tua agar dapat mengasuh anak penderita ADHD.

1

Sebagai mahasiswa di bidang keperawatan, kita harus mampu memberikan edukasi pada orang tua mengenai ADHD serta mampu memberikan perawatan yang semestinya bagi anak penderita ADHD. Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)”.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD?”

C. Tujuan 1.

Tujuan Umum Dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan ADHD.

2.

Tujuan Khusus a.

Dapat memahami konsep penyakit ADHD

b.

Dapat memahami dan melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan ADHD

c.

Dapat memahami dan menentukan diagnosa keperawatan pada anak dengan ADHD

d.

Dapat memahami dan menentukan intervensi keperawatan pada anak dengan ADHD

2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu kelainan tingkah laku, dan bersifat heterogen yang ditandai dengan gambaran tidak dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif sehingga menimbulkan gangguan baik secara akademis maupun interaksi sosial. Penyakit ini dimulai dari masa anak dan dapat terus berkembang sampai dewasa (Yanofiandi, 2015). Menurut American Psychiatric Association (1994) dalam Wong (2008), Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah derajat kurang perhatian,

impulsif,

dan

hiperaktivitas

yang

tidak

sesuai

dengan

perkembangan. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang ditandai oleh rentang perhatian yang buruk dan tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsif atau keduanya yang tidak sesuai dengan usia (Kaplan dan Sandock, 2007). Jadi, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan perilaku yang ditandai dengan kurang perhatian, impulsif dan hiperaktif pada anak yang biasanya muncul sejak masa anak – anak.

B. Etiologi Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari tetapi belum ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan yang ada. Terdapat beberapa hal yang diduga menjadi penyebab terjadinya ADHD, secara umum karena ketidakseimbangan kimiawi atau kekurangan zat kimia tertentu di otak yang berfungsi untuk mengatur ‘perhatian dan aktivitas’. Beberapa penelitian menunjukan adanya kecenderungan faktor keturunan (herediter) tetapi banyak pula penelitian yang menyebutkan bahwa faktorfaktor sosial dan lingkunganlah yang lebih berperan.

3

Menurut Faron dkk (2000), Kuntsi (2000), Barkley (2003) (Sugiarmin, 2007), yang mengatakan bahwa terdapat faktor yang berpengaruh munculnya ADHD , yaitu: 1.

Faktor genetik Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor penting dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga ADHD memiliki gangguan, yaitu jika orang tua mengalami ADHD, maka anaknya beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah satu mengalami. ADHD, maka saudaranya 7080% juga beresiko mengalami ADHD. Dengan demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan.

2.

Faktor neurobiologis Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantaranya bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus prefronatl. Demikian juga penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan

otak

dengan

teknologi

tinggi)

menunjukan

ada

ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons, dan organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD. Informasi lain bahwa anak ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibanding anak yang tidak ADHD.

C. Patofisiologi Pada penderita ADHD didapatkan volume otak yang lebih kecil dibandingkan dengan anak yang seusia dengannya. Penelitian terhadap

4

terhadap penderita ADHD dibandingkan dengan saudaranya yang tidak menderita ADHD didapatkan penurunan volume otak sebesar 4%. Sedangkan volume

otak

saudara

penderita

ADHD

dibandingkan

dengan

individu yang tidak memiliki riwayat keluarga ADHD, didapatkan volume otak mereka yang memiliki riwayat keluarga ADHD 3,4% lebih kecil (Yanofiandi, 2015). Pemeriksaan volume otak tersebut menemukan penurunan volume pada kortek frontalis, ganglia basalis dan serebelum pada penderita ADHD. Bagian – bagian otak tersebut berperan didalam pengaturan aktivitas, perhatian dan emosi secara baik. Karena itu, gangguan yang terjadi pada penderita ADHD diduga sebagai akibat dari terjadinya perubahan pada bagian – bagian otak tersebut (Yanofiandi, 2015). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara biologis ada dua mekanisme dalam otak yaitu pengaktifan sel – sel saraf (eksitasi) dan penghambat sel – sel saraf (inhibisi). Pada reaksi eksitasi sel – sel saraf terhadap adanya rangsangan dari luar adalah melalui panca indra. Dengan reaksi inhibisi, sel – sel saraf akan mengatur bila terlalu banyak eksitasi. Umumnya sistem inhibisi akan mulai pada usia 2 tahun, dan pada usia 4 tahun akan berkembang secara kuat. Tampaknya pada anak ADHD perkembangan sistem ini lebih lambat, dan juga dengan kapasitas yang lebih kecil. Sistem penghambat di otak bekerja kurang kuat. Dari penelitian, disebutkan bahwa ada neuro-anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda antara anak yang menyandang ADHD dan tidak (Paternotte & Buitelaar, 2010: 19)

D. Manifestasi Klinik Menurut American Psychiatric Association (2005), tanda dan gejala dari ADHD yaitu: (Yanofiandi, 2015) 1.

