Case Report Session Hari/ tanggal: Kamis/ 13 Desember 2018
NASKAH PSIKIATRI F81.3 Gangguan Belajar Campuran dan Game Addiction
Nama Dokter Muda
: Devi Miranda Rizcha Sri Oktawaty
Nama Perseptor
P 2610 B P 2612 B
: Dr. dr. Adnil Edwin Nurdin, SpKJ (K)
BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN
RSUP DR M DJAMIL UNIVERSITAS ANDALAS 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Gangguan belajar adalah salah satu gangguan perkembangan yang paling sering didiagnosis pada masa kanak-kanak. Studi epidemiologis melaporkan tingkat prevalensi sebanding 4-9% untuk defisit dalam membaca dan 3-7% untuk defisit dalam matematika. Selanjutnya, analisis perilaku-genetik memberikan bukti bahwa gangguan membaca dan matematika berbagi varians genetik. Sejalan dengan temuan ini, edisi terbaru dari DSM-5 memperluas kategori diagnostik dengan menggunakan istilah generik ''Gangguan Pembelajaran Khusus'' sebagai diagnosis
keseluruhan,
menggabungkan
kesulitan
dalam
mempelajari
keterampilan akademik, seperti membaca, menulis, dan matematika, yang telah diklasifikasikan sebagai gangguan terpisah dalam edisi sebelumnya.1 Remaja, yaitu individu yang berusia 10 – 19 tahun, banyak mengalami tekanan mental dan emosi pada masanya. Apabila suatu masalah tidak sanggup ia tangani, maka remaja akan mencari cara untuk lari atau mengalihkan permasalahan tersebut. Stres terhadap konflik yang dihadapi dapat dialihkan atau dikurangi dengan cara bermain.2 Video game adalah salah satu contoh permainan modern yang sering dimainkan oleh remaja saat ini. Survei Entertainment Software Association (ESA) menemukan bahwa setiap orang mempunyai minimal satu smartphone yang dapat difungsikan untuk bermain game, sementara 32% dari pemain game adalah anak berusia dibawah 18 tahun dan sekitar 10% dari remaja berusia 10-18 tahun bermain video game dengan durasi 1 jam atau lebih per harinya. Studi terakhir melaporkan bahwa remaja yang bermain selama lebih dari 1 jam di konsol atau internet video game memiliki kemungkinan gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) yang lebih intens atau inatensi daripada mereka yang tidak bermain game. Mereka tampaknya dapat
1
mempertahankan perhatian mereka lebih lama di depan video game daripada permainan tradisional.3,4 American
Psychiatric
Association
baru-baru
ini
memasukkan
Gangguan Permainan Internet (IGD) sebagai diagnosis potensial. Ini didefinisikan sebagai "penggunaan Internet yang terus-menerus dan berulang untuk terlibat dalam permainan, seringkali dengan pemain lain, yang mengarah ke gangguan atau distres yang signifikan secara klinis." Mereka menyimpulkan bahwa bukti cukup kuat untuk memasukkan IGD dalam apendiks penelitian dari Manual Diagnostik dan Statistik, Edisi Kelima (DSM-5), dengan tujuan mendorong penelitian tambahan. DSM-5 menyatakan bahwa Internet Gaming Disorder (IGD) paling sering terjadi pada remaja laki-laki 12 hingga 20 tahun. Menurut penelitian, dianggap bahwa Internet Gaming Disorder lebih umum di negara-negara Asia daripada di Amerika Utara dan Eropa. Lee, Chen, & Holim menyebutkan bahwa anak yang kecanduan game mengalami performa akademik yang kurang baik karena banyak menghabiskan waktu di depan layar monitor komputer atau handphone untuk bermain sehingga membuat prestasi menurun pada anak, serta membuat anak menjadi kurang berinteraksi dengan lingkungan sosial.5,6
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Belajar 2.1.1 Definisi Gangguan Belajar American Psychiatric Association baru-baru ini memasukkan Gangguan Permainan Internet (IGD) sebagai diagnosis potensial. Ini didefinisikan sebagai "penggunaan Internet yang terus-menerus dan berulang untuk terlibat dalam permainan, seringkali dengan pemain lain, yang mengarah ke gangguan atau distres yang signifikan secara klinis".6 Gangguan belajar adalah salah satu gangguan perkembangan yang paling sering didiagnosis pada masa kanak-kanak. Studi epidemiologis melaporkan tingkat prevalensi sebanding 4-9% untuk defisit dalam membaca dan 3-7% untuk defisit dalam matematika. Selanjutnya, analisis perilaku-genetik memberikan bukti bahwa gangguan membaca dan matematika berbagi varians genetik. Sejalan dengan temuan ini, edisi terbaru dari DSM-5 memperluas kategori diagnostik dengan menggunakan istilah generik ''Gangguan Pembelajaran Khusus'' sebagai diagnosis
keseluruhan,
menggabungkan
kesulitan
dalam
mempelajari
keterampilan akademik, seperti membaca, menulis, dan matematika, yang telah diklasifikasikan sebagai gangguan terpisah dalam edisi sebelumnya.6
3
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Belajar Secara umum faktor – faktor yang menyebabkan gangguan belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:7 1. Faktor Internal Faktor internal ini dapat diartikan faktor yang berasal dari dalam atau yang berasal dari dalam individu itu sendiri, atau dengan kata lain adalah faktor yang berasal dari anak itu sendiri. Faktor-faktor yang termasuk dalam bagian ini, yaitu: a. Inteligensi (IQ) yang kurang baik b. Gangguan ringan pada otak (minimal brain dysfunction) c. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau diberikan oleh guru d. Faktor emosional yang kurang stabil e. Aktivitas belajar yang kurang. Lebih banyak malas daripada melakukan kegiatan belajar f. Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan ilmu hafalan pada tingkat hafalan, tidak dengan pengertian (insight), sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain g. Penyesuaian sosial yang sulit h. Latar belakang pengalaman yang pahit i. Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari) j. Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik k. Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya
4
l. Keadaan fisik yang kurang menunjang. Misalnya cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, hilang tangan dan kaki, dan sebagainya m. Tidak ada motivasi dalam belajar
Selain faktor di atas, faktor lain yang berpengaruh adalah faktor kesehatan mental dan tipe-tipe belajar pada anak, yaitu ada anak yang tipe belajarnya visual, motoris dan campuran.
