Dinasti Ustmani Makalah Uts.docx

  • Uploaded by: Faisal Fahmi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dinasti Ustmani Makalah Uts.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,342
  • Pages: 25
PEMERINTAHAN PADA MASA DINASTI USMANI (1281-1924 M)

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sejarah Islam Yang dibina oleh Ibu Dra.Yuliati, M.Hum

Oleh Alde Nabil A. Yunik Lestari Latiffatun Nasiroh Faisal Fahmi M. Tunggul Alif P.

(130731616734) (130731607278) (130731607247) (130731677282) (130731615747)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN SEJARAH Oktober 2014

DAFTARI ISI DAFTAR ISI......................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1 Latar Belakang....................................................................................................1 Rumusan Masalah .............................................................................................1 Tujuan Masalah..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASANAN.............................................................................3 Latar belakang berdirinya Dinasti Usmani....................................................3 Peradaban dan Kemajuan Dinasti Usmani...................................................12 Runtuhnya Dinasti Usmani.............................................................................15

BAB III PENUTUP.........................................................................................21 Kesimpulan ......................................................................................................21 Saran.................................................................................................................22

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Arab, merupakan daerah yang panas, dimana keadaan geografis mereka sangat

ekstrem. Pada siang hari, suhu di Arab sangat panas, sedangkan pada malam hari, suhu disana menjadi sangat dingin. Hal inilah yang menjadikan keadaan masyarakat mereka menjadi sangat keras. Hal ini pulalah yang menjadikan mereka terpecah dalam beberapa suku. Masa-masa kegelapan yang terjadi di daerah Arab ini kemudian hari dikenal dengan zaman Jahiliyyah. Keadaan ini segera berubah ketika seorang anak yatim piatu bernama Muhammad mendapatkan apa yang dia sebut sebagai wahyu tuhan. Dengan segera, agama baru yang dibawanya menjadi agama yang dapat membawa perubahan besar kepada daerah Arab, meskipun dengan usaha yang tidak mudah. Dia berhasil menyatukan daerah Arab yang dihuni oleh orang-orang berwatak keras. Dengan berhasilnya menyatukan Arab menjadi tonggak bersejarah dalam meluaskan agama Islam. Dan peradaban Islam tidak terlepas dari Dinasti-dinasti Islam yang berkuasa. Hingga pada zaman dinasti Usmani.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana berdirinya Dinasti Utsmani Dan siapa saja Sultan yang berpengaruh besar? 1.2.2. Bagaimana peradaban dan kemajuan dinasti Usmani? 1.2.3. Apa penyebab runtuhnya dinasti Usmani?

1.3

Tujuan Masalah

1

1.3.1. Mengetahui latar belakang berdiri di dalam Dinasti Utsmani dan sultan yang berpengaruh besar. 1.3.2. Mengetahui kemajuan yang dicapai dinasti Usmani. 1.3.3. Apa saja penyebab mundurnya dinasti Usmani.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar belakang berdirinya Dinasti Usmani

Berdirinya Dinasti Turki Utsmani tidak bisa lepas dari pengaruh bangsa mongol karena dari bangsa Mongol mereka bisa mendirikan dinasti yang dikenal dengan Dinasti Usmani. Menurut Amin, Samsul Munir (2010:194-195) “Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudia Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan Mongol pada abad ke-13 mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsiandi tengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di daratan tinggi Asia kecil. Dibawah pimpinan Ertoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syuhud sebagai ibu kota”. Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa dinasti Usmani di dirikan oleh bangsa Turki yang mengabdikan diri kepada Sultan Saljuk sehingga dari pengabdian mereka tersebut oleh Sultan Saljuk dihadiahkan wilayah yang menjadi cikal bakal wilayah dinasti Usmani. Penguasa pertama adalah Ustman yang disebut juga dengan Ustman I. Setelah Ustman I mengumumkan bahwa dirinya adalah sebagai PadisyahAl-Ustman atau raja besar keluarga Ustman tahun 699 Hijriyah atau 1300 M dan memperluaskan wilayah setapak demi setapak.

3

Pada zaman kekuasaannya, ia melakukan penyerangan di daerah perbatasan Byzantium dan berhasil menakhlukkan kota Broessa pada tahun 1317 M, juga menjadikan daerah tersebut menjadi ibu kota kerajaan Turki Ustamani pada tahun 1326 M. Ustman I yang berhasil membangun dasar berdirinya Turki Ustmani kemudian digantikan oleh Orkhan yang berkuasa pada tahun itu juga sampai 1359 M. Dapat dikatakan bahwa perpindahan ibu kota pemerintahan ini juga diikuti oleh pergantian kepala pemerintahan.

