Critical Jurnal Report Pengantar Bisnis
Dosen Pengampuh : DIONISIUS SIHOMBING, M. Si.
Disusun Oleh:
Nama : M.Ramadhan Lubis Nim: 7173144019
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan TA.2018
IDENTITAS JURNAL 1. Judul jurnal
: Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Pemasaran
Volume penerbitan
: Volume 9 Nomor 2
Tahun terbit
: 2015
Penulis
: Robertus Bellarminus Krisna Wijaya
2. Judul jurnal Southeast Asia
: Growth and Convergence of Sugarcare Industries in
Volume penerbitan
:-
Tahun terbit
: 2005
Penulis
: Erlangga Agustino Landiyanto and Wirya Wardaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Adapun yang menjadi judul tugas saya adalah “Critical Jurnal Report”.Tujuan saya menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengatar Bisnis. Jika dalam penulisan makalah saya terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan tugas ini. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Medan, 8 Oktober 2018
M.Ramadhan Lubis
Identitas Jurnal Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Review Jurnal Penelitian Tujuan Penulisan (Cjr) Manfaat Penulisan Bab II Ringkasan Metode Hasil Penelitian Penutup Penelitian Bab III Pembahasan Keunggulan Jurnal Kelemahan Jurnal Bab VI Penutup Kritik Saran
BAB I Latar Belakang Dalam masalah ekonomi pada zaman sekarang kita akan mengetahui bahwa perkembangan yang sangat pesat dimana kita Hal ini terlihat dengan maraknya kemunculan berbagai bisnis online yang menawarkan aneka produk dan jasa yang tak terbatas baik untuk memenuhi segela kebutuhan seseorang. Peluang memasarkan produk dan jasa melalui media online untuk kedepannya akan semakin diminati masyarakat. Hasil survei Payment Solution terhadap negara-negara di seluruh dunia menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan transaksi online paling tinggi se-asia pasifik. Tujuan Penulisan Critical Journal Report Mengkritik Jurnal (critical journal report) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Pengatar Bisnis di Universitas Negeri Medan. Manfaat Penulisan Critical Journal Report 1.
Mengetahui kualitas jumal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis
yang sama atau penulis lainnya. 2.
Memberi masukan kepada penulis jurnal berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi jurnal.
BAB II RINGKASAN JURNAL I Masyarakat informasi diasoasikan dengan penggunaan internet. Sejak kemunculan internet hingga saat ini para pengguna internet selalu bertambah dari waktu ke waktu. Meledaknya jumlah pengguna internet telah merambah dalam berbagai sektor, salah satunya sektor ekonomi dan bisnis. Penggunaan internet sebagai sarana bisnis sangat berkembang cepat di era informasi. Hal ini terlihat dengan maraknya kemunculan berbagai bisnis online yang menawarkan aneka produk dan jasa yang tak terbatas baik untuk memenuhi segela kebutuhan seseorang. Peluang memasarkan produk dan jasa melalui media online untuk kedepannya akan semakin diminati masyarakat. Hasil survei Payment Solution terhadap negara-negara di seluruh dunia menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan transaksi online paling tinggi se-asia pasifik, ungkap Iim Fahima Jachja, CEO Virtual Consulting (dalam female.kompas.com, 2012). Disamping itu pada tahun 2010, nilai pembelanjaan online masyarakat Indonesia saat ini hanya sekitar 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp 2 triliun (230 juta dollar AS). Sehingga masih banyak peluang bisnis yang dapat diambil keuntungannya dari bisnis online (dalam female.kompas.com, 2011) Hadirnya fasilitas internet yang semakin terjangkau oleh semua kalangan menjadi salah satu faktor untuk memulai dan mengembangkan bisnis secara online. Tidak terkecuali oleh kaum perempuan yang mulai banyak melirik aktifitas ini. Multiply.com, sebagai