Perhatian Kurang (Inattention) a.

Sering gagal dalam memberikan perhatian secara mendetail.

b.

Sering mengalami kesulitan dalam memberikan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain.

c.

Sering tampak tidak memperhatikan jika berbicara secara langsung.

5

d.

Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas.

e.

Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas.

f.

Sering menolak dan tidak menyukai dalam tugas yang memerlukan usaha mengendalian mental.

2.

g.

Sering kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk aktivitas.

h.

Sering mudah dikacaukan dengan stimulus lain.

i.

Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari

Hiperaktif (Hyperactive) a.

Sering gelisah dan duduk tidak tenang.

b.

Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas.

c.

Sering lari-lari atau memanjat pada keadaan yang tidak semestinya.

d.

Sering mengalami kesulitan dalam aktivitas bermain atau melakukan aktivitas dengan tenang.

3.

e.

Sering bertindak seolah-olah sedang mengemudikan motor.

f.

Sering berbicara secara berlebihan

Impulsif (Impulsive) a.

Sering berkata tanpa berpikir dalam menjawab sebelum pertanyaan selesai.

b.

Sering mengalami kesulitan dalam menunggu giliran.

c.

Sering menyela atau mengganggu orang lain.

6

E. Pathway

7

F. Identifikasi ADHD Untuk melakukan identifikasi ADHD dapat digunakan pedoman yang di keluarkan oleh American Psychiatric Association, yang menerapkan kriteria untuk menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition tahun 2005) sebagai berikut: 1.

Baik (a) atau (b) (a) Enam atau lebih dari dari gejala kurang perhatian berikut ini telah menetap selama minimal 6 bulan sampai derajat yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan: Kurang perhatian (1) Sering gagal dalam memberi perhatian penuh pada hal – hal detail atau membuat kesalahan dalam aktivitas tugas sekolah, kerja, atau aktivitas lain (2) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain (3) Tampak sering tidak mendengarkan ketika diajak bicara langsung (4) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan atau tugas di tempat kerja yang bukan disebabkan oleh perilaku menentang atau kegagalan memahami instruksi (5) Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas dan aktivitas (6) Sering menghindar, tidak menyukai, atau ragu untuk terlibat dalam tugas – tugas yang memerlukan upaya mental secara terus – menerus (seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah) (7) Sering kehilangan barang – barang yang penting untuk tugas atau aktivitas (misalnya mainan, pekerjaan sekolah, pensil, buku, atau peralatan lain) (8) Sering mudah terdistraksi oleh stimulus eksternal (9) Sering lupa dalam aktivitas sehari – hari

8

(b) Enam atau lebih dari gejala hiperaktivitas-impulsivitas berikut ini telah menetap selama minimal 6 bulan sampai derajat yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan: Hiperaktivitas (1) Sering menggerakkan tangan atau kaki dengan gelisah atau menggeliat di tempat duduk (2) Sering meninggalkan bangku di kelas atau situasi lain yang sebenarnya diharapkan untuk tetap duduk (3) Sering lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang sebenarnya tidak pantas (pada remaja atau orang dewasa, kemungkinan dibatasi oleh perasaan kegelisahan yang subjektif) (4) Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang yang tenang (5) Sering “tidak bisa diam” atau sering bertindak seakan – akan ia “dikemudikan oleh sebuah motor” (6) Sering bicara secara berlebihan Impulsivitas (1) Sering menjawab pertanyaan dengan cepat dan keras sebelum pertanyaan selesai (2) Sering memiliki kesulitan dalam menunggu giliran (3) Sering mengganggu atau memaksa orang lain (misalnya memotong percakapan atau mengganggu permainan) 2.

Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau kurang perhatian yang mengakibatkan kerusakan telah muncul sebelum anak berusia 7 tahun

3.

Beberapa kerusakan akibat gejala muncul dalam satu atau dua tempat (misalnya di sekolah, tempat kerja, dan di rumah)

4.

