Etika Kebidanan.docx

  • Uploaded by: lia lestari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Etika Kebidanan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,193
  • Pages: 4
ETIKA KEBIDANAN Etika berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang berarti adat istiadat atau kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik. Etika berasal dari bahasa Inggris Ethics. Artinya pengertian, pengukuran, ukuran tingkah laku atau prilaku, manusia yan baik, yakni tindakan yang tepat yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Etika dalam kebidanan merupakan isu utama di berbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan intrapartum, perwatan intensif pada neonatal dan pengakhiran kehamilan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based. a. Etika pelayanan kebidanan Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kebidanan tergantung bagaimana struktur sosial budaya masyarakat dan termasuk kondisi sosial ekonomi, sosial demografi. Parameter sosial demografi dalam pelayanan kebidanan antara lain: perbaikan status gizi bayi, cakupan pertolongan persalinan, menurunnya angka kematian ibu, menurunnya angka kematian bayi, cakupan penanganan kasus beresiko, meningkatnya cakupan pemeriksaan antenatal. Pelayanan kebidanan meliputi aspek biopsikososial spritual dan kultural. Pasien memerlukan bidan yang mempunyai karakter sebagai berikut: semangat melayani, simpati, empati, ikhlas, memberi kepuasan. Bidan sebagai provider juga harus memperhatikan suasana aan, nyaman, privacy, alami dan tepat. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based Etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi: 1. Mataetika (etika) 2. Etika atau teori moral 3. Etika praktik. Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur atau mekanisme untuk memecahkan masalah etika. Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-hari, dimana dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi keputusan harus segera dibuat. Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusa tentang: apa yang

baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak), apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Fungsi Etika Dalam Pelayanan Kebidanan a) Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien. b) Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang merugikan/membahayakan orang lain c) Menjaga privacy setiap individu d) Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya. e) Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya. f) Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu masalah. g) Menghasilkan tindakan yang benar h) Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya i) Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara j) baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya. k) Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak l) Memfasilitasi proses pemecahan masalah etika m) Mengatur hal-hal yang bersifat praktik n) Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di dalam organisasi profesi. o) Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang biasa disebut kode etik profesi. Bidan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku etis dalam peraktik asuhan kebidanan. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan bidan dan berlanjut pada forum atau kegiatan ilmiah baik formal atau nonformal dengan teman, sejawat, profesi lain maupun masyarakat. Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dalam praktik kebidanan perlu meningkatkan: 1. Loyalitas staf atau kolega adalah memegang teguh komitmen terutanma kepada pasien 2. prioritas utama terhadap pasien dan keluarganya 3. Bidang peduli terhadap otonomi pasien, bidang harus memberikan informasi yang akurat, menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan.

b. Etika dalam pelayanan kontrasepsi Dalam merencanakan jumlah anak, seorang ibu telah

