contoh askep keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK T. DI RT 03 RW 07 WILAYAH KRAJAN TIMUR KELURAHAN TEGAL GEDE KECAMATAN SUMBERSARI TAHUN 2012
Oleh :
PROGRAM PENDIDIKAN NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2012
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
I.
Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga (KK) 2. Usia
: Bp. T : 32 tahun
3. Pendidikan
: SMA
4. Pekerjaan
: Wiraswasta
5. Alamat
: RT 03 RW 07 Lingkungan Krajan Timur
Kelurahan Tegal Gede
Kabupaten Jember 6. Komposisi Anggota Keluarga
:
Jenis
Hub dgn
Kelamin
KK
Bp. T
Pria
2.
Ibu.N
3.
An. N
No.
Nama
1.
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Suami
32 Th
SMA
Wiraswasta
Wanita
Istri
27 Th
SMP
Guru
Pria
Anak
7 Th
SD
-
Genogram :
Keterangan Genogram :
7. Tipe keluarga : tipe keluarga Bpk. T termasuk dalam golongan keluarga inti yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan satu orang anak yang saling berinteraksi dalam satu rumah.. 8. Suku bangsa
: keluarga Bpk. T berasal dari Kelurahan Tegal Gede asli, kelahiran Jember.
Leluhur mereka asli Jember sehingga mereka beradaptasi dengan suku bangsa madura. Meskipun berbudaya Madura namun keluarga Bpk. T terbuka terhadap pengetahuan baru. 9.
Agama : keluarga Bpk. T beragama islam. Mereka melaksanakan ibadah sesuai ajaran islam yaitu sholat dan mengaji. Bpk. T selalu mengikuti pengajian Jumat legi, sedangkan Ibu. S mengikuti pengajian tiap hari Minggu. Menurut Bpk. T sakit itu ada obatnya, maka dari itu islam mengajarkan jika sakit harus berusaha untuk sembuh yaitu berobat.
10. Status sosial ekonomi keluarga : menurut Bp. T penghasilan perhari nya dari usaha jual tahu maksimal mencapai Rp. 30.000,00 sedangkan menurut Ibu. N untuk pengeluaran digunakan untuk membeli kebutuhan makan dan sangu anak sekolah mencapai Rp.15.000,00. Menurut Ibu N sisanya digunakan untuk ditabung. Penghasilan Bpk.T perbulan dari pekerjaan menjaga warnet adalah Rp.300.000,00 sedangkan penghasilan Ibu N dari mengajar di TPA (Tempat Penitipan Anak) Adh-Dhuha adalah sebesar Rp.225.000,00 perbulan. Penghasilan bulanan tersebut keseluruhannya ditabung. 11. Aktivitas rekreasi keluarga : Aktivitas rekreasi keluarga Bpk. T adalah dengan berkumpul dengan keluarga sepulang kerja yaitu sekitar pukul 17.00. aktivitas yang dilakukan adalah dengan bercengkrama bersama dan mengunjungi sanak saudara serta mengunjungi tempat perbelanjaan yang dilakukan maksimal satu minggu sekali.
II.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 12. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Keluarga Bpk. T merupakan keluarga inti dengan satu orang anak berusia sekolah. Jadi keluarga Bpk. T termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak tertua usia sekolah. Keluarga mensosialisasikan anak pada keluarga besar dengan membawa anak pada saudara-saudara yang tidak tinggal satu kompleks setiap akhir pekan selain itu keluarga membiarkan An. N bermain dengan teman sebaya disekitar rumah. Keluarga mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dengan cara tidak pernah merubah kebiasaan (frekuensi) dalam berhubungan intim saat awal menikah hingga saat ini. Hal ini dilakukan agar keharmonisan di dalam keluarga tetap terjaga. Pemenuhan kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga dengan membiasakan diri dalam berperilaku hidup bersih dan sehat misalnya dengan membiasakan istirahat teratur, makan makanan yang bergizi, tidak merokok, serta menciptakan iklim keluarga yang bahagia dengan selalu mensyukuri apa yang ada. 13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Secara umum tidak ada masalah dalam tahap perkembangan keluarga saat ini. 14. Riwayat keluarga inti : Bpk. T : menurut pengakuan Tn.To dalam satu tahun terakhir tidak pernah mengalami sakit berat yang harus beristirahat lama atau harus dilakukan perawatan di rumah sakit. Sakit yang dialami biasanya hanya demam, batuk, dan pilek tapi tidak lebih dari satu minggu sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat bebas. Apabila sakit tidak sembuh dengan pengobatan sendiri maka keluarga akan memeriksakan diri pada perawat/mantri. Ibu. N
: saat ini Ny.Nu sedang hamil 6 bulan dan tidak ada keluhan atau kelainan dengan
kehamilannya. Saat ini Ny.Nu dalam keadaan sehat. An.N
: saat ini An.Na dalam keadaan sehat
15. Riwayat keluarga sebelumnya Riwayat terbentuknya keluarga Bpk.T diawali saat Bpk.T melihat Ibu.N dan ingin menjalani hubungan pacaran. Namun keluarga Ibu.N menghendaki untuk langsung melamar Ibu.N. Pada akhirnya Bpk.T melamar Ibu.N dan bertunangan selama 3 tahun yang selanjutnya menikah. Dua tahun menikah keluarga baru dianugerahi seorang anak yang saat ini telah berusia 7 tahun.