Terdapat bukti yang jelas mengenai kerusakan fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan yang signifikan secara klinis

5.

Gejala tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan penyakit atau tidak disebabkan oleh gangguan mental lainnya

9

Prosedur Identifikasi Untuk melakukan identifikasi yang tepat, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1.

Pertama perspektif orang tua meliputi beberapa hal, yaitu: a.

wawancara

yang

teliti,

seperti

tinjauan

ciri-ciri,

riwayat

perkembangan, ciri-ciri depresi orang tua, pengaruh-pengarh lain dari ciri yang muncul pada anak terhadap oang tua, b.

lembar cek perilaku anak (Conner’s Rating Scale),

c.

pertanyaan situasi rumah,

d.

formulir riwayat perkembangan, dan

e.

survei penyesuaian perkawinan menggunkan instrumen temuan dari LockeWallace.

2.

3.

Kedua perspetif anak meliputi beberapa hal, yaitu: a.

wawancara,

b.

pemeriksaan IQ,

c.

tes prestasi,

d.

kajian tentang keadaan sekolah,

e.

observasi interaksi orang tua dan anak.

Ketiga perspektif sekolah meliputi beberapa hal, yaitu: a.

diskusi dengan orang tua,

b.

observasi ruang kelas,

c.

formulir penilaian guru atau Conner’s Rating Scale, dan

d.

Rating Scale perilaku dengan instrumen Kendall-Wilcox

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pengaruh ADHD terhadap anak itu sendiri dan orang – orang yang berada di lingkungannya. Meskipun kelihatannya sederhana, namun pengaruh ADHD dapat dilihat dalam tiga bidang utama, yaitu aspek pendidikan, perilaku, dan sosial anak. Biasanya cara anak ADHD menunjukkan dirinya bergantung faktor yang berhubungan dengan usia dan profil kesulitan tertentu. Informasi ini dapat membantu dalam melakukan identifikasi.

10

G. Penatalaksanaan Ketika orangtua dan guru menduga bahwa ada anak yang memiliki ADHD, langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan merujuk anak ke spesialis seperti psikolog, psikiater, atau dokter perilaku anak. Mereka adalah ahli yang tahu tentang anak – anak yang memiliki ADHD dan jenis lain dari masalah perilaku. Bagian dari pekerjaan dokter adalah untuk memeriksa penyakit lainnya yang terlihat seperti ADHD tetapi perlu berbagai jenis pengobatan (Suryani & Badi’ah, 2017). Jika dokter menentukan bahwa seorang anak memiliki ADHD, maka dokter dan orangtua dapat mulai bekerja sama untuk menemukan cara terbaik untuk membantu. Bagi banyak anak – anak, ini berarti mengambil obat untuk membantu mereka memiliki kontrol yang lebih baik dari perilaku mereka dan pergi ke terapi (konseling) (Suryani & Badi’ah, 2017). Ada banyak obat ADHD yang berbeda. Obat tidak akan menyembuhkan ADHD, tapi itu akan akan membantu mengontrol gejala ADHD dan membuat anak merasa lebih baik. Obat dapat membantu anak – anak memperhatikan, lebih fokus, dan tidak bergerak secara berlebihan (Suryani & Badi’ah, 2017). Anak – anak yang memiliki ADHD membutuhkan lebih dari sekadar obat. Mereka membutuhkan bantuan belajar bagaimana mengubah cara mereka bertindak. Beberapa mungkin juga perlu bantuan berurusan dengan perasaan marah, sedih, dan cemas (Suryani & Badi’ah, 2017). Seorang terapis (atau konselor) dapat membantu dalam proses penyembuhan ini. Terapis bekerja dengan anak – anak dan orangtua mereka sesuai dengan rencana yang telah disepakati sebelumnya. Mereka akan memberi orangtua ide – ide tentang bagaimana membuat perubahan di rumah yang akan membantu untuk anak – anak dengan ADHD. Jika diperlukan, terapis juga dapat membantu anak – anak belajar untuk membangun persahabatan yang lebih baik (Suryani & Badi’ah, 2017). Seorang terapis atau konselor dapat merekomendasikan relaksasi dan terapi perilaku. Dalam terapi relaksasi, konselor mengajari anak-anak bagaimana bersantai dan tetap tenang dengan melakukan latihan pernapasan dan kelompok otot yang berbeda. Sementara itu, terapi perilaku mengajarkan

