Crs Bu Linda.docx

  • Uploaded by: Cica
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Crs Bu Linda.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,259
  • Pages: 40
Case Report Session Hari/Tanggal: Rabu, 19 Agustus 2018

NASKAH PSIKIATRI F25.2 SKIZOFRENIA (______________)

Nama Dokter Muda

Nama Preseptor

:

Anisa Aprilia Adha

P. 2544 A

Kenty Regina

P. 2541 A

: Dr. dr. Hj. Yaslinda Yaunin, Sp. KJ

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS / SMF PSIKIATRI RSUP DR M. DJAMIL PADANG 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan kasus dengan judul “Skizoakfektif tipe manik” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan kasus ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai Skizoafektif tipe manik, serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan kasus ini, khususnya Dr. dr. Hj. Yaslinda Yaunin, Sp. KJ sebagai preseptor yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan saran, perbaikan dan bimbingan kepada kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan sesama dokter muda dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu disini. Dengan demikian, kami berharap laporan kasus ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman semua pihak tentang Skizofrenia Paranoid.

Padang, September 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….………..

ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang………………………………………………….……......

1

1.2 Batasan Masalah………………………………………………………….

2

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………

2

1.4 Metode Penulisan……………………………………………….………..

2

BAB II LAPORAN KASUS………………………………………………….. 3 BAB III TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..

27

3.1 Definisi…………………………………………….……......………….…

27

3.2 Epidemiologi………….……......………….……......………….……........

27

3.3 Etiologi………….……......………….……......………….……......….…..

28

3.4 Manifestasi Klinis….……......….……......….……......….……......….…...

29

3.5 Diagnosis….……......….……......….……......….……......….……......…..

30

3.6 Jenis-Jenis Skizofrenia….……......….……......….……......….……......…. 33 3.7 Tatalaksana Skizofrenia….……......….……......….……......….…….........

34

3.8 Prognosis….……......….……......….……......….……......….……......…... 34 BAB IV DISKUSI…………………………………………………………….

35

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…….…..

37

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan mencakup waham dan halusinasi. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kronisitas, tetapi dapat menimbulkan serangan.1 Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang paling berhubungan dengan pandangan populer tentang gila atau sakit mental. Hal ini sering menimbulkan rasa takut, kesalahpahaman, dan penghukuman, bukannya simpati dan perhatian. Skizofrenia menyerang jati diri seseorang, memutus hubungan yang erat antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan persepsi yang terganggu, ide yang salah, dan konsepsi yang tidak logis. Mereka mungkin berbicara dengan nada yang mendatar dan menunjukkan sedikit ekspresi.1 Survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), peringkat skizofrenia berada di antara sepuluh penyakit yang berkontribusi terhadap beban penyakit global. Pada tahun 2013 terdapat sekitar 450 juta orang menderita gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia. Skizofrenia adalah bentuk parah dari penyakit mental yang terdapat pada sekitar 7 per 1000 dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia 15 - 35 tahun. Prevalensi skizofrenia sekitar 1,9% pada populasi di Amerika Serikat, terdapat sekitar 5 per 1000 penduduk.2 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 dan data rutin dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), penduduk Indonesia secara Nasional mengalami gangguan mental berat (skizofrenia) sebanyak 0,17% atau sekitar 400 ribu jiwa. Prevalensi skizofrenia pada pria hampir sama dengan wanita,

1

meskipun onset pada pria biasanya lebih awal dibanding wanita. Pada pria cenderung muncul pada usia ≤ 20 tahun, sedangkan pada wanita pada usia ≥ 30 tahun.3 Skizofrenia paranoid merupakan tipe yang tersering dan paling banyak ditemukan. Awitan tipe ini biasanya terjadi lebih belakangan dibandingkan dengan bentuk skizofrenia lain. Biasanya skizofrenia paranoid ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik. Pasien skizofrenia paranoid umumnya bersifat tegang, berjaga-jaga, berhati-hati, mudah curiga, dan terkadang bersikap bermusuhan.4 Skizofrenia merupakan sebuah penyakit kronik. Prognosis pasien beragam tergantung dari faktor risiko yang miliki oleh pasien itu sendiri. Penatalaksanaan secara komprehensif sampai ke lingkungan tempat tinggal pasien sangat mempengaruhi proses perbaikan fungsi pasien, sehingga dibutuhkan sekali dukungan dari keluarga ataupun masyarakat kepada pasien dengan skizofrenia supaya tidak menjadi beban bagi keluarga ataupun masyarakat. 1.2 Batasan Masalah Penulisan laporan kasus ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis skizofrenia paranoid. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari, memahami kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis skizofrenia paranoid. 1.4 Metodologi Penulisan Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk kepada berbagai literatur.

2

BAB 2 LAPORAN KASUS

Seorang pasien perempuan 28 tahun, datang ke RSJ HB Saanin, Padang pada tanggal 28 Agustus 2018, pukul 20.42 WIB dengan sebab utama, gaduh gelisah, sulit mengendalikan emosi, banyak bicara, berbicara ngawur, berbicara sendiri, bergaya berlebihan, bernyanyi keras, mengamuk dan menggigit ibunya.

I.

IDENTITAS PASIEN

Nama / Panggilan

:

Nn. K/Tini

Jenis Kelamin

:

Perempuan

Tanggal Lahir / Umur

:

14 Mei 1990 / 28 tahun

Status Perkawinan

:

Belum menikah

Warga Negara

:

Indonesia

Suku Bangsa

:

Minangkabau

Agama

:

Islam

Pendidikan

:

Kelas 2 SD

Pekerjaan

:

Tidak Bekerja

Alamat

:

Limpato, Kayu Gadang, Pariaman

KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN Nama (Inisial)

: Fitri Yeni

Panggilan:

Pit

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 42 Tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Limpato, Kayu Gadang, Pariaman

Hubungan dengan pasien

: Kakak Sepupu

Keakraban dengan pasien

: Akrab

Kesan pemeriksa/ dokter terhadap keterangan yang diberikannya: (Dapat dipercaya/ kurang dapat dipercaya)

3

II. RIWAYAT PSIKIATRI Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini) 1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 14 September 2018 di Bangsal RS Jiwa Prof HB Saanin, Padang 2. Alloanamnesis dengan : 

Kakak sepupu pasien pada tanggal 14 September 2018 melalui telepon.