2. Faktor Eksternal Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, meliputi: a. Faktor Keluarga, beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab gangguan belajar pada anak sebagai berikut : - Kurangnya kelengkapan belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu, tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu - Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah - Perhatian keluarga yang tidak memadai - Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan. Orang tua yang pilih kasih dalam mengayomi anaknya
b. Faktor sekolah, faktor sekolah yang dianggap dapat menimbulkan gangguan belajar di antaranya: - Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis 5
- Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak - Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik - Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
2.1.3. Jenis Gangguan Belajar DSM-5 membagi gangguan belajar atas tiga gangguan belajar khusus, yaitu gangguan dalam membaca, gangguan mengeja, dan gangguan dalam matematika. Masing-masing dari gangguan belajar dijelaskan oleh subskill tertentu.8 Gangguan belajar khusus didiagnosis melalui tinjauan klinis riwayat perkembangan, medis, pendidikan, dan keluarga individu, laporan skor tes dan observasi
guru,
dan
respons
terhadap
intervensi
akademik.
Diagnosis
membutuhkan kesulitan persisten dalam membaca, menulis, berhitung, atau keterampilan penalaran matematis selama tahun-tahun sekolah formal. Gejala mungkin termasuk pembacaan yang tidak akurat atau lambat dan efisien, ekspresi tertulis yang buruk yang tidak memiliki kejelasan, kesulitan mengingat nomor, atau penalaran matematis yang tidak akurat.6 Berikut merupakan jenis dari gangguan belajar khusus:8 1. Gangguan Membaca Tiga subkomponen dari gangguan membaca yaitu akurasi membaca kata, tingkat membaca, dan kelancaran dan pemahaman membaca. 2. Gangguan Mengeja Subskill dari gangguan mengeja adalah akurasi ejaan, ketepatan tata bahasa dan tanda baca, serta kejelasan dan organisasi ekspresi tertulis. 3. Gangguan Menghitung
6
Empat subskills ditemukan dalam gangguan matematika, yaitu jumlah akal, hafalan fakta aritmatika, perhitungan akurat atau lancar, dan penalaran matematika yang akurat. Setiap domain akademik dan subskill yang terganggu harus dicatat. Deskripsi tingkat keparahan juga disertakan. Diagnosis didasarkan pada berbagai metode, termasuk riwayat medis, wawancara klinis, laporan sekolah, evaluasi guru, skala penilaian, dan tes psikometri.8
2.2 Internet Gaming Disorder (IGD) Internet Gaming Disorder tidak mengharuskan individu menunjukkan gejala kecanduan hanya dengan video game online. Penggunaan yang bermasalah dapat terjadi baik di pengaturan offline dan online, meskipun laporan tentang "kecanduan" permainan video sering melibatkan game online seperti Massively Multiplayer Online Role-Playing Games. Frekuensi yang sering dalam bermain video game tidak bisa dijadikan sebagai dasar untuk diagnosis IGD. DSM-5 menyatakan bahwa permainan video game harus menyebabkan "gangguan yang signifikan secara klinis" dalam kehidupan individu. Memang, penelitian telah mengungkapkan bahwa penggunaan video game patologis dan frekuensi bermain game tinggi secara fungsional berbeda, meskipun mereka biasanya sangat berkorelasi.5 DSM-5 menyatakan bahwa Internet Gaming Disorder (IGD) paling sering terjadi pada remaja laki-laki 12 hingga 20 tahun. Menurut penelitian, dianggap bahwa Internet Gaming Disorder lebih umum di negara-negara Asia daripada di Amerika Utara dan Eropa. Lee, Chen, & Holim menyebutkan bahwa anak yang kecanduan game mengalami performa akademik yang kurang baik karena banyak menghabiskan waktu di depan layar monitor komputer atau handphone untuk bermain sehingga membuat prestasi menurun pada anak, serta membuat anak menjadi kurang berinteraksi dengan lingkungan sosial.5,6 Griffiths dalam penelitiannya mengemukakan bahwa anak-anak mulai tertarik pada video game pada usia sekitar tujuh tahun. Dalam penelitian 7
tersebut ditemukan bahwa sepertiga anak usia awal belasan tahun bermain video game setiap hari. Sekitar 7% anak usia awal belasan tahun bermain video game paling sedikit 30 jam per minggu.9 Anak-anak bermain video game dengan berbagai macam tujuan mulai dari relaksasi, meningkatkan pengalaman untuk berkompetisi, hingga melarikan diri dari masalah sehari hari. Aktifitas ini, mulanya tidak bersifat patologi. Tetapi, dapat berubah ke arah patologi apabila hal ini menyebabkan konsekuensi negatif dalam kehidupan sehari-hari.10 Ada bukti empiris yang berkembang bahwa IGD adalah komorbid dengan beberapa gangguan lain dan masalah kesehatan mental. Penelitian longitudinal lebih lanjut yang memeriksa komorbiditas dengan kecemasan, depresi, dan gangguan attention-deficit/hyperactivity adalah penting dan akan mengklarifikasi apakah IGD adalah gangguan independen yang seharusnya dimasukkan sebagai kategori terpisah dalam DSM-6, atau apakah itu lebih baik dilihat sebagai gejala kondisi lain. Tumpang tindih IGD dengan kecanduan lainnya, dan penggunaan internet yang bermasalah lebih umum, juga membutuhkan penelitian yang lebih besar.5 DSM-5 menunjukkan bahwa IGD dapat diidentifikasi oleh 5 atau lebih dari 9 kriteria dalam periode 12 bulan. Kriteria ini termasuk:5 1. Keasyikan dengan permainan: Individu berpikir tentang aktivitas permainan sebelumnya atau mengantisipasi bermain game berikutnya; gaming menjadi aktivitas dominan dalam kehidupan sehari-hari; 2. Gejala penarikan saat bermain game direnggut: Gejala-gejala ini biasanya digambarkan sebagai iritabilitas, kecemasan, atau kesedihan; 3. Toleransi: Kebutuhan untuk menghabiskan jumlah waktu yang meningkat dalam permainan; 4. Upaya yang gagal untuk mengontrol atau mengurangi partisipasi dalam permainan;
