Ngomong Yes, Nulis Oke! Oleh: Firdaus Putra A. * Direktur WE-Press * Direktur LS Profetika * Blogger Purwokerto * Penulis Buku (Antologi) “Kekuasaan dan Agama” Grafindo – STAIN Press
Click!
www.firdausputra.co.cc
Tradisi Lisan (Tahan ngomong berjam-jam sampai mulut berbusa-busa)
Ngomong mempunyai kelebihan seperti: ekspresif, propagandis dan interaktif. Tapi ngomong juga punya kelemahan mendasar, ia akan terbang begitu saja tanpa jejak (Verba Volent).
Tradisi Tulis
Scripta Manent, yang tertulis akan abadi. Mengapa? Karena ia terdokumentasika n dalam bentuk file, kertas dan sebagainya. Dokumen tersebut juga relatif murahmudah berbeda dengan rekaman suara atau video.
Scripta Manent, Verba Volent Yang tertulis akan abadi, yang terucap akan musnah. Maka dari itu, seorang pegiat kampus atau aktivis sosial idealnya, “Ngomong Yes, Nulis Oke!”
Anggapan yang Salah
Menulis ya hanya saat mengerjakan tugas kuliah, membuat leaflet saat mau aksi, menyusun skripsi, membuat surat lamaran, dll.
Hambatan
• • • • • • • • •
Sulit menyusun kalimat. Sulit menemukan ide. Tiba-tiba otak ngeblank di tengah jalan. Tidak punya cukup waktu. Tetap saja jelek meski sudah lama berlatih. Tidak sistematis. Tidak percaya diri. Malu kalau dibaca orang. dan seterusnya.
Beberapa Catatan •
Berbobot atau bermakna. Menurut saya, kategori berbobot masuk dalam tulisan-tulisan yang mengandung analisis yang bersifat obyektif. Artinya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Sedang tulisan bermakna, menurut saya, merupakan sisi subyektif dari tulisan itu yang coba disuguhkan oleh penulis yang bersangkutan.
•
Stock of knowledge. Merupakan stok pengetahuan kita yang mendasari kita menulis. Ibaratkan menulis adalah memasak makanan. Maka, stok pengetahuan adalah bahan-bahan makanan, bumbu dan seterusnya. Stok pengetahuan ini bisa berasal dari; buku yang kita baca, pengalaman dalam perjalanan, televisi, koran, radio, lingkungan sekitar, obrolan santai dengan teman, diskusi serius, dan sebagainya.
•
Sensitivitas. Sering kita lihat ada sebagian orang yang bisa menulis topik tertentu, yang bagi kita topik tersebut sama sekali tidak atau belum pernah terpikirkan. Entah topik tersebut memang benar-benar baru, atau hanya perspektifnya saja yang baru. Kuncinya, agar kita mempunyai sense of sensitivity yang tinggi, maka kita harus menerima realitas (pengalaman, peristiwa, dsb.) dengan cara penuh keheranan, penuh kecurigaan, penuh penasaran, penuh keterpesonaan, penuh kekagetan, dan sebagainya. Ketika kita menerima realitas apa adanya atau taken for granted maka sesitivitas kita akan menjadi rendah.
•
Waktu. Menulislah sesegera mungkin ketika ide itu muncul. Jangan menunda-nunda. Bilamana tidak ada kesempatan untuk menuliskan secara penuh, maka catatlah poin ide tersebut di kertas. Atau jika di perjalanan, catatlah di sembarang kertas yang bisa kita pakai, atau menggunakan ponsel kita. Jika memang tidak memungkinkan semuanya, ingat-ingatlah. Jangan sampai ide yang pernah terbesit di pikiran kita menguap dengan percuma.
•
Keuletan. Menulis layaknya mencoba satu resep makanan. Sikap ulet merupakan keharusan. Coba perhatikan, ketika Anda menulis satu topik, rasanya tulisan Anda benar-benar sempurna. Tapi ketika Anda membacanya esok atau lusa, Anda akan menilainya buruk. Ini merupakan kecenderungan alamiah dimana stok pengetahuan kita memang senantiasa berkembang dan berubah. Justru hal itu membuktikan kecerdasan, sensitivitas kita semakin berkembang.
•
Tulislah apapun. Jangan membatasi diri pada satu topik saja. Selain membuat Anda senantiasa dapat menulis (tidak kehabisan ide), menulis tentang segala sesuatu akan membuat cara berpikir, perspektif Anda, semakin terasah dan konsisten.