11

anak – anak dan orangtua untuk menetapkan tujuan dan menggunakan imbalan untuk membantu anak – anak mencapai tujuan tersebut. Guru juga dapat memberikan hadiah pada anak – anak yang memiliki ADHD saat mereka menunjukkan kontrol yang baik, seperti mampu untuk duduk diam selama kelas. Orangtua dapat menawarkan hadiah di rumah ketika anak mampu memperhatikan atau menyelesaikan tugas (Suryani & Badi’ah, 2017). Sedangkan menurut Wong (2008), penatalaksanaan anak ADHD biasanya melibatkan pendekatan multiple yang meliputi pendidikan dan konseling keluarga, pengobatan, penempatan kelas yang sesuai, dan manipulasi lingkungan serta kadang – kadang terapi perilaku dan/atau psikoterapi

untuk

anak.

Intervensi

untuk

anak

yang

mengalami

ketidakmampuan belajar terutama adalah dalam pendidikan. 1.

Pengobatan Banyak obat yang telah dianjurkan untuk mengobati gejala ADHD. Obat – obatan yang paling sering diresepkan adalah dekstroamfetamin sulfat (Dexadrine) atau metilfeniat hidroklorida (Ritalin). Namun tidak semua anak memeperoleh keuntungan dari pengobatan tersebut. Anak – anak yang menggunakan obat – obatan stimulant dapat memiliki gejala yang terdiri atas gelisah, insomnia, peningkatan tekanan darah, dan penurunan nafsu makan yang kemudian akan menyebabkan penurunan berat badan. Penggunaan dekstroamfetamin jangka panjang dapat menekan pertumbuhan.

2.

Manipulasi lingkungan Pada ADHD lingkungan anak disederhanakan dengan menurunkan stimulus dan distraksi eksternal, mengurangi alternatif, meningkatkan konsistensi dalam rutinitas harian dan mendorong pola perilaku yang diinginkan. Orangtua perlu mengembangkan batasan tegas namun beralasan serta menyediakan lingkungan yang stabil dan dapat diperkirakan, dalam tidur, makan, bekerja, dan bermain yang teratur.

3.

Pendidikan dikelas Aktivitas harus dirancang untuk menunjukkan adanya defisit dalam persepsi visual, persepsi pendengaran, dan area lain yang melibatkan

12

integrasi dan koordinasi. Tujuan program untuk anak – anak dengan ketidakmampuan belajar tertentu adalah membantu mereka menuju pencapaian yang lebih sukses, penyesuaian personal dan pada akhirnya tetap berada dalam kelas regular. Namun, menurut Public Law 94-142, Pendidikan untuk semua anak cacat, anak – anak yang mengalami ADHD atau ketidakmampuan belajar harus memperoleh pendidikan umum dengan bebas dalam lingkungan yang tidak terlalu terbatas.

H. Prognosis 1.

Gejala berkelanjutan sampai remaja atau dewasa.

2.

Membaik pada masa pubertas.

3.

Hiperaktivitas hilang tetapi gangguan pemusatan perhatian dan impulsivitas tetap ada.

13

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ADHD

A. Pengkajian 1.

Anamnesa a.

Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram (Suryani & Badi’ah, 2017) 1) Apakah anak tersebut lahir premature 2) Apakah anak mengalami berat badan lahir rendah (BBLR), anoreksia dan lain-lain. 3) Adakah faktor genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan ini. Anak yang lahir dari keluarga pemilik riwayat ADHD memiliki risiko tinggi menderita gangguan ini.

b.

Kaji riwayat perilaku anak (Suryani & Badi’ah, 2017) 1) Riwayat perkembangan 2) Laporan guru tentang permaslahan – permasalahan akademis serta tingkah laku didalam kelas. Menurut

Videbeck

(2008)

pengkajian

anak

yang

mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain: c.

Pengkajian riwayat penyakit 1) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare. 2) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah. 3) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.

14

4) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil. d.

Penampilan umum dan perilaku motorik 1) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang – goyang saat mencoba melakukannya. 2) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas. 3) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan. 4) Percakapan anak melompat – lompat secara tiba – tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya

e.

Mood dan afek 1) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum. 2) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa. 3) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut. 4) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan.

f.

Proses dan isi pikir Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.

g.

Sensorium dan proses intelektual 1) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi. 2) Kemampuan

anak

untuk

memberikan

berkonsentrasi terganggu secara nyata.

