Faringitis Kronik.docx

  • Uploaded by: arlita
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Faringitis Kronik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,737
  • Pages: 15
LAPORAN KASUS FARINGITIS KRONIK

Oleh: Arlita Aryanti Putri H1A013008

Pembimbing dr. Didit Yudhanto, Sp.THT-KL, M.Sc

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2019

BAB I PENDAHULUAN Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat di sebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan realsi inflamasi local. Infeksi bakteri grup A streptokokus β hemolitikus dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraseluler yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katub jantung, glumerulonefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui secret hidung dan ludah (droplet infection)

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Faring Anatomi Faring Terbagi atas :  Nasofaring Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal. Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna, Universitas Sumatera Utara 7 bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.  Orofaring Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.  Laringofaring (Hipofaring) Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal. Struktur pertama yang tampak di bawah lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua cengkungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets) sebab pada beberapa orang, kadang – kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ. Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang – kadang bentuk infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam 3

perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus

Fisiologi Faring Faring berfungsi sebagai saluran untuk sistem pencernaan (penghubung antara mulut dengan esofagus) dan pernapasan (rongga hidung dengan trakea), menelan, dan membanu artikulasi bicara. Menelan terdiri dari 3 proses : a. Fase oral Fase oral terjadi di dalam mulut dan bersifat volunter. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus terdorong posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring dan ismus fausium sehingga makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut. b. Fase faringal Fase faringal terjadi secara involunter pada akhir fase oral yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus. Aditus laring tertutup, bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke laring sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke saluran pernapasan. c. Fase esofagal Fase esofagal merupakan perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung dan bersifat involunter. Rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringal akan membuka introitus esofagus sehingga bolus akan masuk ke esofagus. Gerak bolus makanan pada esofagus bagian atas masih dipengaruhi kontraksi m.kontriktor faring inferior akhir fase faringal. Selanjutnya bolus makanan akan didorong distal oleh gerakan peristaltik esophagus

4

Faringitis Definisi Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi bekteri group A Streptokokus β hemolitikus.

Patofisiologi Penularan infeksi terjadi melalui sekret hidung dan ludah (droplet infection). Mulamula kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel. Bila epitel terkikis, maka jaringan limfoid superfisial akan bereaksi dengan melawan infeksi dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.

Klasifikasi Faringitis 1. Faringitis Akut Definisi Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise. Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama- sama dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections). Etiologi Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering. Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang menyebabkan faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus, Coronavirus, Coxsackie viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis.6,7 Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15% dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun). 5

Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab faringitis bakterial gram negative ditemukan pada pasien aktif secara seksual, terutama yang melakukan kontak orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa yang terinfeksi gonorea, faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria homoseksual, 10% pada wanita dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar 50% individu yang terinfeksi adalah tanpa gejala, meskipun odinofagia, demam ringan dan eritema dapat terjadi. Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring dan menyumbang terjadinya faringitis fungal. Faringitis gonorea hanya terdapat pada pasien yang menlakukan kontak orogenital. Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam. Epidemiologi Faringitis merupakan penyakit umum pada dewasa dan anak-anak. National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat setiap tahun, dan lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa per tahun. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, dijumpa 200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat. Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 1530% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak kurang dari 3 tahun.

Gejala Klinis Gejala-gejala yang timbul pada faringitis akut bergantung pada mikroorganismenya. Faringitis akut yang disebabkan bakteri mempunyai gejala nyeri kepala yang hebat, demam atau menggigil, malaise, nyeri menelan, muntah dan mungkin batuk tapi jarang.2 Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu demam, limfaadenopati pada anterior servikal, eksudat pada tonsil, tidak ada batuk.

6

Faringitis yang disebabkan virus biasanya mempunyai gejala nyeri tenggorokan yang parah dan dapat disertai dengan batuk, suara serak dan nyeri substernal. Demam, menggigil, malaise, mialgia dan sakit kepala juga dapat terjadi. Sedangkan gejala pada faringitis fungal adalah nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.

Diagnosis Pada faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri, pemeriksaan pada faring yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula dan limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak di bawah 3 tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini. Pada faringitis viral, pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachie virus dan Cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachie virus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarah ke faringitis. Biakan tenggorokan membantu dalam menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis karena bakteri atau virus. Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi, progresifitas dan tingkat keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam, batuk, kesukaran bernafas, pembengkakan limfonodi, paparan infeksi, dan adanya penyakit sistemik lainnya seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa apakah terdapat tanda-tanda eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat, massa, petechie dan adenopati. Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami pasien seperti demam, timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan coryza. Jika dicurigai faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus, seorang dokter harus mendengar adanya suara murmur pada jantung dan mengevaluasi apakah pada pasien terdapat pembesaran lien dan hepar. Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan kelenjar limfe leher, tidak disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 38ºC maka dicurigai adanya faringitis karena infeksi GABHS.