Gambaran Stok Pengetahuan Imajinasi
Gosip
dll …
Kuliah
Traveling
Film
Peristiwa
Internet
Kenangan
SMS
Diskusi
Obrolan
Buku
Televisi
Surat kabar
dll …
Daily activity
Lagu
Melatih Sensitivitas Jangan taken for granted atau menerima jangan kenyataan sebagaimana adanya!
Stock of knowledge berupa realitas di sekitar kita
Dipertanyakan, dicurigai, dipikirkan, diresapi, direfleksikan, dll.
Heran, Takjub, Penasaran, Curiga, Tidak sreg, Kaget, Ndesani, dll.
Tuliskan perasaan, analisis dan semacamnya sebagai respon terhadap realitas itu.
Membaca untuk Menulis •
•
•
• •
Semakin sering kita membaca maka semakin bagus kualitas tulisan kita. Karena kita bisa belajar dari gaya tulisan orang lain (adaptasi). Pilihan kata (diksi) atau perbendaharaan kata kita semakin banyak. Alur berfikir dan menulis kita semakin konsisten. Menambah dan merangsang stock of knowledge kita
You have comment?
My comment “…Saya jadi ingat ketika sedang mengantar pacar belanja di Moro. Saat itu dia sedang memilah-memilih t-shirt obral. Karena capek, saya duduk dibangku panjang. Ada dua cowok di sana, mungkin dalam rangka yang sama, menunggu si pacar belanja. Di depan bangku kami ada setumpukan panty (celana dalam). Berbeda dengan milikku, panty itu warna-warni, ada yang berkartun, berenda, dan yang pasti, corak dan modelnya berbeda dengan kebanyakan panty laki-laki. Saya jadi berfikir, ternyata kehidupan laki-laki dan perempuan sedemikian dibedakan. Lihat saja, sedikit panty untuk laki-laki yang fashionable tapi banyak sekali milik perempuan. Meskipun fashionable, lucu, dan nggemesin, tetap saja sejauh-jauhnya panty dipakai di bagian dalam. Karena dipakai di bagian dalam, keartistikannya, corak, warna dan lain sebagainya tak akan pernah terlihat. Atau mungkin, keindahan dari berbagai corak itu bukan untuk umum, melainkan hanya untuk dinikmati si empunya. Jadilah, perempuan hari ini lebih dibentuk sebagai manusia yang indah, artistik, dan fashionable baik luar maupun dalam. Kalau tak percaya, longok saja panty-panty mereka, pasti lebih heboh daripada milik kita (laki-laki)…. “
Cara yang Mudah
• •
•
•
• •
Komentarilah bacaan, berita di TV atau koran, musik, ulah selebriti, dan sebagainya dengan tulisan. Komentari hal itu dengan bahasa bertutur atau bercerita. Maksudnya, anggap saja Anda sedang ngobrol atau ngomong dengan seorang teman. Bukankah Anda mahir menulis surat, apalagi surat cinta, kan? Setelah selesai, coba Anda baca ulang tulisan itu. Editlah apa yang kurang, misal tanda baca (titik, koma, tanya, dll) dan juga perbaikilah susunan frasa, kalimat, dan paragrafnya. Sehabis Anda yakin tulisan itu sempurna—menurut Anda—mintalah orang lain untuk membaca tulisan itu. Tanyakanlah ke mereka, apakah paham dengan isi tulisan itu. Kemudian tanyakanlah, apakah mudah dibaca. Kumpulkan tulisan Anda, jangan dibuang atau di-delete, meski orang sedunia menganggapnya jelek. Besoknya, menulislah lagi tanpa beban. Ulangi terus-menerus, sampai Anda mempunyai 10 tulisan perdana, baca ulang seluruhnya. Apakah Anda merasa geli, ingin tertawa, atau takjub dengan perbedaan yang ada.
Struktur Tindakan dalam Menulis Stock of knowledge
Internalisasi
Obyektifikasi
Menganalisis, Merenungkan, Memikirkan, dsb
Menulis
Eksternalisasi
Edit/revisi
Evaluasi/Refleksi Teori Struktur Tindakan saya pinjam dari Peter L. Berger
About Ethical Values
• • • • • • • •
Karena tulisan kita akan dibaca orang (dipublikasikan), maka menulislah secara etis; Bukan pornografi Tidak memuat dis-informasi Sebutkan sumber, jika kita mengacu Tidak berisi kebencian atau diskriminasi SARA Jika akan disebarkan/dipublikasikan, cantumkan nama penulis Tidak berisi caci-maki pada individu atau kelompok Menulislah dengan penuh tanggung jawab Dan sebagainya …