Sejarah Dinasti Cina

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sejarah Dinasti Cina as PDF for free.

More details

  • Words: 5,613
  • Pages: 18
Sekilas Sejarah Dinasti Cina1 Cin Pratipa Hapsarin

Berikut adalah sepintas gambaran dinasti yang pernah berkuasa dalam sejarah Cina.

DINASTI

PERIODE

Prehistori

1.7 juta tahun - 21 SM.

21 - 16 SM Terdapat 17 orang raja dalam Dinasti Xia yang terdiri dari 14 generasi. Pada masa ini ditemukan tembikar dan beberapa bahan lain yang menunjukkan cikal bakal aksara Cina modern. Sistem perbudakan dikenal sementara model kekaisaran ini kelak digunakan sebagai asas dinasti-dinasti selanjutnya. Satu legenda yang terkenal dari jaman ini adalah kisah Raja Jie yang terpana oleh kecantikan Mei Xi, puteri Raja muda setempat, Youshi. Dinasti Xia (Hsia)

1

Dalam cerita dikatakan bahwa sebelumnya Raja Jie hampir menghukum Youshi (ayah Mei Xi) yang kurang memberi upeti. Untuk menyiasati hal tersebut Youshi mengirim anaknya Mei Xi dan meminta anaknya untuk menggerogoti kekuatan Jie. Setelah Jie dan Mei Xi menikah, Mei Xi meminta banyak hal dan semua dituruti oleh Jie. Salah satu pembangunan yang terbesar adalah Istana Miring. Ketika permintaan tak ada habisnya, Jie memilih untuk mendapatkan tambahan dana dari wilayah sekitar. Atas petunjuk Zhao Liang, salah satu mentrinya, disusunlah rencana untuk menawan pangeran dari wilayah kaya Shang, Cheng Tang. Rencana berhasil dan pembangunan terus dilaksanakan.

Dikutip dari http://www.travelchinaguide.com/intro/history; http://budaya-tionghoa.org, http://logon.org; http://www.ccg.org bagian Mistisisme Bab 8 Asia Timur-Cina; dan Jepun dan berbagai sumber lainnya.

Pada suatu saat ketika Cheng Tang berhasil memperkuat kerajaannya, atas saran Yi Yin dari klan Youxin, ia menyerang Xia dan menjatuhkan Jie dengan bantuan rakyat. Jie kemudian ditangkap dan dipenjara di Nanchao sampai akhirnya tiga tahun kemudian ia wafat.

16 - 11 SM. Terdiri dari 31 raja dan 17 generasi. Shang adalah nama suku yang mendiami salah satu bagian Sungai Huang He, yang merupakan bagian dari Xia Dinasti.

Dinasti Shang

Pada masa ini penggunaan perunggu sebagai bahan kerajinan telah membangkitkan gairah perekonomian (dan satu yang terbesar adalah bejana perunggu kaki empat simuwu dengan berat 732,84 kg dan dianggap bejana terbesar di dunia). Sehingga pada masa Tang ini bukan hanya teknologi pertanian yang maju pesat tetapi juga bidang-bidang lain secara menyeluruh, seperti sosial, politik maupun kesenian dan budaya. Sayangnya kemajuan itu terganggu dengan penyerbuan suku sekitar dan hal tersebut menyebabkan Shang harus berpindahpindah ibu kota (sebanyak lima kali). Dinasti ini meninggalkan bukti tertulis kuat akan eksistensinya.

Zhou adalah negri di daerah perbatasan yang sangat maju. Ketika Ji Fa (Raja Wu) menjadi raja menggantikan ayahnya, Raja Wen yang wafat, ia memutuskan untuk menyerang Di Xin (raja terakhir Shang). Tentara Shang yang saat itu banyak menderita karena kebijakan Di Xin pada akhirnya berbalik mendukung Wu. Di Xin kemudian bunuh diri dan berdirilah Zhou Dinasti. Dinasti Zhou (Chou)

Secara tradisional Dinasti Zhou terbagi menjadi dua periode: a.

Masa Zhou Barat, beribukota di Houjing, berkuasa hingga tahun 711 SM.

b.

Masa Dinasti Zhou Timur yang memindahkan ibu kota ke bagian timur (sekarang Kota Luoyang). Pada jaman ini Zhou Timur mengalami dua masa penting lagi, yakni Ø Chun Qiu, Spring and Autumn Period atau Jaman Musim Semi dan Rontok (770-476 SM).

Ø dan Jaman Zhan Guo, Warring States Period atau Masa Perang Antar Negeri (475-221 M). Dinasti Zhou memerintah kurang lebih 800 tahun dan terkenal karena pencapaiannya dalam bidang filosofis dan kerap disebut Masa Seratus Aliran Pikiran. Pada masa ini lahirlah para filosof yang terkemuka, seperti misalnya: Lao Zi, Kong Zi (Confucius), Meng Zi (Mencius), dan lain sebagainya. Selain ketiga ahli filsafat terkemuka tersebut, terdapat pula aliran filsafat yang cukup penting, yakni legalisme (Fajia) yang akan berperanan penting terhadap penyatuan Tiongkok di bawah Dinasti Qin.

221 - 206 SM Dari jaman “Perang Antar Negeri” yang berlangsung dari tahun 475 – 221 SM, Qin menjadi satu dari tujuh Negara bagian terkuat (mereka adalah Han, Wei, Zhao, Qin, Chu, Yan, dan Qi) dan Ying Zheng atau Qin Shihuangdi adalah pemimpin pertama Qin. Antara tahun 230 – 221 SM Zheng memulai usaha untuk menaklukkan seluruh Cina dan ketika usahanya ini berhasil ia mendirikan dinasti baru sebagai ganti Dinasti Zhou.