salah satu penyedia layanan e-commerce di Indonesia menyebutkan bahwa jumlah perempuan yang berbisnis online di Multiply.com lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut Daniel Tumiwa, Country Manager Multiply Indonesia, peluang bisnis online ini banyak diminati perempuan. Sebanyak 60 persen perempuan tercatat berjualan di Multiply. Sementara 40 persen sisanya adalah laki-laki. Kebanyakan pelaku jualan online berasal dari kalangan perempuan muda. Bisnis online dianggap lebih menguntungkan, dengan penghasilan lebih besar dibandingkan bekerja sebagai karyawan (dalam entertainment.kompas.com, 2011). Dalam kegiatan bisnis online, perempuan menjadi subyek utama, baik dari sisi pembeli maupun penjual. Karena pada dasarnya sifat perempuan yang cenderung konsumtif dalam membeli barang. Tanpa disadari seorang perempuan lebih konsumtif dibandingkan dengan pria. Lihat saja berapa banyak benda yang melekat dan dibutuhkan oleh seorang perempuan saat dia hendak keluar rumah dibandingkan pria. Benda-benda tersebut melekat ditubuh perempuan mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Misalnya: kerudung, baju, tas, aksesoris, make up, dan sepatu. Menurut Sumartono (2002) (suaramerdeka.com, 2012), munculnya perilaku konsumtif disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri. Sementara faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial dan referensi serta keluarga. Faktor eksternal inilah yang kemudian terkonstruksi dalam sebuah identitas
(gaya hidup) yang banyak mempengaruhi perempuan. Perempuan kemudian terjebak dalam kehidupan konsumtif. Brennan (2009) memiliki pandangan bahwa beberapa tahun ke depan memang merupakan era “female economy”. Female economy ditunjukkan dengan beberapa indikator pembelian produk-produk yang dulunya didominasi oleh pria, sekarang sudah didominasi oleh perempuan. Bukan hanya itu, dalam dunia makro berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Boston Consulting Group (BCG), masa pemulihan perekonomian dunia selepas resesi akan didorong oleh pertumbuhan pasar kaum perempuan urban yang ditaksir akan meningkat sebesar 5 triliun dollar AS dalam lima tahun ke depan (http://the-marketeers.com/archives /posisi-wanita-pada-proses-pengambilan-keputusan-dalam-dunia-marketing.html). Pernyataan diatas sejalan dengan buku “Anxieties/Desires: 90 Insight for Marketing to Youth, Women, Netizen”, Waizly Darwin yang membahas lebih lanjut buku “New Wave Marketing” karya Hermawan Kertajaya, menyebutkan bahwa ada tiga komunitas yang perlu digarap serius dalam dunia pemasaran saat ini, yakni youth, woman, dan netizen. dimana woman berperan sebagai “managing the market”. Artinya, kaum perempuanlah yang sebenarnya mengelola (me-manage) pembelian produk dan jasa dipasaran dan mengindikasikan bahwa perempuan me-manage kebutuhan dan menjadi pengendali kebutuhan. (Darwin, 2011:2) Pada perkembangan pola konsumsi dan gaya hidup. Berkembanganya arus informasi Sebagai gender yang dianggap berperan penting dalam mendominasi pasar, perempuan memiliki kekuatan pembelian, kemampuan mempengaruhi orang lain dalam pemilihan produk, merekomendasikan produk, dan bahkan dapat meningkatkan pencitraan produk. Potensi dalam diri perempuan inilah yang menjadi daya tarik dalam bisnis online. Peningkatan pendidikan perempuan di Indonesia secara langsung ikut memberikan kontribusi melalui media online yang tanpa batas telah mempengaruhi perempuan untuk harus mengikuti tren yang ada, tanpa mengesampingkan karakter pribadi masing-masing (Darwin, 2011:11). Jika melihat jumlah penduduk indonesia 237.641.326 orang, dengan jumlah populasi perempuan sebanyak 118.010.413 orang, hampir sebesar 50 persen dari total populasi penduduk Indonesia (data BPS tahun 2010). Dan dari total jumlah perempuan tersebut yang dianggap