Dukungan Keluarga Pada Ibu Hamil.docx

  • Uploaded by: Elsa Rahmadi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dukungan Keluarga Pada Ibu Hamil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,581
  • Pages: 21
DUKUNGAN KELUARGA PADA IBU HAMIL & RISIKO ABORTUS ,HIPEREMESIS GRAVIDARIUM

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 1. Anggi anggraini 2. Ahlah 3. Ayu wulandari 4. Elsa rahmadi januastuti 5. Husnul aini 6. Lina agustina 7. Muhammad akbar 8. Muhammad fauzan ali fikri 9. Muhammad septian budi 10. Nia susilawati 11. Niken apriyani 12. Rabiatul adawiyah 13. Rafina 14. Saufi yaumil mahfuz 15. Yunita apriyanti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) MATARAM T.A 2018/2019

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa juga solawat serta salam semoga selalu tercurahkan Kepada nabi Muhammad SAW.Atas rahmat dan karunia Allah SWT, tugas ini dapat terselesaikan, tidak lupa juga kami ucapakan terima kasih kepada dosen pak. Ns.Wahyu Cahyono M.kes , dan teman-teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Demikianlah makalah ini kami susun, dengan harapan dapat bermamfaat bagi siapa saja yang membacanya, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, semua kritik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1 A. Latar belakang .............................................................................................1 B. Rumusan masalah .......................................................................................1 C. Tujuan ........................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................2 A. Definisi Abortus ....................................................................................2 B. Klasifikasi ................................................................................................................3 C. Manifestasi klinis .....................................................................................................4 D.

Etiologi,Patofisiologi,Prognosis......................................................................5

E.

Pemeriksaan penunjang ..................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN F.

Penanganan medis

G.

Penatalaksanaan aborsi

H.

Definisi Hiperemesis Gravidarium

I.

Etiologi ,gejala/tingkat pada Hiperemesis gravidarium

J.

Prognosis

K.

Pencegahan ,penatalaksanaan

L.

Faktor – faktor terjadinya Hiperemesis Gravidariu

BAB III PENUTUP ......................................................................................................7 A. Kesimpulan ................................................................................................7 B. Saran ..........................................................................................................7 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan”. Di seluruh duniah pelaksanaan gugur kandungan masih banyak di kerjakan oleh dukun (75 %-80%)sehingga komlikasinya sangat membahayakan jiwa sampai kematian yang di sebabkan oleh pendarahan dan infeksi.pelaksanaan gugur kandungan oleh dukun tampa jaminan sterilitas dan pengetahuan anatomi alat kelamin wanita sehingga dapat menimbulkan bahaya,kematian karna gugur kandungan oleh dukun di perkirakan terjadi antara 200.000-350.000 setiap tahunnya di seluruh dunia.

B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan abortus? 2. Bagaimana klasifikasi abortus? 3. Bagaimana manifestasi klinik abortus? 4. Bagaimana etiologi abortus 5. Bagaimana patofisiologi abortus? 6. Bagaimana prognosis abortus? 7. Bagaimana Pemeriksaan pennunjang abortus? 8. Bagaimana Penanganan medis abortus? 9. Bagaimana penatalaksanaan abortus? 10. Alasan digugurkan kandungan / pelaksaanaan abortus?

C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui konsep abortus 2. Untuk mengetahui klasifikasi abortus 3. Untuk mengetahui manifestasi klinik 4. Untuk mengetahui patofisiologi abortus 5. Untuk mengetahui prognosis abortus

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang abortus 7. Untuk mengetahui penanganan medis 8. Untuk mengetahui penatalaksanaan abortus 9. Untuk mengetahui alasan menggugurkan kandungan / melakukan abortus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar bagi Negara-negara berkembang. Di Negara miskin, sekitar 20-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Menurut data statistik yang dikeluarkan WHO sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang kesehatan, tercatat angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di dunia mencapai 515.000 jiwa setiap tahun (Iskandar, 2008). Angka kematian ibu di Negara tetangga tahun 2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran hidup. Negara anggota ASEAN lainnya, Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000 (Siswono, 2003). Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000 kehamilan (Esti, 2009). Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001, penyebab obstetrik langsung sebesar 90% sebagian besar perdarahan (28%) dan infeksi (11%) penyebab tidak langsung kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang di derita misalnya kurang energi kronis (37%) (Inayah, 2008). Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 4060%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan (Inayah, 2008). Hasil Survey Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyatakan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup.