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari pasien sendiri dan keluarga 1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan keluarga dan diantar oleh keluarga (paman) pasien. 2. Sebab Utama Pasien gaduh gelisah, sulit mengendalikan emosi, berbicara sendiri dan berbicara tidak nyambung, pasien sering keluar sendiri tengah malam dan pulang dijemput keluarga mengamuk sejak sekitar satu bulan sebelum diantar ke rumah sakit. Intensitas mengamuk pasien bertambah hingga menggigit ibunya sejak tiga hari sebelum diantar ke rumah sakit 3. Keluhan Utama Pasien mengeluhkan bahwa dirinya kesal dan marah karena dilarang keluar malam oleh keluarganya. Pasien mengatakan bahwa dirinya ketakutan karena melihat sesosok laki-laki dengan topeng yang menutupi muka kecuali bagian mata yang mengejarnya karena menolak cinta lelaki tersebut. Pasien juga mengatakan dirinya kesal karena keluarganya mencampurkan susunan pakaian muslim dan non muslim. Pasien mengakui bahwa dirinya menggigit kakaknya karena kesal disuruh melaksanakan pekerjaan rumah. 4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang Satu bulan sebelum masuk rumah sakit jiwa, pasien gaduh gelisah, sulit mengendalikan emosi, banyak berbicara, berbicara sendiri dan tidak nyambung. Pasien juga sering bergaya berlebihan, sering keluar tengah malam dan pulang

4

dicari oleh keluarga. Tiga minggu sebelum masuk rumah sakit jiwa, pasien mulai tidak mau makan, pasien bicara sendiri, sering menatap bulan dan bintang di malam hari. Pasien memiliki riwayat pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa sebanyak dua kali sebelumnya. Pasien diketahui sudah tidak minum obat selama empat bulan sebelum datang ke RSJ HB Saanin. Siang hari, sebelum pasien dibawa ke Saanin pada malam harinya, pasien mengambil semua senjata tajam dari rumah, lalu disembunyikan di ladang orang lain di sekitar tempat tingal pasien. Setelah makan malam, pasien dibawa ke RS Jiwa Prof HB Saanin Padang dengan persetujuan pasien tanpa paksaan. Dalam perjalanan, pasien diborgol tangannya untuk mencegah kabur dari mobil. Wawancara dilakukan pada pasien pada tanggal 11 Juli 2018, pasien mengaku mendengar suara sirine ambulan beberapa hari sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa meskipun tidak ada orang lain disekitar pasien yang mendengarnya pada saat itu. Pasien mengaku heran mengapa ia dibawa ke RSJ. Pasien menuduh kalau adik-adik dan kakaknya tidak suka kepada dia, semua ide dan sarannya tidak pernah didengarkan. Di tengah pembicaraan saat pasien berbicara mengenai keluarganya, tiba-tiba pasien beralih ke topik yang lain, bahwa ia menemukan bunga langka di dekat pekarangan rumahnya, pagar rumahnya yang besar (pasien merentangkan tangan lebar-lebar), pasien lalu beralih ke cerita ia mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi agar tidak dihadang oleh begal karena itulah pasien jarang membonceng wanita. 5. Riwayat Penyakit Sebelumnya a. Riwayat Gangguan Psikiatri 

Tahun 1995, (saat pasien berumur 31 tahun) pasien mengalami depresi setelah

pacarnya

ternyata

telah

bersuami

padahal

pasien

telah

mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk memenuhi keinginan pacarnya. Pasien sempat menuntut ilmu hitam di Lubuk Basung, baru beberapa minggu mendadak langsung bertingkah aneh, kemudian dirawat di RSJ di sawahan. pasien mengaku mendengar suara-suara sirine ambulan meskipun tidak ada mobil ambulan di sekitar pasien.

5



Tahun 1999, (saat pasien berumur pasien 35 tahun pasien marah-marah karena investasi ladang sawit di Bengkulu dibuat atas nama keluarga istri oleh istrinya, padahal dananya berasal dari keluarga pasien. Pasien tidak mau makan, bicara sendiri dengan bulan saat malam, pasien juga mengaku mendengar suara sirine ambulan.

b. Riwayat Gangguan Medis Pasien tidak pernah ada riwayat hipertensi, DM, trauma, tremor, kejang, dan gangguan fisik lainnya.

c. Riwayat Penggunaan NAPZA Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, psikotropika, dan zat adiktif ilegal. Pasien tidak merokok dan suka minum kopi. 6. Riwayat Keluarga a. Identitas orang tua/ pengganti Identitas

Orang tua/ Pengganti Bapak

Ibu

Kewarganegaraan

Indonesia

Indonesia

Suku bangsa

Minangkabau

Minangkabau

Agama

Islam

Islam

Pendidikan

Strata 1

Tamat SPG

Pekerjaan

Pensiunan Guru

Ibu Rumah Tangga

Umur

74 tahun, meninggal

87 tahun

Alamat

Limo Koto Kubung, Kec Limo Koto Kubung, Kec Guguk kabupaten 50 Guguk kabupaten 50

6

Hubungan pasien

kota

kota

Akrab

Akrab

b. Sifat perilaku Orang tua kandung/ pengganti Bapak (Dijelaskan oleh adik pasien dapat dipercaya/ diragukan ) Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka bergaul (), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-) Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (+), Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung jawab(-).