mewakili dicision maker, yakni perempuan di usia 16-60 tahun maka ada sekitar 7.8083.952 perempuan Indonesia yang dapat menjadi pasar potensial yang dalam bisnis online. Besarnya populasi perempuan di Indonesia menjadikan banyak produsen dan perusahaan besar untuk menggarap bisnisnya di komunitas perempuan dibandingkan pria, termasuk dalam bisnis online. Para penjual dan pembeli dalam bisnis online banyak didominasi oleh perempuan karena mayoritas segmentasi produk yang di jual dalam bisnis online menyasar pada kaum perempuan seperti produk industri kreatif kerajinan tangan (hanmade) karena perempuan ingin selalu mendapatkan barang eklusif, fashion (baju dan aksesoris) untuk memenuhi tuntutan gaya berbusana serta industri pangan karena perempuan menomorsatukan kesehatan makanan keluarga. Banyaknya para pebisnis perempuan online di Indonesia membutuhkan suatu wadah atau sarana untuk saling berbagi informasi antar mereka dalam mengelola bisnis online yang
dijalankan. Muncul berbagai komunitas yang hadir untuk mengorganisir mereka sebut saja KOS (Komunitas Online Shop), ReOS (Recommended Online Shop) serta di Surabaya ada sendiri ada WOSCA (Woman Online Community Surabaya). WOSCA sendiri merupakan komunitas untuk para perempuan pemilik Online shop atau Bisnis Online lainnya. Didirikan pada 11 September 2011 oleh Lilies Rolina, pemilik Online Shop Rumah Liena. Berawal dari kegelisahan akan wadah khusus untuk para pengusaha bisnis online, akhirnya Lilis membentuk komunitas ini. WOSCA adalah sebuah wadah untuk pemilik Online Shop yang selalu ingin mengembangkan diri dan bisnis. Dalam menjalankan bisnis online setiap member wosca telah memiliki online shop. Dan mereka menggunakan media online seperti facebook, blog dan website untuk menjalankan bisnis dalam menampilkan katalog produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Memasarkan bisnis melalui media online dirasa cukup efektif dan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan memasarkan produk atau jasa secara konvensional (tatap muka). Bisnis online memiliki pilihan metode pemasaran yang beragam. Wirausahawan yang internet savvy kini semakin lihai dalam menggunakan berbagai jaringan sosial dan forum untuk mempromosikan bisnisnya secara gratis untuk meraih pembeli (dan bahkan komunitas yang relevan). Dari sisi finansial bisnis online teramat sangat menjanjikan. Chitra pemilik salah satu toko di Multiply yang bisa diakses melalui http://littleeight.multiply.com menyebutkan bahwa “Hasil berjualan online juga lumayan untuk menabung, tiap bulan, saya bisa dapat sekitar Rp 25 juta.” (dalam female kompas.com, 2011). Mengingat beragam keuntungan yang ditawarkan dalam bisnis online, peneliti ingin meneliti tentang bagaimana para perempuan mengelola database bisnisnya dengan menggunakan diagram Lancaster. Mulai dari pengumpulan informasi produk dan jasa yang dijual, menyeleksi produk dan jasa, membuat deskripsi produk berupa foto dan informasi yang detail serta menampilkannya dalam bentuk katalog online yang dimudah diakses oleh calon konsumen. Dan orientasi dari menggunakan diagram Lancaster dalam bisnis online ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh antara perempuan yang menjalankan bisnis online yang telah menggunakan pola digaram Lancaster dalam berbisnis online dengan yang tidak. Fakta dilapangan peneliti sering menemukan online shop yang dikelola sering kali membuat deskripsi produk dan jasa yang dijual secara asal-asalan, tidak mencantukan harga produk, yang mana jika ada konsumen yang ingin membeli produk tersebut harus menghubungi penjual secara pribadi baik melalui sms, email, atau inbox di facebook. Oleh karena itu penelitian ini penting dilakulakan karena melalui penelitian ini akan dihasilkan gambaran pemanfaat media online