Dinasti Qin (Tsin atau Ch’i)

Zheng menggelari dirinya sebagai Qin Shihuangdi yang berarti “Kaisar Pertama dari Dinasti Qin”, dengan demikian ia adalah raja pertama yang menobatkan dirinya sebagai Kaisar (tidak lagi sekedar raja), yang akan diikuti oleh seluruh generasi dinasti di bawahnya bahkan hingga dinasti terakhir di Cina, Qing Dinasti. Pada masa pemerintahannya ini, Qin Shihuangdi berhasil membentuk satu pemerintahan pusat yang kuat yang mengontrol 36 provinsi yang dihubungkan dengan jalan raya sepanjang 7500 km dan berhasil membuat terusan yang menghubungkan sungai Huang He, Huai He dan Chang Ciang. Selain itu ia juga membangun tembok raksasa yang membentang sepanjang 3000 km yang berfungsi untuk menghalau serangan bangsa-bangsa utara. Standarisasi ukuran maupun huruf juga diberlakukan pada masa ini dan satu sistem penulisan huruf Mandarin yang dibuat pada masa itu akhirnya tetap dikenal hingga hari ini.

Qin Dinasti adalah penganut Fajia (legalisme) Shang Yang.2 Boleh jadi kebijakan Qin berasal dari kebijaksanaan Shang Yang yang telah dimodifikasi. Kebijakan Shang Yang itu meliputi: 1.

Menghapus gelar bangsawan secara waris. Hanya orang yang mendapat jasa dalam perang berhak memperoleh gelar kebangsawanan sementara anak cucunya tidak dapat mewarisi. 2. Menetapkan pangkat militer dan hadiah atas jasa mereka, sehingga kemampuan militer meningkat drastis. 3. Melarang terciptanya keluarga besar (bila didapati dua kepala keluarga dalam satu keluarga maka keluarga itu harus membayar pajak ganda). 4. Menata administrasi pemerintahan, mengumpulkan kota kecil menjadi 31 kabupaten dan menetapkan pejabat untuk menjalankan kebijakan pemerintah pusat. 5. Otonomi daerah. Membagi penghuni di tiap daerah menjadi kelompok-kelompok dan masing-masing memiliki maupun memilih sendiri ketua kelompoknya. 6. Landreform. Rakyat mempunyai kepemilikan yang sah dari lahan yang dibuka, dengan cara demikian pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan rakyatpun bertambah. 7. Merangsang kompetisi produksi, yakni dengan jalan memberi hadiah kepada petani yang sukses dan menghukum mereka yang panennya gagal atau kurang. 8. Mendirikan ibukota baru di Xianyang yang lebih strategis secara geografis. 9. Menyatukan segala macam ukuran, antara lain ukuran satuan panjang, ukuran kereta, lebar jalan raya, dan lain sebagainya, agar memiliki standar yang tetap. 10. Menetapkan undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya (jika putra mahkota melanggar hukum, bukan hanya dia yang akan dihukum namun juga guru yang mengajarnya).

2

Shang Yang mengatakan bahwa manusia memiliki bakat atau kecenderungan jahat, oleh karena itu ia harus dipimpin dengan cara-cara keras. Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu, oleh karena itu disiplin dan mekanisme kontrol benar-benar harus diperhatikan. Reformasi Shang Yang ini sebenarnya di terapkan pada masa Qin Shiaugong, sebelum masa Qin Shihhuang (bahkan setelah Qin Shiaugong meninggal, Shang Yang dicincang sampai mati oleh para bangsawan yang membencinya karena mereka kehilangan eksklusivitas setelah penerapan sistim ketatanegaraan yang baru). Sepuluh tahun setelah reformasi Shang Yang, Qin berubah dari negara yang lemah menjadi negara yang kuat. Kira-kira seabad kemudian barulah Ying Zheng lahir.

Pada suatu masa, Qin Shihuangdi pernah memerintahkan agar buku karya para filsafat jaman sebelumnya dibakar dan mereka yang menolak perintah ini dibakar hidup-hidup. Adapun alasan pembakaran ini adalah untuk menjaga stabilitas dan mencegah berkembangnya kritik yang dilancarkan oleh kaum Rujia (Konfusian) yang telah dimanfaatkan oleh bangsawanbangsawan lama maupun musuh politik Zheng.3 Masa itu keturunan bangsawan dan kerabat raja-raja dari enam negara yang dikalahkan, terus berusaha membunuh dan menjatuhkan Qin Shihuangdi. Mereka mencari satria untuk menghadang Zheng juga mendekati para sarjana terutama aliran Konfusianis. Karena banyak dari mereka yang belum terbiasa hidup dalam pola hidup yang disiplin sesuai undang-undang Qin maka banyak dari aliran ini yang menulis kritikan yang tidak membangun dan mencela kebijaksanaan Qin. Mereka menolak penerapan sistim baru yang membongkar habis pola pikir feodal dan menuntut kembali pada pola kekaisaran tempo dulu. Selain itu sikap keras Qin Shihuangdi ini sendiri sebenarnya dipicu dari kenyataan bahwa para Rujia itu terlalu sering bertentangan dengan sesamanya sendiri dan tidak mengindahkan yang lain.4 Karena kebijakannya itu, Qin Shihuangdi kerap dianggap sebagai tiran.5 Setelah Zheng wafat pada tahun 210 SM, Li Si - penasehat kaisar yang bekerja sama dengan Zhao Gao sang kasim kepala, merekayasa agar putera kedua raja, yang bernama Hu Hai naik tahta dan bergelar Er Shihuangdi (Kaisar Kedua). Pada masa itu pajak naik dan kesejahteraan rakyat menurun drastis. Tak lama iapun dijatuhkan oleh Liu Bang yang segera mendirikan dinasti baru.

Dinasti Han

3

Han Barat (206 SM - 24 M)

Setelah mengusai satu wilayah, raja-raja terdahulu biasanya akan membagikan daerah kekuasaan barunya itu kepada sanak famili dan para bangsawan, namun tidak demikian halnya dengan Qin Shihhuang. Struktur negara pun diringkas menjadi tiga perdana menteri dan sembilan menteri. Dengan demikian Zheng mengubah sistem feodalisme istana menjadi sistem ketatanegaraan. Zheng juga kerap melakukan perjalanan peninjauan dan pengawasan pembangunan negaranya, dia bahkah meninggal dalam perjalanan tugasnya dan rupanya hal ini tidak menyenangkan banyak pihak, terutama mereka yang feodal. 4 Misalkan saja pada waktu Qin Shihuangdi ingin mengadakan upacara Feng Shan (upacara legitimasi sebagai Kaisar oleh para leluhur) di Gunung Tai, ternyata para Rujia tidak mengetahui tata cara upacara tersebut dan mereka justru bertengkar meributkan tata cara itu. Kasus yang sama juga menimpa Han Wudi. 5 Sangat masuk akal karena pada masa-masa setelah itu hegemoni berada di tangan kaum Rujia atau para Konfusian dan mereka inilah yang membuat catatan sejarah.

