SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
SPESIFIKASI TEKNIS
A. SPESIFIKASI TEKNIK UMUM 1.
GAMBAR KERJA DAN PERHITUNGAN a) Kontraktor harus menyerahkan dengan penawarannya detail spesifikasi dari semua peralatan-peralatan yang harus dipasang pada penerimaan (acceptance)
dari
penawaran,
spesifikasi
yang
diserahkan
harus
dimasukkan dalam Dokumen kontrak. b) Kontraktor juga harus menyiapkan detail gambar kerja 2 set untuk semua bagian pekerjaan dalam bentuk yang dikehendaki Pengawas / PPTK , untuk setiap bagian pekerjaan tersebut. c)
Dalam penyerahan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan dalam waktu 2 minggu semua gambar kerja, perhitungan-perhitungan dan sebagainya dalam 2 set komplit dengan semua perubahan, tambahan yang telah dikerjakan dalam pemasangan dan pembuatannya.
2.
PERSETUJUAN GAMBAR DAN PERHITUNGAN a) Tidak ada pemeriksaan atau pertimbangan dari Pengawas / PPTK dari usul, gambar-gambar, atau dokumen-dokumen yang diserahkan oleh Kontraktor untuk memperoleh persetujuan Pengawas / PPTK , juga tidak ada pertentangan bagi persetujuan yang diberikan olehnya, dengan atau tanpa perubahan yang akan dikenakan sesuai ketentuan-ketentuan dokumendokumen kontrak. b) Jika setiap saat setelah persetujuan diberikan oleh Pengawas / PPTK ditemukan bahwa ada gambar-gambar dan dokumen-dokumen kontrak, perubahan-perubahan
dan
tambahan-tambahan
sesuai
dengan
perhitungan Pengawas / PPTK harus dibuat oleh Kontraktor dan pekerjaan harus dilaksanakan sesuai, tanpa menuntut tambahan biaya menurut perhitungan Kontraktor. 3.
PEMASANGAN a) Pada penyelesaian pekerjaan semua bagian harus dibersihkan dan dirapikan oleh Kontraktor. b) Kontraktor harus memindahkan semua kelebihan bahan-bahan dari tempat pekerjaan atau seperti ditunjukkan Pengawas / PPTK .
Hal - 1
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
4.
PEMERIKSAAN BAHAN & MUTU Pengawas / PPTK atau pejabat yang bertugas mengadakan pemeriksaan terhadap bahan-bahan, mutu pekerjaan pabrik, percobaan perakitan di pabrik, harus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan. Pemeriksaan itu meliputi : 1. Memeriksaan kondisi alat yang digunakan kontraktor. 2. Memeriksa jumlah tenaga yang digunakan
5.
PENGERJAAN DI LAPANGAN Kontraktor harus melakukan pekerjaan persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan dimulai di lapangan Kontraktor harus menyampaikan kepada Pengawas / PPTK untuk mendapat persetujuan, cara yang diusulkan untuk pelaksanaan pekerjaan serta melaksanakan pengaturan dan pencegahan terhadap kecelakaan seperti yang ditunjukkan oleh Pengawas / PPTK .
6.
PERALATAN DAN PERLENGKAPANNYA Peralatan untuk kebutuhan pekerjaan harus memenuhi kebutuhan operasional dengan hasil baik dan tingkat efesiensi tinggi. Desain dan engineering yang dilakukan Penyedia Barang harus mengacu pada Spesifikasi Khusus Barang. Penyedia Barang selaku manufaktur harus memiliki sertifikasi internasional sebagai produsen barang yang dimaksud. Setelah barang sampai di tempat yang telah ditunjuk oleh Pemberi Kerja, maka dilaksanakan inspeksi bersama yang hasilnya dituangkan menjadi Berita Acara pemeriksaan. a.
7.
Dump truck ( 125 HP, 4 m3 )
PEMBAYARAN 1. Pembayaran untuk peralatan dan perlengkapannya berdasarkan volume alat yang telah dimobilisasi sesuai pada Daftar Kwantitas dan Harga untuk penggunaan peralatan. 2. Pembayaran untuk peralatan harus berdasarkan volume material per m3 dengan harga sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga satuan dalam kontrak. Dalam harga satuan tersebut sudah termasuk biaya buruh, peralatan, sebagaimana telah diuraikan diatas
Hal - 2
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
B. PEKERJAAN PERSIAPAN 1.
LOKASI PEKERJAAN Lokasi pekerjaan adalah saluran Jalan Kemuning
2.
RUANG LINGKUP KONTRAK Pekerjaan konstruksi berupa pekerjaan pengerukan/galian tanah (lumpur) pembongkaran bangunan existing, pekerjaan pancang ulin, pasangan batu gunung perapihan hasil pasangan dan lain-lain.
3.
JALAN MASUK KE DAERAH KERJA Jalan masuk ke dan melalui daerah kerja dapat menggunakan jalan-jalan setempat yang berhubungan dengan Jalan Raya yang berdekatan dengan daerah proyek.dan membuat akses jalan. Kontraktor hendaknya berpegang pada semua peraturan dan ketentuan hukum yang berhubungan dengan penggunaan arah angkutan umum dan bertanggung jawab terhadap kerusakan akibat pembangunan tersebut. Kontraktor harus memperbaiki dan memperlebar jalan yang ada, memperbaiki dan memperkuat jembatan sehingga memenuhi kebutuhan pengangkutan-nya, sejauh yang dibutuhkan untuk pekerjaannya. Pengguna Jasa tidak bertanggung jawab terhadap pemeliharaan jalan masuk atau bangunan yang digunakan oleh Kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan. Apabila Kontraktor membutuhkan jalan lain yang tidak ditentukan oleh Pengawas / PPTK maka harus dikerjakan oleh Kontraktor atas bebannya sendiri, dan harga untuk semua pekerjaan tersebut sudah termasuk dalam Harga Satuan Pekerjaan.
4.
GAMBAR-GAMBAR a)
Gambar-gambar Pekerjaan Tetap - Gambar Kontrak / Gambar Tender Semua gambar-gambar yang diterima oleh Kontraktor pada awal pekerjaan adalah gambar kontrak dan gambar tersebut harus telah ditanda-tangani oleh Pengguna Jasa. - Gambar-gambar Pelaksanaan/Gambar Kerja (Construction Drawing) Kontraktor wajib menggunakan gambar-gambar kontrak sebagai dasar untuk mempersiapkan gambar-gambar pelaksanaan. Gambar-gambar ini dibuat lebih detail untuk pekerjaan tetap. Gambar pelaksanaan ini harus dimintakan persetujuan Pengguna Jasa sebelum dilaksanakan. - Penyedia jasa harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar lengkap di lapangan Hal - 3
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Pekerjaan yang dilaksanakan sebelum ada persetujuan Pengguna Jasa adalah menjadi resiko Kontraktor. Persetujuan Pengguna Jasa terhadap gambar-gambar tersebut tidak akan meringankan tanggung jawab Kontraktor atas kebenaran gambar tersebut. b) Gambar-gambar Pekerjaan Tetap - Umum Semua gambar untuk pekerjaan sementara yang disiapkan oleh Kontraktor harus terinci dan disetujui Pengguna Jasa sebelum tanggal program pelaksanaan atau dalam waktu yang telah ditentukan dalam kontrak
.
Gambar perencanaan yang disusulkan Kontraktor yang dipakai dalam pelaksanaan konstruksi harus diserahkan kepada Pengguna Jasa sebanyak 3 (tiga) rangkap. - Gambar-gambar untuk pekerjaan sementara yang ditinggalkan Kontraktor hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang berkaitan dengan pekerjaan tetap. Secara lebih mendetail dan diserahkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapat persetujuan, tujuh hari sebelum tanggal dimulainya pelaksanaan. c)
Gambar-gambar yang sebenarnya terbangun/terpasang (as-built drawing) Selama masa pelaksanaan Kontraktor harus menyiapkan dan menyimpan satu set gambar yang dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. Pada gambar yang memperlihatkan perubahan yang sudah dikerjakan sesuai dengan kontrak, sejauh gambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar kemudian dicap “sudah dilaksanakan”. Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan di lapangan oleh Pengawas / PPTK dan tiap hari oleh Pengawas Lapangan, apabila ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan dan tidak dilaksanakan, diperbaiki kembali selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja. Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai (penyerahan kedua), Kontraktor harus menyerahkan gambar pelaksanaan yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa dalam 3 set cetakan yang dijilid ukuran A3.
5.
STANDAR Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari Standar Normalisasi Indonesia (SNI). Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada Standar Indonesia, maka dapat dipakai standar lain yang disetujui oleh Pengawas / PPTK dan sesuai dengan spesifikasi ini. Semua bahan dan mutu Hal - 4
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
pekerjaan yang sepenuhnya diperinci di sini atau tidak dicakup oleh Standar Nasional haruslah bahan dan mutu pekerjaan kelas utama. Direksi / Pengawas Daerah akan menetapkan apakah semua atau sebagian bahan yang dipesan atau diantarkan untuk penggunaan dalam pekerjaan, sesuai untuk pekerjaan tersebut dan keputusan Pengawas / PPTK dalam hal ini pasti dan menentukan. 6.
PROGRAM PELAKSANAAN DAN LAPORAN a) Program Pelaksanaan Kontraktor harus melaksanakan program pelaksanaan sesuai dengan syaratsyarat kontrak dengan menggunakan CPM network. Program tersebut harus dibuat dalam dua bentuk yaitu bar-chart dan daftar yang memperlihatkan setiap kegiatan : i).