III.
Lingkungan 16. Karakteristik rumah Denah rumah : terlampir Rumah Bpk.T merupakan bangunan sendiri dengan luas bangunan 15x6 m. Terdapat kamar utama dengan ukuran 3x3m dan kamar anak dengan luas 3x2,5m. Keadaan rumah bersih namun ventilasi belum memenuhi standart yaitu dikamar utama hanya seluas 0.5x0.1m sedangkan dikamar anak ventilasi berbentuk segitiga dengan ukuran 20x20cm. Cahaya matahari tidak masuk dalam masing-masing kamar. Kondisi ruang tamu cukup terang dengan 4 buah jendela dengan ukuran 2x0.5m. ruang keluarga terdapat satu buah jendela dengan ukuran 2x0.5m. kebersihan rumah tergolong baik dengan sumber air dari sumur. Pembuangan sampah pada tempat sampah. 17. Karakteristik tetangga dan komunitas : Hubungan keluarga dengan tetangga sekitar sangat baik. Tetangga kanan, kiri, dan depan rumah masih memiliki ikatan persaudaraan dengan Bpk.T. Namun, An.N jarang bermain dengan anakanak sebaya disekitar rumah dikarenakan anak-anak disekitar rumah keluarga nakal. Sehingga biasanya An.N bermain bola dengan teman sebaya di rumah kakeknya. 18. Mobilitas geografis keluarga : Bpk.T
: bekerja sebagai penjual tahu dengan jarak 6km dari rumah dengan menggunakan
sepeda motor setiap hari mulai pukul 06.00-08.00 WIB. Setelah itu pada pukul 09.00-17.00WIB bekerja sebagai penjaga warung internet. Tn.To berangkat bekerja dengan menggunakan sepeda motor dengan jarak 12km dari rumah. Ibu.N
: bekerja sebagai pengajar TPA Ad-Dhuha yang terletak 1km dari rumah dan pergi
bekerja diantar menggunakan sepeda motor. Jam kerja yaitu pada jam 12.00-16.00WIB. An.N
: sekolah di SD Ad-Dhuha dengan jarak 1km dari rumah. Jam sekolah adalah dari
pukul 07.00-14.00WIB.
19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyakarat Perkumpulan yang diikuti oleh Bpk.T adalah pengajian Yasinan setiap hari kamis malam, sedangkan perkumpulan yang diikuti oleh Ibu.N adalah pengajian setiap hari minggu. 20. Sistem pendukung keluarga Pendukung utama secara finansial dan moril lebih pada keluarga/orang tua Bpk.T maupun Ibu.N.
IV.
Struktur Keluarga 21. Pola komunikasi keluarga Menurut keluaraga komunikasi keluarga lancar tidak ada hambatan. Mereka terbiasa untuk berkomunikasi ketika bercengkrama saat sore hari. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa dan bahasa Madura. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka dimana anggota keluarga bebas menceritakan apa yang terjadi dan dialami selama sehari. 22. Struktur kekuatan keluarga Bpk.T sebagai pengambil keputusan dalam keluarga selaku kepala keluarga. Namun keputusan yang diambil adalah berdasarkan diskusi atau musyawarah dengan anggota keluarga. 23. Struktur peran keluarga Pencari nafkah pada keluarga Bpk.T adalah suami dan Ibu.N hanya membantunya dengan menjadi pengajar di TPA Adh-Dhuha. Bpk.T selaku ayah adalah menjadi pengayom bagi anak sedangkan Ibu.N selaku ibu rumah tangga adalah mencukupi kebutuhan rumah tangga mulai dari memasak sampai membersihkan rumah. 24. Nilai dan norma budaya Menurut Bpk.T dalam mengasuh anak biarkan anak menganggap orang tua sebagai teman sehingga tercipta lingkungan yang nyaman bagi anak. Selain itu Bpk.T membebaskan istrinya untuk melakukan apapun dalam hal aktivitas diluar yang positif dan bermanfaat selama dalam pengawasan suami dan sesuai dengan norma yang ada. Menurut pengakuan Ibu.N hidup itu hanya perlu ikhlas dan bersabar agar selalu langgeng.