Han Timur (25 - 220) Liu Bang kemudian berhasil naik tahta dan mendirikan dinasti baru yang bernama Han (206 SM – 221 M) dan bergelar Han Gaozu (206-195 SM).6 Karena mewarisi kekacauan dari Qin, Kaisar Han Gao-di membuat program ‘Wen Jing’. Pajak rakyat diringankan, hukuman ditekan seminimal mungkin dan produksi ditingkatkan sesuai keahlian masing-masing. Oleh sebab itu di bawah dinasti ini, Cina mencapai banyak kemajuan dalam banyak bidang seni dan sains (penemuan kertas dari bambu pada masa ini tampaknya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan). Selain itu hubungan jalur Barat dan Timur yang dikenal dengan jalur sutera terbuka.7 Penemuan penting dalam bidang teknologi lainnya adalah seismograf oleh Zhang Heng (78 – 139 M) yang dapat menghitung kekuatan gempa serta daerah arah asalnya. Pada masa ini Konfusianisme menjadi agama ‘negara’ ketika Budha masih berada di awal perkembangannya di Cina. Sayangnya, Dinasti Han tidak terorganisir dengan baik seperti Dinasti Qin. Praktek korupsi dan perpecahan terus berlanjut. Satu yang terpenting, Dinasti ini juga berhasil menumbuhkan kebanggaan akan nasionaliti mereka. Identitas Cina sebagai Han berawal pada masa ini.

220 – 280 Jaman Tiga Kerajaan (San Guo)

6

Di masa akhirnya Dinasti Han diperintah oleh kaisar yang lemah. Pemberontakan pun pecah, yang terbesar adalah Pemberontakan Topi Kuning (Huang Qin), yang dipimpin tiga bersaudara Zhang. Akhirnya klan Cao mengkudeta kaisar Han

Dinasti ini sempat terputus oleh kudeta dari Wang Mang, yang mendirikan Dinasti Xin, tetapi Guang Wudi berhasil merestorasi kembali Dinasti Han. Oleh sebab itu Dinasti Han sebelum pemberontakan Wang Mang disebut dengan Dinasti Han Barat (beribu kota di Chang an) dan Dinasti Han sesudahnya disebut dengan Han Timur (beribu kota di Luoyang). 7 Hubungan ini berawal dari ekspedisi yang dipimpin Zhang Qian (utusan Han Wudi), awalnya bertujuan untuk menjalin persekutuan dengan negara lainnya dalam menghadapi serangan bangsa barbar (Xiongnu). Walau gagal, Zhang Qian berhasil mencapai Baktria dan Ferghana (Turkestan modern). Ia kembali dengan membawa informasi mengenai Asia Tengah maupun Romawi. Tahun 104, 102, dan 42 SM, tentara Cina melintasi Pegunungan Pamir, mencapai Ferghana serta bekas Kerajaan Yunani. DI sana mereka mengalahkan pasukan Xiongnu dan Romawi. Perjalanan inilah yang pada akhirnya membuka jalur perdagangan Barat-Timur. Jalur Sutera menjadi ramai dan ibu kota Han penuh dengan pedagang Barat dan barang-barang mewah yang berasal dari sana.

terakhir, Han Xiandi (189-220). Ia berhasil merebut kekuasaan dan mendirikan Kerajaan Wei. Tindakan kudeta membuat Liu Bei, seorang keturunan Dinasti Han, merasa perlu untuk meneruskan kelangsungan Dinasti Han. Maka ia pun mendirikan kerajaan Shu-Han. Seorang jenderal yang juga mengangkat dirinya sebagai kaisar adalah Sun Quan. Kerajaannya dikenal dengan nama Wu. Tahun 264 M Kerajaan Wei terjatuh ke tangan seorang menterinya yang bernama Sima Yan. Ia merebut kekuasaan dari Kaisar Wei terakhir dan mendirikan Dinasti Jin.

Dinasti Jin

Dinasti Selatan dan Utara

Sima Yan menaklukkan kedua kerajaan lain dan menyatukan Cina kembali. Pada masa ini sebuah perpustakaan di Luoyang yang beris lebih dari 30.000 jilid buku dibangun. Selain itu peta dengan sistem rasio yang dibuat dengan perhitungan garis lintang dan bujur dibuat oleh Pei Xiu. Masa ini terbagi menjadi dua periode, yakni Jin Barat (265 - 316) dan Jin Timur (317 – 420).

Tak lama Jin pun runtuh. Cina kembali pecah dan masuk dalam masa rawan. Sisa-sisa Dinasti Jin yang sempat melarikan diri diri ke selatan karna serangan bangsa bar-bar di utara (kemudian disebut dengan Jin Timur). Sementara peperangan di utara dimenangkan oleh Wei Utara (386-534). Karena terbagi menjadi dua maka jaman ini disebut jaman Dinasti Utara (386 - 581)Selatan (420 - 589). Pada masa ini Zu Chongzhi (429-500) seorang ilmuwan dari Dinasti Selatan menemukan perhitungan nilai phi (yakni nilai antara 3,1415926 dan 3,1415927).

581 – 618

Dinasti Sui

Dinasti Sui (581-618) didirikan oleh Yang Jian dengan gelarnya Sui Wendi (581-604). Ditangannya ia berhasil memulihkan keadaan dan sempat membangun peningkatan pertanian. Sayangnya penggantinya, Sui Yangdi (604 - 617) tidaklah cakap mengendalikan pemerintahan. Dinasti ini meneruskan pembuatan terusan yang menghubungkan Utara-Selatan yang sudah dimulai oleh

pendahulunya, Sui Wendi, yang panjangnya mencapai 2000 km. Ia juga sempat membangun ibu kota kedua di Luoyang dengan biaya tinggi dan kemewahan yang serba. Istana seluas 155 km2 itu dilengkapi dengan taman, danau buatan dan daun serta bunga dari sutra jika musim dingin tiba. Dinasti ini jatuh karena kegagalan menaklukan Korea yang telah menghabiskan biaya besar juga karena meluapnya Sungai Huanghe. Penderitaan membuat kerusuhan menjadi marak hingga akhirnya Li Yuan seorang tokoh militer dari Utara menaklukkan ibu kota Chang-an. Kaisar akhirnya melarikan diri ke Selatan. Di sana ia dicekik sampai mati oleh anak seorang pegawai yang pernah dipermalukannya. Li Yuan sempat mengangkat cucu Yang Di menjadi kaisar tetapi tak lama setelah itu diturunkan digantikan oleh dirinya sendiri. Dinasti Tang pun berdiri menggantikan Sui.

