EKOLOGI BANGUNAN -
Perhitungan Ekologi dalam Desain Ekologi sendiri merupakan suatu ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan sekitarnya. Ekologi juga bisa diartikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari baik interaksi antar mahluk hidup maupun interaksi antara mahluk hidup dan lingkungannya. Jika membahas ekologi sendiri tidak akan lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya seperti abiotik dan biotik. Faktor abiotik sendiri seperti suhu, air, kelembapan, cahaya, topografi, dan lainnya. Faktor biotik adalah mahluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Dalam arsitektur sendiri, ekologi merupakan salah satu upaya untuk melestarikan kembali dan meminimalisasi dampak destruktif terhadap lingkungan sekitar bangunan. Ekologi dalam desain pun akan berkaitan dalam arsitektur hijau, sustainable design, dan green building. Arsitektur ekologi juga disebut dengan arsitektur berwawasan lingkungan. Proses pendekatan arsitektur ekologi ini menggabungkan teknologi dengan alam yang hasil akhirnya berupa green building. Perhitungan ekologi dalam desain dirasa perlu karena terjadinya beberapa hal perusakan lingkungan dari arsitektur sendiri seperti pembebasan lahan yang sembarangan dan perancangan arsitektur yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar.
-
Pemahaman Umum Inti dari arsitektur ekologi lebih menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep desain dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunaan energi yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, dan warna ( Yeang : 2006 ). Menurut Heinz Frick (1998), eko arsitektur sendiri tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi pada arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar. Eko arsitektur juga mengandung dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik bangunan. Hal tadi menunjukan bahwa arsitektur ekologi merupakan sesuatu yang kompleks, padat, dan vital. Arsitektur ekologi mengandung bagian – bagian arsitektur biologis ( kemanusiaan dan kesehatan ), arsitektur surya, arsitektur bionik ( teknik sipil dan konstruksi bagi kesehatan ), serta biologi pembangunan. Oleh karena itu juga arsitektur ekologi merupakan istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang. -
Faktor yang Mempengaruhi Perhitungan 1. Pencahayaan
Pencahayaan sendiri merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan aktifitas civitas di dalam bangunan. Pencahayaan sendiri merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan. Pada arsitektur ekologi sendiri pencahayaan alami daris sinar matahari harus dimanfaatkan dengan baik karena pennggunaan maksimal pencahayaan alami akan mengurangi penggunaan cahaya buatan yang menggunakan energi. Upaya pemaksimalan cahaya alami pun juga harus diperhitungkan, agar ruangan tidak terasa panas yang nantinya bisa menyebabkan bertambahnya sistem pendinginan menggunakan alat seperti ac. 2. Penghawaan Penghawaan juga merupakan salah satu faktor penting dalam berlangsungnya aktifitas civitas di dalam bangunan. Penghawaan dalam arsitektur ekologi juga harus diatur agar proses udara masuk dan keluar bisa terlaksana secara sempurna. Salah satu cara dari pemaksimalan aktifitas udara masuk dan keluar ada dengan menggunakan sistem ventilasi silang. 3. Air Bersih Sumber air bersih dapat didapatkan melalui sumur bor ataupun melalui PDAM. Untuk perhitungan penggunaan air bersih per- hari bisa diasumsikan bahwa satu orang per-hari membutuhkan air sebanyak 100 liter kemudian dikalikan jumlah orang yang berada didalam bangunan tersebut, maka didapatkan kebutuhan air bersih didalam bangunan per- hari. 4. Air Limbah Air limbah dalam penerapan arsitektur ekologi dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai keperluan. Pengolahan air limbah inipun merupakan salah satu cara untuk menghemat air bersih. Inovas pengolahan air limbah sendiri sudah diperkenalkan mulai tahun 1994 oleh Hidenari Yusui, inovasi ini dikenal dengan nama pengolahan air limbah zero emission. Pengolahan air limbah diharapkan bisa menghemat air bersih, tetapi kita tetap dapat melakukan berbagai pekerjaan yang memerlukan air. 5. Sampah Pengembangan dalam daur ulang sampah dikembangkan dengan prinsip zero waste yaitu reduce, reuse, recycle. Salah satu proses penting dalam prinsip zero waste merupakan mengurangi (reduce) pemakaian bahan-bahan sulit terurai yang bisa menekan produksi sampah hingga 50 persen. Sampah anorganik seperti kertas, botol, kaleng kayu, dan besi dipilah dan dipakai ulang (reuse). Sementara sampah organik diolah menjadi pupuk 6. Material Bangunan
Penggunaan material bangunan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas arsitektur berwawasan lingkungan. Terdapat beberapa faktor yang membuat suatu bahan bangunan menjadi bahan yang ramah lingkungan seperti : a. Di dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat – zat yang dapat membahayakan lingkungan. b. Terhubung dengan alam, dalam artian bahan tersebut makin dekat dengan alam karena kesan alami yang diberikan material tersebut. c. Dapat didapatkan dengan mudah dalam artian dekat karena tidak memerlukan bahan bakar untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat pembangunan. d. Bahan dapat terurai dengan mudah dan dapat terurai tanpa harus melalu proses buatan. Penggunaan bahan atau material alami yang tepat, efisien dan ramah lingkungan selain dapat mempengaruhi kualitas sebuah bangunan juga dapat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan baik di lingkungan sekitar maupun di belahan bumi lainnya.