15

perhatian

atau

3) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan. 4) Mungkin sulit untuk mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuatu. 5) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas. h.

Penilaian dan daya tilik diri 1) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi. 2) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil, anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya. 3) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain. 4) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku

di

sekolah",

tetapi

mereka

tidak

dapat

menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri. i.

Konsep diri Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi secara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil dan merasa diri mereka buruk.

16

j.

Peran dan hubungan 1) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial. 2) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua. 3) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi. 4) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga. 5) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik. 6) Guru seringkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.

k.

Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

2.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan hiperaktif mencakup : a.

Rambut yang halus

b.

Telinga yang salah bentuk

c.

Lipatan-lipatan epikantus

17

d.

Langit-langit yang melengkung tinggi serta

e.

Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja

f.

Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.

3.

Pemeriksaan penunjang a.

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan diagnosis gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan

memperlihatkan

jumlah

gelombang

lambat

yang

bertambah banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak. b.

Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan gangguan ini. 1) Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean) 2) Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for attention. Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation Scale)

c.

Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.

B. Diagnosa Keperawatan 1.

Keletihan berhubungan dengan penggunaan fisik yang meningkat

2.

Kerusakan

interaksi

sosial

berhubungan

dengan

disabilitas

perkembangan (hiperaktivitas). 3.

Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)

18

C. Intervensi Keperawatan

No. 1.

2.

Diagnosis Tujuan Intervensi Keperawatan Keletihan b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Minta orangtua dampingi penggunaan fisik keperawatan selama … x … anak saat beraktivitas yang meningkat jam, diharapkan keletihan dan hentikan bila anak yang dirasakan anak dapat sudah mulai terlihat letih berkurang, dengan kriteria 2. Beri minum dan hasil: makanan ringan di sela1. Anak tetap dapat sela aktivitas anak melaksanakan aktivitasnya 3. Beri makan terjadwal dengan baik dalam keseharian anak 2. Respon non verbal: tampak ceria

Kerusakan interaksi sosial b.d disabilitas perkembangan (hiperaktivitas)

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola interaksi antara keperawatan selama … x … anak dengan orang lain jam, diharapkan anak mampu menunjukan interaksi sosial 2. Ajak dan biasakan anak yang baik dengan kriteria bermain dengan keluarga hasil: dan teman - temannya 1. Menunjukan perilaku yang dapat meningkatkan 3. Aktif mengajak anak atau memperbaiki untuk berkomunikasi interaksi sosial

19

Rasional 1. Kontrol dari orangtua pada aktivitas anak dapat membantu mengurangi keletihan akibat aktivitas yang terlalu banyak pada anak 2. Mencegah anak dehidrasi dan kehabisan energi saat beraktivitas 3. Asupan nutrisi yang mencukupi dapat membantu mengembalikan energi yang dibutuhkan anak untuk beraktifitas sehingga tidak kelelahan

1. Mengetahui kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain 2. Membiasakan anak bermain dan beraktivitas bersama orang lain mampu meningkatkan kemampuan anak untuk berinteraksi 3. Mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dan memahami pembicaraan dengan orang lain

2. Mendapatkan atau 4. Berikan umpan balik meningkatkan yang positif jika pasien keterampilan interaksi dapat berinteraksi dengan sosial (misalnya: orang lain kedekatan, kerja sama, sensitivitas dan sebagainya). 3.

Resiko cedera b.d Setelah dilakukan tindakan psikologis (orientasi keperawatan selama … x … tidak efektif) jam, diharapkan anak dapat terhindar dari resiko cedera dengan kriteria hasil: 1. Klien

terbebas

dari

cidera 2. Mampu mengubah gaya

1. Sediakan

4. Umpan balik positif dapat meningkatkan kepercayadirian dan kemampuan anak untuk menjalin interaksi dengan orang lain

lingkungan 1.

mencegah kemungkinana adanya cidera

yang aman untuk klien 2. Memasang

side

rail 2.

membatasi gerak klien

tempat tidur 3. Menganjurkan keluarga 3. untuk menemani klien 4. Menyediakan

tempat 4.