8
5. Hilangnya minat dalam hubungan kehidupan nyata, hobi sebelumnya, dan hiburan lainnya sebagai hasil dari, dan terkecuali, permainan; 6. Melanjutkan penggunaan game yang berlebihan meskipun mengetahui masalah psikososial; 7. Telah menipu anggota keluarga, terapis, atau orang lain berkenaan dengan jumlah permainan; 8. Penggunaan permainan untuk melarikan diri atau mengurangi suasana hati negatif (misalnya, perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, atau kecemasan); dan 9. Telah membahayakan atau kehilangan hubungan yang signifikan, pekerjaan, atau kesempatan pendidikan atau karir karena partisipasi dalam permainan. Etiologi dan perjalanan perkembangan IGD tidak dipahami dengan baik. Satu penelitian mengukur gejala mirip IGD selama periode 2 tahun di antara lebih dari 3000 anak di sekolah dasar dan menengah Singapura. Dari sekitar 9% anak-anak yang digolongkan menderita IGD pada awal penelitian, IGD bertahan 2 tahun kemudian untuk 84%. Tidak ada banyak indikator yang jelas dalam sampel ini tentang siapa yang paling berisiko untuk mengembangkan lebih banyak gejala (impulsivitas, kompetensi sosial yang lebih rendah, jumlah permainan game yang lebih tinggi), tetapi mereka yang mengalami peningkatan gejala permainan menunjukkan tingkat depresi, penurunan akademik, dan hubungan yang memburuk dengan orang tua dari waktu ke waktu, bersama dengan kecenderungan agresif yang meningkat. Sebaliknya, penulis studi lain menemukan bahwa hanya 26% dari gamer bermasalah yang mempertahankan tingkat gejala yang tinggi selama periode 2 tahun, sedangkan penulis studi ketiga melaporkan tingkat resolusi 50% selama periode 1 tahun.5 Tinjauan literatur menunjukkan bahwa belum ada penelitian yang baik mengenai pengobatan IGD.5
9
BAB III LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS KETERANGAN PRIBADI PASIEN Nama (inisial)
: Tn. MI
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 15 tahun
Status perkawinan
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Suku bangsa
: Minangkabau
Negeri Asal
: Minang
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tidak ada
Alamat
: Jalan Perjuangan Tanjung Bera Nanggalo Padang
KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN Nama
(Inisial)
:Ny. TN
Jenis kelamin
:Perempuan
Umur
:38 tahun
Pekerjaan
:Wiraswasta
Pendidikan
: D3
12
Alamat
: Jalan Perjuangan Tanjung Bera Nanggalo Padang
Hubungan dengan pasien
:Ibu Pasien
Keakraban dengan pasien
: Akrab
Kesan pemeriksa/ dokter terhadap keterangan yang diberikannya: (Dapat dipercaya/ kurang dapat dipercaya)
II. RIWAYAT PSIKIATRI Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini) 1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 11 Desember 2018 di Poliklinik Jiwa RSUP DR M Djamil 2. Alloanamnesis dengan : Ibu Pasien (Ny. TN, 38 tahun, Wiraswasta, D3, Padang, 085264123810) pada tanggal 12 Desember 2018 melalui telepon
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang sesuai) a. Sendiri b. Keluarga c. Polisi d. Jaksa/ Hakim e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama Keluarga pasien mengeluhkan bahwa pasien mengalami penurunan prestasi dalam bidang akademik secara signifikan sejak 11 bulan yang lalu.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint) Pasien melawan dan kabur dari rumah akibat dilarang bermain game dan menolak untuk masuk sekolah dan belajar. 13
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang Pasien datang diantar keluarga karena ibu pasien mengeluhkan bahwa pasien mengalami penurunan prestasi dalam bidang akademik secara signifikan sejak 11 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien gemar bermin game seharian hingga lalai mengerjakan tugas sekolah dan sering bolos dari sekolah, ibu pasien mengetahui keadaan anaknya setelah dihubungi oleh pihak sekolah engan keluhan nilainya yang semakin jelek dan sering tidak menghadiri kegiatan belajar. Pasien bermainn game menggunakan gadget berjenis HP dan komputer, setelah itu orang tua pasien untuk mencoba menegur dan menasehati pasien namun pasien mengamuk dan melawan hingga lari dari rumah dan pergi kewarung internet Menurut pengakuan pasien, pasien dalam sehari biasanya bermain selama >3 jam. Sebelumnya pasien sudah mencoba berhenti dengan cara menghapus aplikasi permainan tersebut namun hanya tahan 1 minggu dan mengunduh kembali. Karena keluhan tersebut ibu pasien membawa pasien berobat ke RSUP DR M Djamil pada bulan November 2018. Pada kunjungan yang pertama pasien mendapatkan obat risperidonne, fluoxetin dan asam folat. Namun pada kunjungan kedua, pasien mendapatkan onzapin, fluoxetin dan asam folat. Menurut ibu pasien setelah meminum obat terjadi perubahan keluhannya membaik. Riwayat menyendiri ada. Riwayat kehilangan minat untuk belajar ada. Riwayat mudah lelah ada. Riwayat kurang percaya diri ada. Riwayat nafsu makan menurun tidak ada. Riwayat pasien suka menangis sendiri tidak ada. Riwayat sangat bersemangat tidak ada. Riwayat muncul-muncul ide-ide baru tidak ada. Riwayat banyak bicara tidak ada. 5. Riwayat Penyakit Sebelumnya a.
Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien pertama kali mengalami keluhan jiwa pertama kali sejak akhir tahun 2016. Menurut keluarga, pasien lebih tertutup dan murung setelah 14
bersekolah di pondok pesantren di Bukittingi. Menurut pengakuan pasien dan keluarga pasien, selama 6 buuln pertama bersekolah, pasien dikucilkan dan dimusuhi sehingga pasien pernah kabur sebanyak 2 kali, kabur yang pertama pasien menginap dirumah temannya selama 2 hari lalu kembali sendiri ke pesantren. Pada kabur yang kedua pasien menginap di warung internet selama 2 hari dan dijemput oleh ibu pasien. Setelah itu pasien pindah sekolah ke sekolah yang sekarang. Di sekolah barunya terjadi penurunan prestasi dan signifikan, keluarga pasien mengaku ketika di sekolah dasar pasien tergolong dalam anak yang cukup cerdas dan ceria. Namun karena perubahannya ibu pasien mengutuskan untuk membawa pasien berobat di akhir tahun 2017, pasien dibawa ke RSJ Prof HB Saanin dan di diagnosis dengan gangguan depresi pada anak dan gangguan belajar dan berobat selama 3 bulan berturut-turut dan mendapatkan obat risperidone, fluoxetin, dan asam folat. Keluarga mengaku tidak ada perubahan yang signifikan dari pasien. Setelah 3 bulan berobat pasien putus obat dikarenakan ibu pasien hamil dan memerlukan bedrest akibat kondisinya. Setelah melahirkan ibu pasien mengutuskan untuk berobat kembali untuk keluhannya yang sekarang, ke RSUP DR M Djamil. b.
Riwayat Gangguan Medis Pasien tidak ada riwayat DM, trauma, tumor, gangguan kesadaran, HIV dan penyakit fisik lainnya.
c.
Riwayat Penggunaan NAPZA Pasien tidak pernah merokok, minum minuman beralkohol maupun mengkonsumsi NAPZA.
II. RIWAYAT PSIKIATRI 6. Riwayat keluarga a) Identitas orang tua/ penganti IDENTITAS
Orang tua/ Pengganti 15
Keterangan
Bapak
Bapak Tiri
Ibu
Kandung Kewarganegaraan
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Suku bangsa
Minangkabau
Minangkabau
Minangkabau
Agama
Islam
Islam
Islam
Pendidikan
SMA
SMA
D3
Pekerjaan
-
-
Ibu Rumah Tangga
Umur
50 Tahun
48 Tahun
38 Tahun
Alamat
-
Jl Perjuangan Jl.Perjuangan Tj.bera
Tj.bera Nanggalo
Nanggalo
Akrab Hubungan pasien*
Akrab
Akrab
Biasa
Biasa
Kurang
Kurang
Tak peduli
Tak peduli
-
:-
Biasa Kurang Tak peduli Dan lain-lain
:-
`Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. : Bapak Kandung (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
16
Pemalas (
- )**, Pendiam ( + ), Pemarah ( + ), Mudah tersinggung (
- ),
Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( + ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( + ), Penjudi ( + ), Peminum ( + ), Pecemas (
- ), Penyedih (
Perfeksionis (
- ), Pencemburu ( - ),
Egois ( -
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga (
), Penakut (
- ), Tak bertanggung jawab (
-
-
),
).
Ibu (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan ) Pemalas ( - )**, Pendiam (
-
), Pemarah (
( - ), Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( berat ( - ), Penjudi ( - ), Perfeksionis (
), Mudah tersinggung
+
), Pemalu ( - ), Perokok
Peminum ( - ), Pecemas (
- ), Dramatisasi (
Egois ( - ), Penakut (
-
-
+
), Penyedih (
+
),
- ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ),
), Tak bertanggung jawab (
- ).
Bapak Tiri (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan) Pemalas ( ( +
+
)**, Pendiam ( + ), Pemarah ( + ), Mudah tersinggung
), Tak suka Bergaul ( + ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok
berat (
+ ), Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih (
Perfeksionis ( Egois (
+
- ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga (
), Penakut (
- ),
- ), Pencemburu ( - ),
- ), Tak bertanggung jawab (
-
).
c) Saudara Pasien saudara seibu 3 orang. Pasien anak pertama.
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien sendiri lingkari nomornya.* 1. Lk/ pr (15 tahun)
2. Lk/ Pr (2 tahun)
3. Lk/ Pr (2 bulan)
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Saudara
Gambaran sikap dan perilaku 17
Kualitas
hubungan
ke
dengan saudara (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1 2
Egois, Suka menang sendiri
Tidak Akrab
3
Biasa
Akrab
Ket: *) coret yang tidak perlu **) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f)
Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka.* No
Hubungan dengan pasien
Gambaran
sikap
tingkah laku
dan Kualitas hubungan (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1.
-
-
-
Ket: untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik ( yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s : Anggora keluarga
Penyakit jiwa
Kebiasaan kebiasaan
Penyakit fisik
Bapak Kandung
-
-
-
Bapak Tiri
-
-
-
Ibu
-
-
-
-
-
-
Saudara 1
18
2
-
-
-
3
-
-
-
Skema Pedegree
Keterangan :
: Pria
: Pasien
: Wanita
: Bercerai
h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien: No
Rumah
tempat Keadaan rumah
tinggal
Tenang
Cocok
Nyaman
Tidak nyaman 1.