untuk kegiatan bisnis oleh perempuan di komunits WOSCA, serta bagaimana pengelolaan informasi jualan mereka dengan menggunakan diagram Lancaster, sehingga penggunaan diagram Lancaster memungkin untuk digunakan dalam semua aspek bidang informasi bukan hanya pada pengelolaan bahan pustaka di perpustakaan. Pertanyaan Peniltian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka peneliti ingin mengetahui gambaran penggunaan media online untuk bisnis oleh perempuan dengan menjawab pertanyaan peneltian berikut: 1.Bagaimana pengelolaan informasi produk atau jasa dalam bisnis online yang dilakukan oleh perempuan di komunitas WOSCA? 2.Bagaimana pengelolaan informasi produk atau jasa dalam bisnis online yang dilakukan oleh perempuan di komunitas WOSCA dalam memperoleh keuntungan? Pengelolaan Informasi Bisnis Online Untuk mengukur pengelolaan informasi bisnis online, penelitian ini menggunakan diagram Lancaster. Pada awalnya diagram Lancaster digunakan untuk alat bantu proses pengelolaan bahan pustaka pada sebuah lembaga perpustakaan, mulai dari pengumpulan bahan pustaka serta sampai siap digunakan oleh user perpustakaan. Sejatinya diagram Lancaster dapat diaplikasi pada berbagai hal yang berhubungan dengan informasi. Sedangkan pada penilitian ini, di diagram Lancaster diaplikasikan untuk mengelola produk dan jasa pada bisnis online, dengan menghilangkan sebagian proses yang dirasa tidak diperlukan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskripstif, dengan mengirim kuesioner melalui email. Menurut Van Selm dan Jankowski (2005) diacu dalam Sepulveda (2009), survei berbasis internet digunakan untuk penelitian dengan nonprobability sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan pertimbangan perempuan yang telah. Menjalankan bisnis online minimal selama satu tahun dan telah memperoleh keuntungan dari bisnis online secara kontinyu. Jumlah populasi sebanyak 165 perempuan anggota komunitas WOSCA Surabaya. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 55 orang responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi, data sekunder dan studi pustaka. Analisis Data Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah disebutkan maka peneliti melakukan penelitiaan untuk mengkaji dan memahami penggunaan media online untuk bisnis di kalangan perempuan komunitas wosca dengan indikator masyrakat informasi menurut Machlup. RINGKASAN II Kinerja dapat dipahami sebagai patokan bagi manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaan. Kinerja adalah prestasi organisasi dalam periode akuntansi. Kinerja biasanya diukur dengan menggunakan standar perbandingan (Shim, 1999 dalam Kusmayadi, 2012: 150). Selanjutnya, kinerja perusahaan adalah tampilan utuh untuk periode waktu tertentu.
Kinerja adalah hasil atau pencapaian. Hal ini dipengaruhi oleh operasi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sumber daya (Helfert, 1996 dalam Ceacilia Srimindarti, 2004: 53). Dalam terminologi yang digunakan, kinerja dianggap berhasil jika realisasi melebihi target yang ditetapkan. Namun, kriteria ini lebih cenderung menggunakan kriteria kuantitatif yang obyektif dan relatif mudah diukur. Pengukuran kinerja lebih ditekankan pada sudut pandang keuangan dan sering menghilangkan sudut pandang lain. Untuk itu diperlukan keseimbangan antara kinerja keuangan pengukuran dan pengukuran kinerja nonkeuangan. Keseimbangan antara pengukuran kinerja keuangan dan non finansial akan dapat membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengevaluasi kinerja keseluruhannya. Pengukuran kinerja dalam industri perbankan sering menggunakan kriteria kuantitatif. Saat ini pengukuran kinerja keuangan tidak cukup untuk mencerminkan yang sebenarnya kinerja organisasi, sehingga jumlah perusahaan mengadopsi konsep Balanced Scorecard.