Mulai tanggal paling awal
ii).
Mulai tanggal paling akhir
iii). Waktu yang diperlukan iv). Sumber tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan sementara dan tetap kelonggaran waktu yang diperlukan untuk persiapan dan persetujuan gambar-gambar pengiriman peralatan dan bahan ke lapangan dan juga kelonggaran dengan adanya hari liburan umum atau keagamaan. b) Laporan Kemajuan Pelaksanaan Sebelum tanggal sepuluh setiap bulan atau pada suatu waktu yang ditentukan Pengawas / PPTK , Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) salinan laporan kemajuan bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh Pengawas / PPTK , yang menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan terdahulu. Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut : (i)
Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada bulan laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan berikutnya.
(ii) Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan yang dicapai pada bulan laporan. (iii) Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan ramalan tanggal permulaan dan penyeselaian. (iv) Daftar tenaga buruh setempat. Hal - 5
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
(v) Daftar perlengkapan kontruksi peralatan dan bahan di lapangan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan dipindahkan dari lapangan. (vi) Jumlah volume pekerjaan yang merupakan bagian pekerjaan tetap harus diuraikan sebagai berikut : a)
Jumlah volume untuk berbagai pekerjaan pengerukan/galian sedimen (lumpur)
b)
Jumlah volume dari berbagai pekerjaan galian dan timbunan.
c)
Jumlah volume dari bahan perkerasan jalan yang digunakan.
(vii) Uraian pokok pekerjaan sementara yang dilaksanakan selama masa laporan. (viii) Daftar besarnya pembayaran terakhir yang diterima dan dibutuhkan pembayaran yang diperlukan pada bulan berikutnya. (ix) Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah yang timbul atau berhubungan dengan pelaksanaan selama bulan laporan. c)
Rencana Kerja Harian, Mingguan dan Bulanan Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana Kerja Mingguan yang disetujui oleh Pengawas / PPTK setiap akhir minggu dan untuk mingguminggu berikutnya. Rencana tersebut harus sudah termasuk pekerjaan pengerukan/galian sedimen berhubungan
dengan
(lumpur), dan pekerjaan
pelaksanaan
pekerjaan,
lainnya
pengadaan
yang tanah,
pengangkutan bahan dan peralatan serta lain-lain yang diminta Pengawas / PPTK Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) rangkap rencana kerja harian secara tertulis untuk semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Pengawas / PPTK setiap hari maupun untuk hari-hari berikutnya. Rencana kerja harus mencakup pekerjaan tanah, pekerjaan beton dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan. Kontraktor harus menyediakan Rencana Kerja Bulanan dengan sistem bar-chart pada akhir bulan dan untuk bulanbulan berikutnya. Rencana Kerja ini harus memperlihatkan tenggang waktu dari mulai sampai akhir kegiatan utama dengan volume pekerjaannya. Rencana kerja ini harus diserahkan kepada Pengawas / PPTK pada hari ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan perubahan. d) Rapat bersama untuk membicarakan kemajuan pekerjaan Rapat tetap antara Pengawas / PPTK dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada tempat dan waktu yang telah disetujui oleh Pengawas / PPTK . Maksud daripada rapat ini membicarakan kemajuan pekerjaan yang sedang Hal - 6
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk seminggu selanjutnya dan membahas permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan. Sedangkan rapat bulanan diadakan sebulan sekali dipimpin oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dihadiri oleh Kontraktor dan Pengawas / PPTK . 7.
BAHAN DAN PERLENGKAPAN YANG HARUS DISEDIAKAN OLEH KONTRAKTOR a) Umum Bila Kontraktor dalam mengusulkan penyediaan bahan dan perlengkapan tidak sesuai dengan standar, Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Pengawas / PPTK . b) Perlengkapan Konstruksi Kontraktor harus segera menyediakan semua perlengkapan konstruksi yang diperlukan dalam pelaksanaan dalam jumlah yang cukup. Apabila Pengawas / PPTK memandang belum sesuai dengan Kontrak, maka Kontraktor harus segera memenuhi kekurangannya dalam penyediaan semua perlengkapan dan peralatan, lengkap dengan spare parts yang cukup dan memeliharanya agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan sempurna. c)
Bahan Pengganti Kontraktor harus mendatangkan bahan yang ditentukan, bila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran maka dapat digunakan bahan pengganti dengan mendapat ijin tertulis dari Pengguna Jasa. Harga satuan dalam volume pekerjaan tidak akan disesuaikan dengan adanya pertambahan harga antara bahan yang ditentukan dengan bahan pengganti dan kualitas bahan pengganti sama dengan bahan yang diganti.
d) Pemeriksaan Bahan dan Perlengkapan Perlengkapan dan bahan yang disediakan oleh Kontraktor akan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak pada salah satu atau lebih tempat yang ditentukan Pengawas / PPTK : i.
Tempat produksi dan pembuatan
ii.
Tempat pengapalan
iii.
Lapangan
Kontraktor
supaya
menyerahkan
penjelasan
yang
menyangkut
perlengkapan dan bahan kepada Pengguna Jasa sesuai yang dimintanya untuk tujuan pemeriksaan, tetapi bagaimanapun juga tidak meringankan
Hal - 7
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk menyediakan perlengkapan dan bahan sesuai dengan spesifikasi. e) Spesifikasi, Brosur dan Data yang harus disediakan oleh Kontraktor Kontraktor supaya menyerahkan kepada Pengguna Jasa tiga set spesifikasi yang lengkap, brosur dan data bahan dan perlengkapan untuk mendapat persetujuan, dan harus disediakan sesuai dengan Kontrak dalam waktu 30 (tiga puluh) hari dari sejak penerimaan Surat Perintah Kerja. Persetujuan dari spesifikasi, brosur dan data bagaimanapun juga tidak meringankan Kontraktor dari tanggung jawabnya dalam hubungannya dengan Kontrak. 8.
SURVEY DAN PENGUKURAN PEKERJAAN a) Bench Marks Tanda dasar untuk Proyek merupakan Bench Mark yang terletak berdekatan dengan Lokasi seperti terlihat pada Gambar. Ketinggian dari Bench Mark ini adalah didasarkan pada titik tetap utama. Bench Mark yang lain dan titik referensi yang terletak pada Gambar diberikan kepada Kontraktor sebagai referensi. Sebelum menggunakan suatu Bench Mark dan titik referensi kecuali Bench Mark dasar untuk setting
out
pekerjaan.
Kontraktor
harus
melakukan
pengukuran/pemeriksaan atas ketelitiannya. Pengguna Jasa tidak akan bertanggung jawab atas ketelitian Bench Mark yang lain begitu juga dengan titik referensinya. Kontraktor perlu mendirikan Bench Mark tambahan sementara untuk kemudahannya, tetapi setiap Bench Mark sementara yang didirikan, rencana dan tempatnya harus disetujui oleh Pengawas / PPTK dan akan merupakan ketelitian yang berhubungan dengan Bench Mark yang didirikan oleh Pengawas / PPTK atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh Pengguna Jasa. b) Permukaan Tanah Asli untuk Tujuan Pengukuran Muka tanah yang terlihat pada gambar dianggap betul sesuai dengan Kontrak. Apabila terjadi keraguan dari Kontraktor kebenaran dari muka tanah, sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum mulai bekerja, Kontraktor memberitahukan kepada Pengawas / PPTK secara tertulis untuk menyesuaikan dan melaksanakan pengukuran kembali ketinggian muka tanah tersebut. c)
Peralatan untuk Pengukuran
Hal - 8
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Kontraktor harus menyediakan dan memelihara peralatan pengukuran untuk dipakai sendiri dan Pengawas / PPTK . Alat dan perlengkapan itu harus baik dan layak dipakai dan sebelumnya harus di check oleh Direksi / Pengawas Daerah dan harus diganti jika hilang atau rusak. Semua alat-alat dan perlengkapan itu tetap menjadi milik Kontraktor. Penjelasan secukupnya harus diserahkan bersama penawaran, untuk memungkinkan Pengawas / PPTK menilai mutu daripada alat-alat dan perlengkapan yang akan disediakan Kontraktor. Alat-alat dan perlengkapan itu tidak boleh ditukar dalam waktu pelaksanaan kontrak, kecuali dengan ijin atau perintah Pengawas / PPTK . 9.