Ibu (Dijelaskan oleh adik pasien dapat dipercaya/ diragukan ) Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka bergaul (), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-) Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung jawab(-). c Saudara Jumlah bersaudara tiga belas orang dan pasien adalah anak ke-5 d. Urutan bersaudara : 1. Perempuan (meninggal usia tua), 2. Perempuan (60 tahun), 3. Laki-laki (58 tahun), 4. Laki-laki (meninggal karena kecelakaan), 5. Laki-laki (54 tahun), 6.Laki-laki (52 tahun), 7. Laki-laki (50 tahun), 8. Perempuan (49 tahun), 9. Perempuan (46 tahun), 10. Perempuan (43 tahun), 11. Perempuan (42 tahun), 12. Laki-laki (40 tahun), 13. Perempuan (meninggal saat bayi) e. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga : Anggota Keluarga Bapak Ibu

Penyakit Jiwa -

Kebiasaankebiasaan -

Penyakit Fisik -

-

-

-

7

Saudara

-

-

-

Nenek

-

-

-

Kakek

-

-

-

Dan lain-lain

-

-

-

Skema Pedegree : Perempuan

: Laki-laki

: yang sakit

: meninggal

Keterangan : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit gangguan jiwa.

f. Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien : Keadaan Rumah

Rumah No

Tempat Tinggal

Tenang

Cocok

Nyaman

1

Orang tua







2

Keluarga (1)







3

Keluarga (2)



4

Orang tua



Tidak nyaman

√ √



7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang meliputi : a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan - Keadaan ibu sewaktu hamil : Kesehatan Fisik dan Mental baik - Keadaan melahirkan : Cukup bulan, lahir normal, anak yang diinginkan, dan jenis kelamin yang sesuai harapan

8

b. Riwayat masa bayi dan anak-anak - Pertumbuhan Fisik (baik), Riwayat minum ASI (dua tahun lebih), Usia mulai bicara dan jalan (tidak ingat), Sukar makan (-), Anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-). c. Gejala-gejala sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak-kanak, menghisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), mutisme selektif (-). d. Toilet training Umur tidak diketahui, sikap orang tua menghargai

e. Kesehatan fisik masa kanak-kanak Demam tinggi disertai menggigau (-), Kejang-kejang (-), Demam berlangsung lama (-), Trauma kapitis disertai hilangnya kesadaran (-). f. Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-), overaktif (-), menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (+). g. Masa Sekolah Perihal

SD

SMP

SMA

PT

Umur (tahun)

6

12

15

18 (D3), 27 (S1)

Prestasi

Baik

Baik

Sedang

Baik

Aktifitas Sekolah

Baik

Baik

Baik

Baik

Sikap Terhadap Teman

Baik

Baik

Baik

Baik

Sikap Terhadap Guru

Baik

Baik

Baik

Baik

Tingkah laku

Baik

Baik

Baik

Baik

9

h. Masa Remaja Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-), kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-), peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur (-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain i. Riwayat Pekerjaan Pasien bekerja sebagai penyuluh bidang pertanian j. Percintaan, Perkawinan, Kehidupan seksual dan Rumah Tangga Hubungan seks sebelum menikah (-), Riwayat pelecehan seksual (-), Orientasi seksual (normal). Pasien menikah dua kali. Pernikahan yang pertama tahun 1997, namun berpisah karena pekerjaan. Pasien memilih tetap di Sumatera Barat, sementara istri pasien memilih menetap di Jakarta. Belum resmi bercerai. Pernikahan yang kedua tahun 1998, menikah siri, pisah ranjang sejak tahun 2014 karena pasien menunjukkan gejala-gejala seperti dirawat dahulu. k. Situasi sosial saat ini Tempat tinggal : rumah orang tua, polusi lingkungan : ramai l. Ciri kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II) Kepribadian

Gambaran Klinis

Skizoid

Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan hangat atau lembut pada orang lain(-)¸peduli terhadap pujian maupun kecaman(-), kurang teman (-), pemalu (-), sering melamun (-), kurang tertarikuntuk mengalami pengalaman seksual(-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (-)

Paranoid

Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan berlebihan (-), Sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-), tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain (-), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap motifmotif

yang

tersembunyi

(-),

cemburu

patologik

(-),

10

hipersensitivitas (-), keterbatasan kehidupan afektif (-) Skizotipal

Pikiran gaib (-)¸ideas of reference (+), isolasi sosial (-), ilusi berulang (-) pembicaraan yang ganjil (-) bila bertaap muka dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh (-)

Siklotimik

Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual yang brlebihan tanpa menghirauan akibat yang merugikan (-), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-)¸pesimis (-), peuts asa (-), insomnia (-), hipersomnia (-), kurang bersemangat (-), rasa rendah diri (-) penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-)

Histrionik

Dramatisasi (-), selalu bersaha menarik perhatian bagi dirinya (-), mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan () bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris (), suka menuntut (-), dependen (-)

Narsisistik

Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-), preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan pujian yag terus menerus (-), hubungan interpersonal yang ekploitatif (-), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (-)

Dissosial

Tidak peduli dengan persasaan orang lain (-), sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-), tidak mampu memelihara suatu hubugnan agar berlangsung lama (-), iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbogong (-), sangat cenderung menyalahkan

orang lain

atau

menawarkan

rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat (-)

11

Ambang

Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-)¸kurangnya

pengendalian

terhadap

kemarahan

(-),

gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan untuk berada sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri (), rasa bosan kronik (-) Menghindar

Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-)¸keanganan untuk terlibat dengan orang lain kcuali merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak

Anankastik

Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ()¸preokupasi pada hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-) kaku dan keras kepala (-)¸pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyapingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial (-)

Dependen

Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya (-)¸perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(-)

8. Stresor Psikososial (axis IV) Pertunangan (-)¸ perkawinan (+), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari (-), kawin terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem punya anak

12

(-), anak sakit (-), perosalan dengan anak (-), persoalan dengan orang tua (-), persoalan dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat (-), masalah dengan atasan/ bawahan (-), mulai pertama kali bekerja (-), masuk sekolah (-), pindah kerja (-), persiapan masuk pensiun (-)¸pensiun (-), berhenti bekerja (-) masalah di sekolah (-), masalah jabatan/ kenaikan pangat (-), pindah rumah, (-) pindah ke kota lain (-)¸transmigrasi (-), pencurian (-), perampokan (-), ancaman (-), keadaan ekonomi yang kurang (-), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan (-), mengalami tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa pubertas (-), memasuki usia dewasa (-), menopause (-), mencapai usia 50 tahun (), menderita penyakit fisik yang parah (-) kecelakaan (-), pembedaan (-), abortus (), hubungan yang buruk antar orang tua (-), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-)¸sikap orang tua yang acuh tak acuh pada anak (-), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak (-), campur tangna atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadaap anak (-), orang tua yang jarang berada di rumah (-), terdapat istri lain (-)¸sikap atau kontrol yang tidak konsisten (-), kontrol yang tidak cukup (-), kurang stimulasi kognitif dan sosial (-)¸bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-), perkosaan (-), tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan (-). 9. pernah suicide : tidak pernah 10. Riwayat pelanggaran hukum : tidak ada 11. Riwayat agama : Pasien beragama Islam 12. Persepsi dan harapan keluarga : keluarga pasien berharap pasien bisa kembali beraktivitas seperti semula 13. Persepsi dan harapan pasien : Pasien berharap bisa kembali bekerja dan menyusun rencana pensiun