Rumah orangtua
Tenang
Tidak
Tidak
Ya i) Dan lain-lain 7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang meliputi : a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan. 19
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu ) Kesehatan Fisik : baik Kesehatan Mental
: baik
- Keadaan melahirkan : Aterm (+ ), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan jenis tindakannya Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak) Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak) b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak Pertumbuhan Fisik Minum ASI
: baik, biasa, kurang*
: ( + ), sampai usia 2 tahun
Usia mulai bicara
: 8 bulan
Usia mulai jalan : 1 tahun 6 bulan Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ), gangguan hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas terhadap orang asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan lain-lain.....
c) Gejala-gejala sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di tempat tidur (- ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ), masturbasi (- ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain.
d) Toilet training Umur
: 2 tahun
Sikap orang tua:(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan arahan) Perasaan anak untuk toilet training ini:biasa
20
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau (-- ), kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai hilangnya kesadaran (
-), dan lain-lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( - ), menarik diri ( + ), suka bergaul ( - ), suka berolahraga ( - ), dan lain-lain.
g) Masa Sekolah Perihal
SD
SMP
Baik
Baik
Sedang
Sedang
Kurang
Kurang
Baik
Baik
Sedang
Sedang
Kurang
Kurang
Baik
Baik
Kurang
Kurang
Baik
Baik
Kurang
Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat)
( -)
(-)
Tingkah Laku
( baik )
( baik )
Umur Prestasi*
Aktifitas Sekolah*
Sikap Terhadap Teman *
Sikap Terhadap Guru
h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah ( + ), kenakalan remaja ( + ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ), peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa (
-), bulimia (- ), perasaan depresi ( + 21
), rasa
rendah diri ( + ), cemas ( - ), gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( + ), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu ** ( ) diisi (+) atau (-)
i) Riwayat Pekerjaan Pasien belum bekerja
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga Mimpi basah (sudah/ belum), usia berapa 15
tahun,
Awal pengetahuan tentang seks 13 tahun, sikap orang tua biasa Hubungan seks sebelum menikah (-) Riwayat pelecehan seksual (-) Orientasi seksual (normal) Keterangan pribadi suami/ istri Nama
:-
Umur
:-
Suku
:-
Kebangsaan : Agama
:-
Pendidikan : Pekerjaan
:-
Status sosial/ ekonomi: tinggi, menengah, rendah * Keuangan
: Kebutuhan sehari-hari terpenuhi (+), pengeluaran
dan pendapatan seimbang (-), dapat menabung (-).
k) Situasi sosial saat ini: 1. Tempat tinggal :rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-), apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah denganmertua (-), di asrama (-) dan lain-lain (-). 2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain. 22
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-) ai : atas indikasi l) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II) Keterangan : (
) beri tanda (+) atau (-)
Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid
Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( + ), perasaan hangat atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun kecaman ( - ), kurang teman ( + ), pemalu ( - ), sering melamun ( -
), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (- ), suka aktivitas yang dilakukan sendiri ( + Paranoid
)
Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan (- ), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (- ), tidak mau menerima kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain (-
), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( -
),
perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (
-), cemburu patologik (
- ), hipersensifitas (
-), keterbatasan
kehidupan afektif ( - ). Skizotipal
Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik
Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ), melibatkan
dirinya
secara
berlebihan
dalam
aktivitas
yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan idur (23
),
pesimis (- ), putus asa (- ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang bersemangat (-
), rasa rendah diri (- ), penurunan aktivitas
( - ), mudah merasa sedih dan menangis ( Histrionik
Dramatisasi (-
- ), dan lain-lain.
), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya
(- ), mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (suka menuntut Narsisistik
( - ), dependen (
), egosentris ( - ),
- ), dan lain-lain.
Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ), preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (- ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus menerus (- ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lain-lain.
Dissosial
Tidak peduli dengan perasaan orang lain( bertanggung jawab
- ), sikap yang amat tidak
dan berlangsung terus menerus (
- ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (
- ), tidak mampu memelihara suatu hubungan
agar berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( impulsif (-
), sering berbohong (
- ),
- ), sangat cendrung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat (- ) Ambang
Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( -
),
), gangguan
) tidak tahan untuk
berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri (
- ), rasa
bosan kronik ( - ), dan lain-lain Menghindar
Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( + 24
),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolkan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak. Anankastik
Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (
- ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi dan jadwal ( ( -
), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan
), kaku da keras kepala ( -
), pengabdian yang berlebihan
terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (
- ), pemaksaan yang berlebihan
agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( -
) dan
lain-lain. Dependen
Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)
7. Stresor psikososial (axis IV) Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ), kawin lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ), problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ), persoalan dengan orang tua ( + ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan teman dekat ( + ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja ( pindah kerja (
- ), masuk sekolah (+
- ), persiapan masuk pension ( 25
-
), pensiun (
), -),
berhenti bekerja (- ), masalah di sekolah (
+ ), masalah jabatan/
kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota lain ( - ), transmigrasi (
- ), pencurian ( - ), perampokan (
keadaan ekonomi yang kurang ( + bangkrut (
- ), masalah warisan (
masuk penjara ( dewasa (
- ), ancaman ( - ),
), memiliki hutang ( - ), usaha
- ), mengalami tuntutan hokum (
- ), memasuki masa pubertas(
-),
+), memasuki usia
- ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita
penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk antar orang tua ( + ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( + ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( + ), campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang berada di rumah ( + ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan ( -
), dan
lain-lain 8. Pernah suicide ( - ), kemungkinan sebab suicide
9. Riwayat pelanggaran hukum Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum 11. Riwayat agama Pasien beragama Islam, masih melakukan aktivitas sholat dan mengaji. 12. Persepsi Dan Harapan Keluarga Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali
13. Persepsi Dan Harapan Pasien Pasien menyatakan ingin sembuh dan beraktivitas seperti biasa. 26
Ket: ( ) diisi (+) atau (-)
27
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
Akhir 2017 Pasien gemar bermain Tahun 2016, pasien masuk sekolah pondok pesantren dan sering kabur karena merasa tidak betah, lalu berhenti dan pindah kesekolah lain.