Sedangkan di kota Medan jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) diperkirakan 330/100.000 kelahiran hidup ini menunjukkan angka kematian ibu masih lebih besar jika dibandingkan dengan angka kematian ibu di tingkat nasional (Menkes, 2007). Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat kebidanan dan kandungan Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325 Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada tahun 2003 presentase ibu hamil resiko tinggi dengan hiperemesis gravidarum berat yang dirujuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi dengan presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Tengah (96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah adalah provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2003). Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 4060% terjadi pada multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala lain menjadi berat (Sarwono, 2005).

. Rumusan Masalah a.

Apa yang dimaksud dengan hiperemesis gravidarium?

c.

Bagaimana klasifikasi hiperemesis gravidarium?

d. Bagaimana manifestasi klinik hiperemesis gravidarium? e.

Bagaimana etiologi hiperemesis gravidarium?

f.

Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarium?

g. Bagaimana prognosis hiperemesis gravidarium? h. Bagaimana Pemeriksaan pennunjang hiperemesis gravidarium? i.

Bagaimana Penanganan medis hiperemesis gravidarium?

j.

Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarium?

k. Bagaimana faktor terjadinya hiperemesis gravidarium? C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

a.

untuk mengetahui konsep hiperemesis gravidarium

c.

untuk mengetahui klasifikasi hiperemasis gravidarium

d. untuk mengetahui manifestasi klinik hiperemesis gravidarium e.

untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidaarium

f.

untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarium

g. untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hiperemesis gravidarium h. untuk mengetahui penanganan medis hiperemesis gravidrium i.

untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarium

j.

untuk mengetahui faktor terjadi hiperemesis gravidarium



BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup swendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila afetus itu terletaknya antara 400 – 1000 gram, atau kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastman). Abortus pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilann 28 minggu., yaitu fetus belum viable by law (jeffcoat) Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentase belum selesai (holmer) Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup didunia luar , tanpa mempersoalkan penyebab. Bayi baru hidup didunia luar bila berat badannya telah mencapai > 500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai

pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu) Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umul hamil kurang dari 28 minggu (Manuaba, 1998:214). B. klasifikasi abortus Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu: Menurut terjadinya dibedakan atas: 1. Abortus spontan yairu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor alamiah. 2. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: a. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional. Menurut gambaran klinis, dibedakan atas: 1. Abortus membakat (imminens) yaitu abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.Dalam hal ini, keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret). 2. Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang berlangsung dan mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, ketuban yang teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Terapi seperti abortus inkomplit. 3. Abortus inkomplit (keguguran yang tersisa) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.Abortus komplit artinya seluruh

hasil konsepsi telah keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong. Terapi hanya dengan uterotonika. 4. Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10 5dari kehamilan dan abortus habitualis3,6-9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami 2 abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal, hanya sekitar 16 %. 5. Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genital. 6. Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium. 7. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati, bisa diresorbsi kembali sehingga hilang, bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus, atau bisa jadi mola karnosa dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi. C. Manifetasi Klinis 1.

Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

2.

Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

3.

Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

4.

Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus

5.

Pemeriksaan ginekologi :

a.

Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium. c.

Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

D. Etiologi Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu : 1. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol. 2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis 4. Factor eksternal,seperti radiasi dan obat-obatan 5. Factor janin 6. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. E. Patofisiologi Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin F. Prognosis Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus. G. Pemeriksaan Penunjang

a.

Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus

b.

Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

c.

Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion H. Penanganan Medis

1. Abortus iminens istrahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkuang. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas. Tes kehamilan dapat dilakuk an. Bila hasil negative, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat. 2. Abortus insipiens bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infokus oksitosin 0,5 mg intramuscular 5 % 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai abortus komplit. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. 3. Abortus inkomplit bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi. 4. Abortus komplit

bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari. Bila pasein anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral. 5. Missed abortion bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret taam. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering arau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi. Pada kehamlan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakuka dilatasi serviks dengan dilatator hegar. Kemudian hasil kosepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse oksitosin 10 IU dalam deksrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai ada kontaksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut. 6. Abortus septic Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit. Penanggulangan infeksi a. Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuscular iap 12 jam ditambah kloamfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam. b. Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metrodinazol 500 mg taip 6 jam. c. Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloroamfenikol, penisilin dan gentamisin. Tingkatkan asupan cairan Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah. Dalam 24 jam sampai 28 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bla terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus. I.