13

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

pasien mengalami depresi setelah pacarnya ternyata telah bersuami padahal pasien telah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk memenuhi keinginan pacarnya. Pasien sempat menuntut ilmu hitam di Lubuk Basung, baru beberapa minggu mendadak langsung bertingkah aneh, kemudian dirawat di RSJ di sawahan. pasien mengaku mendengar suara-suara sirine ambulan meskipun tidak ada mobil ambulan di sekitar pasien.

pasien marah-marah karena investasi ladang sawit di Bengkulu dibuat atas nama keluarga istri oleh istrinya, padahal dananya berasal dari keluarga pasien. Pasien tidak mau makan, bicara sendiri dengan bulan saat malam, pasien juga mengaku mendengar suara sirine ambulan.

Siang hari, sebelum pasien dibawa ke Saanin pada malam harinya, pasien mengambil semua senjata tajam dari rumah, lalu disembunyikan di ladang orang lain di sekitar tempat tingal pasien. Setelah makan malam, pasien dibawa ke RS Jiwa Prof HB Saanin Padang dengan persetujuan pasien tanpa paksaan. Dalam perjalanan, pasien diborgol tangannya untuk mencegah kabur dari mobil.

STATUS INTERNUS Keadaan Umum

: Sedang

Tekanan Darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: Teraba kuat, teratur, frekuensi 80 x/menit

Nafas

: Torakoabdominal, teratur, frekuensi 18 x/menit

Suhu

: 36,7 0C

Bentuk Badan

: Astenikus

Sistem Respiratorik

: Inspeksi

: Simetris kiri = kanan (statis dan dinamis)

Palpasi

: Fremitus kiri = kanan

Perkusi

: Sonor kiri dan kanan

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi dan wheezing tidak ada Sistem Kardiovaskular : Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

14

Palpasi

: Ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: Batas jantung normal

Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama regular, frekuensi 80x/menit, bising tidak ada Sistem Gastrointestinal : Inspeksi

: Tidak tampak membuncit

Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal Kelainan khusus

: Tidak ditemukan kelainan khusus

STATUS NEUROLOGIKUS I. Urat saraf (panca indra)

: penciuman, pendengaran dan penglihatan

baik Gejala rangsangan selaput otak

: kaku kuduk tidak ada, tremor tidak ada

Gejala peningkatan TIK

: muntah proyektil tidak ada, sakit kepala progresif tidak ada

Mata

:

Gerakan

: Bebas ke segala arah

Reaksi konvergensi

: positif/positif

Persepsi

: Diplopia (-)

Reaksi Kornea

: positif/positif

Pupil

: Isokor, bulat

Oftalmoskopi

:-

Tonus

: Eutonus

Koordinasi

: baik

Turgor

: Baik

Refleks Fisiologis

: ++/++

Refleks Patologis

: tidak ada

II. Motorik

Kekuatan : 555 555 555 555

III. Sensibilitas

: sensasi halus dan kasar baik

IV. Susunan saraf vegetatif

: Fungsi makan, tidur, dan bangun tidak terganggu

V. Fungsi-fungsi Luhur

: Aktivitas

membaca,

menulis,

berbahasa

dan

berhitung dapat dilakukan dengan baik

15

VI. Kelainan Khusus Kaku

: tidak ada

Tortikolis

: tidak ada

Tremor

: tidak ada (-)

Lain-lain

: tidak ada

IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI A. Keadaan Umum 1) Kesadaran/sensorium : compos mentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran berkabut (-), konfusi (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-). 2) Sikap tubuh : biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah (-), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai gender (-) Cara berpakaian : rapi (-)¸biasa (+), tak menentu (-), sesuai dengan situasi (+), kotor (-), kesan (dapat/ tidak dapat mengurus diri) Kesehatan fisik : sehat (-) pucat (-), lemas (-), apatis (-)¸telapak tangan basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-) 3) Kontak psikis : dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang wajar (-), sebentar (-), lama (+) 4) Sikap : Kooperatif (+), penuh perhatian (-)¸berterus terang (-), menggoda (-), bermusuhan (-)¸suka main-main (-), berusaha supaya disayangi (-), selalu menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-) 5) Tingkah laku dan aktifitas psikomotor Cara berjalan : biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-) Ekopraksia (-)¸katalepsi (-), luapan katatonik (-)¸stupor katatonik ()¸rigiditas katatonik (-)¸ posturing katagonik (-), cerea flexibilitas (-)¸ negativisme (-), Katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme (-) otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi psikomotor (-)¸ hiperaktivitas/hiperkinesis (-)¸ tik (-), somnabulisme (-)¸ akathisia (-)¸ kompulsi (-), ataksia (-), chorea (-)¸ distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-), convulsi (-), seizure (-), piromania (-)¸vagabondage (-)