PEKERJAAN SEMENTARA a) Umum Kontraktor akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan, spesifikasi, pelaksanaan dan berikut pemindahan semua pekerjaan sementara untuk pelaksanaan pekerjaan sebaik-baiknya. Detail dari pekerjaan sementara dimana Kontraktor bermaksud untuk melaksanakan di lapangan, pertamatama diserahkan kepada Pengguna Jasa (KPA) untuk mendapatkan persetujuan sesuai dengan prosedur dalam Spesifikasi Teknis. Apabila Kontraktor bermaksud mengajukan alternatif untuk pekerjaan sementara di luar daerah lapangan seperti terlihat pada Gambar, semua biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan termasuk pembebasan tanah, sewa tanah dan sebagainya, ditanggung oleh Kontraktor dan biayanya sudah termasuk pada uraian pekerjaan pada daftar volume pekerjaan. Keterlambatan tidak akan meringankan Kontraktor terhadap tanggung jawab untuk memenuhi ketentuan dalam Kontrak. Dalam hal tersebut tidak diberikan perpanjangan waktu bila terjadi keterlambatan. b) Lapangan Kerja Lapangan kerja seperti terlihat pada gambar yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan, dijamin oleh Pengguna Jasa dan bebas biaya pembebasan tanah. Kontraktor sedapat mungkin melaksanakan pekerjaan sementara pada lokasi seperti pada gambar atau seperti petunjuk Pengawas / PPTK . Kontraktor hendaknya membatasi kegiatan peralatan dan anak buahnya pada tanah yang sudah disediakan, termasuk arah jalan masuk yang disetujui Pengawas / PPTK Daerah sehingga mengurangi kerusakan supaya diperbaiki. Sebelum diterimanya pekerjaan oleh Pengguna Jasa tanah harus dikembalikan ke keadaan semula. Kontraktor Hal - 9
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
bertanggung jawab langsung kepada Pengguna Jasa untuk semua kerusakan misalnya kerusakan tanaman atau tanah hasil galian baik milik Pengguna Jasa atau orang lain. Kontraktor mengganti kerugian terhadap semua kehilangan dan tuntutan karena kerusakan tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak. c) Kantor Lapangan (apabila diperlukan) Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan memindahkan bangunan sementara seperti kantor, gudang, bengkel, pemondokan buruh dan memindahkan bangunan sementara lainnya setelah selesai pekerjaan. Kantor tersebut harus dibangun dengan baik, tahan air dan dilengkapi dengan jendela untuk memberikan penerangan yang cukup untuk setiap ruang dan dilindungi dengan terali besi dan kerai, diberi fasilitas air minum, alat penerangan, pembuangan dan alat komunikasi. Semua biaya untuk keperluan tersebut ditanggung Kontraktor. Kontraktor supaya menyerahkan rancangan tempat kerja dan bangunan sementara secara umum kepada Pengawas / PPTK untuk mendapatkan persetujuan pada waktu yang ditetapkan. Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum mendapatkan persetujuan Pengawas / PPTK . 10. KEAMANAN DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN a) Umum Semua keamanan dan pemeriksaan kesehatan yang perlu selama pelaksanaan pekerjaan, antara lain pengaturan kesehatan, pembersihan lapangan, bensin, pemagaran sementara, keamanan dan pencegahan kebakaran, dibuat dan dipelihara oleh Kontraktor atas biaya Kontraktor dan harus bertanggung jawab terhadap semua keamanan dan kesehatan. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua biaya sudah termasuk dalam harga kontrak. b) Sistem Pengawasan Keamanan Kontraktor
supaya
mengatur
sistim
pengawasan
keamanan
dan
organisasinya dan diserahkan untuk mendapatkan persetujuan kepada Pengguna Jasa. Sistim pengawasan keamanan dengan kapasitas peralatan dan tenaga yang cukup untuk menghindari kecelakaan dan kerusakan terhadap manusia dan barang milik yang bersangkutan. Sistim pengawasan keamanan harus dilaksanakan sesuai dengan program yang disetujui dan berpegang pada hukum/peraturan yang berlaku di Indonesia. Hal - 10
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
c) Peraturan Kesehatan Kontraktor harus mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih dan keadaan sehat serta memperlengkapi/memelihara kemudahan untuk penggunaan tenaga yang dikerjakan pada suatu tempat yang telah disetujui oleh Pengawas / PPTK dan oleh Penguasa setempat. Kontraktor hendaknya juga membuat pengumuman dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang perlu untuk menjaga agar lapangan kerja tetap bersih. d) Bahan Bakar (Solar dan Bensin) Kontraktor hendaknya membuat peraturan untuk mengangkut dan menyimpan/ mengendalikan bahan Solar dan bensin seaman mungkin untuk melindungi masyarakat sesuai dengan hukum dan peraturan keamanan yang berlaku. Kontraktor harus memiliki semua Surat Keterangan yang diperlukan dan membayar semua biaya yang diperlukan untuk pemindahan bahan bakar dari suatu tempat ke tempat lainnya dan menyimpan dengan baik seperti semula. Kontraktor supaya menyediakan dan memasang sistim peringatan yang cukup dan memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai bahaya yang mungkin timbul sehubungan dengan bahan bakar. Tempat gudang bahan bakar harus disetujui oleh Pengguna Jasa. Bahan Bakar di atas tanah dan tanki gas minyak tidak diperbolehkan diletakkan pada batas perkampungan atau dekat dari bangunan yang ada di lapangan. e) Pencegahan Kebakaran Kontraktor harus melakukan setiap pencegahan dan melindungi api yang terjadi pada atau sekitar lokasi kerja dan harus menyediakan segala yang diperlukan/ peralatan pencegahan kebakaran yang cukup, untuk siap digunakan pada semua lokasi pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan, termasuk perkampungan tempat tinggal, pemondokan buruh dan bangunan gedung lainnya. Kontraktor akan memelihara peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran yang dibutuhkan dalam keadaan baik sampai pekerjaan diterima oleh Pengguna Jasa. Kontraktor harus berusaha keras untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di lapangan kerja. Dalam hal ini Kontraktor menyediakan perlengkapan yang mutlak diperlukan dan tenaga buruh yang dikerjakan di lapangan, termasuk peralatan dan tenaga Sub Kontrak. Hal - 11
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
f) Keamanan kerja Kontraktor harus menyediakan perlengkapan safety kerja, baik didarat maupun di air, serta kelengkapan-kelengkapan dalam keadaan darurat yang meliputi: tabung hidran, pelampung, kotak PPPK. 11. FOTO-FOTO Kontraktor harus menyerahkan foto untuk laporan progress pekerjaan pada lokasi yang ditentukan oleh Pengawas / PPTK . Minimum tiga gambar harus diambil pada tiap lokasi yang memperlihatkan keadaan sebelum mulai pekerjaan, keadaan dalam tahap konstruksi dan keadaan dalam penyelesaian. Foto-foto pada tiap lokasi harus diambil dengan arah yang tertentu dan tetap dalam ketiga-tiganya keadaan tersebut di atas dengan latar belakang yang mudah dipakai sebagai tanda dari lokasi tersebut. Ketiga gambar untuk tahapan itu harus diletakkan dalam album disertai dengan tanggal pengambilan, foto negative yang bersangkutan harus diserahkan dalam album terpisah yang mudah dihubungkan satu sama lain. Enam set album-album harus diserahkan kepada Pengawas / PPTK pada penyelesaian pekerjaan. 12. MUTUAL CHECK a) System Pekerjaan Sistem Pelaksanaan Pekerjaan ini adalah kontrak harga satuan. b) Pelaksanaan Mutual Check i.
Pelaksanaan Mutual Check 0% diadakan berpedoman pada tender Drawing.
ii.
Pelaksana untuk Pekerjaan Mutual Check adalah terdiri dari Kontraktor bersama-sama dengan tim mutual check yang dibentuk oleh KPA.
iii.
Uraian Pekerjaan Mutual Check yang dilaksanakan Kontraktor adalah sebagai berikut : -
Pengukuran kembali semua kegiatan-kegiatan pekerjaan dengan mencocokkan kembali pada titik tetap dengan ketelitian 10 VL.mm.
-
Membuat gambar-gambar hasil pengukuran kembali (Uitsetten) profil memanjang dan melintang dengan mengikuti Standar Penggambaran Tender Drawing.
Hal - 12
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
-
Membuat gambar-gambar bangunan dengan mengikuti Standar Penggambaran Tender Drawing (termasuk gambar detail).
-
Membuat perhitungan Bill of Quantity (BOQ) dan RAB perubahan tambahan/ pengurangan.
iv.
Semua produk-produk hasil Uitsetten (data pengukuran kembali, gambar-gambar, Bill of Quantity, RAB tambahan biaya/pengurangan biaya) disampaikan kepada Pengguna Jasa untuk selanjutnya diteliti/diperiksa kebenarannya dan setelah mendapat persetujuan maka Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan tersebut.
v.
Dari hasil pengukuran kembali/Uitsetten akan didapat perbandingan volume dengan Tender Drawing.
vi.
Gambar-gambar hasil Uitsetten adalah sebagai dasar untuk Pelaksanaan Konstruksi Lapangan.
vii.
Semua gambar – gambar hasil mutual chek diperbanyak 4 kali.
c) Mutual Check 100% i.
Mutual Check II dilaksanakan oleh Tim Mutual Check 100% yang dibentuk KPA untuk mendapatkan pekerjaan yang sebenarnya dilaksanakan/gambar terpasang (Asbuilt Drawing).
ii.
Mutual Check II didasarkan pada pengukuran bathimetri yang dilakukan oleh kontraktor yang diawasi oleh Tim Mutual Check 100% yang dibentuk.
iii.
Dari hasil Mutual Check II dengan gambar terpasang (Asbuilt Drawing) sebagai dasar pembayaran volume pekerjaan yang telah selesai dikerjakan.
iv.
Semua gambar-gambar terpasang (Asbuilt Drawing) dibuat rangkap 4.
d) Jangka Waktu Pelaksanaan Mutual Check i.
Jangka Waktu Pelaksanaan Mutual Check akan diatur/ditentukan Pengguna Jasa.
ii.
Jika tidak ditentukan lain pengajuan biaya tambahan/pengurangan biaya, paling lambat 1 bulan sebelum jangka waktu pelaksanaan berakhir sudah harus disampaikan kepada Pengguna Jasa.
iii.