7

Kultur tenggorokan merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibiotik. Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari 10 hari.

Penatalaksanaan Terapi pada penderita faringitis viral dapat diberikan aspirin atau asetaminofen untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan. Penderita dianjurkan untuk beristirahat di rumah dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.2 Terapi untuk faringitis bakterial diberikan antibiotik terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus β hemolitikus. Dapat juga diberikan Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500mg selama 6-10 hari, jika pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin 4x500 mg/hari. Kumur dengan air hangat atau antiseptik beberapa kali sehari. Faringitis yang disebabkan Candida dapat diberikan Nystasin 100.00 – 400.000 2 kali/hari dan faringitis yang disebabkan Gonorea dapat diberikan Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250mg secara injeksi intramuskular.

2. Faringitis Kronik a. Faringitis kronik hiperplastik Pada faringitis kronik hierplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelejar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tapak mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular. Pasien mengeluh mula-mula tenggorokan terasa kering dan gatal lalu akhirnya berdahak. -

Gejala Klinis gejala awal berupa pasien mengeluhkan tenggorokan kering dan gatal berlanjut menjadi batuk berdahak

-

Pemeriksaan Fisik Mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranula

-

Tatalaksana 8

Terapi local dengan kaustik faring menggunakan nitras argenti atau dengan elektrokauter, obat kumur, dan antitusif. Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus diobati

b. Faringitis kronik atrofi Faringitis ini sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, tidak terjadi pengaturan suhu dan kelembaban udara pernapasan sehingga akan menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi lendir kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. -

Gejala Klinis Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

-

Tatalaksana Obati rhinitis alergi, berikan obat kumur, dan menjaga kebersihan mulut.

9

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien Nama

: An GDA

Umur

: 4 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Ampenan

No. RM

: 02 55 73

Tanggal Pemeriksaan

: 18 Maret 2019

3.2 Anamnesis a. Keluhan utama: Batuk dan pilek b. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke poliklinik THT RSUDP NTB dengan batuk dan pilek di tenggorokan sejak ± 3 minggu. Orang tua pasien mengaku keluhan ini sering dialami pasien sejak 1 tahun yang lalu namun hilang dan timbul. Pasien juga merasa tenggorokan kering. Batuk dirasakan berdahak. Menurut orang tua pasien, pasien pernah mengeluhkan gatal dan nyeri pada tenggorokannya saat menelan. Saat ini, pasien mengaku tidak demam. Nyeri telinga dan adanya sekret pernah keluar di telinga disangkal. Pusing, mual, dan muntah disangkal. c. Riwayat penyakit dahulu: Keluhan serupa (+) 1 tahun yang lalu

d. Riwayat penyakit keluarga: Keluhan serupa pada keluarga disangkal.

e. Riwayat alergi: Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.

10

f. Riwayat Pengobatan: Orang tua pasien pernah memberikan obat antibiotic pada pasien 1 minggu yang lalu

3.3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis 

Keadaan umum : Baik



Kesadaran

: Compos mentis



GCS

: E4V5M6



Tanda vital

TD

: 100/70 mmHg

HR

: 80 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu : 37oC

Status Lokalis Pemeriksaan telinga No.

Pemeriksaan

Telinga kanan

Telinga kiri

Telinga 1.

Tragus

Nyeri tekan (-), edema (-)

Nyeri tekan (-), edema (-)

2.

Daun telinga

Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), batas normal, hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-)

3.

Liang telinga

Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (+), furunkel

(-),

edema

sekret (-) .

4.

nyeri tarik aurikula (-)

(-), furunkel (-), edema

(-),

sekret (-).