16

B. Verbalisasi dan cara berbicara 1. Arus pembicaran

: biasa, cepat, lambat

2. Produktivitas pembicaraan

: biasa, sedikit, banyak

3. Perbendaharaan

: biasa, sedikit, lambat

4. Nada pembicaraan

: biasa, menurun, meninggi

5. Volume pembicaraan

: biasa, menurun, meninggi

6. Isi pembicaraan

: sesuai, tidak sesuai

7. Penekanan pada pembicaraan

: ada, tidak

8. Spontanitas pembicaraan

: spontan, tidak

9. Logorrhea (-), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap (-), afasia (-), bicara kacau (-) C. Emosi Hidup emosi : stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat), dalam/dangkal, skala diferensiasi (sempit/luas), arus emosi (biasa/lambat/cepat) 1. Afek : afek appropiate/serasi (+)¸afek inappropiate/ tidak serasi (-) afek tumpul (-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-) 2. Mood : mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap/ expansive mood (-)¸mood yang iritabel (-), mood yang labil/ swing mood (-), mood meninggi/ elevated mood/hipertim (-), euforia (-), ektasi (-), mood depresi/ hipotim (-), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-), mania (-)¸melankolia (-), La belle indifference (-)¸tidak ada harapan (-) 3. Emosi lainnya : ansietas (-)¸ free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension/ ketegangan (-), panik (-), apatis (-)¸ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa malu (-), rasa berdosa/bersalah (-), kontrol impuls (-) 4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood : anoreksia (-)¸ hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasidiurnal (-), penurunan libido (-), konstipasi (-)¸ fatigue (-), pika (-)¸ pseudocyesis (-) bulimia (-)

D. Pikiran/ Proses Pikir (thinking)

17

Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat), mutu proses pikir (jelas/tajam) 1. Gangguan umum dalam bentuk pikiran : gangguan mental (-)¸ psikosis (-), tes realitas (terganggu/tidak), gangguan pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-), dereisme (-), berpikir magik (-) proses berpikir primer (-) 2. Gangguan spesifik dalam isi pikiran : kemiskinan isi pikir (-), gagasan

yang

berlebihan

(-),

waham

bizzare

(-),

waham

tersistematisasi (+)¸waham yang sejalan dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-), waham persekutorik (-), waham kebesaran (-)¸ waham referensi (+), thought of withdrawal (-), thougt of broadcasting (-)¸thought of insertion (-)¸thought of control (-), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-)¸waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania (-), pseudologia fantastika (-), waham agama (-), flight of idea (+) 3. Preokupasi pikiran (-), egomania (-) hipokondria (-), obsesi (-), kompulsi (-), koprolalia (-), fobia (-), noesis (-), unio mystica (-) E. Persepsi : Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-)¸ halusinasi auditorik (+) mendengar suara sirine ambulan¸ halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik (-), halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-), halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-), halusinasi perintah (command halusination) (-), trailing phenomenon (-), ilusi (-)¸depersonalisasi (-), derealisasi (-). F. Mimpi dan Fantasi Mimpi : Fantasi : G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual 1. Orientasi waktu (baik/terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu), orientasi personal (baik/terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu)

18

2. Atensi/perhatian : distractibility (-), inatensi selektif (-), hipervigilance (-) 3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/tergangu) 4. Memori/daya ingat : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/baru saja/recent (-)¸gangguan memori segera/ immediate (-), amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia (-) 5. Luas pengetahuan umum : baik/terganggu 6. Pikiran konkrit : baik/terganggu 7. Pikiran abstrak : baik/terganggu 8. Kemunduran intelek : (ada/tidak), retardasi mental (-), demensia (-)¸ pseudodemensia (-) H. Discriminative Insight Derajat I (penyangkalan) Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/hal lain) Derajat IV (sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat V (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement Judgment test dan judgment sosial tidak terganggu VI.

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik khusus lainnya Tidak dilakukan

VII.

Ikhtisar Penemuan Bermakna Pengakuan pasien saat diwawancara berbeda dengan keterang dari keluarga (adik pasien), antara lain : Pasien 

Pasien dibawa ke RSJ karena

keluarga 

Pasien dibawa ke RSJ karena

berdebat masalah panen jagung

tidak mau makan, sering lama

oleh keluarga

menatap langit di malam hari, dan menyembunyikan benda

19

tajam di ladang orang 

Pasien dibawa dengan paksa,



bahkan sampai dicekik

Tidak ada paksaan saat membawa pasien, pasien menurut saat dibilang utuk pergi berobat



Pasien mengaku minum obat



teratur, tidak pernah putus 

Pasien mengaku pernah

Pasien sudah tidak minum obat selama 4 bulan



Pasien menikah 2 kali

menikah 3 kali

VIII.

Diagnosis Multiaksial Aksis I

: F20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II

: tidak ada diagnosa

Aksis III

: tidak ada diagnosa

Aksis IV

: pernikahan, masalah dengan istri yang selalu mengeluh kekurangan uang

Aksis V IX.

: GAF 80-71

Diagnosis Banding Aksis I F23. Ganguan Psikotik akut Sementara F25.1 Gangguan Skizoafektif tipe depresi

X. Daftar Masalah Masalah psikologis dengan istri yang mengeluh kekurangan uang, bahkan sampai menjual motor milik suami dan kulkas. XI.

Penatalaksanaan A. Farmakoterapi : -

Haloperidol 2x5 mg

-

Risperidon 2x2 mg

-

Lorazepam 1x2 mg

B. Non Farmakoterapi : 

Psikoedukasi

20

Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya. Diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali gejala, penyebab dan terapi yang dibutuhkannya untuk mengurangi gejala dan menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan XII. Anjuran Terapi Terapi CBT XIII. Prognosis Quo et Vitam

: Bonam

Quo et fungsional

: Dubia et bonam

Quo et sanationam

: Dubia et malam

21

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Definisi Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab

(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizen” yang berarti “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Skizofrenia merupakan suatu sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan pikiran dan persepsi, afek tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji kognitif yang buruk.1,4 Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan mencakup waham dan halusinasi. Emil Kraepelin membagi skizofrenia dalam beberapa jenis, menurut gejala utama yang terdapat pada pasien, salah satunya adalah skizofrenia paranoid. Skizofrenia paranoid merupakan subtipe yang paling sering ditemui dan paling stabil, dimana waham dan halusinasi auditorik jelas terlihat. Pada pasien skizofrenia paranoid, pasien mungkin tidak tampak sakit jiwa sampai muncul gejala-gejala paranoid. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJIII) adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan budaya. Skizofrenia merupakan satu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinik yang amat luas variasinya, penyesuaian pramorbid, gejala dan perjalanan penyakit yang amat bervariasi.4,5 3.2