game dan tidak mau sekolah hingga kabur dari rumah jika di larang
Pasien murung dan makin tertutup
25
III. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: CMC
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 87x/menit
Nafas
: 20x/menit
Suhu
: 36,7 C
Tinggi Badan
: 156 cm
Berat Badan
: 36 kg
Status Gizi
:Normoweight
Sistem Kardiovaskuler
: Dalam batas normal
Sistem Respiratorik
: Dalam batas normal
Kelainan Khusus
: Tidak ditemukan
IV. STATUS NEUROLOGIKUS GCS
: E4M5V6
Tanda rangsangan Meningeal
: tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
Tremor tangan
: tidak ada
Akatisia
: tidak ada
Bradikinesia
: tidak ada
Cara berjalan
: tidak ada
Keseimbangan
: tidak ada
Rigiditas
: tidak ada
Kekuatan motorik
: tidak ada
Sensorik
: tidak ada
Refleks
: bisep (+/+), trisep (+), archiles (+), patella (+) 26
Sucking (-), glabella (-), grasping(-), snout (-) Corneomandibular (-), palmomental (-), kaki klonik (-)
V. STATUS MENTAL A. Keadaan Umum 1. Kesadaran/ sensorium
: compos mentis (
+ ), somnolen ( -
stupor ( - ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( delirium (
- ), kesadaran berubah (
),
- ), koma ( - ),
- ), dan lain-lain…..
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam (
), aneh (
kaku (
), gelisah (
muda (
), berpakaian sesuai gender ( +).
), sikap tegang (
), kelihatan seperti tua (
),
), kelihatan seperti
Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( - ), tak menentu ( - ), sesuai dengan situasi ( +), kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik :sehat ( + telapak tangan basah (
), pucat ( -
), lemas ( - ), apatis (
- ), dahi berkeringat ( -
), mata terbelalak ( -
- ), ).
3. Kontak psikis Dapat dilakukan (+ ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang wajar (
- ), sebentar ( +
), lama ( - ).
4. Sikap Kooperatif (+ ( -
), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda
), bermusuhan (
- ), suka main-main ( -
disayangi ( - ), selalu menghindar ( (-
), infantil (
), berusaha supaya
), berhati-hati ( - ), dependen
- ), curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
27
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( -
Ekhopraksia ( -
), katalepsi ( -
), kaku ( - ), dan lain-lain
), luapan katatonik ( -
), stupor
katatonik ( - ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( -
), otomatisme
( - ), otomatisme perintah ( -
), mutisme ( - ), agitasi psikomotor
( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( -
), somnabulisme ( - ),
akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( chorea ( - ), distonia ( - ), bradikinesia ( diskinesia ( -
), convulsi (
- ),
- ), ataksia ( -
),
), rigiditas otot ( - ),
- ), seizure ( -
), piromania (
- ),
vagabondage ( - ).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
B. Verbalisasi dan cara berbicara
Arus pembicaraan*
: biasa, cepat, lambat
Produktivitas pembicaraan*
: biasa, sedikit, banyak
Perbendaharaan*
: biasa, sedikit, banyak
Nada pembicaraan*
: biasa, menurun, meninggi
Volume pembicaraan*
: biasa, menurun, meninggi
Isi pembicaraan*
: sesuai/ tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
Spontanitas pembicaraan *
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( gagap ( -
), afasia ( -
: spontan/ tidak
), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
28
),
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek Afek appropriate/ serasi( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood mood eutimik ( +
), mood disforik ( -
(expansive mood) ( -
), mood yang meluap-luap
), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil
(swing mood) ( - ), mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( -
), ectasy (
- ), mooddepresi (
- ), anhedonia ( -
),
dukacita ( - ), aleksitimia ( - ), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia(
- ), La belle indifference ( -), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya Ansietas ( -
), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( -
tension (ketegangan) ( abreaksional (
-
), panic ( - ), apati ( +
), rasa malu ( -
),
), ambivalensi ( - ),
), rasa berdosa/ bersalah( + ),
kontrol impuls ( - ).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood Anoreksia ( - ), hiperfagia ( -
), insomnia ( -
), hipersomnia ( - ),
variasi diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ), pseudocyesis ( - ), bulimia ( -
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
29
).
D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental ( - ), psikosis ( - ), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( - ), dereisme (
- ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Neologisme ( -
), word salad ( -
tangensialitas ( -
), inkohenrensia (
), sirkumstansialitas (
- ),
- ), perseverasi ( - ), verbigerasi
( - ), ekolalia ( - ), kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi (
- ), derailment (
- ), flight of ideas ( - ), clang
association ( - ), blocking ( - ), glossolalia ( -
).
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan (-
Delusi/ waham waham bizarre ( -
), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan
dengan mood ( -
), waham yang tidak sejalan dengan mood ( -
waham nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( waham persekutorik (
-
),
), waham somatik ( - ),
- ), waham kebesaran ( - ), waham referensi
( - ), though of withdrawal ( of insertion ( -
)
- ), though of broadcasting ( -
), though
), though of control ( - ), Waham cemburu/ waham
ketidaksetiaan ( -
), Waham curiga (-),
waham menyalahkan diri
sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ), waham agama. Idea of reference
Preokupasi pikiran ( -
), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi
( - ), kompulsi ( - ), koprolalia ( koprolalia ( -
- ), hipokondria ( -
), fobia ( - )Ulat noesis ( 30
), obsesi ( - ),
), unio mystica ( -
).
E. Persepsi
Halusinasi Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( -
), halusinasi hipnopompik
( - ), Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( ( -
), halusinasi gustatorik ( -
somatik (
- ), halusinasi olfaktorik
), halusinasi taktil ( -
), halusinasi
- ), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood
( - ), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia (
- ), halusinasi perintah (command halusination), trailing
phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
F. Mimpi dan Fantasi Mimpi
:-
Fantasi : -
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-) G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual 1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu), orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu). 2. Atensi (perhatian) ( + hipervigilance ( -
), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu ) 4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (
- ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent ( immediate ( -
-
), gangguan memori segera/
).
Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( 31
).
5. Luas pengetahuan umum:
baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu 7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu 8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ), pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight* Derajat I (penyangkalan) Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I.