2.1.2 Perebutan Konstantinopel “Sungguh Konstantinopel akan ditakhlukan oleh kalian. Maka sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baiknya pasukan adalah yang menaklukannya”. (Ahmad, dalam Siauw, 2013:45). Hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad ini menjadi sebuah dasar dan kunci yang dipakai dan benar-benar dimaknai oleh seorang pangeran dari kerajaan Turki Ustmani bernama Mehmed II, atau yang dikenal dengan sebutan Al-Fatih, dimana ketika ia lahir, ayahnya, Sultan Murad II sedang membacakan al-quran dan sampai pada surat Al-Fath, yang berisi janji-janji Allah akan kemenangan kaum Muslim. Ia adalah seorang keturunan raja nomor tiga, dimana tidak seorangpun yang akan mengira ia akan menjadi pewaris dan penerus kerajaan Turki Ustmani. Ketika ia berusia dua tahun, ia dikirim oleh ayahnya bersama kakak tertuanya, Ahmed, ke sebuah kota tempat mempelajari pemerintahan bagi keluarga sultan, yaitu Amasya. Selain itu, ia juga dididik untuk dapat menakhlukan kota Konstantinopel. Ketika berumur 6 tahun, ia diangkat menjadi gubernur Amasya yang kemudian disusul dengan kematian kakaknya, Ahmed yang secara tiba-tiba. Dua tahun setelah menjadi gubernur di Amasya, ia dipertukarkan dengan Ali, kakaknya yang lain untuk memimpin Manisa. Malang benar nasib ayahnya, sekitar tahun 1443, Ali bin Murad dibunuh oleh seorang Turki yang menjadi kaki tangan bangsa Bizantium. Hal ini yang menyebabkan Sultan Murad segera melakukan tindakan untuk mempersiapkan anaknya untuk menjadi seorang sultan Turki kelak. “Dibawah asuhan

4

Syaikh Aaq Syamsudin dan Syaikh Ahmad Al-Kuraini, Mehmed II kecil mendapatkan berbagai disiplin ilmu seperti ilmu Al-Quran, Tsaqafah Islam, fiqh, maupun ilmu-ilmu lain seperti bahasa, astronomi, matematika, kimia, dan juga teknik perang dan militer”(Siauw, 2013:45). Penanaman mental untuk menakhlukan Konstantinopel juga terus dilakukan hingga ia dewasa. Ketika Mehmed II berusia 12 tahun, Sultan Murad mengetahui kabar tentang adanya pemberontakan di wilayahnya, Anatolia. Dengan segera, Sultan MUrad menyeberangi selat Dardanela dan memadamkan api pemberontakan. Sebelum Sultan Murad pergi, ia menyerahkan tahktanya kepada anaknya, Mehmed II dengan didampingi oleh seorang tangan kanan raja atau biasa disebut dengan Wazir, yang bernama Halil Pasha. Hal ini dilakukan untuk mengawasi dan mendidik Mehmed II dalam tugas-tugas seorang sultan dan kepemimpinan. Ketika bangsa barat mengetahui bahwa takhta berada pada seorang anak, dan sultan yang asli sedang berada jauh dari pusat pemerintahan di Edirne, dengan segera Paus Eugene IV membujuk pemimpin-pemimpin kerajaan di Eropa bersatu dan mengusir Islam dari tanah Eropa. Dengan segera, terjadi kekacauan akibat dari ketakutan akan adanya serangan pasukan salib dari utara dan barat Edirne. Mehmed II yang masih belia bingung dan tidak berdaya dengan adanya kejadian ini. Segera ia mengirim surat kepada ayahnya yang berada di seberang selat Dardanela di Anatolia dan Sultan Murad kembali ke pusat pemerintahan untuk menghalau pasukan Salib dalam pertempuran Varna pada tahun 1444 M. pertempuran ini pulalah yang membuat bangsa Eropa merasa kapok untuk melakukan penyerangan terhadap kerajaan Turki Ustmani. Sultan Murad sendiri akhirnya kembali ke Anatolia untuk bertaqqarub kepada Allah Swt. Setelah situasi berangsur stabil, Mehmed II segera memanifestasikan obsesinya sejak kecil, yaitu penakhlukan Konstantinopel. Namun rupanya, kebijakan-kebijakan yang diambilnya menjadi salah karena ia belum sepopuler ayahnya. Selain itu, ia belum memiliki hubungan baik dengan militer khususnya pasukan special milik kerajaan Turki, Yeniseri.

5

Halil Pasha yang merasa akan membuat orang-orang di Eropa akan membantu Konstantinopel segera melakukan sabotase sehingga para Yeniseri melakukan pemberontakan untuk meminta Sultan MUrad menjadi kaisa kembali. Sultan Mehmed II akhirnya dijadikan seorang gubernur di kota Manisa. Disini, ia kembali mempelajari apa yang menjadi penyebab ia gagal dalam memerintah. Ia mulai menjalin hubungan baik dengan para aparat Negara, serta tak lupa ia menyiapkan strategi dalam menakhlukan Konstantinopel. Dua tahun setelah ia kembali menjabat sebagai Gubernur Manisa, ia membuktikan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang cakap dalam memerangi pasukan Hunggaria bersama ayahnya di Kosovo pada 1448. Banyak pertempuran yang kemudian terjadi yang melibatkan Sultan Mehmed II. Hal ini rupanya menjadi pembekalan terakhir oleh Sultan Murad untuk anaknya, sebelum ia beristirahat untuk selamanya di Edirne pada Februari 1451, dengan mewariskan kerajaan, wilayah, dan pasukan yang luarbiasa banyak. Berita kematian Sultan Murad seakan menjadi angin segar bagi kerajaankerajaan di Eropa. Sultan Mehmed II yang menjabat kmudian, dianggap hanyalah seorang anak kecil yang tidak cakap dalam memerintah. Rupanya bangsa Eropa hanya melihat Sultan Mehmed II hanya ketika ia menjabat sebagai Sultan pada tahun 1444-1446. Namun, kegagalan sebelumnya menjadikan ia belajar lebih banyak. Ia mulai menerapkan kebijakan-kebijakan yang mengarah ke penakhlukan Konstantinopel. Sultan Mehmed II rupanya gemar sekali melakukan inspeksi-inspeksi di kerajaannya. Hingga suatu hari, ketika ia menyeberangi selat Bosporus, ia meikirkan untuk membangun benteng yang diharapkan dapat menghubungkan daratan Eropa dan Asia yang memang saat itu sudah menjadi bagian dari kerajaan Turki Ustmani. Selain itu, pembangunan benteng ini juga bertujuan untuk memotong jalur suplai untuk Konstantinopel dari komunitas Genoa di Black Sea seandainya terjadi penyerangan olehnya. Sebenarnya, di bagian Eropa telah terbangun benteng yang bernama Rumeli Husari, namun untuk memperkuatnya, Sultan Mehmed II akhirnya