Epidemologi Menurut DSM-IV-TR, insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5

sampai 5,0 per 10.000 dengan beberapa variasi geografik. Skizofrenia yang

22

menyerang ± 1 persen populasi, biasanya bermula di bawah usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua kelas sosial. Saat ini diperkirakan ada 2,2 juta pasien hidup dengan skizofrenia di Amerika Serikat, dan sekitar 300.000 pasien dirawat dirumah sakit. Penelitian di China menunjukkan bahwa total penderita skizofrenia adalah 0,41% dari jumlah penduduk. Analisis umur bertingkat menunjukkan bahwa perbandingan prevalensi antara laki- laki dan perempuan bervariasi. Prevalensi lebih tinggi pada laki-laki dikelompok usia muda (18-29 tahun) dan prevalensi lebih tinggi pada wanita dikelompok usia yang lebih tua (40 tahun atau lebih).3 Gangguan jiwa di Indonesia merupakan penyakit yang merata dan hampir ada di setiap wilayah. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DIYogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil), Bali (2,3 per mil), dan Jawa Tengah 2,3 per mil).3 3.3

Etiologi

3.3.1

Faktor Biologis Penyebab skizofrenia tidak diketahui, tetapi semakin banyak penelitian

yang melibatkan peranan patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis. Selain itu hipotesis dopamin untuk skizofrenia mengatakan bahwa skizofrenia disebabkan peningkatan aktifitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari pengamatan clozapine, potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk berperan sebagai, antagonis reseptor dopaminergik tipe 2.4 Antagonis reseptor serotonin, (5-hydroxytryptamine) tipe 2 penting untuk menurunkan gejala psikotik. Gamma-aminobutyric acid (GABA) juga terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Hipotesis bahwa, beberapa pasien dengan skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA-ergik. Hilangnya neuron inhibitor GABA-ergik secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktifitas neuron dopaminergik.4 3.3.2

Genetik Faktor genetik yang turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah

dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan

23

terutama anak-anak kembar. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%, bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar heterozigot2-15%, bagi kembar monozigot 61-86%.4 3.3.3

Faktor Psikososial Freud memandang skizofrenia sebagai suatu respon regresif terhadap

frustasi dan konflik yang melanda seseorang dalam lingkungan. Neurosis melibatkan suatu konflik antara ego dan id, psikosis dapat dipandang sebagai suatu konflik antara ego dan dunia luar dimana kenyataan diingkari.4 3.4

Manifestasi Klinis Gejala-gejala yang dialami pasien skizofrenia mencakup gangguan dalam

beberapa hal penting pikiran, persepsi, dan perhatian. Beberapa gejala utama skizofrenia yaitu gejala positif, dan gejala negatif .Gejala positif mencakup hal– hal yang berlebihan dan distorsi, seperti halusinasi dan waham.2 a. Delusi atau waham adalah suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal), meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. b. Halusinasi Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus), misalnya penderita mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/ bisikan itu. c. Kekacauan alam pikiran Dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya. d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan. e. Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu dan sejenisnya. f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya. g. Menyimpan rasa permusuhan. Gejala negatif mencakup berbagai defisit behavioral, seperti:

24

a. Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi. b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain dan suka melamun. c. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam. d. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial. e. Sulit dalam berpikir nyata. f. Pola pikir steorotip. g. Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif. 3.5

Diagnosis Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental

dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate)

atau

tumpul

(blunted).

Kesadaran

yang

jernih

(clear

consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Pedoman diagnosis skizofrenia adalah sebagai berikut:5 

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a) -

“thought echo”, isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun

isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau -

“thought insertion or withdrawal”, isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

-

“thought broadcasting”, isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya

b) - “delusion of control”, waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau -

“delusion of influence”, waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

25

-

“delusion of passivity”, waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

“delusional pereception”, pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermaknsa sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistis atau mukjizat. c) Halusinasi auditorik: -

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau - mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau - jenis suara halusinasi lain yang berasal dari satu bagian tubuh d) Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil 

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas: e) halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus; f) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; h) gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon

emosional

yang

menumpul

atau

tidak

wajar,

biasanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

26



Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).



Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.5

3.6

Jenis-jenis Skizofrenia

3.6.1

Skizofrenia paranoid Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia paranoid

berdasarkan PPDGJ-III :5 -

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

-

Sebagai tambahan: 

Halusinasi dan/atau waham harus menonjol; a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing); b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol; c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of influence) atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.



Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.5

3.6.2

Skizofrenia herbefrenik Pedoman diagnosis:5



Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia



Diagnosis herbefrenia pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun) 27



Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis



Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan: -

perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat dirmalkan, serta mannerism; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

-

afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (selfsatisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerism, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

-

proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren

3.6.3

Skizofrenia katatonik Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut

serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti:2 1.

Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.

2.

Bila diganti posisinya penderita menentang.

3.

Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.

4.

Terdapat grimas dan katalepsi.

28

3.6.4

Skizofrenia simplek Gejalanya sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama

pada jenis simplex adalah kedangkala emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan.2 3.6.5

Skizofrenia residual Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya

satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.2 3.7

Tatalaksana Skizofrenia

3.7.1

Tatalaksana Non Farmakologi

 Rawat Inap / Hospitalisasi Pasien yang mengalami gejala-gejala skizofrenia akut harus dirawat di rumah sakit. Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rawat inap diindikasikan terutama untuk: 1. Tujuan diagnostik 2. Stabilisasi pengobatan 3. Keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan, maupun mengancam lingkungan sekitar 4. Untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya, termasuk ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan. 5. Tidak adanya dukungan dan motivasi sembuh dari keluarga maupun lingkungan 6. Timbulnya efek samping obat yang membahayakan jiwa  Terapi Psikologis (Psikoterapi) dan Dukungan Sosial (Sosioterapi)

29

Terapi yang dapat membantu penderita skizofrenia adalah psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan penderita ke masyarakat. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy, CBT) seringkali bermanfaat dalam membantu pasien mengatasi waham dan halusinasi yang menetap. Tujuannya adalah untuk mengurangi

penderitaan,

ketidakmampuan,

dan

tidak

secara

langsung

menghilangkan gejala. Terapi keluarga dapat membantu mereka megurangi ekspresi emosi yang berlebihan dan terbukti efektif mencegah kekambuhan. 3.7.2 Tatalaksana Farmakologis Obat

anti-psikosis

tidak

bersifat

menyembuhkan,

namun

bersifat

pengobatan simtomatik. Obat anti-psikosis efektif mengobati “gejala positif” pada episode akut (misalnya halusinasi, waham, fenomena passivity) dan mencegah kekambuhan. Obat-obat ini hanya mengatasi gejala gangguan dan tidak menyembuhkan

skizofrenia.