Discriminative Judgement :
Judgment tes
: tidak terganggu
Judgment sosial
:tidak terganggu
VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya -
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya (tulisan dan gambar di halaman belakang)
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna Telah diperiksa pasien Tn. MI berusia 15 tahun, agama Islam, suku Minang dan belum menikah. Pasien dibawa ke RSUP DR M Djamil Padang pada tanggal 11 desember 2018 karena pasien mengelami penurunan prestasi dalam bidang akademik secara signifikan selama setahun terakhir. Pasien gemar bermain game dan ketika dilarang, pasien melawan dan pernah kabur. 32
IX. Diagnosis Multiaksial
Aksis I
: F81.3 Gangguan belajar campuran
Aksis II
: Tidak ada diagnosa
Aksis III
: Tidak ada diagnosa
Aksis IV
: Masalah dengan primary support group, masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, masalah pendidikan, masalah psikososial dan lingkungan lain.
AksisV
:GAF 70-61
X. Diagnosis Banding Axis I - F32.0 Episode Depresif Ringan
XI. Daftar Masalah Organobiologik Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau riwayat kejang sebelumnya. Pasien tidak mengalami retardasi mental. Psikologis Pasien memiliki sifat yang tertutup dan sering menyendiri. Pasien lebih gemar bermain
game daripada pergi
sekolah
atau
mengerjakan tugasnya hingga kabur dari rumah. Pasien kabur dua kali dari rumah, yang pertama tidak diketahui mengapa, yang kedua setelah bertikai dengan ayah tirinya karena dilarang bermain game. Setelah kabur yang pertama kali, pasien takut terhadap suara
33
keras. Pasien memiliki imajinasi yang tinggi dan bercita-cita menjadi animator. Lingkungan dan psikososial Pasien pernah bersekolah di Pondok Pesantren (dengan asrama) di Bukittinggi sebelum pindah ke sekolahnya yang sekarang. Pasien memiliki ayah tiri dan 2 adik tiri yang tinggal serumah. Hubungan dengan ayah tiri tidak terlalu baik.
XII. Penatalaksanaan A. Farmakoterapi Onzapin 5mg 1x1 Fluoxetin 10mg 1x1 Asam Folat 10mg 2x1 B. Non Farmakoterapi C. Psikoterapi Kepada pasien: Psikoterapi suportif Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien, membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya. Psikoedukasi Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala, mencegah
munculnya
gejala
dan
segera
mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh. Kepada keluarga: Psikoedukasi mengenai
34
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis).
Pada
akhirnya,
diharapkan
keluarga
bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan. Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan. Terapi Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu, juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.
XIII.
PROGNOSIS Quo et vitam
: bonam
Quo et fungsionam
:Dubia ad bonam
Quo et sanctionam
:Dubia ad bonam
35
BAB IV DISKUSI Pasien seorang anak laki-laki berusia 15 tahun. Pasien dibawa ke RSUP DR M Djamil Padang pada tanggal 11 Desember 2018 karena pasien mengelami penurunan prestasi dalam bidang akademik secara signifikan selama setahun terakhir. Pasien gemar bermain game dan ketika dilarang, pasien melawan dan pernah kabur. Kejadian ini mendukung teori yang mengatakan bahwa remaja cenderung mempunyai emosi yang tidak stabil dan lari ke game untuk kabur dari masalah. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana ditemukan gejala klinis yang mengarah pada gangguan belajar campuran dan internet gaming addiction sesuai dengan pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III dan DSM-5. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri pada tanggal 11 Desember 2018 didapatkan gejala gangguan belajar campuran berupa sulit menghitung 8x7 yang tidak normal didapatkan pada anak seusianya serta sulit mengeja kata. Pasien juga memenuhi 7 dari 9 kriteria diagnosis DSM-5 mengenai IGD yaitu keasyikan dengan permainan, ada gejala penarikan saat bermain game direnggut, kebutuhan untuk menghabiskan jumlah waktu yang meningkat dalam permainan, upaya yang gagal untuk mengontrol atau mengurangi partisipasi dalam permainan, hilangnya minat dalam hubungan kehidupan nyata, melanjutkan penggunaan game yang berlebihan meskipun mengetahui masalah psikososial, penggunaan permainan untuk melarikan diri atau mengurangi suasana hati negatif, dan telah membahayakan atau kehilangan hubungan yang signifikan dari kesempatan pendidikan karena partisipasi dalam permainan. Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan tersebut pasien didiagnosis dengan gangguan belajar campuran dan internet gaming addiction. Pasien mendapat terapi Onzapin 1 x 5 mg, Asam Folat 2 x 10 mg, dan Fluoxetin 1 x 10 mg. Onzapin dipilih karena merupakan obat antipsikosis atipikal generasi kedua dan dapat mengontrol depresi akut bila dikombinasikan dengan Fluoxetin. Sementara itu, asam folat diberikan untuk mengurangi tingkat homocysteine, yang berhubungan dengan fungsi kognitif. Beberapa bukti juga mengaitkan kekurangan folat dengan depresi. Penelitian menunjukkan penggunaan
36
asam folat selain inhibitor reuptake serotonin selektif mungkin memiliki manfaat. Penelitian menemukan hubungan antara depresi dan tingkat folat yang rendah. Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi saat kondisi sudah mulai stabil dan bisa berkomunikasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperlihatkan minat dokter pada pasien, memberikan perhatian, dukungan, dan optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan dilindungi. Serta dokter juga dapat memberikan masukan-masukan yang positif terhadap pasien sehingga pasien dapat mengurangi ketergantungan terhadap game dan mengubahnya menjadi kemampuan positif. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam proses terapi pada pasien ini. Keluarga pasien memberikan support kepada pasien dengan memberikan motivasi-motivasi agar pasien patuh minum obat dan dapat beraktivitas seperti biasa. Hal-hal yang memperburuk prognosis pada pasien ini adalah onsetnya yang terjadi pada saat remaja, status orang tua pasien yang telah bercerai dan menikah lagi, pembedaan yang jelas antara pasien dan saudara pasien, hubungan dengan ayah tiri yang tidak begitu baik, kepribadian yang tertutup, serta ekonomi yang kurang. Dengan begitu, prognosis pada pasien ini secara umum adalah dubia ad bonam.