Konsep Balanced Scorecard, mengukur kinerja suatu organisasi dapat dilihat dari empat perspektif yaitu keuangan perspektif, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. (Kaplan dan Norton masuk Kussetya, 2000). Di industri perbankan, termasuk Bank Perkreditan Rakyat (RB), pengukuran kinerja sering menggunakan kriteria kuantitatif. Kinerja bank, termasuk kinerja RB, selalu disampaikan oleh Bank Sentral Indonesia (BI) kepada masyarakat sebagai a bentuk pertanggungjawaban BI. Masyarakat kemudian dapat menentukan apakah kinerja kuantitatif dalam kategori meningkat, tetap, atau menurun. Statistik perbankan dari BI, menunjukkan bahwa kinerja kuantitatif di Wilayah dan daerah pinggiran kota Jakarta, pada periode dari Oktober 2012 hingga Februari 2013, berfluktuasi dan cenderung menurun. Tren penurunan kinerja RB di Jabodetabek, bisa dipahami sebagai masalah, karena sebenarnya kinerja organisasi harus mencerminkan peningkatan dari satu periode ke periode berikutnya. Kusmayadi (2012) menyebutkan bahwa GCG memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Dia juga mencatat bahwa GCG adalah instrumen utama dari suatu entitas dalam mencapai kinerja yang baik. Sementara itu, Meizart (2005) menyebutkan bahwa produk tabungan kegiatan pembangunan memiliki pengaruh positif pada peningkatan pendanaan. Ini dapat dipahami sebagai efek positif dari produk pengembangan untuk meningkatkan kinerja bank. Selanjutnya, Kotler (2010) menyatakan bahwa diversifikasi produk selalu diperlukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan tidak akan pernah habis untuk didiskusikan. Kinerja perusahaan, yang dilihat dari obyektif dan perspektif subjektif, adalah diskusi berkelanjutan oleh manajemen. Banyak pertunjukan kuantitatif mencerminkan kondisi obyektif. Namun, kinerja subjektif juga merupakan penelitian yang tidak pernah berakhir. Itu karena selalu ada persepsi yang sama antara persepsi pemimpin dan karyawannya. GCG adalah topik yang dapat dikontradiksi oleh otoritas pemerintah untuk para pelaku bisnis, meskipun peraturan GCG telah diberlakukan di banyak organisasi. Pertanyaannya adalah apakah Bank BPR di Jabodetabekarea telah menerapkan GCG? Pengembangan produk selalu dilakukan oleh perusahaan yang ingin berkembang. Namun, perusahaan itu menempatkan agen itu dalam kenyamanan zona merasa tidak perlu melakukan pengembangan produk. Pertanyaannya adalah apakah bank BPR di daerah itu terus menerus berupaya mengembangkan produk mereka.