618 – 907 Li Yuan memimpin dan segera digantikan puteranya, Li Shimin, yang bergelar Kaisar Tang Taizong (626 - 649). Cina menjadi adikuasa di bawah pemerintahan Taizong. Kaisar ini berhasil mengkonsolidasikan kekuatan militer dan kecerdasan diplomasinya, hingga ia berhasil melumpuhan kekuatan suku suku Turki Timur dan menguasai Ordos dan Mongolia Dalam.

Dinasti Tang

Selain itu selama berlangsungnya Dinasti Tang, sistem administrasi Cina didirikan. Sistem ujian negara dan pembentukan propinsi (yang diperintah dengan persetujuan administrator dan selanjutnya dibagi dalam 300 administratif dan 1500 kabupaten) adalah produk kebijakan dinasti ini, dan tetap digunakan hingga masa Dinasti terakhir Cina. Perkembangan di bidang budaya, seni, ilmu dan agama yang sebelumnya tidak dikenal dalam proses internasionalisasi Cina, melalui pedagang asing yang tidak hanya membawa barang dagangan tetapi juga mendirikan sekolah baru untuk belajar. Pengaruh “Pax Sinica” meluas di sepanjang Asia Timur: di utara, Mongolia pertama kali diperintah oleh Cina, di selatan, Vietnam-Annam juga jadi protektorat Tiongkok. Di timur, Korea dan Jepang juga mendapat pengaruh dari Cina.

Seluruhnya mengakui supremasi kebudayaan dan peradaban Cina (Wibowo, 2004: 12-13).8 Agama Budha menjadi agama resmi dan menyebar hingga ke seluruh kawasan Asia Tenggara (masa ini juga terkenal karena perjalanan yang dilakukan Bhiksu Xuanzang yang mengambil Tripitaka di India dan hal itu membuat Xuanzang disebut Marcopolo Cina). Agama Islam dan Kristen Nestorian juga masuk secara berkala. Islam mulai masuk Cina, ditengarai melalui perjanjian dengan misi Islam yang terjadi pada tahun 651 (Weiming, 2003: xxiii). Namun kekaisaran setelah Taizong benar-benar lemah. Bahkan setelah kematian penggantinya, Gaozong, kekaisaran sempat dikuasai oleh selir Gaozong yang bernama Wu Zetian. Atas nama Gaozong, Wu Zetian mengangkat Zhongzong dan Ruizong sebagai kaisar boneka. Setelah itu Wu Zetian mengangkat dirinya sendiri menjadi Kaisar dan dinastinya disebut Zhou. Namun karena pemerintahannya tidak didukung oleh kebijakan yang baik, Wu pun kemudian turun tahta. Kaisar Tang selanjutnya, Xuanzong (712 - 756), kembali menghidupkan kebudayaan Tang. Namun akhirnya dinasti ini benar-benar runtuh setelah An Lushan melakukan pemberontakan pada masa pemerintahan dua kaisar, yakni Suzong (756 - 762) dan Daizong (762 - 779). Kelemahan ini dimanfaarkan Tibet yang mulai menyerang sejak tahun 777. Satu yang terkuat dan menghancurkan Tang adalah Zhu Wen, seorang gubernur yang berhasil membunuh Kaisar Zhaozong (888 - 904). Ia mengangkat anaknya yang kesembilan, Aidi (904 - 907) sebagai kaisar boneka, sebelum ia sendiri naik menjadi kaisar dan memproklamasikan Dinasti Liang.

Jaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara

8

Selama periode berikutnya, Cina kembali mengalami perpecahan dan kekacauan. Lima dinasti secara berturut-turut berkuasa di utara: Liang Akhir (907 - 923), Tang Akhir (923 936), Jin Akhir (936 - 946), Han Akhir (947 - 951), dan Zhou Akhir (951 - 960), sementara itu di selatan terdapat sepuluh kerajaan (902 - 979).

Korea dan Jepang mulai menggunakan karakter Han sebagai bahasa tulis mereka. Feodalisme Korea dan Jepang juga mencontoh sistem kekaisaran Tang. Di selatan, pengaruhnya begitu kuat sehingga mereka tidak lagi menganggap diri sebagai Han, melainkan sebagai Tang.

Seorang jenderal dari Dinasti Zhou Akhir, Zhao Kuangyin, berhasil mempersatukan Cina dan mendirikan Dinasti Song. Gelarnya adalah Song Taizu (960 - 976). Sejarah menceritakan jika ia telah dipaksa para prajuritnya untuk mengenakan jubah kekaisaran serta menjadi penguasa baru. Setelah menjadi kaisar, karena merasa khawatir para anak buahnya memberontak terhadap dirinya, ia kemudian membujuk mereka agar mengundurkan diri secara sukarela. Iapun berhasil menghapuskan kekuasaan para gubernur militer setempat, sehingga politik menjadi lebih stabil. Dinasti ini terbagi menjadi dua, yakni Song Utara (960 - 1126) dan Song Selatan (1126 - 1279). Dinasti Song (Sung)

Dinasti Song membawa pada Cina apa yang disebut sebagai revolusi perdagangan. Salah satunya adalah memperkenalkan uang kertas, yang digunakan dalam perdagangan (pada masa ini uang kertas pertama kali diberlakukan, menggantikan logam dan dicetak di Chengdu, Sichuan, tahun 1024). Kota berkembang sangat cepat, ke arah yang lebih besar seperti keadaan yang juga sedang terjadi di Eropa pada saat yang sama. Revolusi perdagangan meluas ke daerah luar kota dimana teknik pertanian diperkenalkan. Sementara keberhasilan lainnya adalah pembuatan jam bertenaga air pada tahun 1090 di Kaifeng, serta penemuan teknik mencetak 500 tahun sebelum Gutenberg. Konsep Neo-Konfusianisme mulai berkembang (Lih. Pengantar Penerbit Sufi dari Cina, 2003: xix).