37
Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri Pertanyaan
Jawaban
Interpretasi
Selamat pagi,
Boleh dokter silahkan,
perkenalkan saya dokter
yang sakit anak saya,
muda Devi, ini dokter
Maulana.
muda Rizcha, Putri, dan Ririn. Boleh kita ngobrol sebentar bu? Yang sakit siapa? Maulana,
kami
bertanya keadaan Nama
ingin Iya boleh
Komposmentis Kooperatif
tentang adek, boleh? lengkap
adek Maulana Ibrahim
Orientasi baik
siapa? Sekarang kita ada di Di mana?
Poliklinik
Jiwa
Djamil
Tanggal
berapa 11 Desember 2018
sekarang pak? Alamat rumah di mana?
Nangalo
Kelas berapa?
*diam*
Sekolah di mana?
*diam*
Bu,
apa
keluhan Sekarang sih cuma mau Sebab utama
Maulana sekarang bu?
kontrol, dulu ke sini katanya dia gangguan belajar sama suka main game.
Kenapa bisa dikatakan Iya, semenjak masuk gangguan belajar bu? SMP dia sering sekali 38
Awal mulanya Maulana main kenapa?
game,
terus Keluhan utama, onset
prestasinya di sekolah turun. Pernah dilarang main
game
sama
ayahnya, terus dia kabur dari rumah. Pertama ke rumah
temen,
yang
kedua ke warnet dua hari ga pulang-pulang. Kenapa
bisa
sampai Saya kurang tahu juga.
kabur bu? Sebelumnya
Maulana Sebelumnya
gimana di sekolah?
nilainya
bagus, yang 75 paling cuma satu, tapi sekarang dapat nilai 75 justru udah bagus dek. Dulu sebelum SMP dia masih semangat
belajar,
sekarang ga mau sama sekali. Di
sekolah
ada Ngga, dia anaknya suka
temennya bu? Sekarang
menutup diri. keadaan Sudah
Maulana gimana bu?
mulai
terbuka
sama saya dianya, tapi masih
susah
belajar,
sudah
mending
sih
dibandingkan dulu Sekarang
perasaan Biasa saja
Afek sesuai
Maulana bagaimana? Maulana pernah merasa Dia gak mau cerita, tapi 39
sedih
sepanjang
hari dulu
tidak tau sebabnya apa?
waktu
saya
bercerai pas dia kelas 1 SD pagi-pagi saya lihat bantalnya basah.
Apa
Maulana
pernah Tidak pernah
merasa
Manik tidak ada
sangat
bersemangat? Maulana
pernah Tidak pernah
mengkonsumsi minum
obat,
alkohol
atau
merokok? Maulana
merasa Iya. Ada diminum.
Discriminative Insight derajat V
sekarang bapak sedang sakit atau bagaimana? Obat ada diminum ga? Setelah
minum
obat Lebih enakan
gimana rasanya pak? Waktu Maulana dulu Iya
Discriminative Judgemet
kabur ngerasa bersalah
terganggu
tidak
ga sama Mama? Maulana dulu pernah Gak pernah
Tidak
dirawat karena ini?
psikiatri sebelumnya
Maulana pernah sakit Tidak pernah
Tidak ada gangguan medis lain
penyakit
yang
lain?
Pernah kejang, trauma kepala? Maulana berapa?
anak
ke Anak pertama dari 3 bersaudara,
2
saudaranya itu saudara 40
ada
riwayat
gangguan
tiri dari ayah barunya. Di keluarga ibu ada juga Tidak, tapi dulu saya yang
sakit
seperti pernah depresi setelah
Maulana?
bercerai dengan suami pertama saya.
Hubungan sama
Maulana Kurang baik, mereka
Ayah
tirinya sifatnya
bagaimana bu?
mirip,
sama-sama kepala,
keras
jadi
sering
berlawanan Pernah ada kekasaran ga Ngga, tapi ayah tirinya bu? Ibu
memang keras. ada
yang
ingin Tidak ada
Memberi
ditanyakan?
pasien
bertanya
Baik bu, terima kasih Sama-sama, atas
kesempatan
waktunya,
terima Edukasi
jalan kasih
lupa agar Maulana rutin minum obat dan sering berbicara
dengan
agar gangguannya
ibu
perlahan dapat
membaik. Berdasarkan autoanamnesa tanggal 11 Desember 2012 dan alloanamnesa 12 Desember 2012
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Moll K et al. Specific Learning Disorder: Prevalence and Gender Differences. PLoS ONE, 2014;9(7): e103537 2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta 1985. 3. Entertainment Software Association. Essential Facts about The Computer and Video Game Industry. 2013. 4. Bioulac S, Arfi L, Bouvard MP. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder and Video Games: A Comparative Study of Hyperactive and Control Children. European Psychiatry. 2008;23(2):134-141. 5. Gentile DA et al. Internet Gaming Disorder in Children and Adolescents. Pediatrics, 2017;140(2) 6. Lee, I., Chen, Y., & Holim, L. (2007). “Leaving A Never-Ending Game: Quitting MMORPGS and online gaming addicition”. Authors & Digital Games Research Association (DIGRA), hlm. 211-217. 7. Oemar, Hamalik. 1983. Metoda Belajar dan Kesulitan – Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. 8. Schulte-Körne G1. [Specific learning disabilities - from DSM-IV to DSM-5]. Z Kinder Jugendpsychiatr Psychother. 2014 Sep;42(5):369-72; quiz 373-4.[Article in German; Abstract available in German from the publisher] 9. Griffiths MD. Diagnosis and Management of Video Game Addiction. New Directions in Addiction Treatment and Prevention. 2008;12:27-41. 10. Sanditaria W, Fitri SYR, Mardhiyah A. Adiksi Bermain Game Online pada Anak Usia Sekolah di Warung Internet Penyedia Game Online Jatinangor Sumedang. Fakultas Ilmu Keperawatan: Universitas Padjadjaran.
42