V.
Fungsi Keluarga 25. Fungsi afektif Perhatian Bpk.T pada keluarga sangat besar, karena berprinsip saat dirumah adalah waktu untuk keluarga dan tidak ingin diganggu oleh pekerjaan lagi 26. Fungsi ekonomi Penghasilan keluarga perbulan adalah sekitar Rp. 1.425.000. keluarga mengaku penghasilan tersebut telah mampu menabung untuk kebutuhan masa depan..
27. Fungsi reproduksi Keluarga mengakui tidak ada rencana memiliki berapa anak. Sebenarnya keluarga telah mengetahui bahwa 2 anak lebih baik namun keluarga memutuskan untuk tidak mentarget berapa jumlah anak yang ingin dimiliki karena itu semua bergantung pada keadaan ekonomi kedepannya. Apabila nantinya Bpk.T semakin kaya maka Bpk.T akan memperbanyak jumlah anak. Jarak kelahiran selalu direncanakan. Saat ini keluarga tidak menggunakan KB dikarenakan istri dalam keadaan hamil. Namun sebelumnya selama dua tahun menggunakan kontrasepsi kondom. Selama lima tahun sebelumnya menggunakan alat kontrasepsi suntik yang menyebabkan istri menjadi gemul sehingga beralih menggunakan kondom. Frekuensi dalam berhubungan seksual adalah maksimal empat kali dalam seminggu. 28. Fungsi sosialisasi Keluarga membiarkan anak bermain dengan teman sebayanya dan menyekolahkan di SD AdhDhuha. 29. Fungsi perawatan keluarga Keluarga terbiasa makan tiga kali sehari dengan makanan yang sederhana. Istirahat biasanya dilakukan pada pukul 20.30-04.30 WIB namun apabila kondisi sangat lelah tidur lebih awal yaitu sekitar pukul 19.00WIB.
VI.
Stress dan Koping Keluarga 30. Stressor jangka pendek Tidak ada masalah berarti dalam keluarga, hanya saja perbedaan pendapat antara suami istri dan masalah pekerjaan rumah yang menumpuk bagi istri. 31. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah Ibu.N biasanya marah dengan diam apabila tidak dibantu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah yang lebih banyak dari biasanya. Tapi marah yang dialami akan reda sendiri ketika Bpk.T pulang bekerja.
32. Strategi koping yang digunakan Ibu.N melampiaskan kekesalannya dengan menyelesaikan semua pekerjaan rumah yang ada. 33. Strategi adaptasi disfungsional Keluarga Bpk.T tidak tampak menggunakan strategi adaptasi disfungsional.