6

membangun benteng yang kemudian dinamakan Anadolu Husari dibagian Asia setelah berdiskusi dengan para pembesarnya di Edirne. Sultan Mehmed II membuktikan kepintarannya dalam memimpin dan mengatur logistik. Hanya dalam 4 bulan, ia berhasil membangun sebuah benteng pencekik Selat Bosporus yang membuat warga dan para pemimpin di Konstantinopel bergidik melihat kemegahan yang ditunjukkan, karena memang benteng ini dapat terlihat dari Konstantinopel. Pada musim panas 1452, seorang ahli metalurgi dan membuat senjata berkebangsaan Hungaria bernama Orban menghadap sultan untuk menawarkan keahliannya dalam membuat meriam. Sebelum datang menghadap sultan, Orban rupanya telah menghadap ke raja di Konstantinopel untuk menawarkan keahliannya. Namun, akibat adanya krisis ekonomi yang melanda, Orban akhirnya ditolak, selain mereka percaya diri dengan tembok di Konstantinopel yang tidak tertembus selama ratusan tahun. Ketika mendengar maksud kedatangan Orban, sang sultan segera bertanya kepada Orban tentang kesanggupannya untuk membuat meriam yang dapat melontarkan bola besi besar untuk memporak porandakan tembok, sambil tangan sang sultan memperagakan besarnya batu yang akan dijadikan peluru. Tiga bulan kemudian, Orban mampu membuat sejumlah meriam yang berskala besar, yang bahkan tak seorangpun pernah melihat meriam sebesar itu. Dengan panjang 4,2 meter, meriam yang kemudian dipasang di Rumeli Husari untuk mengamankan selat Bosporus ini berhasil menenggelamkan sebuah kapal milik Antonio Rizzo pada November 1452 yang mencoba menerobos pemeriksaan. Meilhat keefektifan meriam ini, Sultan segera meminta Orban untuk melipatgandakan ukuran dan kekuatan meriam. Kemudian lahirlah sebuah meriam dengan panjang 8,2 meter dan dengan diameter 70 cm, dimana meriam ini terdiri dari 2 bagian. Ketika diuji coba, peluru dapat terpental hingga 1,6 Km yang menyisakan lubang pada tanah sebesar dua meter. Perlu diketahui bahwa peluru yang digunakan seberat 700 Kg, dan ketika proses pembuatan meriam ini, para pembuat meriam,

7

insinyur, serta sultan sendiri terus meneriakkan puji-pujian dan dzikir kepada Allah Swt. Setelah dirasa persiapan yang dilakukan telah mencukupi, pada 23 Maret 1453, Sultan Mehmed II bertolak dari Edirne menuju Konstantinopel bersama syaikh, infantri, kavaleri, serta artilerinya dengan jumlah 250.000 pasukan, sebuah pasukan yang sangat besar kala itu. Pasukan yang besar itu akhirnya mulai terlihat di sisi utara pada tanggal 2 April. Kaisar Konstantin segera melakukan serangan untuk menghalau pasukan Turki, namun karena pasukan Turki terus menerus datang hingga akhirnya memaksa Kaisar Konstantin mundur ke tembok yang dijadikan pertahan berdirinya Konstantinopel. Pada tanggal 6 April, Sultan Mehmed II tiba di Konstantinopel dan segera mengorganisir pasukannya untuk maju ke tembok di Konstantinopel hingga berjarak hany 1,5 kilometer. Kemudian ia mengimami solat Jum’at sambil meminta pertolongan dari Allah agar dimudahkan. Pasukan yang memanjang mulai dari pantai Marmara di selatan hingga selat tanduk emas di utara kota Konstantinopel. Di muara selat Tanduk Emas, Konstantinopel telah membuat rantai sepanjang selat itu untuk menutup kemungkinan adanya serangan kapal dari laut. Memang pantaslah bila Konstantinopel dianggap sebagai kota benteng tercanggih dan terkuat pada saat itu. Sebelum melakkan penyerangan,seperti kebiasaan Rasulullah dalam berperang, Sultan Mehmed II mengirimkan surat kepada kasiar Konstantin yang berisi 3 pilihan. Yang pertama adalah masuk islam, yang edua adalah membayar jizyah atau yang ketiga adalah perang. Jelas sekali bahwa kaisar Konstantin lebih memilih untuk berperang hingga akhirnya pertempuran pun terjadi dimana meriam-meriam milik pasukan Turki terus melakukan penyerangan terhadap tembok milik kota Konstantinopel. Dalam sehari, mereka bisa memuntahkan 1000 peluru. Namun, pengrusakan terhadap tembok ini rupanya telah diantisipasi oleh Kostantinopel dimana mereka dengan segera memperbaiki tembok-tembok yang rusak. Rupanya hal ini telah menjadi kebiasan