Segala ketentuan-ketentuan yang belum diatur dalam Mutual Check ini akan ditentukan kemudian oleh Pengguna Jasa.
e) Penilaian dan Pembayaran Semua pengeluaran yang timbul untuk semua kebutuhan Mutual Check menjadi tanggung jawab Kontraktor. Hal - 13
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
C. PEKERJAAN PENGERUKAN/GALIAN TANAH (LUMPUR) 1. Pembersihan Tempat pekerjaan harus bersih dari semak-semak dan rintangan-rintangan lainnya. Bila disebabkan oleh suatu hal, pemborong harus melakukan penebangan, maka pemborong harus terlebih dahulu minta ijin dari Direksi. 2.
Penggalian Semua galian harus dilaksanakan menurut apa yang disyaratkan yang tertera didalam gambar bestek, mengenai panjang, lebar dan dalamnya atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Selama pelaksanaan pekerjaan galian harus dalam keadaan kering sehingga pekerjaan dapat bekerja dengan aman.
3.
Penggalian Tanah Yang Jelek Jika dasar galian ternyata tidak stabil atau mengandung bahan-bahan tidak stabil tersebut jika menurut pendapat Direksi diperlukan pondasi khusus seperti penggantian tanah atau penimbunan dengan bahan yang sesuai, pemborong harus menyelesaikan sesuai dengan petunjuk Direksi. Segala biaya yang timbul akibat pekerjaan ini adalah tanggung jawab pemborong.
4.
Penguatan Galian Apabila dipandang perlu penguat, maka pemborong harus memberi penguat pada sisi-sisi dinding galian agar tidak runtuh, sehingga para pekerja dapat bekerja dengan aman. Biaya yang timbul akibat pekerjaan ini adalah tanggung jawab pemborong.
5.
Urugan Pasir Untuk tiap urugan pasir harus dipadatkan dengan alat pemadat (stamper). Pasir yang digunakan untuk pengurugan harus berkualitas pasir urug. Ketebalan lapisan pasir dibawah pondasi, dibawah lantai atau pekerjaan lainnya harus dilaksanakan sesuai yang tertera pada gambar bestek.
6.
Urugan bekas Tanah Galian Urugan bekas tanah galian untuk pondasi atau pekerjaan lainnya harus dilakukan lapis demi lapis dengan tiap ketebalan lapisan maksimum 20 cm dan dipadatkan dengan alat pemadat (stamper). Tanah yang digunakan sebagai tanah urug harus bersih dari kotoran organik dan kotoran lainnya. Urugan yang dilaksanakan dengan kurang baik yang mengakibatkan adanya penurunan, Hal - 14
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
maka pengurugan harus diulangi segera setelah perintah pertama dari Direksi dan bila diperlukan urugan diulangi sampai dengan ketinggian yang dikehendaki (sesuai gambar). Semua pekerjaan tanah yang diperlukan dalam pelaksanaan walaupun tidak jelas disebutkan dalam uraian dan syarat–syarat ini harus juga dilaksanakan oleh pemborong dengan baik sesuai petunjuk yang diberikan oleh Direksi. 7.
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN a) Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan pengerukan/galian sedimen (lumpur) setiap klasifikasi material harus dibuat menurut batas, tingkatan dan ukuran yang ditunjukan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi. b) Klasifikasi
pekerjaan
pengerukan/galian
sedimen
(lumpur)
dapat
ditentukan berdasarkan jenis tanah sebagai berikut : c)
Tanah basah
Pengukuran pengerukan/galian sedimen (lumpur) dan pengangkutan tersebut didasarkan dalam gambar awal dan hasil pengukuran atau sesuai petunjuk Direksi.
d) Klasifikasi material yang dikeruk ditentukan Direksi berdasarkan analisa dan pertimbangan Direksi. e) Pembayaran dilakukan berdasarkan kuantitas yang diukur dan harga satuan per meter kubik (m3) seperti yang dicantumkan dalam daftar kuantitas dan harga. f)
Harga satuan pekerjaan pengerukan/galian sedimen (lumpur) tersebut mencakup biaya pekerja, bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan untuk mengeruk.
g) Harga satuan pekerjaan pengangkutan mencakup biaya pekerja, bahanbahan dan alat-alat yang diperlukan untuk pengangkutan (pengisian, pengangkutan dan penurunan) h) Harga satuan pekerjaan rekonturing mencakup biaya pekerja, bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan untuk
perataan, pencegahan longsoran,
menurut petunjuk Direksi. D. PEKERJAAN PASANGAN BATU 1 : 4 1.
UMUM Pekerjaan pasangan batu digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut :
perlindungan tebing sungai
Hal - 15
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
saluran drainase untuk pembuangan air.
bangunan pelengkap sarana drainase
Pasangan batu terdiri dari bahan-bahan antara lain : semen, pasir, batu kali dicampur rata, dibentuk dan ditempatkan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam gambar atau yang disarankan oleh Direksi. 2.
MATERIAL 1) Semen untuk spesi pekerjaan pasangan batu harus disesuaikan dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan seperti yang dinyatakan dalam Pekerjaan Beton. 2)
Pasir juga harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan seperti yang tercantum dalam Pekerjaan Beton.
3)
Air yang digunakan dalam menyiapkan adukan spesi/mortar harus tidak mengandung sejumlah bahan-bahan yang dapat merusak seperti lumpur, bahan organik, alkali, garam-garaman dan lain-lain yang merugikan.
4)
Batu yang digunakan untuk pasangan batu harus diambil dari tempattempat tertentu dengan kualitas yang disetujui Direksi. Batuan harus mempunyai berat jenis tidak kurang dari 2,5.
5)
Semua persediaan batu untuk pasangan batu di lapangan harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga cukup lembab pada saat akan dipergunakan. Batu-batu yang dipergunakan dalam pekerjaan atau bagian pekerjaan harus memiliki ukuran yang mendekati seragam agar tidak terdapat rongga-rongga besar diantara batu.
3.
MORTAR / SPESI SEMEN Mortar/spesi semen yang
dipergunakan
diklasifikasikan
berdasarkan
perbandingan semen dan pasir dari mortar tersebut. Perbandingan semen dan pasir menurut volume ditunjukkan pada tabel berikut ini. Uraian
Perbandingan Volume Semen : Pasir
Struktur utama
1:4
Siaran
1:2
Plesteran
1 : 3
Hal - 16
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
3.1. PEMASANGAN Sebelum dipasangkan batu harus cukup basah. Batu untuk pasangan batu harus dipasangkan dengan tangan agar supaya setiap batu diselimuti mortar dengan sempurna. Batu harus ditempatkan sedemikian rupa agar supaya setiap batu dihubungkan dengan mortar pada setiap sambungan. Batu-batu harus dipecahkan dan dibentuk dengan menggunakan palu besi dan
pecahan-pecahannya harus dipindahkan, dibersihkan, digunakan
untuk mortar. Celah-celah sambungan harus memiliki ruang bebas untuk memudahkan pengisian mortar dan jika diperlukan dapat diperkuat dengan menanamkan batu-batu tipis dan tajam ke dalam sambungansambungan. 3.2. PERATAAN PERMUKAAN PASANGAN BATU DAN SIARAN Pasangan-pasangan batu harus diratakan dengan potongan-potongan batu yang seragam yang disetujui oleh Direksi. Sambungan-sambungan pada permukaan batu biasanya tidak terlalu kuat, meskipun demikian lebar sambungan-sambungan di permukaan batu tidak boleh lebih dari 3 cm. Sambungan-sambungan kemudian dibersihkan dari material-material lepas dengan menggunakan sikat kawat yang kemudian diisi dengan mortar sebagai siaran. Permukaan dari batuan harus dibersihkan dari sisa-sisa mortar pada saat penyelesaian pekerjaan. 3.3. LUBANG PEMBUANG (WEEP HOLE) 1.
Pada
pekerjaan pasangan batu harus dipasang lubang-lubang
pembuang untuk mengurangi tekanan air setiap luas 2 m2 yang terbuat dari pipa PVC, seperti terlihat pada gambar rencana. 2.
Agar material tanah tidak ikut keluar bersama dengan aliran air, maka pada ujung pipa dalam harus dilindungi dengan ijuk dan kerikil dengan gradasi yang baik.
3.4. PLESTERAN Bagian teratas dari pekerjaan pasangan batu dan bangunan-bangunan seperti dinding dan lain-lain harus diselesaikan dengan diplester dengan mortar semen (1 : 3). Sebelum diplester mortar, sambungan-sambungan dari pasangan batu harus dikupas terlebih dahulu sampai kedalaman 3 cm. Sambungan dan bagian atas pasangan batu kemudian harus dibersihkan
Hal - 17
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
dari semua material lepas dengan menggunakan sikat kawat kemudian diplester dengan mortar semen (1 : 3). 3.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 1. Pengukuran kuantitas pekerjaan pasangan batu dilakukan sesuai garis batas seperti diperlihatkan pada gambar atau menurut perintah Direksi. Pembayaran dihitung tiap meter kubik menurut harga satuan seperti yang tertulis pada Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan harus sudah mencakup biaya pekerja, bahan dan alat, termasuk pengadaan dan pengangkutan batu, semen, pasir, adukan mortar. 2. Pengukuran kuantitas pekerjaan plesteran dan siaran dilakukan pada lokasi pekerjaan pasangan batu yang permukaannya sudah diselesaikan seperti diperlihatkan pada gambar. Pembayaran untuk pekerjaan plesteran dan siaran dihitung tiap meter persegi menurut harga satuan seperti yang tertulis pada daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut sudah mencakup biaya pekerja, bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mencapai hasil pekerjaan yang memuaskan. E.
PEKERJAAN BETON 1.