Berdasarkan uraian kondisi kinerja RB di daerah, dan berdasarkan penelitian dilakukan Kusmayadi (2012) dan Meizart (2005), serta berdasarkan konsep yang disajikan oleh Kotler (2010), penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor penentu kinerja RB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dan menganalisis: (1) Faktor Pembentukan Praktek GCG, Pengembangan Produk, dan Kinerja RB di Jabodetabekarea (2). Pengaruh Pengembangan Produk pada kinerja RB di daerah tersebut, dan (3) Efek pada Pengembangan Produk Kinerja BPR di daerah, dengan praktik GCG sebagai variabel moderator. 2. Landasan Teoretis GCG adalah salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomi. GCG mencakup serangkaian hubungan antara perusahaan manajemen, dewan direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan. GCG juga menyediakan struktur yang memfasilitasi penentuan tujuan perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik pemantauan kinerja (Darmawati, et.al, 2004). Sedangkan, berdasarkan pada Kementerian Badan Usaha Milik Negara No. Kep.117 / M-MBU / 2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Pelaksanaan Yang Baik Tata Kelola Perusahaan di Badan Usaha Milik Negara, Tata Kelola Perusahaan adalah prinsip yang mendasari proses dan mekanisme operasi. GCG adalah struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan dalam upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan berkelanjutan dalam jangka panjang, berdasarkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian dan keadilan (Kusmayadi, 2012). GCG sebagaimana tercantum dalam Kode Etik Bank Indonesia yang direvisi adalah tata kelola yang mengandung lima prinsip utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian, keadilan dan kewajaran. Prinsip-prinsip GCG menurut Bank Sentral Indonesia Peraturan Nomor 8/4 / PBI / 2006 tentang implementasi GCG bagi Bank Umum, termasuk: transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian dan keadilan. Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI), ada empat manfaat penerapan corporate governance, yaitu: a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui proses penciptaan membuat keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, dan lebih meningkatkan layanan kepada para pemangku kepentingan. b. Memfasilitasi memperoleh dana pembiayaan lebih murah (karena kepercayaan), yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai perusahaan. c. Kembalikan kepercayaan investor kepada berinvestasi di Indonesia, d. Para pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan dan juga akan meningkatkan nilai pemegang saham dan dividen. Dalam hal produk, produk adalah seperangkat atribut yang nyata dan tidak berwujud, Termasuk pengemasan, warna, harga, pamor pabrik, dan peritel produsen, yang mana pembeli dapat menerima sebagai menawarkan kepuasan - keinginan (Stanton, 1981: 192). Selain itu, Kotler (2000: 394) dalam Alma (2011) menyatakan "A adalah produk apa pun yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk yang yang
dipasarkan termasuk barang fisik, layanan, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide. Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa produk tidak hanya sesuatu bentuk yang berwujud dalam bentuk barang, tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud seperti layanan. Semua didedikasikan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan adalah masalah pengembangan produk. Pengembangan produk dapat dilakukan oleh perusahaan dengan mengembangkan yang sudah ada produk (Alma, 2011: 139-140). Pengembangan produk dapat dipahami sebagai strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk baru atau yang dimodifikasi ke pasar saat ini segmen. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil jika dapat merebut target pasar dan mempertahankan volume penjualan dan memiliki maksimum keuntungan. Ini bisa dilaksanakan jika perusahaan selalu berusaha menciptakan produk yang memenuhi selera konsumen sesuai dengan perkembangannya. Pengembangan produk meliputi kegiatan teknis seperti penelitian, rekayasa produk dan desain, di mana semua ini diperlukan dalam proses transformasi ide. Selain itu, salah satu alasan paling penting untuk mengadakan produk baru pembangunan adalah karena produk tersebut sudah ketinggalan zaman meskipun yang pernah dapat diandalkan dan menguntungkan pertama cenderung kehilangan daya tariknya dan kekuatan penghasilannya (Meizart, 2005). Balanced scorecard dikembangkan pada tahun 1993 oleh Robert Kaplan dan David Norton. Ini masih terus ditingkatkan baru-baru ini (David, 2006 