8

kota Konstantinopel ketika terjadi penyerangan, karena emang berdirinya tembok pertahanan itu juga menjadi arti berdirinya kota Kontantinopel. Berbagai cara dilakukan untuk menakhlukan kota yang menjadi ibu kota kerajaan Kristen Ortodoks itu. Pasukan infantry Turki Ustmani terus melakukan pertempuran jarak dekat mencoba memasuki embok-tembok yang berlubang hasil dari tembakan meriam, namun selalu berhasil dihalau oleh pasukan Konstantinopel. Hingga akhirnya kaisar Konstantin mencoba mengusulkan proposal perdamaian dengan Sultan Mehmed II, untuk mencegah terjadinya kerugian dan kerusakan yang lebih parah. Namun, dengan tegas Sultan Mehmed II melakukan penolakan terhadap proposal yang diusulkan. Waktu berselang, hingga masalah kemudian muncul masalah yang menghadang Sultan Mehmed II dalam menakhlukan Konstantinopel. Meriam yang terus menerus melakukan penyerangan mulai mengalami keretakan karena panas. Sultan Mehmed II tidak ingin penyerangan jadi mengendur sehingga dilakukan pelumasan ke meriam untuk emngurangi perubahan panas dingin yang cepat. Namun saying, akhirnya meriam itu meledak dan kebetulan sekali, Orban berada di dekat meriam yang meledak sehingga menewaskannya. Setelah mendapati pengepungan kota selamam beberapa hari, penduduk mulai mengharapkan bantuan dari sekutu-sekutu mereka di Eropa seperti Venesia dan Genoa. Namun rupanya mereka belum begitu perduli dengan pengepungan di kota Konstantinopel mengingat mereka sendiri sedang dalam keadaan bertikai. Melihat hal itu, Paus Nicholas mengirimkan 3 buah kapal berukuran besar yang berisi bahan makanan, peralatan perang, serta tentara yang terlatih. Tiga kapal ini berlayar pada awal bulan April dan bertemu dengan sebuah kapal di Selat Dardanela yang dibeli oleh raja dari Sisilia yang berisi penuh jagung pada tanggal 19 April. Segera saja pasukan Sultan Mehmed II melakukan pemblokadean terhadap 4 buah kapal ini. Namun saying sekali, pemblokadean tidak berhasil dan ke 4 buah kapal ini berhasil berlabuh dengan selamat di Konstantinopel. Hal ini cukup untuk membngkitkan kembali semangat para warga dan tentara di Konstantinopel, namun juga menyurutkan semngat pasukan Sultan Mehmed II. Dalam satu minggu, Sultan

9

Mehmed II mengalami tiga kali kekalahan. Pertama di darat yang belum berhasil menjebol tembok, di lautan dimana pasukan lautnya belum berhasil memutus rantai yang memblokade selat Tanduk Emas, serta kekalahan yang ketiga dimana ia tidak berhasil mencegah masuknya kapal bantuan yang dikirim oleh paus Nicholas. Usaha untuk menembus pertahanan Konstantinopel terus dilakukan. Hingga kemudian Sultan Mehmed II menemukan sebuah cara, dimana ia tidak lagi memikirkan bagaimana cara untuk memutus rantai yang memblokade selat Tanduk Emas, melainkan akan melewatinya. Sekali lagi ia membuktikan kedisiplinan dan kemampuannya dalam mengorganisir hingga akhirnya ia berhasil membuat jalan dari kayu gelondongan yang dilumuri dengan minyak hewan untuk memindahkan kapalkapalnya melewati Menara Galata melalui Double Columns dan akhirnya mencapai Valley Springs. Hal ini dilakukannya hanya dalam semalam, dan untuk mengelabuhi suara yang mungkin akan timbul, ia memerintahkan untuk lebih intensif dalam menembakkan meriamnya. Sultan Mehmed II terinspirasi oleh kata-kata gurunya dahulu, Syaikh Syamsuddin dimana ia berkata bahwa Konstantinopel akan kalah dengan cara yang tidak seperti biasanya. Mulailah pasukan yang bertahan di tembok pertahanan Konstantinopel menjadi panik karena serangan mulai saat ini terjadi di dua sisi, sisi utara yang dilakukan pasukan darat dan dari sisi selat Tanduk Emas oleh pasukan laut. Untuk menghancurkan serangan laut Turki Ustmani di Selat Tanduk Emas, paskan laut Konstantinopel mengirimkan sepasukan kecil yang terdiri dari dua buah kapal besar dan beberapa kapal kecil yang membawa Greekfire. Namun, pasukan yang terdiri dari Genoa dan Venesia dan dipimpin oleh Giacomo Coco itu, karena terjadi perpecahan dan keserakahan, akhirnya kapal-kapal tersebut dapat dihancurkan oleh pasukan laut Turki. Sekitar 16 Mei, Sultan memerintahkan melakukan penggalian terowongan dibawah tembok pertahanan kota Konstantinopel. Namun, pasukan Konstantin berhasil mengetahuinya dan dengn segera melakukan interogasi terhadap para pekerja yang tertangkap. Hal ini menyebabkan terkuaknya 14 terowongan yang hamper jadi,