Pengobatan

dapat

diberikan

secara

oral,

intramuscular, atau dengan injeksi. Untuk pasien yang baru pertama kali mengalami episode skizofrenia, pemberian obat harus diupayakan agar tidak terlalu memberikan efek samping, karena pengalaman yang buruk dengan pengobatan akan mengurangi ketaatan berobat. Dianjurkan untuk menggunakan antipsikosis atipikal atau antipsikosis tipikal, tetapi dengan dosis yang rendah. Mekanisme

kerja

obat

anti-psikosis

berkaitan

dengan

aktivitas

neurotransmitter dopamin yang meningkat (Hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral). Pada umumnya, pemberian obat anti-psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun, setelah semua gejala psikosis mereda. Efek obat anti-psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. Obat anti-psikosis dibagi dalam dua kelompok yaitu berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu: 1. Dopamine Receptor Antagonist (DRA) atau anti-psikosis generasi I (APGI) Obat APG-I disebut juga obat anti-psikosis konvensional atau tipikal. Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal mempunyai afinitas tinggi dalam mem-blokade atau menghambat pengikatan dopamin pada reseptor pasca-

30

sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist), hal inilah yang diperkirakan menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat. Oleh karena kinerja obat APG-I, maka obat ini lebih efektif untuk gejala positif, contohnya gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikir yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi) dibandingkan untuk terapi gejala negatif. Obat antipsikosis tipikal (APG-I) memiliki dua kekurangan utama, yaitu: a. Hanya sejumlah kecil pasien (kemungkinan 25 persen) yang cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal b. Antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek menganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Sebagian besar antagonis reseptor dopamin dapat diberikan dalam satu dosis oral harian ketika orang tersebut berada dalam kondisi yang stabil dan telah menyesuaikan dengan efek samping apa pun. Prototip kelompok obat APG-I adalah klorpromazin (CPZ), hal ini dikarenakan obat ini sampai sekarang masih tetap digunakan sebagai antipsikosis, karena ketersediannya dan harganya yang murah.

Tabel 1. Sediaan Obat Anti-psikosis Generasi I Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Chlorpromazine Chlorpromazine Tab. 25 - 100 mg

Dosis Anjurkan 150 - 600 mg/hari

Promactil

Tab. 100 mg

Meprosetil

Tab. 100 mg

Cepezet

Tab. 100 mg

Perphenazine

Tab. 4 mg

Trilafon

Tab 2 - 4 - 8 mg

Trifluoperazine

Stelazine

Tab. 1 - 5 mg

10 - 15 mg/hari

Fluphenazine

Anatensol

Tab. 2,5 - 5 mg

10 - 15 mg/hari

Perphenazine

31

Thioridazine

Melleril

Tab. 50 - 100 mg

150 - 300 mg/hari

Haloperidol

Haloperidol

Tab. 0,5 - 1,5 mg

5 - 15 mg/hari

Dores

Tab. 1,5 mg

Serenace

Tab. 0,5 - 1,5 mg

Haldol

Tab. 2 - 5 mg

Govotil

Tab. 2 - 5 mg

Lodomer

Tab 2 - 5 mg

Orap Forte

Tab. 4 mg

Pimozide

2 - 4 mg/hari

Obat CPZ merupakan golongan derivate phenothiazine yang mempengaruhi ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek esktrapiramidal / EPS). Semua obat APG-I dapat menimbulkan efek samping EPS (ekstrapiramidal), seperti distonia akut, akathisia, sindrom Parkinson (tremor, bradikinesia, rigiditas). Efek samping ini dibagi menjadi efek akut, yaitu efek yang terjadi pada hari-hari atau mingguminggu awal pertama pemberian obat, sedangkan efek kronik yaitu efek yang terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun menggunakan obat. Oleh karena itu, setiap pemberian obat APG-I, maka harus disertakan obat trihexyphenidyl 2 mg selama 2 minggu sebagai obat antidotum. 2. Serotonin-dopamine Antagonist (SDA) atau anti-psikosis generasi II (APG-II) Pada tahun 1990, ditemukan klozapin yang dikenal sebagai generasi pertama antipsikotik golongan atipikal. Disebut atipikal karena golongan obat ini sedikit menyebabkan reaksi ekstrapiramidal (EPS = extrapyramidal symptom). Obat APG-II disebut juga obat anti-psikosis baru atau atipikal. Standar emas terbaru untuk pemberian obat antipsikosis bagi pasien skizofrenia adalah APG-II. Obat APG-II memiliki efek samping neurologis yang lebih sedikit dibandingkan dengan APG-I Mekanisme kerja obat anti-psikosis atipikal adalah berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors”(sama seperti APG-I) dan juga berafinitas terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif terhadap gejala positif (waham, halusinasi, 32

inkoherensi) maupun gejala negatif (afek tumpul, proses pikir lambat, apatis, menarik diri). Tabel 2. Sediaan Obat Anti-psikosis Generasi II Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjurkan

Sulpiride

Dogmatil Forte

Tab. 200 mg

300 - 600 mg/hari

Clozapine

Clorazil

Tab. 25 - 100 mg

25 - 100 mg/hari

Sizoril

Tab. 25 - 100 mg

Olanzapine

Zyprexa

Tab. 5 - 10 mg

10 - 20 mg/hari

Quetiapine

Seroquel

Tab. 25 - 100 mg

50 - 400 mg/hari

Zotepine

Lodopin

Tab. 25 - 50 mg

75 - 100 mg/hari

Risperidone

Risperidone

Tab 1 - 2 - 3 mg

2 - 6 mg/hari

Risperidal

Tab. 1 - 2 - 3 mg

Neripros

Tab. 1 - 2 - 3 mg

Persidal

Tab. 1 - 2 - 3 mg

Rizodal

Tab. 1 - 2 - 3 mg

Zofredal

Tab. 1 - 2 - 3 mg

Abilify

Tab. 10 - 15 mg

Aripiprazole

10 - 15 mg/hari

Talaksana lainnya meliputi terapi kejang listrik atau electro convulsive therapy dan terapi psikososial. Terapi psikososial berorientasi suportif sangat bermanfaat terutama pada terapi jangka panjang skizofrenia. Pasien skizofrenia harus didekati secara baik dengan penuh empati.2 2.8