916 --- 1125 dan 1115 --- 1234

Dinasti Liao dan Jin

Pada saat yang bersamaan dengan Dinasti Song, di Utara berdirilah Kerajaan Liao dan Jin yang berasal dari suku semi nomadik Manchuria. Karena merasa terancam oleh Liao maka Song kemudian bersekutu dengan Suku Jin (Jurchen) untuk mengalahkan Liao. Namun akhirnya Song benar-benar dikalahkan Jin, setelah kedunya berhasil menaklukan Liao. Tahun 1127 Jin menyerbu dan menaklukkan Kaifeng, ibu kota Dinasti Song Utara. Mereka juga berhasil menawan Kaisar Huizong serta Qinzong dan akhirnya mengakhiri kepemerintahan Song Utara. Mengenai Song Selatan, pemerintahan berhasil diselamatkan Zhao Gou. Ia memindahkan ibu kota ke Hangzhou di selatan setelah Kaifeng jatuh ke Bangsa Jin. Gelarnya adalah Gaozong

(1127 - 1162). Untuk menyelamatkan Song Selatan dari tekanan Jin, Zhao Gou menjadi daerah bawahan Jin. Untuk itu ia harus memberi upeti 500.000 unit sutra dan perak. Xiaozong (1163 1190) pengganti Gaozong tampaknya berhasil membawa Cina memasuki masa arung samudera.9 Penemuan kompas (1119) nampaknya telah mendorong semangat berlayar itu. Sayangnya prestasi itu dibarengi dengan naiknya kekuatan Mongol di utara yang pada gilirannya kemudian berhasil menjatuhkan dinasti ini.10

1271 --- 1368 Ekspansi yang paling menakutkan dan tidak diakui sebagai bagian dari “Pax Sinica”. Dinasti ini menundukkan Jin dan Song Selatan. Peperangan dengan Song Selatan adalah pertempuran pertama dengan senjata api. Selepas pitu dinasti ini dikenal dengan sebuatan “Pax Mongolica”. Pada masa ini Marco Polo membuat banyak catatan sebagai utusan – duta Khan dan sempat tinggal beberapa waktu lamanya. Dinasti Yuan (Mongol)

9

Genghis Khan merebut Beijing (bukan Ibukota Cina) tahun 1215. Untuk beberapa dekade secara administratif pemerintahan diserahkan pada dinasti Song. Selama waktu itu perluasan wilayah terus dilaksanakan. Cucu Genghis Khan, Kublai Khan akhirnya menaklukkan Cina di tahun 1279, termasuk kerajaan Yunnan Thai di Nanchao. Meskipun Kublai Khan menaklukan Cina di tahun 1279, Dinasti Yuan didirikan Kublai Khan tahun 1271 sampai 1368. Dibawah kekuasaannya, Kublai Khan memperluas daerah jajahan ke wilayah barat, tepatnya sampai ke Moskow dan Baghdad.

Ilmu navigasi dan pembuatan kapal mencapai puncaknya. Kapasitas kapal Cina saat itu berkisar antara 200 - 600 ton. Salah satu kapal Song yang ditemukan kembali, panjangnya mencapai 40 m dan lebarnya kurang lebih 10 m. 10 Awalnya Mongol adalah taklukan Jin, tapi akhirnya mereka berhasil mendirikan kerajaan sendiri. Genghis Khan membawa Mongol merebut Xianyang, yang menjadi benteng pertahanan utama Song. Hal itu terjadi pada masa Duzong (1265 - 1274) selanjutnya pengganti Duzong: Gongzong (1275), Duanzong (1276 - 1278), dan Bingdi (1279), menghabiskan hidup mereka dalam pelarian dan kejaran pasukan Mongol. Pada tahun 1279, sisa dinasti Song berlari hingga menuju laut. Namun pasukan Mongol berhasil mengepung mereka dan ketika dirasa tidak lagi ada harapan, salah satu menteri yang mengiringi keluarga tersebut, Lo Shiufa, memeluk Bingdi, keduanya menceburkan diri ke laut.

Pada masa-masa penaklukan, Islam Cina berkembang cukup pesat. Ini karena tentara Mongol terdiri dari berbagai kalangan suku, diantaranya adalah beberapa kelompok Muslim yang kemudian berhasil membangun diri menjadi komunitas yang solid. Penempatan para prajurit diseluruh kawasan Cina ruparupanya mendukung persebaran tersebut. Kelompok ini secara sosial berada di bawah bangsa Mongol namun demikian berada di atas Han dan hal tersebut memang dengan sengaja dibuat. Keuntungan penyekatan sekaligus pemberian tempat kepada kelompok ini adalah untuk membatasi aktifitas kaum Han dan upaya menahan pemberontakan mereka. Mongol menyusun pemerintahan Cina dengan cara memiliterisasikannya. Banyak keputusan penting dibuat menggunakan asas kebudayaan Cina sehingga tidak dapat dibedakan dengan Cina sebenarnya, kecuali bahwa pada waktu itu seluruh Orang Cina wajib membayar pajak sementara sisanya, dibebaskan. Peristiwa terpenting pada jaman ini antara lain pembangunan perpanjangan terusan yang telah dibangun oleh Kaisar Sui Yangdi, untuk memudahkan pengiriman gandum dari selatan ke ibu kota mereka dan upaya penyerangan ke Jawa dan Jepang.11 Kubilai Khan digantikan oleh cucunya Temur Oljeitu (1294 1307). Perjanjian dengan Jepang ditandatangani pada masa itu. Setelah digantikan Toghon Temur (1333 - 1368), bencana alam seperti banjir dan wabah penyakit sampar turut melemahkan keadaan. Pemberontakan terjadi di mana-mana dan yang terkuat adalah Zhu Yuanzhang. Ia berhasil merebut Dadu, ibu kota Dinasti Yuan tahun 1368 dan berakhirlah sejarah Dinasti Yuan.