UMUM Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan laboratorium dan fasilitas test beton untuk test dan pemeriksaan kualitas harus dilakukan oleh dan menjadi tanggung jawab Kontraktor seperti ditetapkan di dalam spesifikasi dan gambar atau sesuai petunjuk Direksi dan bilamana harus dibongkar ataupun diganti juga dengan biaya dari Kontraktor. Kontraktor tidak berhak menambah pembayaran pada harga satuan pekerjaan beton pada masalah keterbatasan atau kesulitan pada pengadaan bahan semen, pasir dan kerikil serta pencampuran beton.
2.
BAHAN Beton harus terdiri atas campuran semen, pasir dan kerikil, air serta bahan tambahan (admixture) bila diperlukan sesuai kebutuhan. 2.1. Semen A. U m u m Semen harus disediakan oleh Kontraktor menurut standard. Spesifikasi untuk Portland Cement (PC) type II ASTM C 150 atau PC type I ASTM C
Hal - 18
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
150 dari hasil produksi pabrik yang disetujui oleh Direksi secara tertulis. Bebas dari gumpalan bila dipakai pada campuran beton. Semen harus terbungkus dalam kantong-kantong yang cukup kuat untuk tahan penanganan kasar. Tahun dan bulan semen itu diproduksi dan
berat isi harus tertera dengan jelas pada setiap kantong.
Kontraktor harus menyerahkan laporan pengujian bahan lengkap untuk Semen dan Material
lainnya sehingga mewakili kualitas rata-rata
bahan tersebut. Sebagai tambahan pada setiap pengujian yang dibuat pada semen itu sebelum dikeluarkan dari tempat produksi, Direksi akan melakukan pengujian sesuai dengan standar yang sesuai. Dapat juga membuat setiap pengujian lanjutan yang di anggap sebaiknya dilakukan atau perlu untuk menentukan apakah terjadi kerusakan atau tidak pada semen karena sebab apapun selama dalam pengangkutan atau dalam penyimpanan, pada setiap datangnya kiriman untuk pekerjaan itu dan juga selama
berlangsungnya penyimpanannya pada pekerjaan
sebelum dipakai. Semen yang akan digunakan harus dilakukan pengujian lebih dahulu sehingga diperoleh hasil yang memuaskan dan diberikan persetujuan untuk pemakaiannya oleh Direksi. B. Penyimpanan Semen di Lokasi Pekerjaan. Segera setelah diterimanya di lapangan kerja, semen akan disimpan dalam penyimpanan yang kering, tahan air dan diberikan ventilasi yang memadai, dengan pencegahan penyerapan kelembaban yang cukup. Cara
penanganan dan penyimpanan semen oleh kontraktor harus
sesuai dengan persetujuan Direksi. Cara penumpukan semen tidak boleh lebih dari 13 (tiga belas) kantong dan jumlah itu akan dibatasi pada 7 (tujuh) kantong, bila penyimpanan diperkirakan lebih lama dari pada 2 (dua)
bulan; semen ini akan ditumpuk atau disimpan
sedemikian sehingga memudahkan untuk identifikasi, inspeksi dan ujian. Semen yang disimpan lebih daripada 1 (satu) bulan pada musim hujan, atau lebih dari 3 (tiga) bulan pada musim kering, tidak boleh digunakan. 2.2. Agregat Beton A. U m u m
Hal - 19
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Semua Agregat beton harus disediakan oleh Kontraktor dari sumbersumber yang disetujui oleh Direksi. Agregat itu harus bebas dari tanah, tanah liat, kapur, kapur perekat, hama, batu lunak liat berlempengan atau menjadi busuk, bahan-bahan nabati dan organis dan kotorankotoran lainnya. B. Kerikil/ Batu Pecah (Agregat Kasar)
Kerikil harus berkwalitas baik dengan diameter minimum 5 mm dan bergradasi baik dari 5 mm ke ukuran yang lebih besar yang dibutuhkan. Kerikil harus bersih, keras, padat, tahan lama (tak mudah lapuk), tidak tercampur batuan besar dan bebas dari lempung, lanau, akar, cabang-cabang pohon, material organik, alkali dan kotoran-kotoran lain yang menurunkan kekuatan beton.
Gradasi kerikil di dalam pemisahan ukurannya harus sesuai dengan kebutuhan sebagai berikut : Ukuran Ayakan (Lubang
Prosentase Berat Yang Lolos
Persegi)
( mm )
Sendiri
diayak
50
-
100
40
-
95 - 100
25
100
-
20
90 - 100
35 - 70
10
25 - 55
10 - 30
5
0 - 10
0-5
2
0-5
-
Prosentase bahan-bahan yang merugikan pada beberapa ukuran kerikil, tidak akan lebih dari nilai berikut : Bahan Material lolos ayakan
Prosentase berat 0,5%
Bahan apung
2%
Gumpalan lempung
1%
Bahan-bahan yang kurang baik lainnya
1%
Hal - 20
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Jumlah prosentase dari semua bahan yang merugikan pada beberapa ukuran tidak lebih dari 3% beratnya.
Kerikil tidak diijinkan/ditolak untuk dipakai bila : Kehilangan berat pada test abrasi (ASTM C 131) lebih dari 10% untuk 100 kali putaran atau 40% untuk 500 kali putaran. Kehilangan berat pada penyelidikan dengan test sodium sulfat (ASTM C88) tidak lebih dari 10,5%. Berat jenis dalam keadaan kering permukaan kurang dari 2,55.
C. Pasir ( Agregat Halus )
Pasir harus berkualitas baik dengan diameter maksimum 5 mm. Pasir harus bersih, keras, padat, tahan lama (tidak mudah lapuk) dan tidak tercampur batu pecah dan harus bebas dari banyak kotoran lempung,
lanau dan bahan kimia lain yang dapat
mempengaruhi kekuatan beton. Pasir dapat dihasilkan dari bahan asli ataupun dari hasil pemecahan
batu
dengan
melalui
pemeriksaan pencucian air.
Modulus kehalusan pasir harus antara 2,3 sampai 3,1. Pasir yang dipakai untuk campuran beton harus mempunyai susunan dan sesuai dengan kebutuhan sebagai berikut :
Saringan Standart Amerika
Prosentase berat
(ASTM Designation E-11)
yang lolos saringan
3/8”
100 %
No 4
(95 - 100) %
No 8
(80 - 100) %
No 16
(50 - 85) %
No 30
(25 - 60) %
No 50
(10 - 30) %
No 100
(2 - 10) %
Prosentase maksimum bahan yang kurang baik pada pasir sebagai bahan campuran beton, tidak lebih dari harga sebagai berikut : Bahan Bahan
yang
lewat
ayakan
Prosentase berat No.
200
3%
Benda-benda apung
2%
Gumpalan lempung
1% Hal - 21
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Jumlah-jumlah bahan yang kurang baik (seperti : alkali, mika, dll) 2 %. Jumlah prosentase bahan-bahan yang kurang baik itu tidak lebih dari dari 5 % dari berat total.
Pasir tidak diijinkan/ditolak untuk dipakai bila : mengandung kotoran bahan organis mempunyai berat jenis kurang dari 2,6 bila 5 (lima) kali Test Sodium Sulfat, bagian yang tertahan pada ayakan No. 50 beratnya berkurang lebih dari 10,5 %. Pasir harus menghasilkan campuran yang rata dan kelembaban tidak lebih dari 6 % dengan variasi tidak lebih dari 1 % pada setiap jam.
D. Penyimpanan Agregat Sarana-sarana perlu dibuat di lapangan untuk penyimpanan tersendiri batuan-batuan halus dan kasar, maupun untuk setiap ukuran batuanbatuan kasar dengan cara sedemikian hingga mencegah kontaminasi beton oleh bahan-bahan asing dan menghindari perusakan dan kerusakan-kerusakan yang berlebihan, penumpukan-penumpukan akan dibuat dengan sarana-sarana pembuangan yang sesuai untuk menjamin, sejauh itu dapat dilakukan, bahwa batuan-batuan yang diserahkan kepada alat-alat takar mempunyai keseragaman dan kelembaban stabil sedemikian sesuai petunjuk Direksi. 2.3. Air Pencampur Air yang digunakan pada pencampuran beton dan mortar hendaknya bersih dan bebas dari kotoran,tidak mengandung endapan lumpur, zat-zat organik, alkali, garam atau pencemaran lainnya yang tidak diinginkan.
2.4. Bahan Tambahan (Admixture) 1.
Kontraktor akan melengkapi dan memakai bahan tambahan campuran beton untuk memperbaiki mutu dan mempermudah pekerjaan beton dan mortar. Bahan tambahan lain untuk perbaikan pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan yang mungkin dipakai harus mendapat persetujuan Direksi. Bahan tambahan harus disertai dengan sertifikat pabrik yang sesuai dengan spesifikasi. Hal - 22
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Direksi akan menolak usulan pemakaian bahan tambahan yang diajukan Kontraktor bila dianggap bahwa bahan tambahan tersebut kurang baik
dipakai untuk menghasilkan homogenitas tinggi pada
pekerjaan yang bersangkutan. Kontraktor harus siap bila Direksi menganggap perlu untuk mengajukan contoh dan melakukan test untuk contoh bahan dan test bahan tambahan setelah bahan sampai di lokasi pekerjaan. Kontraktor harus bertanggung jawab kerusakan
yang
pada
kesulitan yang
timbul
atau
terjadi akibat pemilikan dan pemakaian bahan
tambahan, seperti penundaan, kesulitan pengecoran beton atau kerusakan beton waktu pembukaan bekesting. Bahan tambahan lainnya bila dipakai harus memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan seperti : Bahan Tambahan Pengurangan
2.
