Empat Respon terhadap Kemiskinan Sumber: Anne Hope and Sally Timmel, Training for Transformation, A Handbook for Community Workers (London: Immediate Technology Publication Ltd. 1999) Book III, Hal. 76-79 Dimensi Akar masalah
Tujuan
• • • •
1 Keadaan di luar kuasa manusia Suaratan nasib/ takdir Bencana alam
Membebaskan orang dari penderitaannya
• • • • • • •
Program
• • • •
Penanganan kelaparan Pusat pengungsian Penitipan anak Klinik kesehatan
• • • • • • • • •
Jenis perubahan Tipe kepemimpinan
• •
Perubahan Fungsional Ketergantungan besar pada otoritas
Semangat dasar
• •
Membantu orang miskin Belas-kasih/ karitas
•
Paradigma
•
Kesejahteraan
•
2 Rendahnya pendidikan Lemahnya SDM Kecilnya peluang Rendahnya teknologi Meningkatkan produksi Menumbuhkan kemandirian Memberikan kesempatan yang sama Pelatihan teknis seperti; Pertanian Idustri rumah Kegiatan peningkatan pendapatan Kesehatan Simpan-pinjam Pengarus-utamaan Perubahan Fungsional Konsultatif
Membantu orang untuk membantu dirinya sendiri (self help) Pembangunan
• • • •
3 Eksploitasi Dominasi Penindasan Alienasi
•
4 Struktur dan sistem nilai yang salah
•
Menentang dan merombak struktur yang menindas
•
Membangun struktur ekonomi, politik, hukum dan pendidikan alternatif
• • • •
Serikat buruh Partai politik Gerakan sosial Program penyadaran
•
Serikat pekerja, modelmodel alternatif dalam pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi, pengembangan komunitas, penghayatan agama, pembelajaran komunitas
• •
Perubahan Struktural Terbagi di antara para wakil dari lapis terbawah dan ke atas
• •
•
Profetik (kenabian). Menolak kebatilan dan mendorong kebajikan Revolusi
•
Perubahan Struktural Pengembangan potensi, partisipasi, tanggungjawab yang terbagi Membongkar tatanan lama dan membuat semuanya menjadi baru Transformasi
•
•
4
Empat Tingkatan Kesadaran Sumber: Anne Hope and Sally Timmel, Training for Transformation, A Handbook for Community Workers (London: Immediate Technology Publication Ltd. 1999) Book III, Hal. 76-79 Kesadaran Tertutup (I)
Kesadaran Tumbuh (II)
Kesadaran Reformatif (III)
Kesadaran Tranformatif (IV)
Ciri-ciri sikap individu: Naif, tergantung, tertekan, terasing.
Ciri-ciri sikap individu: Peka, pemberontak, kritis terhadap orang lain dan peristiwa tetapi tidak mempertanyakan sistem yang mapan Situasi komunitas: • Ada tanda-tanda perubahan yang terbatas, misal pada teknologi, bangunan fisik, pola-pola sosial. • Konflik antar berbagai kelompok yang berbeda kepentingan. • Ada kesadaran akan ketimpangan, ketidakadilan, dan tidak adanya pemerataan kue pembanguna, tetapi yang ditangani hanya gejala, bukan akar masalah. • Ada upaya untuk menata kembali beberapa elemen kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya, misalnya, tuntutan kenaikan upah, perubahan pola relasi keluarga, kepercayaan yang tinggi kepada pentingnya pendidikan formal. • Tindakan lokal dan sendiri-sendiri untuk memecahkan masalah mendesak. • Adanya proyek-proyek swadaya.
Ciri-ciri sikap individu: Mulai berupaya memperbaiki keadaan supaya sistem yang ada bisa berfungsi
Ciri-ciri sikap individu: Merubah dan mengevaluasi terus menerus sistem atau perubahan yang ada
Situasi komunitas: • Masyarakat tertutup, tidak terbuka pada perubahan atau masyarakat yang pecah, dimana pola-pola baru sulit diterima. • Budaya bisu, fatalisme atau sikap pasrah. “Semua ini kehendak Tuhan”. Semuanya memang selalu sudah seperti ini, tidak mungkin berubah”. • Penjelasan-penjelasan magis untuk berbagai peristiwa yang terjadi, karena kutukan, guna-guna, dsb. • Alam, budaya dan sejarah adalah sesuatu yang terberi (given) bukan bentukan sosial. • Penerimaan mutlak terhadap yang berkuasa, misal “Mereka yang kaya sudah selayaknya kaya dan yang miskin memang karena malas dan bodoh”. • Cara yang berulang dan tidak berubah dalam memenuhi kebutuhan dasar, ritual-ritual tradisional, pemujaan kejayaan masa lalu (romantisisme), sedikit sekali untuk merubah kondisi sekarang dan masa depan.
• Mengakui adanya berbagai lapis kelas sosial dengan kepentingan berbeda. • Konflik terbuka. • Mulai tumbuh serikat buruh, tani, rakyat miskin kota, dsb. • Adanya kehendak kuat untuk menentukan nasib sendiri dengan mengandalkan sumberdaya yang dimilikinya. • Berali dari persepsi ke analisis. • Mulai mempertanyakan mengapa yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Mengapa ada sebagian orang yang mempunyai kekuasaan besar. • Berjuang untuk ikut menentukan keputusan bersama berbagai kelompok pemegang kekuasaan. • Belum mempersoalkan struktur piramida kekuasaan atau nilai-nilai yang menguntungkan penguasa, misal undang-undang yang lebih melindungi kekayaan penguasa dan berbagai kebijakan lainnya. • Adanya tuntutan kenaikan upah, jam kerja lebih pendek. • Senang dengan slogan-slogan atau jargon perjuangan.
Disampaikan pada Masa Bimbingan (MABIM) Penerimaan Anggota Baru PMKRI Purwokerto, 14 Desember 2008.
• Berkembangnya pola-pola hubungan baru antar kelas. • Menggugat secara mendasar nilainilai lama dan menumbuhkan nilainilai baru. • Mengembangkan secara kreatif berbagai jenis tatanan yang mencerminkan nilai-nilai baru. • Kesadaran bahwa “kebebasan” merupakan perjuangan yang terusmenerus. Karenanya keterlibatan individu dan kelompok merupakan proses permanen bagi pembaharuan dan pembebasan. • Adanya kewaspadaan akan kemungkinan berkembangnya polapola penindasan baru.
5