Desti Pratiwi 1620221204_lapsus Mata.docx

  • Uploaded by: anisa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Desti Pratiwi 1620221204_lapsus Mata.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,597
  • Pages: 24
LAPORAN KASUS CORPUS ALIENUM KORNEA OKULI DEXTRA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada : Pembimbing dr. Retno Wahyuningsih Sp.M

Disusun Oleh : Desti Pratiwi

1620221204

i

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA PERIODE 24 DESEMBER 2018 – 26 JANUARI 2019

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

CORPUS ALIENUM KORNEA OKULI DEXTRA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Oleh :

Desti Pratiwi 1620221204

ii

Ambarawa,

Januari 2019

Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

dr. Retno Wahyuningsih Sp.M

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Corpus Alienum Kornea Okuli Dextra”. Laporan Kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata. Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Retno

iii

Wahyuningsih Sp.M selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata atas kerjasamanya selama penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Ambarawa,

Januari 2019

Penulis

iv

BAB I PENDAHULUAN

Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya2,4 Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing

dapat

menyebabkan

infeksi

dan

nekrosis

jaringan.4

1

BAB II STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama

: Tn. S

Umur

: 26 tahun

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Suku

: Jawa

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Tukang las

Alamat

: Clapar 4/5 Duren, Bandungan

Tanggal Pemeriksaan

: 02 Januari 2019

Nomor RM

: 1618xx

II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama : Mata kanan tampak ada benda asing yang menempel.

2

B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Ambarawa dengan keluhan pada mata kanan tampak benda asing menempel sejak 3 hari yang lalu. Benda asing ini berukuran ± 1 mm dan berada pada arah jam 7. Pasien mengaku sebelumnya terkena serpihan besi saat bekerja dan tidak menggunakan kacamata untuk melindungi matanya. Keluhan disertai mata merah, sering berair, nyeri dan terkadang terasa tidak nyaman seperti mengganjal. Pasien menyangkal adanya keluhan gatal, mata bengkak, dan kotoran mata yang lengket. Pasien juga tidak ada gangguan dalam penglihatan jauh dan dekatnya, serta tidak ada gangguan dalam melirikkan bola matanya. Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam aktivitas sehari-harinya hanya saja sedikit tidak nyaman jika matanya sedang berair.

C. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengaku belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya dan tidak pernah mengalami penyakit mata lain atau operasi mata sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat memakai kacamata.

D. Riwayat Pengobatan Pasien belum pernah mengobati keluhan pada mata kanannya dan tidak pernah berobat ke dokter sebelumnya.

E. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa. Riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, asma, alergi dalam keluarga disangkal.

3

F. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah seorang tukang las. Biaya pengobatan ditanggung sendiri. Kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan Umum Keadaan Umum : Baik Kesadaran

: Compos Mentis

Kooperatif

: Kooperatif

Status Gizi

: Baik

Vital Sign Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi

: 82 x/mnt

Respirasi

: 20 x/mnt

Suhu

: 36,8°C

B. Status Ophtalmicus

4

Occuli Dextra

Occuli Sinistra

Visus : 6/6

Visus : 6/6

Gambar 1 : Oculi Dextra

I. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF PEMERIKSAAN

OD

OS

Visus

6/6

6/6

Koreksi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Visus Dekat

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Proyeksi Sinar

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Persepsi Warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

5

II. PEMERIKSAAN OBJEKTIF PEMERIKSAAN

OD

OS

N

N

PENILAIAN

1. Sekitar Mata - Alis

Kedudukan alis baik, jaringan parut (-), simetris

- Silia

N

N

Trikiasis (-),diskriasis (-) madarosis (-)

2. Kelopak mata - Pasangan

N

N

Simetris, ptosis (-)

- Gerakan

N

N

Gangguan gerak membuka dan menutup (-), blefarospasme (-)

- Lebar rima - Kulit

9 mm

9 mm

N

N

Normal 9 – 14 mm Hiperemi (-), edema (), massa (-)

- Tepi kelopak

N

N

Trichiasis (-), ektropion (-), entropion (-)

- Margo

N

N

Tanda radang (-)

intermarginalis 3. Apparatus Lakrimalis

6

- Sekitar glandula

N

N

Tanda radang (-)

N

N

Tanda radang (-)

- Uji flurosensi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

- Uji regurgitasi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

- Tes Anel

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

- Pasangan

N

N

Simetris (orthophoria)

- Gerakan

N

N

Tidak ada gangguan

lakrimalis - Sekitar sakus lakrimalis

4. Bola Mata

- Ukuran

+

+

+

+

gerak (syaraf dan otot

+

+

+

+

penggerak bola mata

+

+

+

+

normal)

N

N

Normal, makroftalmos (-), mikroftalmos (-)

5. TIO

N

N

Palpasi kenyal (tidak ada peningkatan dan penurunan TIO)