Spesifikasi
volume
udara
ASTM C260-772
Pengurangan kadar air
ASTM C494-82, Type A
Perlambatan pengerasan awal
ASTM C494-82, Type B & D
Kecocokan pemakaian bahan tambahan, dua macam atau lebih yang dapat dipakai pada campuran beton, harus ditest dengan cara yang disetujui oleh Direksi.
3.
Penyimpanan cairan atau bubuk bahan tambahan untuk beton harus ditempatkan pada gudang tahan air. Tempat penyimpanan harus direncanakan di tempat dimana akan digunakan bahan tersebut.
2.5. Campuran Beton 1.
Beton harus terbuat dari semen, pasir, kerikil, air dan bila diperlukan bahan tambahan yang disetujui, semua dicampur sampai merata sehingga
diperoleh
penyelidikan
hasil
yang
memuaskan.
Sebelum
mulai
campuran beton, Kontraktor harus menyiapkan dan
mengajukan rencana kepada Direksi untuk persetujuan rencana test beton, material yang dipakai, klasifikasi (mutu) beton, macam-macam campuran beton, dan prosedur test harus diikutkan/dilampirkan. 2.
Laporan mencakup hasil penyelidikan bahan dan semua bagian campuran yang direncanakan. Semua spesi beton, pencetakan di lapangan dan perawatan sesuai umur yang disyaratkan, harus dibawa Hal - 23
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
oleh Kontraktor di laboratorium untuk diadakan test tekan. Semua test harus disaksikan Direksi dan biaya test telah dimasukkan pada harga satuan yang ada pada Daftar Kuantitas dan Harga. 3.
Bagian campuran dan ketepatan perbandingan air semen harus dihitung
berdasarkan berat dan ditentukan dengan dasar pada
kekuatan produksi
beton yang dihasilkan, kemudahan pekerjaan,
kepadatan, kekedapan
dan ketahanan yang diharapkan tanpa
pemakaian semen berlebihan. 4.
Macam campuran beton yang dilaksanakan pada setiap bagian konstruksi akan dicantumkan pada gambar. Mutu campuran beton harus dihasilkan dari dasar kebutuhan berikut : Mutu
Ukuran
Penandaan
Kekuatan tekan
kerikil Max
Lampiran
pada 28 hari
(mm)
Slump (cm)
rata-rata min. (kg/cm2)
5.
A
20
K 225
225 - 205
8 - 12
B
20
K 175
175 - 155
8 - 10
C
40
K 125
125 - 105
10 - 12
Pencampuran Beton dengan Mesin. Semua beton yang dipakai untuk pekerjaan ini harus dicampur dengan menggunakan mixer (mesin) kecuali untuk pekerjaan yang bersifat sementara. Kecuali atas petunjuk atau ijin Direksi, campuran setiap bucket mixer harus menerus (tidak kurang dari 1,5 menit), setelah semua bahan kecuali semua pemakaian air dan bahan tambahan ada di dalam mixer. Campuran dengan tangan (manual) tidak diijinkan. Kenyataan waktu operasi pencampuran harus ditentukan oleh Direksi setelah dilakukan uji coba.
3.
PENGANGKUTAN / TRANSPORTASI Cara dan peralatan yang dipakai untuk pengangkutan beton harus dijaga agar susunan campuran dan kekentalan beton akan terjamin sampai di lokasi tanpa terjadi penguraian material dan slump berkurang sampai maksimum 2,5 cm, kecuali dengan petunjuk Direksi.
Hal - 24
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Penambahan air pada beton setelah dikeluarkan dari mixer atau sebelum mengeras tidak diijinkan. Untuk pengangkutan beton dapat digunakan dengan peralatan sebagai berikut : 3.1. Agitator truck Kecepatan pergerakan drum harus antara 2 - 4 putaran per menit, isi campuran beton di dalam drum tidak boleh lebih dari produksi rata-rata, atau tidak lebih dari 70 % volume drum. Atas persetujuan Direksi, truck mixer dapat dipakai sebagai pengganti agitator truck untuk transportasi dari pusat pengolahan beton. Jarak antara waktu pencampuran semen ke drum mixer sampai ke tempat pengecoran beton tidak lebih dari 1 jam. Selama pengangkutan, pemutar harus bergerak menerus dengan kecepatan seperti tersebut di atas. 3.2. Pompa Beton Pipa penghantar harus dipasang sedemikian hingga mudah dipindahkan. Sebelum pompa beton mulai dioperasikan, kira-kira 1 m3 mortar dengan perbandingan campuran antara air, bahan tambahan, semen dan pasir yang sama seperti yang direncanakan untuk campuran beton harus dilewatkan pada pipa untuk pembasahan. Pipa harus dipasang selurus mungkin. Booster udara tidak harus dipakai untuk penghantar beton. 3.3. Peluncur Pada umumnya, transportasi beton dengan memakai peluncur tidak diijinkan kecuali dengan persetujuan dari Direksi. Peluncur harus berpenampang setelah bulat dan harus mempunyai kemiringan tetap untuk memberikan aliran beton yang mudah tanpa terjadi penguraian. Ujung bawah peluncur harus diberi peluncur terjun tidak kurang dari 0,6 meter tingginya untuk menghindari terjadi penguraian pada jatuhnya beton. Peluncur harus dilindungi dari penyinaran matahari langsung. 4.
PENGECORAN 4.1. U m u m Semua peralatan pengecoran beton dan cara kerjanya harus mendapat persetujuan Direksi. Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum semua bekesting, penulangan, dan pemasangan sambungan dimasukkan pada
Hal - 25
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
acuan, diperiksa serta disetujui oleh Direksi. Pengecoran beton tanpa sepengetahuan dan persetujuan Direksi akan diminta untuk dikeluarkan dan dibongkar atas biaya Kontraktor.Kecuali atas ijin Direksi, tidak boleh ada beton yang dicor pada waktu hujan dan tidak boleh dicor pada aliran air. 4.2. Persiapan Pengecoran 1. Kecuali atas petunjuk Direksi, semua air harus dikeluarkan dari lokasi beton sebelum dilakukan pengecoran. Beberapa air yang mengalir permukaan galian harus dicegah dengan cara mengalirkan ke daerah genangan dan dipompa keluar atau dikeluarkan dengan cara lain yang disetujui. 2. Sebelum mengecor beton diatas tanah, bahan yang meresap air (poroeus) pada permukaan pondasi harus dikeluarkan atau dipadatkan dengan memakai mesin atau tangan sampai kedap dan didapatkan permukaan pondasi yang seragam. Semua daerah dan permukaan yang berisi air, lumpur, lanau dan bahan organik harus dibersihkan dengan memindahkan bahan tersebut dan mengisi kembali rongga/lubang yang timbul dengan material yang baik sampai didapatkan permukaan yang rata. 4.3. Temperatur Beton Temperatur beton tidak lebih dari 32 oC selama tahapan campuran sampai penyiraman. Bila beton dicor pada saat cuaca menjadikan temperatur beton lebih dari 35 oC, atas penentuan Direksi, Kontraktor harus memakai bahan tambahan untuk mengurangi air guna mencegah akibat yang kurang baik
pada beton yang disebabkan oleh temperatur tinggi. Untuk
kepentingan ini tidak akan berarti Kontraktor menambah ganti rugi. 4.4. Cara Pengecoran 1. Setelah permukaan disiapkan dengan baik, permukaan horizontal pada siar pelaksanaan (construction joint) pada beton harus dilapisi dengan mortar setebal 1 cm dengan campuran seperti beton yang dicor tanpa kerikil. 2. Direksi berhak membatalkan pengecoran beton pada beberapa kejadian sebagai berikut :
Hal - 26
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Bila pelaksanaan pencampuran belum mulai dalam 30 menit setelah semen dituangkan pada pasir dan kerikil. Bila lebih dari 30 menit berlalu antara penuangan dari mixer dan pengecoran beton tanpa menggerak-gerakkan mixer. Bila lebih dari 1,5 jam berlalu antara penuangan semen pada pasir dengan kerikil dan pengecoran beton. Bila keenceran beton (slump) berkurang 2,5 cm atau dianggap oleh Direksi tidak benar selama waktu setelah penuangan dari mixer dan sebelum pengecoran beton. Beton harus disimpan dengan cara sedemikian rupa agar tidak terjadi penguraian dan dicor dengan tidak memukul keras pada penulangan,
sambungan atau bekisting yang dibuat untuk
konstruksi. 3. Beton tidak diijinkan dijatuhkan bebas lebih dari 1,5 m dan tinggi yang lebih dari 1,5 m harus diturunkan melalui saluran miring atau terjunan yang disetujui oleh Direksi agar tidak menimbulkan penguraian pada waktu pelaksanaan pengecoran. 4.5. Pengecoran Beton di Air Pengecoran beton di air tidak diijinkan, kecuali dengan persetujuan khusus dari Direksi. Untuk pekerjaan ini maka campuran dan pengecoran beton harus menurut ketentuan sebagai berikut : Banyaknya semen tidak kurang dari 400 kg/m3 beton. Banyaknya pasir yang dibutuhkan biasanya 45% sampai 50% dari berat bahan pengisi (pasir dan kerikil). Diameter maksimum kerikil harus 40 mm. Kelelehan (slump) beton harus antara 10 - 18 cm. Tidak ada air mengalir yang diijinkan. Air harus dipompa keluar setelah selesai pengerasan beton. 5.