Penatalaksanaan aborsi Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :

1. Abortus Iminens Penatalaksanaan a.

Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.

b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas c.

Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg e.

Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

f.

Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

2. Abortus Insipiens Penatalaksanaan : a.

Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin

b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular. c.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.

3. Abortus Inkomplit Penatalaksanaan : a.

Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah

b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular c.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.

d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeks 4. Abortus Komplit Penatalaksanaan : a.

Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari

b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah c.

Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral. 5. Abortus Abortion Penatalaksaan : a.

Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam

b. Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi c.

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari. e.

Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

6. Abortus Septik a.

Penanggulangan infeksi :

o Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam o Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam o Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin. b. Tingkatkan asupan cairan c.

Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah

d. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus. Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari : Di rumah sakit :

a.

Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi

b.

Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g

c.

Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan

d. Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan e.

Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit

f.

Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin

g. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi. h. Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi i.

Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas

BAB III PEMBAHASAN

A.definisi

Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi memburuk, karena terjadi dehidrasi (Esti, 2009). Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai usia kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit (Maidun, 2009). Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan atau penyakit yang bisa meningkatkan derajat kesakitan adalah terjadinya gestosis pada masa kehamilan atau penyakit yang khas terjadi pada masa kehamilan, dan salah satu gestosis dalam kehamilan adalah hiperemesis gravidarum (Rukiyah, 2010). Mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormon estrogen dan progesteron, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti dan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) juga berperan dalam menimbulkan mual dan muntah (Sarwono, 2008). Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering terjadi pada kehamilan trimester I, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu (Mansjoer, 2001).

2.3 Etiologi Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000 kehamilan. Faktor predisposisi antara lain : 2.3.1

sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG dan wanita yang sebelum hamil sudah menderita gangguan lambung spesifik (Sarwono, 2005).

2.3.2

Faktor organik karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.

2.3.3

Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan pesalinan.

2.3.4

Faktor endokrin lainnya hipertiroid, diabetes (Esti, 2009). Hormon yang terbentuk dalam tubuh ibu saat minggu-minggu awal kehamilan membuat ibu merasa menderita saat hormon-hormon tersebut mempengaruhi perut, selera makan dan pusat khusus diotak yang dapat memicu respon muntah (Esti, 2009).

2.4 Gejala dan Tingkat Pada Hiperemesis Gravidarum Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dibagi dalam 3 tingkat, yaitu : 2.4.1 a.

Tingkat I : Ringan Mual muntah

b. Nafsu makan berkurang c.

Berat badan turun

d. Rasa nyeri di epigastrium e.

Turgor kulit kurang

f.

Lidah kering

2.4.2 a.

Tingkat II : Sedang Mual dan muntah

b. Lemah c.

Apatis

d. Turgor kulit mulai jelek e.

Nadi kecil dan cepat

f.

Suhu badan naik (dehidrasi)

g. Ikterus ringan h. Mata cekung i.

Tensi turun

j.

Hemokonsentrasi

k. Oliguri dan konstipasi 2.4.3 a.

Tingakat III : Berat Keadaan umum jelek

b. Kesadaran sangat menurun c.

Samnolen sampai koma

d. Nadi kecil, halus dan cepat e.

Dehidrasi hebat

f.

Suhu badan naik

g. Tensi turun sekali h. Ikterus (Esti, 2009).

2.5 Diagnosis

Umumnya tidak sukar untuk menegakkan diagnosa hiperemesis gravidarum.Harus ditentukan adanya kehamilan muda dengan mual dan muntah yang terus-menerus, sehingga berpengaruh terhadap keadaan umum dan menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan. Namun harus pikirkan kemungkinan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang bisa memberikan gejala muntah (Rukiyah, 2010). 2.6 Prognosis Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan, namun pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin (Mansjoer, 2001).

2.7 Pencegahan Prinsip pencegahan adalah mengobati mual dan muntah agar tidak terjadihiperemesis gravidarum dengan cara yaitu : 2.7.1

Terapi nutrisi makan sedikit tapi sering agar perut tidak terlalu penuh dengan hanya sekali makan tapi banyak, seperti roti beras, roti gandum.

