12. Faringitis

  • Uploaded by: Sarjo
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 12. Faringitis as PDF for free.

More details

  • Words: 696
  • Pages: 3
RSUD CIKALONG WETAN

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF OBGYN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIKALONG WETAN 2019

KETUBAN PECAH DINI 1. Pengertian (Definisi)

Ketuban pecah dini (KPD) atau spontaneus/early/premature rupture of membrans (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tandatanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya efficement atau dilatasi serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan, atau secara klinis bila ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida

2. Anamnesis

    

Kapan keluarnya cairan, jumlah, warna dan baunya. Adakah partikel-partikel dalam cairan (lanugo dan verniks) Status kehamilan dan HPHT Tanda- tanda inpartu Faktor predisposisi terjadinya KPD : infeksi, kelainan letak, trauma, dll

3. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi: keluar cairan pervaginam. Inspekulo: bila fundus uteri ditekan atau bagian terendah digoyangkan, keluar cairan dari osteum uteri internum (OUI). 2. Pemeriksaan dalam : ada cairan dalam vagina, selaput ketuban sudah pecah. 3. Tes lakmus (nitrazin) 4. Batasi pemeriksaan dalam untuk mencegah ascending infection. Lakukan vaginal swab tingkat tinggi. Jika curiga terjadi infeksi, periksa darah lengkap, cRP, MSU dan kultur darah. Berikan antibiotika spektrum luas.

4. Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang.

5. Diagnosis Banding 6. Pemeriksaan Penunjang

1. Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan 1. Tes lakmus Jika meragukan apakah cairan berasal dari lubang serviks atau cairan pada forniks posterior vagina, dilakukan

pemeriksaan pH dari cairan tersebut (cairan amnion akan merubah lakmus menjadi berwarna biru karena bersifat alkalis). Cairan vagina dalam keadaan normal bersifat asam. Perubahan pH dapat terjadi akibat adanya cairan amnion, adanya infeksi bahkan setelah mandi. Tes nitrazine kuning dapat menegaskan diagnosa dimana indikator pH akan berubah berwarna hitam, walaupun urine dan semen dapat memberikan hasil positif palsu. 2. Pemeriksaan USG USG digunakan untuk melihat organ interna dan fungsinya, juga menilai aliran darah uteroplasenta. USG yang menunjukkan berkurangnya volume likuor pada keadaan ginjal bayi yang normal, tanpa adanya IUGR sangat mengarah pada terjadinya ketuban pecah dini, walaupun volume cairan yang normal tidak mengeksklusi diagnosis. 7. Terapi

Konservatif Rawat di rumah sakit.  Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).  Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.  Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.  Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.  Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.  Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).  Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.7 

Aktif  Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

 Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri jika : a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam. 8. Edukasi (Hospital Health Promotion)

1. Bed rest total 2. Posisi trendelenberg

9. Prognosis

Ad vitam : dubia Ad functionam : dubia Ad sanationam : dubia

10. Kepustakaan

1. Anonim, Ketuban Pecah Dini. In: Prosedur Tetap Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah. Denpasar. 2004. p:8-10 2. Suwiyoga IK, Budayasa AA, Soetjiningsih. Peranan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini terhadap Insidens Sepsis Neonatorum Dini pada Kehamilan Aterm. Cermin Dunia Kedokteran, No 151. 2006. p: 14-17 3. Garite TJ, Prematur Rupture of the Membrans. In: Maternal-Fetal Medicine Principle and Practice. Fifth edition. Editors: Creasy RK, Resnik R, Iams JD; W.B. Saunders Company Ltd. USA. 2004. p: 723-37.

Related Documents

12. Faringitis
October 2019 25
Faringitis
June 2020 10
Faringitis Aguda
July 2020 12
Faringitis Ok.docx
November 2019 22
Faringitis Kronik.docx
November 2019 22

More Documents from ""

12. Faringitis
October 2019 25
13. Otitis
October 2019 22
1. Skabies
October 2019 21