10

yang mungkin bila hal ini dibiarkan, akan menjatuhkan kota Konstantinopel dengan lebih cepat. Pada 18 Mei pagi, pasukan bertahan di Konstantinopel dikejutkan lagi dengan kehebatan Sultan Mehmed II, dimana ia berhasil membuat sebuah menara dengan tinggi tiga atau empat tingkat. Menara ini terbuat dari kayu yang didesain sangat kokoh, terla[isi dengan kulit unta yang telah dibasahi untuk mencegah terjadinya pembakaran. Pembuatan menara ini hanya berlangsung selama beberapa jam saja dalam semalam. Oleh karena itulah, pantas sekali bahwa pasukan bertahan Konstantin sangat terkejut dengan adanya hal ini. Tujuan sebenarnya adanya menara ini bukanlah untuk menaiki tembok yang memang tingginya melebihi tembok pertahanan. Namun untuk menjadikan menara berjalan ini sebagai jembatan untuk menyeberangi parit sedalam 10 meter di depan tembok pertahanan. Namun dengan segera, pasukan pertahanan melemparkan drum yang berisi minyak untuk meledakkan menara tersebut dan berhasil. Hingga akhirnya, kedua pasukan yang mulai mengalami kelelahan melakukan titik klimaks untuk mengakhiri peperangan ini. Sultan Mehmed II menyiapkan pasukan terakhirnya. Di kubu Konstantinopel sendiri sedang terjadi perpecahan yang luarbiasa antara Kristen Ortodoks dengan Kristen Romawi sehingga semakin melemahkan pertahanan. Pada 29 Mei, kedua kubu melakukan gesekan terakhirnya. Dimana akhirnya pasukan berhasil memasuki tembok istana sebelah utara yang hanya terdiri dari 50 orang pasukan. Namun pasukan ini berhasil mengibarkan bendera yang semakin melemahkan moral pasukan Konstantin. Satu persatu gerbang akhirnya dapat dibuka oleh pasukan Yeniseri Turki. Kaisar Konstantin akhirnya turun dari kudanya, melepaskan baju kebesarannya dan mulai melakukan penyerangan seperti prajurit biasa yang kemudian ia menghilang dan tak pernah diketemukan lagi. Beberapa petinggi pasukan Konstantiopel akhirnya juga melarikan diri menggunakan kapal ke Venisia. Sphrantzes (dalam Siauw, 2013:253) menyatakan “ kekaisaran kami ditegakkan oleh Flavious Constantine dan berakhir pada Constantine Palaiologos. Dengan kota kami-yang tidak beruntung- sbagai ibukotanya, kekaisaran Romawi

11

(Yunani) ini berakhir setelah 1143 tahun, 10 bulan dan 4 hari. Setelah melakukan pemadaman terhadap pemberontakan, dengan dijaga ketat oleh pasukan Yeniseri untuk menjaga agar kota tidak dijarah dan dirusak, Sultan memasuki kota Konstantin dengan bertahmid, yang kemudian memasuki Aya Sofia, sebuah gereja besar simbol dari Konstantinopel dan segera merubahnya menjadi masjid.

2.2 Peradaban dan Kemajuan Dinasti Usmani 2.2.1 Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan Pada masa keemasannya, sebenarnya kerajaan usmani semata-mata bukanlah karena keunggulan politik para pemimpinnya. Hal tersebut karena keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan karena kekuatan militernya. Kekuatan militer kerajaan usmani diorganisasi dengan baik berawal semenjak terjadi adanya hubungan persenjataan dengan eropa. Pengorganisasian tersebut terdiri dari taktik dan strategi tempur yang baik. Namun setelah kerajaan usmani mencapai keemasannya, tidak lama setelah itu kemiliteran terjadi kekisruhan karena tidak adanya kesadaran prajurit. Namun permasalahan tersebut dapat diatasi pada masa pemerintahan Orkhan dengan cara mengadakan perombakan yang dilakukan secara besar-besaran pada kemiliteran. Pada pembaharuan tersebut Orkhan memasukkan orang-orang bangsa non turki sebagai anggota kemiliteran, selain itu juga membimbing anak-anak yang beragama kristen dalam suasana islam untuk dijadikan prajurit. Perombakan yang dilakukan oleh Orkhan behasil membentuk kemiliteran baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Dan pasukan inilah yang mampu menjadi mesin perang yang paling kuat di kerajaan Usmani dan mampu memberikan dorongan yang besar dalam melakukan penaklukan ke negeri-negeri non muslim.Selain Jenissariada kelompok militer Thaujiah yang merupakan prajurit dari kaum feodal yang dikirim ke pemerintahan pusat. Selain itu Orkhan juga membenahi angkatan laut untuk melakukan perjalanan ekspansi ke Turki Usmani. Turki Usmani pada abad ke 16 mecapai