PERAWATAN DAN PERBAIKAN BETON 5.1. Perawatan Semua beton yang dicor harus dirawat dengan cara yang disetujui oleh Direksi. Beton tidak boleh kehilangan kelembaban dalam 14 hari pertama setelah pengecoran dan permukaannya harus selalu dalam keadaan basah. Selama masa perawatan, beton harus dilindungi dari abrasi, getaran dan
Hal - 27
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
kerusakan yang diakibatkan lalu lintas. Sebelum mengeras beton harus dilindungi dari hujan dan aliran air. Biaya untuk penyelesaian dan pemakaian bahan yang digunakan untuk perawatan beton harus sudah termasuk dalam harga satuan penawaran. 5.2. Perbaikan Beton Kontraktor harus memperbaiki semua ketidak sempurnaan permukaan beton menurut spesifikasi yang dibutuhkan. Kecuali dengan persetujuan Direksi,
perbaikan
ketidak
sempurnaan
pada
bekisting
harus
diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah dibongkar. Perbaikan harus dilakukan oleh tenaga ahli beton dan disetujui oleh Direksi. Beton yang rusak akibat berbagai sebab seperti beton tidak rata, patah dan beton yang disebabkan oleh tekanan permukaan yang berlebihan, harus dibongkar dan diganti agar didapatkan permukaan yang rata dan lurus. Semua bahan yang dipakai pada perbaikan beton harus menurut spesifikasi yang dibutuhkan. Biaya dari semua bahan, tenaga dan peralatan yang dibutuhkan untuk perbaikan beton harus ditanggung oleh Kontraktor. 6.
TEST BETON 6.1. U m u m Cara yang dipakai pada testing dari contoh beton, pembuatan, perawatan, baik di lapangan atau di laboratorium harus mengikuti dengan standar yang berlaku, seperti PBI 1971, ASTM C 172, ASTM C 31, ASTM C 192, ASTM C 39. 6.2. Periode Testing Test pada umur 7 hari dan 28 hari harus dibuat pada silinder berdiameter 10 cm tinggi 30 cm untuk setiap campuran, dengan korelasi kekuatan antara 7 hari dan 28 hari harus dibuat di laboratorium. 6.3. Jumlah Test Silinder Jumlah test dibuat berdasarkan kondisi yang bervariasi sebagai berikut : (diameter 10 cm, tinggi 30 cm).
Hal - 28
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Minimum Uraian
jumlah benda
Test Tekan
uji 7 hari
28 hari
6
3
3
2
2
2
Sampai selesai dari setiap macam campuran Untuk setiap 150 m3 atau
setiap
periode
pengecoran beton
7.
BEKISTING DAN PENYELESAIAN AKHIR 7.1. U m u m 1. Bekisting harus dapat dipakai dimanapun dibutuhkan atau bagian yang ditunjukkan oleh Direksi untuk pembatas dan pembentuk beton agar letak dan elevasinya sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Bekisting harus terbuat dari logam, kayu, lapisan plywood atau papan rata dalam kondisi baik yang mempunyai kekuatan cukup dan kaku untuk memikul beton dan menahan lenturan dari kondisi rata, dan harus dilindungi permukaannya menurut kebutuhan pelaksanaan. Permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton harus bersih, kaku dan cukup kedap untuk menahan kehilangan mortar. 3. Bahan pelapis bekisting kayu berkualitas baik dan harus diperbaiki atau dicat yang tidak mengandung bahan kimia yang dapat merusakkan permukaan beton. 4. Bilamana diminta oleh Direksi, Kontraktor harus mengajukan gambar rencana bekisting dan mendapat persetujuan Direksi sebelum pembuatan bekisting dilakukan. 7.2. Pemasangan dan Persiapan 1. Bekisting harus dipasang pada pertemuan dari permukaan beton yang mendatar, tegak dan pertemuan antara kedua permukaan harus rata. 2. Sebelum pengecoran beton, semua bekisting harus kaku, kedap dan sesuai pada tempatnya serta harus dibersihkan dari semua kayu potongan,
serbuk gergaji, gumpalan mortar kering, benda asing dan
genangan air harus dibuang dari antara bekisting. Bekisting harus Hal - 29
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
berpermukaan baik dengan dilapisi minyak bekisting (form oil) atau yang sejenis dan disetujui
oleh
Direksi. Minyak harus diberikan
sebelum penulangan diletakkan. 3. Bekisting yang dipakai lebih dari sekali harus dipelihara diperbaiki kondisinya dan harus dibersihkan sebelum dipakai kembali. Bekisting untuk permukaan bagian luar (exterior) pada dinding harus tetap bersih. 8.
PENULANGAN 8.1. U m u m 1. Semua penulangan harus diprofilkan (deformed), produksi dalam negeri sesuai dengan standar Indonesia atau sejenis dengan U 24. 2. Kecuali tertera pada gambar atau ditentukan Direksi, hook, bengkokan, pengelasan selimut beton dan detail lainnya dari penulangan harus menurut pada PBI-71. 8.2. Gambar Penulangan Disiapkan oleh Kontraktor 1. Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan untuk disetujui Direksi, gambar detail penulangan untuk semua konstruksi termasuk gambar penempatan tulangan, diagram pembengkokan tulangan dan tabel tulangan. Gambar detail penulangan dari Kontraktor harus disiapkan dari gambar pelaksanaan Kontraktor dan spesifikasi. Gambar dari Kontraktor
harus menunjukkan detail-detail yang perlu untuk
memeriksa penulangan
selama penempatan dan pemakaian pada
pembuatan kuantitas pembayaran. 2. Kontraktor harus mengajukan 4 lembar masing-masing gambar penulangan detail untuk disetujui Direksi. Gambar detail penulangan akan ditinjau oleh Direksi untuk disesuaikan dengan perencanaan dan diperiksa dimensinya. Kesalahan, kelalaian atau koreksi akan diberi tanda gambar cetakan, atau dengan kata lain dijelaskan ke Kontraktor dan setiap 1 lembar gambar akan dikembalikan ke Kontraktor untuk diperbaiki. Kontraktor harus membuat semua koreksi yang diperlukan dan
diperlihatkan pada gambar yang dikembalikan
dan diajukan
kembali untuk disetujui. Koreksi dan persetujuan Direksi tidak akan mengurangi
tanggung jawab Kontraktor untuk membetulkan detail
atau kesesuaian dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Hal - 30
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
8.3. Penempatan Tulangan 1. Tulangan harus ditempatkan seperti terlihat pada gambar atau dimana ditentukan oleh Direksi. 2. Spasi harus ditempatkan seperti terlihat pada gambar. Atas dasar persetujuan Direksi, Kontraktor dapat mengubah tempat jarak dan mungkin spasi tulangan ditambah di tempat lain dari yang terlihat pada gambar. Dipindahkannya spasi atau ditambahkannya spasi dengan persetujuan Direksi, akan termasuk perhitungan volume pembayaran penulangan. 3. Penempatan tulangan harus rata dan sesuai pada standar tulangan. Penulangan akan diperiksa untuk menyesuaikan dengan kebutuhan ukuran, bentuk, panjang, spasi, letak dan jumlah yang dipasang. 4. Sebelum penulangan disambungkan pada beton, permukaan tulangan dan permukaan beberapa penyangga tulangan harus bersih dari karat berat,
kotoran, lemak atau bahan asing yang menurut pendapat
Direksi dapat mengganggu kekuatan beton 5. Penulangan harus ditempatkan dengan teliti dan pada posisi yang tepat dengan menggunakan kawat tidak kurang dari diameter 0,9 mm pada pertemuan tulangan dan diikat pada penyangga dan penjaga jarak (spacer) agar tidak berubah selama pengecoran beton. 6. Kecuali disyaratkan oleh Direksi, tulangan harus ditempatkan dalam toleransi berikut : Selimut beton, bervariasi sebagai berikut : Tulangan 6 mm dengan selimut beton 50 mm atau kurang Tulangan 9 mm dengan selimut beton 51 - 60 mm Tulangan 12 mm dengan selimut beton lebih dari 60 mm variasi dari syarat spasi tulangan : 25 mm 9.
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 9.1. Beton Pengukuran kuantitas pekerjaan beton diukur menurut garis bangunan dari dimensi yang tertera dalam gambar-gambar atau menurut perintah Direksi. Dalam hal pengukuran pekerjaan beton, volume rongga pemampatan, bukaan, pipa-pipa keliling, pekerjaan kayu dan pekerjaan besi, kecuali besi tulangan beton, angker, baut, dan batang akan dikurangkan dari jumlah kuantitas pekerjaan.
Hal - 31
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Pembayaran pekerjaan beton dihitung menurut harga satuan per m3 pada Daftar Kuantitas dan Harga, jenis pekerjaan. Harga satuan harus sudah mencakup biaya upah pekerja, bahan, alat-alat konstruksi yang diperlukan, berikut biaya untuk pengujian agregat dan beton, pengadukan, penempatan dan penyelesaian perancah dan bekisting, pengeringan lokasi dan genangan
air, dan biaya-biaya
dikeluarkan, termasuk
lain yang sewaktu-waktu harus
juga untuk pembayaran pengadaan dan
pemasangan tulangan. F.
PEKERJAAN TIANG PANCANG 1.