1368 --- 1644

Dinasti Ming

11

Setelah mengusir Mongol, Zhu Yuanzhang menobatkan dirinya sebagai kaisar dengan gelar Ming Daizhu (1368 - 1398). Cina di bawah Dinasti Ming awal tidak terpencil. Perdagangan luar negeri dan hubungan-hubungan dengan bagian-bagian lain di dunia, khususnya dengan Jepang bertambah. Pedagangpedagang Cina juga menjelajah kesemua Lautan Hindi dan tiba

Waktu itu seluruh armadan tenggelam di laut Jepang karena dihantam taifun yang tiap tahun menerpa Jepang pada bulan Juli.

di Afrika Timur dengan pelayaran Zheng He, yang berada di bawah mandat Kaisar Yong Le.12 Sistem pemerintahan Ganda didirikan, dengan Beijing dibagian utara dan Nanjing dibagian selatan. Bandar-bandar di kota itu mendorong pertumbuhan industri swasta, khususnya industri skala kecil seperti kertas, sutera, kapas, dan porselin. Dengan demikian banyak pusat bandar yang agak kecil dengan pasarpasar berdiri di seluruh negara. Namun berbanding terbalik dengan dinasti Song dan Yuan, Ming di bawah Zhu Yuanzhang atau (Hong-wu) tampaknya lebih tertarik mengembangkan sektor pertanian daripada perdagangan (potensi Cina selatan dikelola, akibatnya berbagai jenis tanaman baru berkembang meluas dan industri-industri seperti porselen dan tekstil berkembang maju). Kepemilikan tanah segera direstrukturisasi. Kepemilikan pribadi dilarang. Ladang besar dirampas kerajaan dan kemudian disewakan. Karena sistem tersebut, setelah Yong Le tiada, banyak petani memiliki tanah pertanian sendiri dan hal tersebut rupanya membuka jalan untuk menghapuskan kemiskinan karena perang terus menerus yang terjadi pada masa sebelumnya. Selain itu penempatan pedagang dan para tukang di bawah undang-undang anti-swasta membuat sektor niaga Cina benar-benar merosot. Pada masa ini pula setelah jumlah penduduk menyusut selama periode pemerintahan Mongol, pertambahan segera terjadi dan pembagian kerja menjadi lebih rumit.

12

Yongle digantikan oleh putera tertuanya Hongxi (1425), yang hanya memerintah setahun, namun ia memiliki rasa ketertarikan pada astronomi. Ia telah berhasil mengenali bintik matahari, jauh sebelum bangsa Barat mengenalnya. Kaisar Dinasti Ming yang terkenal berikutnya adalah Wanli (1573 - 1620). 13 Walau demikian keruntuhan Dinasti ini kelak dianggap menyebabkan komunitas Islam Cina menderita baik dari segi politik atau sosial. Dinasti selanjutnya, Manchu disebut-sebut telah bersikap tidak adil dan melakukan penindasan terhadap Islam. Antara lain dengan melarang orang Islam menunaikan Haji, melarang orang Islam membangun Masjid serta melarang para ulama luar memasuki negara China .Selain itu, Dinasti Manchu juga melaksanakan dasar 'pecah dan perintah'. Mereka sentiasa berlaku tidak adil dengan memihak kepada orang Cina bukan Islam ketika berlaku pertelingkahan antara orang Islam dan bukan Islam. Inilah yang mengakibatkan kebangkitan orang Islam menentang kerajaan Dinasti Manchu (http://suarajumaat.kym.edu.my/ suarajumaat/sanasini.html). 14 Kaisar Dinasti Ming terakhir adalah Chongzhen (1628 - 1644), pada jamannya terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Li Zicheng. Ia berhasil merebut Beijing, ibukota Dinasti Ming pada Bulan April 1644, menyatakan dirinya sebagai kaisar dan mendirikan Dinasti Xun. Kaisar Chongzhen bunuh diri dengan cara menggantung diri dan pada saat yang sama dengan kematiannya, berakhir pulalah Dinasti Ming. Jenderal Wu Sangui yang ditugaskan menjaga perbatasan masih setia pada Dinasti Ming, maka ia meminta tolong Bangsa Manchu yang saat itu dipimpin Shunzhi (1644 - 1661) untuk mengusir Li Zicheng. Tetapi ternyata setelah Li berhasil diusir, Bangsa Manchu tidak bersedia meninggalkan Tiongkok, sehingga dengan demikian berawalah kekuasaan Dinasti Qing di Tiongkok.

Intelektual neo-Konfusianisme mulai mendapat tempat dan menjadi semakin popular. Berkait dengan Muslim Cina, Ming tampaknya dualis. Disatu sisi mereka mendukung pembangunan Masjid-masjid tetapi di lain sisi Ming memberi batasan kepada para Hui-hui yang merupakan majoritas Muslim Cina.13 Dinasti Ming adalah sebuah kerajaan pusat yang kukuh. Peran raja cenderung autokratik dan rupanya hal ini modal penyatuan sekaligus penghalang kerajaan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Menjelang akhir Dinasti Ming, Bangsa Manchu di utara menjadi bertambah kuat. Pemimpin mereka Nurhachi beserta puteranya Aberhai pada awal abad ketujuh belas berhasil merebut Liaoning dari tangan Dinasti Ming. Setelah merasa kuat mereka mendirikan dinasti sendiri yang diberi nama Qing (1626).14 Peninggalan arsitektur dinasti ini yang masih dapat ditengok hingga hari kini adalah Istana Kota Terlarang di Beijing dan penyelesaian Tembok Besar Cina.

1644 --- 1911 Kebijakan pintu tertutup.