12

kejayaannya.Karena memiliki kekuatan militer yang sangat kuat, disiplin, dan tangguh, dengan cepat dapat menguasai wilayah Asia, Afrika, maupun Eropa.Selain keberhasilan ekspansi juga terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam struktur pemerintahan sultan merupakan penguasa yang tertinggi, yang dibantu oleh perdana menetri (Shadr al-a’zam) yang diabawahnya terdapat gubernur (pasya) dan dibawah gubernur terdapat beberapa Bupati (al-zanaziq atau al ‘alawiyah) Pada masa Sultan Sulaiman I, disusunnya undang-undang (qanun). Kitab atau undang-undang tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi sebuah pedoman hukum sampai abad 19. Oleh sebab itu Sultan Sulaiman I mendapat tambah gelar Al-Qanuni. Kemajuan-kemajuan dalam bidang militer kerajaan usmani menjadikannya sebagai negara yang disegani pada masa kejayaannya.

2.2.2Bidang Ilmu Pengetahuan Kerajaan Usmani Turki memiliki peradaban yang merupakan perpaduan dari macammacamperadaban, seperti peradaban Persia, Bizantium, dan Arab. Dari peradaban Persia, mereka mengambil ajaran-ajaran mengenai etika, tatakrama dalam istana. Selain itu organisasi pemerintahan banyak yang diserap dari Bizantium, Sedangkan ajaran-ajaran mengenai prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf banyak yang diterima dari bangsa arab. Bangsa Turki Usmani adalah bangsa yang bermiliter, sehingga dalam kegiatannya lebih memfokuskan pada kemiliteran saja sedangkan dalam ilmu pengetahuan mereka kurang memperhatikan. Sehingga dalam khasanah intelektual Islam tidak menemukan seorang Ilmuwan islam yang ada di Turki Usmani.

2.2.3 Bidang Kebudayaan Orang-orang Turki Usmani terkenal dengan bangsa asing yang mudah menerima kebudayaan asing, hal ini mungkin disebabkan karena mereka

13

masih miskin akan kebudayaan dan mereka juga dulu juga berasal dari suku yang nomaden yang hidup di dataran Asia Tengah. Namun Dinasti usmani di Turki mampu membawa peradaban yang maju. Pada abad ke 16, 17, dan 18 banyak munculnya tokoh-tokoh penting. Pada abad ke 17, ada sseorang penyair yang terkenal yaitu nafi’ yang bekerja untuk Murad pasha dengan menghasilkan beberapa hasil karya sastra kaside yang dapat menaruh perhatian hati para sultan. Adapun penulis yang membawa pengaruh persi dalam istana Usmani yaitu Yusuf Nabi. Dia adalah sebagai juru tulis seorang menteri persia dan Ilmu agama. Yusuf Nabi memiliki pengetahuan yang luar biasa dalam puisinya. Dalam bidang kesusastraan melahirkan dua tokoh yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi. Namun Penulis yang paling terkemuka adalah Mustafa bin Abdullah atau yang dikenal dengan Katip Celebi atau Haji Halife. Dia mengahsilkan karya buku yang berjudul Kasyf Az Zunun fi Asma’i Al-Kutub wa Al Funun. Orang kerajaan Usmani banyak menonjol dalam bidang pengembangan seni arsitektur Islam dengan menampakkan bangunan masjid yang Indah. Seperti seorang penyair diwan yang terkenal adalah Muhammad Efat Efendi atau biasa yang dikenal denga Galip Dede atau Galip Syah. Dian membangun Masjid Al-Muhammai atau MasjidAl-fatih, Masjid agung Sulaiman, masjid Ayyub Al-Anshari. Dimana masjid-masjid tersebut banyak dihiasi kaligrafi yang indah. Dimana masjid-masjid tersebut adalah berasal dari gereja. Seperti halnya pada masa Sulaiman dibangun sekolah, rumah sakit, gedung, jembatan, saluran air yang dibangun oleh koordinator sinan seorang ersitektur yang berasal dari Anatolia. Dalam hal seni mengenai arsitektur kerajaan usmani dapat menghasilkan karya-karya yang Indah, sehingga hal inilah yang membedakan peradaban dan kebudayaan dengan daulah islam yang lainnya.

2.2.4 Bidang Keagamaan Dalam orang Turki agama memiliki peranan penting dalam politik dan sosial. Menurut Badri Yatim 1993 memaparkan sebagai berikut.

14

Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan. Ilmu tarekat sangat mengalami kemajuan pada dinasti Usmani. Tarekat yang paling berkembang adalah Bektasyi dan Maulawi. Kedua tarekat tersebut banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tentara Jenissari sering disebut dengan tentara Bektasyi, karena tarekat tersebut banyak memberikan pengaruh kepada tentara Jenissari. Sedangkan tarekat Maulawi banyak mendapatkan dukungan dari kalangan para penguasa. Dalam kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadist tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para pemimpinnya hanyalah menegakkan satu faham atau madzab saja dan menekankan madzab lainnya. Namn Kerajaan Usmani Turki banyak memberikan jasa dalam perluasan wilayah ke Eropa. Pada awalnya tujuan eksapansi adalah ke Eropa Timur yang merupakan daerah yang belum dikuasai oleh islam. Namun banyak dari negeri-negeri yang sudah ditaklukkan melepas diri dari pemerintahan pusat, dan juga banyak diantara mereka banyak yang tidak beragama Islam.

