DIFTERI
bwk keren
APAKAH DIFTERI ..? DIFTERI • Penyakit infeksi toksik akut, menular • Penyebab : Corynebacterium diphtheriae • Tanda : pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa
bwk keren
GEJALA KLINIS Bervariasi dari tanpa gejala fatal • Demam < 38 C (tidak tinggi)
• Nyeri telan, Tenggorokan sakit , Kelenjar limfe membesar & melunak. penyumbatan jalan nafas / sesak nafas • PSEUDOMEMBRAN , Lesi khas sebagai suatu membran asimetrik keabu-abuan dikelilingi oleh daerah inflamasi • BULLNECK : Oedema & pembengkakan di leher pd kasus sedang & berat bwk keren
GEJALA KLINIS Faktor-faktor : - PRIMER : imunitas, virulensi - TOXIGENESITAS : lokasi anatomis - LAIN2X : umur, penyakit sistemik penyerta, kepadatan hunian, penyakit pd nasofaring
bwk keren
GEJALA KLINIS
Keluhan dan gejala tergantung :
tempat infeksi status imunitas penjamu distribusi toksin kedalam sirkulasi
bwk keren
PSEUDOMEMBRAN
bwk keren
bwk keren
PENULARAN • Penyakit “ re emerging “ (meningkat kembali) • Masa penularan beragam, tetap menular sampai hilangnya bakteri di lesi (2 minggu atau kurang). • Carrier kronis ( pengidap tapi tak sakit ) dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan bwk keren
KOMPLIKASI - PARALISA SYARAF LOKAL (pallatum molle paralisis) - PARALISA NERVE CRANIALIS (Strabismus, diplopia)
PARALISA NERVE PERIFER (parese tangan & kaki,)
- Myocarditis - BLOCK Mggu ke 1
2
SUMBATAN JALAN NAFAS
3
4
5
6
AKUT KIDNEY INJURI
bwk keren
7
8
9
10
KOMPLIKASI YG LAIN : • Endocarditis • Arthritis • osteomyelitis
DEFINISI OPERASIONAL
KONFIRM PROBABLE Adalah orang dengan suspekyang difterihasil ditambah satu • orang kasus probable isolasi salah ternyata SUSPEK daripositiv : C difteriae yang toxigenic (dari usap Pernahhidung, kontak tenggorok, dengan kasus (<2 minggu) ulcus kulit, jaringan,
•Ada didaerah endemis difteria conjunctiva, telinga,Laringitis, vagina) adalah orang dengan gejala Stridor , Bullneck atau Nasofaringitis atau•Tonsilitis ditambah Pendarahan Submucusa atau petechiae pada kulit putih • pseudomembrane serum antitoxin meningkat 4 kali lipatkeabuan atau lebihyang (hanya Gagal jantung toxic, bila mudah kedua sampel serum diperolehberdarah sebelum pemberian tak lepas dan mudah di Gagal ginjal akut toxoid difteri atau antitoxin) faring, laring, tonsil. Myocarditis and/or kelumpuhan motorik 1 s/d 6 minggu setelah onset bwk keren Mati
kebijakan & strategi penanggulangan
difteri di Jatim bwk keren
strategi • Penyelidikan epidemiologi saat terjadinya kasus Difteri • Memperkuat surveilans epidemiologi Diphteri • Mencegah kematian akibat Diphteri melalui penemuan dan penatalaksanaan kasus secara dini • Rujukan kasus Difteri ke Rumah Sakit Rujukan • Menghentikan transmisi dengan cara pemberian prophilaksis terhadap kontak dan pemberian imunisasi (ORI) pada yang berisiko bwk keren