Membran

Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),

timpani

hiperemi (-), edema (-), intak hiperemi (-), edema (-), (+),

cone

of

kolesteatoma (-).

light

(+), intak (+), cone of light (+), kolesteatoma (-). 11

Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung luar

Hidung kiri

Bentuk (dbn), inflamasi (-),

Bentuk (dbn), inflamasi (-),

nyeri tekan (-), deformitas (-)

nyeri tekan (-), deformitas (-)

dbn, ulkus (-)

dbn, ulkus (-)

Bentuk (dbn), mukosa

Bentuk (dbn), mukosa

hiperemia (-)

hiperemia (-)

Mukosa hiperemia (-) , sekret

Mukosa hiperemia (-) , sekret

(-), massa (-)

(-), massa (-)

Edema (-), mukosa hiperemi

Edema (-), mukosa hiperemi

(+), sekret (+), livide (-)

(+), sekret (+), livide (-)

Deviasi (-), benda asing (-),

Deviasi (-), benda asing(-),

perdarahan (-), ulkus (-)

perdarahan (-), ulkus (-)

Nyeri tekan (-)

Nyeri tekan (-)

Rinoskopi anterior Vestibulum nasi Cavum nasi

Meatus nasi media

Konka nasi inferior

Septum nasi Palpasi sinus maksila dan frontal

12

Pemeriksaan Tenggorokan

Mukosa Bukal

berwarna merah muda, hiperemia (-)

Lidah

Normal

Uvula

Normal

Palatum mole

Ulkus (-), hiperemi (-)

Faring

Mukosa hiperemi (+), membran (-), granul (+)

Tonsila palatina

Hiperemia (-), kripte melebar (-), detritus (-)

3.4 Assessment Faringitis kronik 3.5 Planning 3.5.1 Terapi 

Cefixime syr



Tuzalos 1/3, Tremenza ½ , metil prednisone 2mg dibuat menjadi puyer

3.6 Prognosis Dubia ad bonam

13

BAB IV PEMBAHASAN Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Pada kasus ini pasien berusia 4 tahun didiagnosis dengan faringitis kronis berdasarkan anamensis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis pasien mengeluh adanya batuk dan pilek yang dirasakan ± 3 minggu disertai dengan gatal pada tenggorokan dan nyeri saat menelan, pasien juga pernah mengalami hal serupa sejak 1 tahun yang lalu namun hilang timbul, pada pemeriksaan fisik didapatkan mukosa faring hiperemis dan bergranul. Keterangan tersebut dapat digunakan dalam mendiagnosis pasien dengan faringitis kronis. Pada pasien ini dilakukan pemberian obat analgetik ataupun antibiotik karena keadaan infeksi pasien ditemukan tanda-tanda inflamasi.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Soshi, Arjun S., George, Philip E., and Vashista Rishi. 2013. Pharynx Anatomy. Diakses

pada

tanggal

9

Juni

2014.

Available

on

http://emedicine.medscape.com/article/1949347-overview 2. Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B. dan Ratna D.R.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta, 2007. Edisi ke-6: 212-215; 217-218. 3. Soepardi, efiaty A., Iskandar, N., Bashirudin J., dan Restuti, Ratna D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI. 4. Elaine N. Marieb and Katja Hoehn. Human Anatomy and Physiology.7th edition.ebook 5. Mansjoer A., Triyati K., Savitri R.,Wardhani Wahyu I., dan Setiowulan W.2001.Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 6. Anthony W Chow and Shira Doron, 2013. Evaluation of Acute Pharyngitis in Adults. Available From: http://www.uptodate.com/contents/evaluation-of- acute-pharyngitisin-adults 7. John L. Boone, MD., 2003. Etiology of Infectious Diseases of the Upper Respiratory Tract. In: Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Nexk Surgery. 16th Edition. 2003 BC Decker Inc. Chapter 30. P: 635-7. 8. Ferri, 2013. Pharyngitis/ Tonsilitis. In: Ferri: Ferri’s Clinical Advisor 2013, 1st ed. Available From: http://www.mdconsult.com/books/page.do?eid=4-u1.0- B978-0-32308373-7..00025-X--sc0140&isbn=978-0-323-083737&uniqId=412762026-1430#4u1.0-B978-0-323-08373-7..00025-X--s2610 9. Jill Gore, 2013. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of Physician Assistants:

February

2013-

Volume

26-Issue

2-

p

57-58.

Available

From:http://journals.lww.com/jaapa/Fulltext/2013/02000/Acute_Pharyngitis. 12.aspx

15

Related Documents

Faringitis
June 2020 10
Faringitis Aguda
July 2020 12
Faringitis Ok.docx
November 2019 22
12. Faringitis
October 2019 25
Faringitis Kronik.docx
November 2019 22

More Documents from ""

Abstrak.docx
November 2019 13
Faring-laring.docx
November 2019 22
Faringitis Kronik.docx
November 2019 22
Trick English
October 2019 19
Btt Herbarium.docx
December 2019 42