Dinasti Qing / Manchu

Qing sama dengan Yuan merupakan dinasti bangsa asing di Cina, karena mereka ini adalah Kaum Manchu alias para Jurchen dan Shunzhi adalah kaisar pertamanya. Walaupun mereka penakluk asing tetapi mereka mengamalkan Konfusianisme, norma kerajaan Cina tradisional dan akhirnya memerintah dengan gaya dinasti asli. Namun demikian untuk memperkuat posisinya, dinasti ini mewajibkan para Han untuk menerapkan adat Manchu. Misalkan, pakaian Cina tradisional (Hanfu) diganti dengan Qipao (pakaian laskar panji-panji) dan Tangzhuang yang biasanya dianggap sebagai pakaian tradisional Cina hari ini sebenarnya merupakan pakaian gaya Manchu. Selain itu potongan rambut tocang (menggunting semua rambut bagian depan kepala dan menjadikan rambut di bagian belakang kepala sebagai kucir panjang) diberlakukan oleh pada semua warga Han. Siapa yang tidak mematuhi undang-undang tersebut mendapat hukuman mati. Dan Maharaja Kangxi sempat menitahkan penciptaan sebuah kamus askara Cina yang paling lengkap ketika itu. Di bawah Maharaja Qianlong, penyusunan sebuah katalog tentang karya-karya kebudayaan Cina dilakukan. Pada paruh abad kemudian, Manchu mengukuhkan kuasanya di kawasan yang awalnya dikuasai oleh Ming, termasuk Yunnan. Mereka juga memperluas lingkungan pengaruhnya ke Xinjiang,

Tibet, dan Mongol. Memasuki abad-19, kekuasaan Qing merosot. Cina mengalami sengketa sosial besar-besaran, ekonomi tidak berkembang, dan mulai merambat masuknya pengaruh Barat. Saat itu Inggris berhasrat untuk membuka hubungan dengan Cina, namun ketika utusan Inggris datang menyampaikan maksudnya, Kaisar Qianlong (1736 - 1795) menolak upaya kerjasama itu. Seluruh barang persembahan Inggris hanya diandaikan sebagai upeti saja. Hingga pada suatu hari Cina tidak dapat menolak sistem barter yang dibuat Inggris. Kerjasama itu adalah tukar sutra dan teh Cina kepada Inggris yang dibayar dengan candu asal India. Jumlah pemadat Cina kemudian terus bertambah, tahun 1830-an jumlah itu mencapai 10 juta jiwa, hingga Cina akhirnya harus mengimpor candu dari Inggris. Dalam kurun waktu 40 tahun impor candu membengkak dari 1000 kotak menjadi 40.000 kotak. Meningkatnya pecandu jelas melemahkan negara, yakni melemahnya sumber daya manusia serta mengalirnya kekayaan ke barat. Kaisar Daoguang (1821 - 1850) akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan surat perintah pada Lin Zexu (1785 - 1850) untuk menekan perdagangan candu. Lin kemudian menyita dan membakar seluruh candu milik Inggris. Walau demikian Cina juga memberi ganti rugi berupa uang perak 10 tael serta teh 1 bal untuk setiap peti candu (sebelum tindakan keras ini dilakukan Lin telah sempat menulis surat kepada Ratu Inggris dan mohon untuk menghentikan kegiatan perdagangan candu via EIC atau East India Company). Inggris meradang dan menyatakan perang kepada Cina dan terjadilah Perang Candu (1840 - 1842). Perang ini diakhiri dengan kekalahan Cina, karena persenjataan barat yang lebih canggih15 dan makin melemahnya kekuatan Qing (pada periode sebelum Perang Candu hingga saat yang sama, dinasti ini banyak menghadapi perlawanan dari dalam, terutama ketika Qianlong digantikan oleh putera kelimanya Jiaqing (1796 - 1820) berkembang perasaan anti Manchu yang mendorong timbulnya berbagai perkumpulan rahasia untuk menggulingkan Dinasti Qing, seperti misal perkumpulan Teratai Putih). Di samping itu, pada masa sebelumnya pun Rakyat Cina masih lagi tidak menerima kekalahan dari Inggris yang menyebabkan mereka harus menyerahkan Hongkong kepada Inggris (1842). Inggris bersama sekutu-sekutunya termasuk

15

Penggunaan serbuk mesiu yang meluas pada masa Song dan Ming sempat dilarang oleh Dinasti Qing tak lama setelah mereka mengambil alih Cina.

Amerika Serikat yang berhasil mengalahkan Cina akhirnya berhasil memperoleh hak istimewa perdagangan. Cina mengalami kerugian besar akibat perang candu ini karena ia harus membayar ganti rugi biaya perang. Ekonomi kacau (terutama karena banyaknya aliran dana keluar dalam perdagangan candu). Huru-hara menjadi fenomena sehari-hari dan makin meningkat karena dinasti ini tidak mengambil tindakan yang cukup untuk menangani masalah. Selain itu perasaan dihinakan hampir menjadi gejala umum setelah selama beratus abad Orang Cina menikmati hegemoninya di Asia maupun Dunia. Sebagai contoh adalah Pemberontakan Taiping Tianguo (1850 1864) gerakan agama kuasi-Kristian yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Xianfeng (1851 - 1861) ini dipimpin oleh Hong Xiuquan "Raja dari Syurga".16 Setelah menghabiskan waktu 14 tahun, akhirnya kekuatan ini berhasil ditumpas pada pertempuran ketiga di Nanking, 1864. Pertempuran ini menewaskan hampir 20-50 juta jiwa penduduk. Kekuasaan beralih cepat, Cixi menggantikan Guangxu yang telah dituduhnya memiliki depresi mental (ada dugaan kematian Guangxupun akibat racun yang diberikan Cixi). Cixi memerintah dengan gaya konservatif dan mementahkan gerakan reformis, termasuk pada Perang Boxer.17 Resah dengan keadaan tersebut, kelompok tentara mengadakan pemberontakan yang dikenal dengan nama Pemberontakan Wuchang. Pemberontakan terjadi pada 10 Oktober 1911 di Wuhan. Kerajaan sementara Republik Cina dibentuk di Nanjing pada 12 Maret 1912 dan menetapkan Sun Yat Sen sebagai Presiden. Tetapi kedudukan itu diserahkan Sun Yat Sen pada Yuan Shikai, ketua Tentera Baru serta Perdana Menteri kerajaan Qing, satu keputusan yang kemudian disesali Sun. Rupanya hal tersebut merupakan bagian dari perjanjian tentang penurunan takhta Qing. Pada tahun berikut, Yuan Shikai membubarkan dewan-dewan perundangan negara serta provinsi dan pada tahun 1915, mengangkat diri sebagai raja. Sudah pasti hal ini ditentang oleh kaum republiken. Yuanpun turun takhta setelah menghadapi kemungkinan pemberontakan dan meninggal tak lama kemudian (1916). Sejak itu Cina dipimpin 16