strategi • Klasifikasi penderita yang sesuai dengan tingkat keparahan penderita • Manajemen kasus yang ketat • Fasilitasi keperawatan termasuk ruang isolasi • Mengambil dan memeriksa specimen usap tenggorok dan hidung penderita serta usap hidung kontak erat penderita dan dikirim ke RSPI bwk keren
MASALAH 1. Kematian masih terus meningkat 2. Keterlambatan penemuan kasus (laporan kasus dari Rumah Sakit) 3. Kasus dewasa tinggi (deteksi oleh klinisi sulit ) 4. Penemuan kasus terlambat sehingga ADS tidak efektiv ( mustinya sebelum hari ke 5, px sudah harus mendapatkan ADS) 5. Kematian pada orang dewasa sebagian besar sebelum hari ke 7 (adanya penyakit kronis yang lain menjadi memperberat difterinya ) bwk keren
Diagnosis penderita & deteksi KLB • Hanya 10% (...?) penderita dgn kultur positiv, ok : – – – – –
Mendapat antibiotika Salah cara pengambilan ( swab ), misal : ditengah beslag Salah media pertumbuhan Salah tatacara kirim Adanya kuman GAS
• Adanya kasus yg terlambat, sudah dengan komplikasi (miokarditis), beslag sudah hilang • Culture proven dan toxigenicity test • PCR toksin dengan swab • Makin langkanya expertise • Overdiagnosis kasus terutama kasus dewasa bwk keren
MASALA H
(1)
• PROFILAKSIS TAK OPTIMAL • Hanya sebagian kecil kontak yg kena profilaksis • • •
Pemantauan minum obat sulit Efek samping obat Kemungkinan DO besar
• KASUS MASIH TINGGI • sosialisasi aktif kasus meningkat • • • • •
Intervensi terbatas tidak optimal Kerier sudah menyebar dimana-mana Profilaksis tidak optimal Masih muncul kasus baru di wil. Non ORI wil.ORI kurang luas Masih muncul kasus baru di wil. ORI status “D“ MASIH < 3X bwk keren
MASALA H
(2)
• KEMATIAN MASIH TINGGI
• Penemuan terlambat • • • • •
PETUGAS TAK TAHU Tak merujuk PETUGAS TAK PEDULI Nosokomial TAK ADA RUANG ISOLASI Status imunisasi “D” NEGATIV Terjadi di daerah sulit WIL.KEPULAUAN Pengetahuan masy.masih kurang TERLAMBAT
bwk keren
STRATEGI OPERASIONAL 2012 MENURUNKAN KESAKITAN Temukan kasus dg cepat & lakukan profilaksis yg
benar Pemantauan Minum Obat harus benar ORI dilakukan minimal wilayah Desa ORI dilakukan pd semua golongan umur ( <60 th ) Skrining dengan benar saat ORI Lengkapi dengan benar sesuai status “ D “ nya Semua petugas Kesehatan harus tahu “ Gejala Klinis Difteri “ keren Perhatian khusus untukbwkdaearah “ Kantong “
STRATEGI OPERASIONAL 2012 MENURUNKAN KESAKITAN Ketersediaan logistik obat “ Difteri “ - Ketersediaan Ruang khusus penderita ( Ruang “Isolasi “ ) -
- Penggunaan “ APD “ petugas Kesehatan - PENGUATAN IMUNISASI RUTIN & TAMBAHAN - Advokasi kepada SpTHT, Sp Interna, dokter IRD - Advokasi kepada Bupati/Walikota langsung - Optimalkan SBM (Surveilans bwk keren Berbasis Masy.)
STRATEGI OPERASIONAL 2012 MENURUNKAN KEMATIAN Ketersediaan logistik obat “ Difteri “ - Ketersediaan Ruang khusus penderita ( Ruang “Isolasi “ ) -
- Penggunaan “ APD “ petugas Kesehatan - PENGUATAN IMUNISASI RUTIN & TAMBAHAN - Advokasi kepada SpTHT, Sp Interna, dokter IRD - Advokasi kepada Bupati/Walikota langsung - Optimalkan SBM (Surveilans bwk keren Berbasis Masy.)
Thank’s
bwk keren