UMUM a) Uraian Pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini mencakup tiang pancang yang disediakan dan dipancang atau ditempatkan sesuai dengan spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati gambar menurut penetrasi atau kedalamannya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tiang pancang uji dan/atau pengujian pembebanan diperlukan untuk menentukan jumlah dan panjang tiang pancang yang akan dilaksanakan. Pekerjaan ini mencakup jenis tiang pancang kayu, pipa baja, beton termasuk cerucuk. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
2. BAHAN KAYU Kayu untuk tiang turap, kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, harus diberi bahan pengawet. Tiang turap harus terbuat dari kayu yang digergaji atau ditebang, dengan sudut-sudut persegi. Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang. Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga. Pengawetan harus sesuai dengan AASHTO M133 - 86. Cerucuk kayu harus terbuat dari jenis, diameter dan mutu yang ditunjukkan dalam Gambar.
Hal - 32
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
3. TIANG PANCANG KAYU a) Umum Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. b) Pengawetan Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 - 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan. Persetujuan dari Direksi Pekerjaan secara tertulis harus diperoleh sebelum pemancangan tiang pancang yang tidak diawetkan. c)
Kepala Tiang Pancang Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang. Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.
d) Sepatu Tiang Pancang Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar Hal - 33
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan. e) Pemancangan Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya. f)
Penyambungan Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diper-lukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.
4. PEMANCANGAN TIANG a)
Umum Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan.
Hal - 34
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang ditunjukkan dalam Gambar. Kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi nonmagnetik sebagaimana yang disyaratkan dalam spesifikasi ini. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai mencapai kedalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurangkurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang
diperintahkan
oleh
Direksi
Pekerjaan
setelah
pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu. Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravitasi sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari Hal - 35
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
setengah jumlah berat tiang beserta topi pancangnya. Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor. Enerji total alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan. Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan harus dibatasi sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil harus digunakan bilamana terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini adalah kondisi yang dimaksud: Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditembus pada saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang. Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi yang dalam terjadi pada setiap penumbukan. Bilamana tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya. Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah mencapai hasil yang memenuhi ketentuan, penumbukan
ulangan
harus
dilaksanakan
dengan
hati-hati,
dan
pemancangan yang terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus dilakukan sesuai dengan pasal bab ini. Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan, sebelum pemancangan dilanjutkan.
Hal - 36
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN a)
Cerucuk Cerucuk harus diukur untuk pembayaran dalam jumlah meter panjang untuk penyediaan dan pemancangan cerucuk memenuhi garis dan elevasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b)
Penyediaan Tiang Pancang Satuan pengukuran untuk pembayaran tiang pancang kayu harus diukur dalam meter kubik dari tiang pancang yang disediakan dalam berbagai panjang dari setiap ukuran dan jenisnya. Dalam segala hal, jenis dan panjang yang diukur adalah sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, disediakan sesuai dengan ketentuan bahan dari spesifikasi ini dan disusun dalam kondisi baik dilapangan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan. Kuantitas dalam meter kubik atau kilogram yang akan dibayar, termasuk panjang tiang uji dan tiang tarik yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak termasuk panjang yang disediakan menurut pendapat Kontraktor. Tiang pancang yang disediakan oleh Kontraktor, termasuk tiang uji tidak diijin-kan untuk menggantikan tiang pancang yang telah diterima sebelumnya oleh Direksi Pekerjaan, yang ternyata kemudian hilang atau rusak
sebelum
penye-lesaian
Kontrak
selama
penumpukan
atau
penanganan atau pemancangan, dan akan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan untuk disingkirkan dari tempat pekerjaan atau dibuang dengan cara lain. Bilamana perpanjangan tiang pancang diperlukan, panjang perpanjangan akan dihitung dalam meter kubik atau kilogram, dan akan diukur untuk pembayaran. c)
Pemancangan Tiang Pancang Tiang pancang kayu akan diukur untuk pemancangan sebagai jumlah meter panjang dari tiang pancang yang diterima dan tertinggal dalam struktur yang telah selesai. Panjang dari masing-masing tiang pancang harus diukur dari ujung tiang pancang sampai sisi bawah pur (pile cap) untuk tiang pancang yang seluruh panjangnya masuk ke dalam tanah, atau dari ujung tiang pancang sampai permukaan tanah untuk tiang pancang yang hanya sebagian panjangnya masuk ke dalam tanah.
Hal - 37
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
G. PEKERJAAN KAYU 1. Material a) Mutu Bila tidak ditentukan lain maka semua kayu yang digunakan harus kayu dengan mutu A sesuai dengan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (P.K.K.I) semua kayu bebas dari getah–getah, cacat–cacat kayu seperti mata kayu, retak–retak bengkok atau sebagainya. b) Kadar Air Kadar air dari semua kayu yang dipakai untuk pekerjaan harus lebih kecil dari 20% harus dijaga agar kadar air tersebut konstan pada saat penyimpanan maupun sampai pada saat penyelesaian pekerjaan. c) Jenis Kayu Macam kayu yang akan digunakan untuk pekerjaan–pekerjaan ini dapat dilihat dalam gambar detail dan Rencana Anggaran Biaya. 2. Penyimpanan Kayu Segera setelah kayu diterima ditempat pekerjaan, maka kayu–kayu ditumpuk agar tidak menyentuh tanah pada tempat–tempat yang telah ditentukan disetujui oleh Direksi. Penumpukan harus dilakukan dengan baik sehingga tidak menyebabkan perubahan bentuk. Kayu–kayu tersebut harus dilindungi dengan baik dan bila Kayu–kayu tersebut menjadi rusak atau tidak sesuai untuk digunakan lagi, maka kayu tersebut ditolak dan harus diganti oleh pemborong atas tanggungannya. 3. Ukuran–Ukuran Ukuran–ukuran kayu harus sesuai dengan yang diisyaratkan kecuali penyimpangan yang diakibatkan oleh penggergajian. Ukuran–ukuran yang menyimpang harus disesuaikan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana. 4. Penyusutan – Penyusutan Persiapan penyambungan dan pemasangan dari pekerjaan kayu harus sedemikian rupa sehingga penyusutan pada bagian tertentu atau arah tertentu tidak boleh mempengaruhi kekuatan dan bentuk akhir dari pekerjaan dan tidak merusak badan.
Hal - 38
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
5. Sambungan a) Umum Semua sambungan harus dibuat dengan rapih agar diperoleh sambungan yang cocok. Semua lubang–lubang baut dan lubang–lubang penyambung lainnya harus dibor dengan teliti, lubang–lubang tersebut harus dibentuk sedemikian rupa sehingga dibor dengan mata bor yang mempunyai diameter 1,5 mm lebih besar dari diameter baut kecuali jika diisyaratkan untuk menggunakan baut–baut pas. b) Sambungan Dengan Besi Kecuali diisyaratkan dengan lain pada gambar rencana semua baut–baut, skrup, paku, plat cincin baut dan lain–lain pekerjaan besi harus dibuat dari baja lunak (mild steel). Setelah pabrikasi dan sebelum meninggalkan bengkel maka semua pekerjaan besi harus digosok dan dibersihkan kemudian dimasukkan dalam minyak “Kuiseed” yang panas atau hal lain yang telah disetujui. Baut mempunyai standar dimana ulir pada baut itu panjangnya minimum 4 kali diameter baut, semua mur harus pas betul tanpa speling. Panjang baut yang tertera pada gambar rencana hanya ukuran perkiraan dan pemborong harus menyediakan baut–baut dengan panjang yang cukup. Ujung baut harus lebih dari setengah diameter melampaui mur, jika lebih harus dipotong. Cincin baut harus digunakkan dibelakang semua mur dan baut. Kecuali dalam hal baut harus terbenam pada permukaan. Memasang ganjalan kayu dibawah baut atau mur tidak diperkenankan. c)
Perlindungan Pada Sambungan Semua sambungan kayu yang nantinya terpengaruh oleh air ataupun pada pekerjaan – pekerjaan kusen pintu dan jendela perlu mendapatkan perhatian pada penyelesaian pekerjaan. Pada sambungan – sambungan sebelum dipasang harus dicat terlebih dahulu dengan minie atau bahan lain yang ditentukan Direksi, misalnya dengan pengawet kayu. Sekurangkurangnya dua kali lapisan mine diberikan berturut – turut, pemberian lapisan yang kedua dilakukan setelah lapisan yang pertama benar – benar telah kering.
7.
Pengawetan dan Pengecatan Kayu
Direksi dapat memerintahkan untuk menggunakan bahan untuk pengawetan kayu jika dipandang perlu, dimana dapat berupa minyak pengawet kayu atau ter. Hal - 39
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
Pada penyelesaian pekerjaan, minyak pengawet kayu harus dituangkan pada sambungan – sambungan. Semua bagian – bagian yang diminyaki harus diselesaikan dahulu sebelum memulai pekerjaan pengecetan.
Tidak ada satu bagianpun yang boleh diminyaki selam atau segera setelah hujan atau selama permukaan kayu basah.
Diperlukan paling sedikit 48 jam berselang untuk mengulangi pemberian minyak pada bagian yang sama.
Bila digunakan ter untuk mengawetkan kayu maka bagian kayu yang rapat harus diberi lebih dahulu sebelum dipasang.
Setelah pengolesan bagian – bagian kayu dengan minyak pengawet kayu maka dapat dilapisi dengan satu lapisan minie atau bahan lain yang telah disetujui mutunya. Semua bagian dan sambungan lainnya yang tidak dapat dicapai setelah pemasangan maka terlebih dahulu diberi lapisan menie sebelum dipasang.
Tidak diperkenankan selama permukaan kayu masih basah dan setiap lapisan cat harus kering betul sebelum lapisan berikutnya diberikan.
Hal - 40