Awalnya Barat bersimpati pada pemberontakan ini, namun setelah mengetahui bahwa Hong mempunyai doktrin yang agak "miring", dengan menyatakan diri sebagai adik Yesus Kristus, maka bangsa Baratpun berbalik mendukung Dinasti Qing. Pemberontakan ini pada akhirnya berhasil dipadamkan dengan bantuan barat sehingga menunjukkan makin bergantungnya Tiongkok pada barat. 17 Mereka ini adalah kaum reformis anti imperialis konservatif yang mencoba memulihkan Cina kepada kejayaan lama.

oleh kerajaan campuran yang terdiri dari ketua tentara provinsi yang berubah-ubah. Namun akhirnya, dengan bantuan Soviet, Sun Yat Sen kembali menyatukan Cina. masa kekaisaran yang telah berdiri lebih dari 5000 tahunpun runtuh. Berturut-turut Cina mengalami masa kepemimpinan Chiang Kai-shek yang kemudian dilanjutkan Mao Zedong (Mao Tse-tung). Walau sejarah dinasti ini bergitu ‘kacau’ beberapa kalangan tetap berpendapat bahwasanya jaman ini bidang perekonomian mencapai puncak keemasannya, yakni pada jaman Kang-YongQian (singkatan dari tiga kekaisaran: Kangxi, Yongzheng dan Qianlong). Kangxi meletakkan dasar stabilitas politik, Yongzheng mereformasi sistem administrasi pemerintahan dan paling anti korupsi dan Qianlong meneruskan kebijakan Yongzheng membawa Tiongkok berjaya selama 60 tahun.

Sinolog I Wibowo (2004: 26) mengatakan bahwa sepanjang rentang tersebut Cina telah mengalami empat kali proses ‘globalisasi’. Pertama adalah pada masa awal masehi ketika Cina membangun relasi dagang dengan kekaisaran Roma, khususnya melalui jalur perdagangan sutera, yang kemudian diikuti dengan masuknya agama Budha. Globalisasi kedua terjadi ketika masa Dinasti Ming (1368-1644), yakni ketika Cina berhubungan dengan bangsa Barat. Hal ini terutama ditandai dengan masuknya misionaris Jesuit ke daratan Cina. Selain menyebarkan agama, persinggungan dengan tehnologi, seni dan berbagai ilmu menjadi puncak perkenalan Cina dengan konsep ‘dunia’. Kedekatan ini terus berlanjut hingga awal kepemimpinan Qing (1644-1911) namun terpenggal oleh kebijakan pintu tertutup yang diberlakukan oleh Kaisar Kingxi. Para misionaris menghadapi tuduhan bahwa mereka telah menghina Kaisar dan kebudayaan Cina. Hampir 100 tahun Cina hanya dapat ‘dikunjungi’ melalui Canton (Guangzhou). Perang Candu (1840) menjadi titik bagi globalisasi ketiga. Pada periode ini Inggris berhasil memaksa Cina untuk menandatangani serangkaian perjanjian yang menandai dibukanya perbagai pelabuhan dan kota-kota di Cina. Masa itu adalah masa gelap kekaisaran Cina karena mereka merasa dihina dan direndahkan. Konflik antar golongan memuncak hingga masa-masa pasca Perang Dunia II. Kepercayaan kepada Kaisar berkurang dan puncaknya adalah tumbangnya Kekaisaran Cina digantikan oleh sistem konstitusi republik yang modern. Secara ideologis mereka meninggalkan “Da Tong” atau harmoni agung dan memilih konsep masyarakat tanpa kelas– Komunisme (Partai Komunis Cina didirikan tahun 1921). Sun Yat Sen pun menjadi Presiden pertama. Dan akhirnya berkuasanya Partai Komunis Cina (1949) menandai proses globalisasi keempat. Kemenangan kaum Bolshevik, 1917 di Rusia merangsang semangat Mao Zedong dan kaum intelektual Cina untuk mengalahkan Barat dengan ‘cara’ Barat pula.

Pada masa ini Cina membongkar struktur hirarkis tradisional dan menggantinya dengan monoculture a la Marxisme/Komunisme. Kata sosialis dan revolusioner menjadi panji yang melegitimasi pengerusakan segala sesuatu yang berbau tradisi dan dianggap reaksioner. Semua itu diberlakukan bukan saja pada manusia tapi juga pada bidang kebudayaan: bangunan, makanan, pakaian, bacaan, dan lainnya. Klimaks dari situasi ini adalah “Revolusi Kebudayaan“, tahun 1966. Rupanya Cina berusaha mendekonstruksi seluruh masa lalunya yang berumur ribuan tahun. Mereka menghancurkan tradisi dan menggantikannya dengan ideologi yang berakar dari Eropa Barat—walau ideologi itu sendiri tidak pernah muncul di Eropa—dan hanya menyisakan satu elemen saja, yakni bahasa. Deng Xiaoping yang kemudian menggantikan Zedong akhirnya mempercepat sekian laju yang telah terbangun. Gaige, Kaifang (reformasi) dan membuka diri menjadi slogan utama yang mendorong Cina untuk merangkul neoliberalisme. Deng Xiaoping juga berhasil membawa Cina keluar dari krisis pasca pembantaian Tiananmen, 4 Juni 1989 dan menganjurkan “Perjalanan ke Selatan” untuk meneruskan perjalanan globalisasi mereka. Sejak saat itulah Cina melesat dan terus ‘bersatu’ (integrated) dengan dunia.

(bahan ini adalah bagian dari telaah atas “Politik Identitas Jawa-Cina: Kajian Atas Ungkapan Tradisional ‘Jawa Safar Cina Sajadah’ Yang Terdapat Pada Tradisi Lisan Jawa”, FISIP, Univ. Atma Jaya Yogyakarta, 2008)

Related Documents

Cina
April 2020 45
Cina
July 2020 36
Dinasti Fathimiyah.pdf
December 2019 16