2.7.2

Hindari makanan yang dapat membuat anda merasa sakit, seperti makanan gorengan, berlemak atau berbumbu.

2.7.3

Hindari minum teh atau kopi berlebihan.

2.7.4

Hindari memakai pakaian ketat.

2.7.5

Konsultasi ke dokter kandungan jika muntah berlanjut.

2.7.6

Suplemen B6 dan zinc juga khrom dapat sangat efektif, khususnya bagi wanita yang baru menggunakan pil kontrasepsi Karena pil ini merusak kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisinutrisi tersebut dari makanan yang anda santap.

2.7.7

Pengobatan herbal, coba the kamomil atau spearmint, atau teh jahe parut yang direbus dalam air mendidih, atau kapsul jahe yang tersedia di gerai-gerai makanan sehat.

2.7.8

Pengobatan bach flower gunakan rescue remedy jika anda merasa cemas, khususnya jika kecemasan tersebut membuat mual dan muntah semakin parah.

2.7.9

Aromaterapi minyak esensial seperti minyak sitrus (jeruk, jeruk mandarin, limau) aman dan lembut digunakan pada saat ini.

2.7.10 Aksepresur coba kenakan gelang tangan ‘sea sickness’ yang tersedia di toko farmasi atau gerai makanan sehat di daerah anda (Tiran, 2007).

2.8 Penatalaksanaan

Pengobatan yang baik pada mual dan muntah sehingga dapat mencegahhiperemesis gravidarum. Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita emesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum. 2.8.1

Melakukan isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik tidak diberikan makan/minum selama 24-28 jam. kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

2.8.2

Therapy psikologik Perlu diyakini pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

2.8.3

Pemberian cairan parenteral Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan linger lactat 5% dengan cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.

2.8.4

Obat-obat yang diberikan Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6 tablet keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti mediamen, avomin (Maidun, 2009).

2.8.5

Penghentian kehamilan Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk delirium, kebutaan tachikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik, dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel ada organ vital (Windy, 2009).

2.8.6 a.

Diet Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III makanan hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan Selama beberapa hari.

b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bergizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D. c.

Diet hieremesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita. Minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).

2.9 Faktor-faktor Ibu Yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum 2.9.1 Jumlah Paritas Jumlah

kehamilan

yang

berpengaruh

terhadap hiperemesis

gravidarum.Hiperemesis sering terjadi pada multigravida dari pada primigravida. Hal ini disebabkan karena kerja hormon, meningkatnya kadar estrogen dan HCG dalam serum yang dapat menyebabkan perasaan mual hingga muntah (Sarwono, 2005). Jumlah paritas memberikan pengaruh yang nyata terhadap kesehatan ibu hamil (Notoatmodjo, 2003). a.

Primigrvida adalah seorang wanita yang pertama kali hamil.

b. Multigravida adalah seorang wanita yang pernah dua kali atau lebih hamil sampai usia viabilitas (Cunningham, 2006). 2.9.2 Usia Kehamilan Usia kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari hari pertama menstruasi sampai terakhir bayi lahir, biasanya tanggal persalinan diperoleh dengan menambahkan 7 hari ke hari pertama menstruasi terakhir dan menghitung mundur 3 bulan. Biasanya kehamilan dibagi menjadi 3 trimester setara yang masing-masing berlangsung selama 3 bulan kalender. Secara historis, trimester pertama berlangsung sampai selesainya minggu ke 0-14, trimester ke dua sampai minggu ke >14-28, dan trimester tiga mencakup minggu ke >28-42, kehamilan. Dengan kata lain, trimester dapat diperoleh dengan membagi 42 menjadi tiga periode yang masingmasing lamanya 14 minggu (Cunningham, 2006). 2.9.3 Pekerjaan Ibu Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan sehri-hari. Pekerjaan ibu hamil juga berpengaruh terhadap hiperemesis gravidarum. Wanita yang bekerja sering mengalami gangguan psikologi sehubungan dengan masalah yang dihadapi dalam bidang pekerjaan dan lingkungan kerja yang kurang baik (Manuaba, 2003).

Related Documents


More Documents from "Emmi wulandari"