hidup untuk mencegah

tidur yang nyaman dan

injury

bersih 5. Memindahkan barang – 5. barang membahayakan

20

yang

membantu klien untuk tetap merasa aman klien nyaman berada di tempat tidur

menghindari klien menggunakan barang – barang yang berbahaya

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Attention Deficit Hiperaktive Dissorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ciri-cirinya yaitu: tidak mampu memusatkan perhatian, kesulitan mengendalikan impuls dan hiperaktivitas. Dalam etiologi ADHD yaitu karna; faktor genetik, faktor biokimia (dopamin, norefineprin, serotonin) , kerusakan fungsi otak, faktor prenatal (ibu merokok saat hamil, keracunan, alkohol), perinatal (fetal distres, asfiksia), postnatal (kejang, CNS abnormalitas) , zat makanan (pengawet) serta faktor lingkungan dan sosial (stres, gangguan jiwa pada ibu saat mengandung, kemiskinan). Dalam proses pengkajian keperawatan, perawat harus mengetahui data – data yang lebih mendalam dari kliennya seperti adanya faktor genetik ADHD dan riwayat BBLR pada anak. Selain itu, perawat harus mengkaji pola perilaku anak dalam sosialisasinya berdasarkan laporan guru di sekolah anak tersebut. Selanjutnya dilakukan diagnosa keperawatan, dalam mendiagnosa tentunya perawat harus mengetahui tanda dan gejala dari ADHD dan mencocokan data yang didapat dari anak, selanjutnya yaitu dilakukannya perencanaan. Dalam perencanaan perawat harus melibatkan orang tua sehingga diharapkan perawatan yang diberikan pada anak penderita ADHD akan berjalan dengan tepat dan cepat.

B. Saran Orang tua tentunya harus mendeteksi secara dini kemungkinan adanya kelainan perilaku pada anaknya atau tidak, seperti ADHD. Diharapkan dengan adanya pendeteksian secara dini dapat mengurangi risiko berlanjutnya ADHD pada tahap dewasa. Keluarga atau orang tua dalam merawat anak

21

ADHD harus menggunakan metoda yang berbeda dengan anak normal. Oleh karena itu, hendaknya orang tua menyusun kegiatan sehingga anak mempunyai rutinitas yang sama setiap hari, mengatur kegiatan harian, menggunakan jadwal untuk pekerjaan rumah dan mempertahankan aturan secara konsisten dan seimbang. Dalam melaksanakan penatalaksanaan keperawatan, perawat juga diharapkan dapat bekerja sama dengan orang tua mengenai metode apa yang terbaik bagi anak. Disarankan menggunakan metode Brain Gym, yaitu metode untuk latihan koordinasi otak yang bertujuan untuk melatih fokus anak ADHD.

22

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Endah Kumala & Rusmawati, Diana. 2011. Pengaruh Terapi Musik Dan Gerak Terhadap Penurunan Kesulitan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Dengan Gangguan ADHD. Diakses dari https://www.ejurnal.com/2013/09/ pengaruh-terapi-musik-dan-gerak.html Pada 02 Maret 2019 Pukul 14.35 WIB Kyle, Terri & Carman, Susan. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 2 Volume 4. Alih Bahasa: Wuri Praptiani & Dwi Widiarti. Jakarta: EGC Nihayati, Hanik Endang dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Sugiarmin, Mohamad. 2007. Bahan Ajar: Anak Dengan ADHD .pdf Diakses dari file.upi.edu Pada 25 Februari 2019 Pukul 18.00 WIB Suryani, Eko dan Badi’ah, Atik. 2017. Asuhan Keperawatan Anak Sehat dan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Tentama,

Fatwa.

2012.

Memahami

Anak

Hiperaktif.

Diakses

dari

http://eprints.uad.ac.id/2745/1/Memahami%20Anak%20Hiperaktif.pdf Pada 04 Maret 2019 Pukul 23.00 Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC, Ed. 10. Alih Bahasa: Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6. Alih Bahasa: Sutarna, Agus dkk. Jakarta : EGC Yanofiandi, Iskandar Syarif. 2015. Perubahan Neuroanatomi Sebagai Penyebab ADHD. Majalah Kedokteran Andalas Volume 33 No. 2 hal: 181, 184-185. Diakses dari jurnalmka.fk.unand.ac.id Pada 02 Maret 2019 Pukul 20.00 WIB Yasri, HT. 2014. BAB II KAJIAN TEORI.pdf Diakses dari etheses.uinmalang.ac.id Pada 25 Februari 2019 Pukul 18.30 WIB

23

Related Documents

Adhd
November 2019 25
Adhd
May 2020 16
Askep Fix Besok.docx
June 2020 4
Adhd
June 2020 14

More Documents from ""