2.3 Runtuhnya Dinasti Usmani Masa Kemunduran Turki Usmani pada akhir kekuasaan Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Usmani berada diantara dua kekuatan yaitu Monarki Austria di Eropa dan kerajaan Shafawi di Asia. Sepeninggalan Sulaiman pada tahun 1566 M, beberapa daerah kekuasaan kesultanan mulai melepaskan diri termasuk juga kebangkitankebangkitan kerajaan Eropa di Barat dan dengan diketemukannya jalur alternatif

15

Eropa ke Asia melemahkan perekonomian Kesultanan Usmani. Sultan AlQanuni diganti oleh Sultan Salim II pada tahun 1566-1573 M. Dimasa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut Kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin oleh Don Juan yang berasal dari Spanyol. Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali. Pada masa Sultan Murad III (1574-1595 M) Kerajaan Usmani pernah berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tibris, ibu kota kerajaan Safawi, menundukan Georgia, mencampuri urusan dakam negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. Denagan kedua daerah penaklukan baru tersebut, Turki Usmani mencapai luas bentangan geografis yang terbesar. Keberhasilan merebut Kaukasus dan Tiflis hanya berakhir singkat. Kedua daerah tersebut berhasil lepas pada tahun 1603, walupun demikian Kesultanan ini tetap menjadi kekuatan ekspansi yang besar sampai kejadian Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha espansi Kesultanan Usmani ke Eropa. Setelah perang ini Turki harus rela kehilangan sebagian besar daerah Balkan dan Laut Hitam akibat perang berkepanjangan. Sesudah Sultan Ahmad I (1603-1617 M) situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (1617-1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak dapat diatasinya, Syaikh Al-Islam, mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M). Pada masa Sultan Ibrahim (1640-1648 M) berkuasa, orang-orang Vinetia melakukan peperangan laut melawan dan mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Pada tahun 1699 M terjadi perjanjian Karlowith yang memaksa sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsbrug. Dan Hemenietz, Podolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Vinetia.

16

Pada tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Usmani di sepanjang pantai Asia Kecil, akan tetapi tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III (1757-1774 M) yang segera mengkonsolidasi kekuatannya. Kelemahan Militer Turki semakin nyata kelihatan ketika terjadi konflik dengan rusia yang telah dimulai sejak 1768 M. Sisitem adminitrasi Utsmani melemah selama beberapa periode, yang menyebabkan hilangnya pengaruh otoritas pemerintahan pusat. Pergantian Sultan Mustafa III adalah Sultan yang lemah. Menurut Amin, Samsul Munir (2010: 206) menyatakan bahwa Pada masa Sultan Hamid (1774-1789 M) di juluki sebagai seorang sultan yang lemah. Pada masa Sultan Hamid mengadakan perjanjian dengan Catherine II dari Rusia yang diberi nama perjanjian Kinarja di Kutcuk Kinarja. Isi perjanjian itu antara lain: 1. Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih. 2. Kerajaan Uamani mengakui kemerdekaan Kirman (Cirimea). Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Usmani pada akhirakir keberadaan Dinasti Turki Usmani. Akhirnya satu per satu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasa kerajaan Usmani memerdekakan diri, bahkan beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak. Di Mesir Dinasti Mamalik akhirnya melepaskan diri di bawah Ali Bey pada tahun 1770 M. Di Libanon da Syiria, Fakhruddin seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai Palestina, dan pada tahun 1610 m merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Di persia Kerajaan Safawi juga mengadakan perlawanan terhadap Usmani. Dan Arabia juga bangkit melepaskan diri dari Usmani dengan aliansi antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan pasukan lokal Ibnu Sa’ud pada abad ke 18 M. Dengan demikian, pembrontakanpemberontakan yang terjadi di Kerajaan Usmani ketika ia sedang mengalami kemunduran, bukan hanya terjadi di daerah-daerah yang tidak beragama Islam seperti di wilayah Eropa Timur, tetapi juga terjadi di daerah-daerah yang berpenduduk muslim. Gerakan-gerakan sparatisme terus berlanjut hingga pada abad ke 19 dan ke 20. Ditambah dengan munculnya gerakan modernisasi politik pada pusat pemerintahan,

17

Kerajaan Usmani akhirnya berakhir dengan berdirinya Rebublik Turki pada tahun 1924 M, dan mengangkat Mustafa Kamal Ataturk sebagai Presiden pertama di Republik Turki. Di dalam perpolitikan turki begitu memiliki pengaruh yang dominan bahkan sebegitu lemahnya Turki hingga digambarkan sebagai “Orang Sakit dari Eropa”. Turki terlibat Perah Dunia I, untuk bergabung bersama Jerman, sebuah pilihan yang salah dan keliru yang mengakibatkan pada kekalahan dan keterpurukan yang lebih dalam. Sedangkan di dalam negeri, kekalahan tersebut membangkitkan gerakan nasionalis Turki yang telah muak dengan kemerosotan moral yang dialami oleh pemimpin mereka. Dipelopori oleh turki muda yang tampil setelah Undangundang Usmani yang tadinya berlandaskan Syuro menjadi model kekuasaan mutlak. Ada faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usman mengalami kemunduran dan akhirnya mengalami kehancuran dan dua faktor yaitu Internal dan Eksternal. Faktor Internal antara lain meliputi: 1. Luasnya wilayah kekuasaan perluasaan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada daerah kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kewalahan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usman menjadi kacau balau. Penguasa Turki Usmani lebih mengutamakan ekspansi, dengan mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah diserang dan direbut oleh musuh sehingga sebagian berusaha melepaskan diri. 2. Ledakan jumlah penduduk perubahan mendasar terjadi pada jumlah penduduk kerajaan. Penduduk Turki pada abad 16 bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Problem kependudukan waktu itu lebih banyak disebabkan oleh tingkat pertambahan penduduk yang sedemikian tinggi dan ditambah dengan menurunnya angka kematian akibat masa damai dan aman yang diciptakan kerajaan serta menurunnya frekuendi penahklukan.