6. Konjungtiva - Palpebra superior

Hiperemis (+), papil

Hiperemis (-), papil

Normal : Licin, warna

(-), folikel (-)

(-), folikel (-),

pink muda, mengkilap, hiperemis (-), papil (-), folikel (-)

- Forniks - Palpebra inferior

N

N

Hiperemis (+)

Hiperemis (-),

Dalam Normal : Tenang,

7

mengkilap, hiperemis (-), papil (-), folikel (-) - Bulbi

Injeksi Konjungtiva

Injeksi Konjungtiva

Inj. konjungtiva (-),

(-), injeksi siliar (-)

(-), injeksi siliar (-)

Inj. Siliar (-)

N

N

Putih, Ikterik (-)

N

N

Ø horizontal 12 mm, Ø

7. Sclera 8. Kornea - Ukuran

vertical 11 mm - Kecembungan

N

N

Lebih cembung dari sclera

- Limbus

Benda asing (+)

N

diatas limbus arah

Benjolan (-) Benda Asing (-)

jam 7 - Permukaan

N

N

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

N

N

Reguler konsentris

- Ukuran

N

N

COA dalam

- Isi

N

N

Jernih, flare (-), hifema

- Uji flurosensi - Placido

Licin, mengkilap

9. Kamera Okuli Anterior

(-), hipopion (-) 10. Iris - Warna - Pasangan

Cokelat

Cokelat

N

N

Simetris

8

- Gambaran

N

N

Kripte baik, Sinekia (-)

Ø 4 mm

Ø 4 mm

Normal (Ø 3 – 6 mm)

11. Pupil - Ukuran

pada ruangan dengan cahaya cukup - Bentuk

Bulat

Bulat

Isokor

- Tempat

N

N

Di tengah

- Tepi

N

N

Reguler

- Refleks direct

(+)

(+)

Positif

- Refleks indirect

(+)

(+)

Positif

- Ada/tidak

Ada

Ada

Ada

- Kejernihan

N

N

Jernih

- Letak

N

N

Di tengah, di belakang

12. Lensa

iris - Warna kekeruhan 13. Korpus

Tidak ada

Tidak ada

N

N

(+)

(+)

Jernih

Vitreum 14. Refleks Fundus

Warna jingga kemerahan terang, homogen

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

9

Dilakukan Pemeriksaan menggunakan slit lamp : tampak korpus alienum pada kornea OD yang berada pada arah jam 7.

IV. DIAGNOSIS Corpus Alienum Kornea Oculi Dextra e.c gram

V. TERAPI •

Ekstraksi Corpus Alienum - Pantocain 2% 1 tetes OD - Needle Spuit 1 cc - Cotton bud yang ditetesi Xitrol ED - Salep Xitrol - Bebat mata



Medikamentosa : - Xitrol ED 3 tetes/hari - Ciprofloxacin 2x500 mg - Na Diclofenac 2x50 mg

VI. EDUKASI 

Hindari mengusap atau mengucek mata

VIII. PROGNOSIS Ad Vitam

: Ad Bonam

10

Ad Sanactionam : Ad Bonam Ad Functionam : Ad Bonam Ad Cosmeticam : Ad Bonam

11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

1. KORNEA 1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 1 Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis1,3 : 1.

Epitel Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan

berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini. Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut. 2.

Membran Bowman

12

Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut. 3. Stroma Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea. Di antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.

Gambar 2

13

4. Membran Descement Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah. 5. Endotel Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea. Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular. Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang. Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V1,3.

1.2. Fisiologi kornea Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi3. Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel

14

dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil3.

2. CORPUS ALIENUM 2.1.

Definisi Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab

terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya2,4. Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu4 : 1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga 2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian 3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan porselin 4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari4 :

15

a. Besarnya corpus alienum, b. Kecepatan masuknya, c. Ada atau tidaknya proses infeksi, d. Jenis bendanya.

2.2. Patofisiologi Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4 Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4

2.3. Penyebab Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 : a. Percikan kaca, besi, keramik b. Partikel yang terbawa angin c. Ranting pohon d. Dan sebagainya

2.4. Gambaran Klinik Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+)3,4.

2.5. Diagnosis Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :

16

1) Anamnesis kejadian trauma 2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata 3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop 4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma 5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita 2.6. Penatalaksanaan Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban3. Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut3. Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier

untuk usia muda dan ekstraksi

ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua2,3. Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi3.

2.7. Pencegahan Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung4.

17

2.8. Komplikasi Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam2,3,4. Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik2,3,4.

18

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2. Anonim, 2008. Trauma Mata. Available on http://www.rsmyap.com/component/option,com_frontpage/Itemid,1/ 3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika Jakarta. 4. Bashour M., 2008. Corneal Foreign Body. Available on http://emedicine.medscape.com/ article/

20

Related Documents


More Documents from ""