dalam Friska Sipayung, 2009: 7-14). Konsep balanced scorecard dikembangkan untuk melengkapi pengukuran keuangan kinerja (atau yang dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional) dan sebagai alat pengukur penting dalam organisasi untuk mencerminkan pemikiran baru di era daya saing dan efektivitas organisasi. Konsep ini memperkenalkan pengukuran kinerja perusahaan sistem menggunakan kriteria tertentu. Kriteria adalah terjemahan dari apa misi dan strategi perusahaan dalam jangka panjang, yang diklasifikasikan ke dalam empat perspektif berbeda: (1) perspektif keuangan; bagaimana penampilan perusahaan di mata pemegang saham, (2) perspektif pelanggan; bagaimana pandangan pelanggan perusahaan, (3). perspektif bisnis internal; apa itu keuntungan perusahaan, dan (4). perspektif pertumbuhan dan pembelajaran; perusahaan apa yang perlu terus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai yang berkelanjutan. Penulis membatasi pengukuran kinerja berdasarkan kinerja perusahaan non-keuangan adalah dengan menggunakan perspektif ketiga adalah proses bisnis internal dan perspektif keempat yaitu pembelajaran dan pertumbuhan. Proses bisnis internal perspektif, perusahaan mengambil ukuran dari semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer dan karyawan untuk menciptakan produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi pelanggan dan pemegang saham. Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga bisnis inti proses, yaitu proses inovasi, operasi, dan layanan penjualan. Dalam proses inovasi ini menciptakan nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi adalah salah satu proses penting, di mana efisiensi dan efektivitas dan ketepatan waktu dari proses inovasi
ini akan mendorong efisiensi biaya dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Dalam proses ini, unit usaha mencoba untuk menggali pemahaman tentang kebutuhan pelanggan dan menciptakan produk dan layanan yang mereka butuhkan. Inovasi proses di perusahaan adalah biasanya dilakukan oleh divisi pemasaran sehingga setiap keputusan pengeluaran untuk memasarkan suatu produk telah memenuhi syarat pemasaran dan bisa dikomersilkan. Proses pembedahan adalah proses untuk menciptakan dan memberikan produk / layanan. Aktivitas dalam proses operasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu proses pembuatan produk dan proses pengiriman produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja terkait dengan proses operasi dikelompokkan berdasarkan waktu, kualitas, dan biaya. Proses layanan penjualan adalah biaya layanan kepada pelanggan setelah penjualan produk / layanan dilakukan. Perusahaan dapat mengukur apakah upaya dalam layanan purna jual harus memenuhi harapan pelanggan, menggunakan tolok ukur yang berkualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk waktu siklus, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima sampai keluhan diselesaikan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasi infrastruktur yang akan dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan meningkatkan jangka panjang kinerja. Tiga sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan berasal dari orang-orang, sistem dan prosedur dari perusahaan. Perspektif proses bisnis keuangan, pelanggan dan internal dalam Balanced Scorecard biasanya akan menunjukkan kesenjangan antara kemampuan sumber daya manusia, sistem dan prosedur saat ini dengan apa yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja penuh terobosan. Untuk menutup celah ini, perusahaan harus berinvestasi pada karyawan, meningkatkan teknologi dan sistem informasi juga menyelaraskan berbagai prosedur dan kegiatan sehari-hari perusahaan. Kaplan (1996 dalam Kussetya, 2000: 21-35) mengungkapkan pentingnya dari suatu organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, untuk memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkanpengetahuan karyawan. Itu karena meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan dan itu juga akan meningkatkan kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, ada tiga dimensi yang harus diperhatikan untuk melakukan pengukuran, yaitu: kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, motivasi, pemberdayaan dan pembatasan wewenang kepada karyawan. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dan analisis menggunakan statistik, uji statistik seperti: validitas dan reliabilitas, klasik uji asumsi, uji analisis regresi linier moderat. Penelitian ini juga digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel analisis deskriptif GCG, Pengembangan Produk, dan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (RB) di daerah dan daerah pinggiran kota Jakarta. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah Ketua Pedesaan Bank (RB) di Area dan daerah pinggiran kota Jakarta. Populasi penelitian adalah 150 RB dengan alamat email. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi ini. Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan teknik sampling yaitu sampling jenuh teknik, ketika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik pengumpulan data penelitian dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner. Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan di balik pintu tertutup, ada banyak kemungkinan jawaban. Kuesioner ditujukan kepada Ketua RB di Area dan daerah sub-urban Jakarta. Kuesioner dikirim melalui email dan surat pos atau dilengkapi dengan stempel balasan. Jika, dalam satu tidak ada email balasan atau surat pos, peneliti menghubungi via telepon dan mengirim email kepada Anda kembali. Jika tidak dikembalikan dalam tiga minggu setelah itu, dianggap atau diasumsikan bahwa responden tidak dapat berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Uji kualitas data menggunakan validitas dan reliabilitas. Analisis regresi linier digunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Dimensi GCG adalah sebagai berikut: (1) transparansi, yang diukur dalam hal keterbukaan dalam informasi keuangan dan nonkeuangan yang relevan dengan transparansi dalam proses pengambilan keputusan, (2) akuntabilitas yang diukur berdasarkan efektivitas manajemen, (3) tanggung jawab, yang diukur dengan kesesuaian manajemen bank dengan hukum dan peraturan yang berlaku dan prinsip manajemen bank, (4) independensi, yang diukur dengan manajemen bank dalam profesional tanpa pengaruh dari pihak manapun dan tanpa tekanan dari pihak manapun, (5) keadilan, yang diukur dengan keadilan dan memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul di bawah hukum dan peraturan yang berlaku dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan. Pengembangan produk variabel dapat diuraikan menjadi (1) deposito, yang diukur dengan hadiah untuk simpanan pelanggan, layanan khusus untuk deposit pelanggan dengan jumlah tertentu, dan informasi tanggal jatuh tempo deposito, (2) pinjaman, yang diukur dengan modal kerja, dukungan dan konsumsi bisnis investasi, (3) penghematan, yang diukur dengan hadiah untuk menyelamatkan klien, penghematan total, dan poin lotere hadiah dengan berlaku untuk undang-undang. Variabel kinerja perusahaan, yang digunakan adalah teori Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan, serta kompilasi oleh Friska Sipayung (2009) dan Kussetya (2000). Indikator untuk kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: (1) bisnis internal perspektif, yang diukur dengan proses inovasi, proses operasi, dan proses layanan purna jual, (2) perspektif pertumbuhan, seperti diukur dengan kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, motivasi, pemberdayaan dan keselarasan. Data ordinal diperoleh dari tanggapan
terhadap kuesioner dari responden, dan perlu diubah menjadi skala interval. Dalam studi ini, penulis mengangkat skala pengukuran menggunakan Metode Interval Berturutan. BAB III. PEMBAHASAN Keunggulan Jurnal Tata cara penulisan dan isi abstrak sudah baik karena penulis dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai kegiatan penelitian tentang Penulisan judul sudah benar, dicetak dengan huruf besar/kapital, dicetak tebal (bold) Referensi yang digunakan peneliti sudah cukup baik. Ditambah lagi peneliti dalam membuat item pada instrumen penelitiannya mengacu pada teori di sebuah buku. Seluruh kutipan pustaka sudah sesuai dengan daftar pustaka. Jurnal 1 dan 2 ada menggunakan tabel sehingga pembaca dapat mengerti apa yang dijalaskan oleh si pembuat jurnal. Kelemahan Jurnal Pada Jurnal 1 tidal dicantumkan volume dan tahun penerbit yang kurang jelas. Ada juga kata yang tidak dimengerti.
BAB VI PENUTUP Kesimpulan Menurut saya, secara keseluruhan jumal tersebut lumayan baik, perlu diperbaiki dibeberapa bagian seperti metode penelitian yang digunakan, kuesioner yang dibuat, jumlah item yang digunakan peneliti pada alat instrumen penelitian, dan subjek penelitian yang digunakan responden.dan juga jurnal II yang sedikit sehingga sedikit susah dalam memahami. Saran
Saran bagi saya adalah pesatnya jaman sekarang dalam berbisnis dan teknologi yandah canggih membuat berbagai macam bisnis yang bisa kita kembangkan dan itu semua harus ada niatan yang betul dan menjalankan bisnis ini sehingga kita tidak kalah saing dengan orang luaar negeri.