18

3. Heterogenitas penduduk sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan-kerajaan kecil, maka di kerajaan Turki terjadi hetrogenitas penduduk. Dari banyaknya dan ragam penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan hidup mereka. Tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak cakap dalam administrasi pemerintahan di tambah lagi dengan pemimpin-pemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perilaku yang buruk. 4. Kelemahan para penguasa dan sistem demokrasi sepeninggalan Sulaiman, terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki keperibadian dan kepentingan yang tidak baik dalam hal pemerintahan dan tidak paham militer akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi. 5. Budaya Pungli, budaya pungli telah meraja lela sehingga mengakibatkan dekadensi moral terutama di kalangan para penjabat yang sedang merebutkan kekuasaan. 6. Pemberontakan tentara Yenisseri. Kemajuan ekspansi Kerajaan Usman banyak ditentukan oleh kuatnya tentara yenisseri. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini membrontak. Pemberontakan tentara Yenisseri terjadi sebanyak empat kali, yakni pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M. 7. Merosotnya Ekonomi akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot. 8. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi. Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak di imbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi

19

9. menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju. Sedangkan faktor Eksternal yakni: 1. Timbulnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kekuasaan Turki atas mereka bermula dari penaklukan dan penyerbuan. Meskipun Turki telah berbuat sebaik mungkin kepada pihak yang dikuasai, mereka beranggapan bahwa Turki melemah, mereka bangkit untuk melepaskan diri dari cengkraman kerajaan tersebut. 2. Terjadinya kemajuan teknologi barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Sedangkan di Turki terjadi stagnasi ilmu pengetahuan sehingga ketika terjadi kontak senjata antara kekuasaan Turki dengan Eropa, Turki selalu menderita kekalahan karena masih menggunakan senjata tradisional sedangkan Eropa telah menggunakan senjata moderen. 3. Konspirasi Yahudi menjatuhkan Khilafah. Mustafa Kamal Ataturk memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok yahudi, bahkan ia salah seorang dari mereka, sebagaimana dikuatkan oleh anggota lembaga ittihadiyah dan kamaliyah mereka semua mengikuti upacara ritual freemosanry. Karena faktor-faktor tersebut, Turki Usmani menjadi lemah dan kemudian mengalami kemunduran dalam berbagai bidang. Pada periode selanjutnya di masa moderen, kelemahan Kerajaan Usmani ini menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segansegan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, terutama di Timur Tenggah dan Afrika Utara.

20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan Berdidiri dari bangsa Turki ini berasal dari Kabilah Oghus, mendiami daerah Mongol daerah utara China, pindah ke Turkistan, Persia, dan Irak. Perpindah dan memesuki Agama Islam abad 9-10 M. Mendapat tekanan dari orang Mongol, melarikan diri ke arah baratnya, dan berlindung kepada saudaranya yaitu orang Turki Saljuk. Pada saat dipimpin oleh Ertogul, mengabdi kepada sultan Alaudin II. Berkat atas jasanya yang telah membantu kemenangan kerajaaan Turky Saljuk mereka diberikan sebidang tanah. Kotanya adalah Syuhud, pemimpin-pemimpin kerjaan Usmani selalu mengembangkan wilayahnya dan memperluas kekuasaannya. Pada masa keemasannya, sebenarnya kerajaan usmani semata-mata bukanlah karena keunggulan politik para pemimpinnya. Hal tersebut karena keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan karena kekuatan militernya. Kerajaan Usmani Turki memiliki peradaban yang merupakan perpaduan dari macam-macamperadaban, seperti peradaban Persia, Bizantium, dan Arab. Orang-orang Turki Usmani terkenal dengan bangsa asing yang mudah menerima kebudayaan asing. Luasnya wilayah kekuasaan perluasaan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada daerah kerajaan Usmani, ledakan jumlah penduduk perubahan mendasar terjadi pada jumlah penduduk kerajaan. Heterogenitas penduduk sebagai kerajaan besar. Kelemahan para penguasa dan sistem demokrasi sepeninggalan Sulaiman, Budaya Pungli, pemberontakan tentara Yenisseri, merosotnya Ekonomi akibat peperangan, terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.

21

3.2 Saran Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempruna. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

22

DAFTAR RUJUKAN

Amin,S.M. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH Siauw, F.Y. 2013. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta : Alfatih Press Yatim, B. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

23

Related Documents


More Documents from ""