merundingkan dengan suami dan telah menetapkan metode kontrrasepsi yang akan digunakan. Sehingga keputusan untuk kontrasepsi, merupakan hak klien dan berada di luar kompetensi bidan. Jika klien belum mempunyai keputusan karena disebabkan ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi, maka menjadi kewajiban bidan untuk memberikan informasi tentang kontrasepsi. Yang dapat dipergunakan klien, dengan memberikan informasi yang lengkap mengenai alat kontrasepsi dan beberapa alternative sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya. Bidan sebagai konselor dalam pelayanan kontrasepsi harus memiliki kemampuan teknik konseling, pengetahuan tentang alat kontrasepsi dan pemakaiannya, indikasi, kontra indikasi, serta efek sampingnya. Klien atau ibu sebagai calon ekseptor tidak boleh dipaksa oleh bidan sebagai provider, namun pengambilan keputusan klien untuk menggunakan salah satu alat kontrasepsi merupakan pilihan klien sendiri, setelah memahami mengenai alat kontrasepsi. Pemilihan alat kontrasepsi merupakan hak klien dan suami untuk merencanakan pengaturan kelahiran mereka. Tujuan konseling kontrasepsi, adalah: a. Agar calon ekseptor mampu memahami manfaat KB bagi diri dan keluarganya. b. Calon ekseptor mempunyai pengetahuan yang baik tentang alas an menggunakan KB dan segala hal yang berkaitan dengan kontrasepsi. Bidan sebagai konselor harus harus memiliki kepribadian sebagai berikut: a. Minat untuk menolong orang lain. b. Mampu untuk empati. c. Menjadi pendengar yang aktif dan baik. d. Mempunyai pengamatan yang tajam. e. Terbuka terhadap pendapat orang lain. f. Mampu mengenali hambatan psikologis sosial dan budaya. Langkah-langkah pelakssanaan konseling meliputi: a. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya. b. Menggali permasalahan yang dihadapi calon akseptor. c. Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat-alat kontrasepsi. Setelah klien memutuskan memilih salah satu alat kontrasepsi, bidan menyiapkan informed consent secara tertulis. Bidan harus bersikap netral dalam memberikan konseling konrasepsi. Perlu diingat bahwa belum adanya alat kontrasepsi yang aman dan efektif tanpa efek samping, juga perlu diingat bahwa pemakaian kontrasepsi berhubungan dengan keyakinan atau agama masing-masing klien yang harus dihargai. Sangat diper;ukan penjelasan mengenai keuntungan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping pemakaian kontrasepsi karena berhubungan dengan

kesehatan klien. Informed consent dalam pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya dilakukan secara tertulis dan melibatkan suami, karena mengingat dalam hak reproduksi bahwa; merupakan hak suami dan isteri untuk menentukan jumlah anak dan cara pembatasan kelahiran.

c.

Etika dalam penelitian kebidanan Menurut kode etik bidan internasional adalah bidan seharusnya meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai proses seperti dari pengalaman pelayanan kebidanan dan dari riset kebidanan. Riset dan diseminasinya menjadi tanggung jawab bidan. Tuntutan masyarakat tentang mutu pelayanan kebidanan makin tinggi, karena semakin majunya jaman, dan kita memasuki era globalisasi, akses informasi bagi masyarakat juga semakin meningkat. Beberapa waktu yang lalu praktik kebidanan masih banyak berdasarkan kebiasaan atau dogma, ‘dulu saya diajarkan begitu’ , atau ‘biasanya seperti ini’, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan praktik yang seperti itu tidak dilaksanakan lagi, tetapi dituntut praktek profesional berdasarkan evidence based atau hasil penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai sbjek maupun objek penelitian, demi kepentingan melindungi pasien, institusi tempat praktek dan diri sendiri. Bidan wajb mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap untuk mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan berdasarkan hasil penelitian Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk: 1) Memajukan ilmu pengetahuan dalam kaitan untuk meningkatkan pelayanan, 2) Kemajuan dalam bidang penelitian itu sendiri. Menurut Helsinski prinsip dasar penelitian yang mengambil objek manusia harus memenuhi ketentuan: a. Bermanfaat bagi manusia. b. Harus sesuai dengan prinsipn ilmiah dan harus didasarkan pengetahuan yang cukup dari dukungan kepustakaan ilmiah. c. Tidak membahayakan objek (manusia) peneitian itu (diatas kepentingan yang lain). d. Tidak merugikan atau menjadi beban baik waktu, materi maupun secara emosi dan psikologis. e. Harus selalu dibandingkan rasio untung-rugi-resiko. Maka dari itu penelitian tidak boleh ada faktor eksploitasi, atau merugikan nama baik objek penelitian.

Related Documents

Etika
October 2019 60
Etika
June 2020 42
Etika
May 2020 37
Etika
June 2020 44
Etika
May 2020 44
Etika
June 2020 28

More Documents from ""

Etika Kebidanan.docx
October 2019 24
Askeb Senam Hamil
October 2019 32
Anemia Pada Ibu Hamil
October 2019 50
Snh Lia.docx
December 2019 41
Faktur Pajak Rp.pdf
October 2019 51