Prognosis Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronik. Pasien secara

berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama bertahun-tahun. Berikut gambaran klinik yang berkaitan dengan prognosis:6

33

Tabel 3 Faktor penentu prognosis skizofrenia Prognosis Baik 

Awitan

Prognosis Buruk

lambat

(>30

tahun), 

Awitan muda

terutama perempuan



Tidak ada faktor presipitasi



Ada faktor presipitasi yang jelas



Awita insidious



Awitan akut



Riwayat



Riwayat

sosial,

seksual,

pelerjaan premorbid baik 

dan



Menikah



Riwayat

seksual,

dan

pekerjaan premorbid buruk 

Gejala gangguan mood (terutama  gangguan depresif)

sosial,



Perilaku autistic, menarik diri Lajang, cerai Riwayat

keluarga

dengan

skizofrenia keluarga

dengan 

Sistem pendukung buruk

gangguan mood



Gejala negatif



Sistem pendukung baik



Tanda dan gejala neurologis



Gejala positif



Riwayat trauma perinatal



Tanpa remisi dalam 3 tahun



Berulang kali relaps



Riwayat

melakukan

tindakan

penyerangan

34

BAB 4 DISKUSI Seorang pasien laki-laki 64 tahun, datang ke RSJ HB Saanin, Padang pada tanggal 27 Juni 2018, pukul 23.00 WIB dengan sebab utama, berbicara sendiri, melamun melihat bulan dan bintang, kurang tidur, tidak mau makan. Ini merupakan sakit yang ke-3 dan dirawat untuk yang ke-3 kalinya. Seorang pasien laki-laki berusia 64 tahun datang ke RS Jiwa Prof HB Saanin Padang pada tanggal 27 Juni 2018 pukul 23.00 WIB dengan sebab utama sering berbicara sendiri, melamun melihat bulan dan bintang, kurang tidur, tidak mau makan serta di diagnosis dengan Skizofrenia Paranoid. Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status psikiatri yang didasarkan pada PPDGJ III. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri tersebut didapatkan gejala bicara sendiri, melamun melihat dan berbicara dengan bulan dan bintang, waktu tidur kurang, tidak mau makan. Pasien pernah mendengar suara ambulans yang tidak di dengar oleh orang lain di sekitarnya. Pasien menuduh kakak dan adiknya tidak suka kepada pasien, semua ide dan sarannya tidak pernah didengar. Saat berbicara pasien sering bealih topik pembicaraan yang tidak berkaitan dengan topik sebelumnya. Gejala yang dialami pasien terjadi beberapa kali dan sekarang pasien dirawat untuk yang ke-3 kalinya. Pasien juga mengaku pernah menuntut ilmu hitam di Lubuk Basung. Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan tersebut pasien didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid. Pada pasien diberikan Risperidone 2 x 2 mg, Lorazepam 1 x 2 mg dan Haloperidol 2 x 5 mg. Risperidone merupakan obat antipsikotik generasi 2 untuk pengobatan gangguan psikotik. Pada pasien ini juga diberikan lorazepam sebagai antiinsomnia. Haloperidol merupakan obat antipsikotik generasi 1 untuk pengobatan gangguan psikotik. Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperlihatkan minat kita pada pasien, memberikan perhatian, dukungan, dan optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap 35

kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan dilindungi Prognosis Baik

Prognosis Buruk



Awitan lambat (>30 tahun)



Awitan muda



Ada faktor presipitasi yang jelas



Tidak ada faktor presipitasi



Awitan akut



Awita insidious



Riwayat sosial,



seksual,

dan 

Riwayat

sosial,

seksual,

pelerjaan premorbid baik

pekerjaan premorbid buruk

Gejala gangguan mood (terutama 

Perilaku autistic, menarik diri

gangguan depresif)



Lajang, cerai



Menikah



Riwayat



Riwayat

keluarga

dengan

keluarga

dan

dengan

skizofrenia

gangguan mood



Sistem pendukung buruk



Sistem pendukung baik



Gejala negatif



Gejala positif



Tanda dan gejala neurologis



Riwayat trauma perinatal



Tanpa remisi dalam 3 tahun



Berulang kali relaps (3 kali)



Riwayat

melakukan

tindakan

penyerangan .

36

DAFTAR PUSTAKA 1.

Nolen, Hoeksema, S. Abnormal Psychology. NewYork, NY: McGraw-Hill. 2004. 2. Amir N. Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit FKUI. 2014 3. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Riset Kesehatan Dasar. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2 02013.pdf. 4. Sadock BJ dan Sadock VA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis, Jilid II. EGC. Jakarta: 2010. 147-168 5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2013. 6. Patel KR, Cherian J. Gohi K, Atkinson D. Schizophrenia: Overview and Treatment Options. P & T jourrnal. 2014; 39(9): 638-45. 7. Robinson DG, Woerner MG, McMeniman M, et al. Symptomatic and functional recovery from a first episode of schizophrenia or schizoaffective disorder. American Journal of Psychiatry. 2004; 161: 473–9. 8. Chuang WC, Crismon LM. Evaluation of a Schizophrenia Medication Algorithm in a State Hospital. American Societyof Health-System Pharmacist. 2003;60(14). 9. Bratti, I.M., Kane, J.M., Marder, Chronic Restlessness with Antipsychotics. Am Psychiatry.2007;164 :1648-54. 10. Benjamin HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 33-46

37

Related Documents

Crs Bu Linda.docx
October 2019 16
Crs Bst.docx
October 2019 30
Accouplement-crs
June 2020 12
Crs Cpa.docx
October 2019 24
Crs Ich.pptx
November 2019 15
Crs Marasmik
August 2019 26

More Documents from "Aria Mori"