VII.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Fisik Bpk.T UMUM
Nama Anggota Keluarga Ibu N
An.N
1. Penampilan Umum Kesadaran Cara berpakaian Kebersihan personal Postur dan cara berjalan Bentuk dan ukuran tubuh Tanda-tanda vital
2. Status mental dan cara berbicara : Status emosi Orientasi Proses berfikir Gaya bicara PEMERIKASAAN KULIT Kuku PEMERIKSAAN KEPALA Bentuk & sensori Rambut Mata
Composmentis Rapi Bersih Tegak dan lurus
Composmentis Rapi Bersih Tegak dan lurus
Composmentis Rapi Bersih Tegak dan Lurus
Simetris (normal)
Simetris (normal)
Simetris (normal)
TD: 130/100 mmHg 60 Kg 162 cm
110/90 mmHg 48 Kg 153 cm
90/70 mmHg 18 Kg 75 cm
Stabil Baik Baik Baik
Stabil Baik Baik Baik
Stabil Baik Baik Baik
Pendek dan Bersih
Pendek dan bersih
Panjang dan hitam
Simetris Hitam lurus Mata lengkap, Sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis dan tidak ada kelainan
Simetris Hitam, lurus, panjang Mata lengkap, Sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis dan tidak ada kelainan
Simetris Hitam lurus Mata lengkap, Sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis dan tidak ada kelainan Bersih tidak ada secret dan tidak terdapat kelainan Lengkap, Bersih tidak terdapat serumen dan tidak ada kelainan Tidak ada stomatis, tidak ada kelainan gusi dan gigi bersih Tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfe dan tiroid, tridak ada nyeri tekan Pergerakan simetris. Tidak menggunakan otot bantu pernafasan, Suara nafas vesikuler. Perbandingan diameter anteroposterior: transversal= 1:2 Datar, tidak terdapat nyeri tekan Agak buncit, tidak terdapat nyeri tekan/lepas ada bising
Hidung
Bersih tidak ada secret dan tidak terdapat kelainan
Bersih tidak ada secret dan tidak terdapat kelainan
Telinga
Lengkap, Bersih tidak terdapat serumen dan tidak ada kelainan Tidak ada stomatis, tidak ada kelainan gusi dan gigi bersih
Lengkap, Bersih tidak terdapat serumen dan tidak ada kelainan Tidak ada stomatis, tidak ada kelainan gusi dan gigi bersih
Leher
Tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfe dan tiroid, tridak ada nyeri tekan
Tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfe dan tiroid, tridak ada nyeri tekan
Dada (Pernafasan)
Pergerakan simetris. Tidak menggunakan otot bantu pernafasan, Suara nafas vesikuler. Perbandingan diameter anteroposterior: transversal= 1:2 Datar, tidak terdapat nyeri tekan Datar, tidak terdapat nyeri tekan
Pergerakan simetris. Tidak menggunakan otot bantu pernafasan, Suara nafas vesikuler. Perbandingan diameter anteroposterior: transversal= 1:2 Datar, tidak terdapat nyeri tekan Agak buncit, tidak terdapat nyeri tekan/lepas ada bising usung
Mulut
Dada (Cardiovaskuler) PERUT
usung GENETALIA DAN ANUS EKSTREMITAS Ektremitas Atas dan bawah
Kuku
VIII.
Ektrimitas lengkap
Bersih dan pendek
Ekstrimitas lengkap, tidak ada kelainan pada jari kaki dan tangan Bersih dan pendek
Ekstrimitas lengkap, tidak ada kelainan pada jari kaki dan tangan Panjang dan hitam
Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Persepsi terhadap masalah Keluarga ini mengangap jika ada masalah kesehatan ia mencoba untuk merawat sendiri terlebih dulu jika sakit tak kunjung pulih baru keluarga ini pergi ke pelayanan kesehatan, tetapi kalau bisa masih dilakukan dirumah, keluarga lebih memilih dirumah. 2. Harapan terhadap masalah Keluarga berharap kehadiran perawat dalam keluarganya dapat membantunya khususnya dalam lingkup masalah kesehatan dan bisa memberikan info terkait dengan kesehatan. B. Analisis Data Data
Diagnosis Keperawatan
Data subjektif
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada
Keluarga mengatakan tidak ada
keluarga bapak.T berhubungan dengan
rencana memiliki berapa anak. Jika ketidakmampuan keluarga Bapak.T memutuskan suatu saat kondisi ekonomi keluarga lebih baik maka ingin menambah anak lagi Keluarga mengaku sudah mengetahui jika dua anak lebih baik tapi tidak ingin mengikutinya
Data objektif Saat ini ibu.N sedang hamil 6 bulan dan anak pertama berusia 7 tahun
perencanaan jumlah anak.
Rumah
Bpk.T
bangunan
sendiri
merupakan Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah dengan
luas keluarga bpk.T berhubungan dengan
bangunan 15x6 m. Terdapat kamar ketidakmampuan keluarga memodifikasi utama dengan ukuran 3x3m dan lingkungan rumah yang sehat. kamar anak dengan luas 3x2,5m. Keadaan
rumah
ventilasi
bersih
belum
namun
memenuhi
standart yaitu dikamar utama hanya seluas 0.5x0.1m sedangkan dikamar anak ventilasi berbentuk segitiga dengan ukuran 20x20cm. Cahaya
matahari
tidak
dalam
masing-masing
masuk kamar.
Kondisi ruang tamu cukup terang dengan 4 buah jendela dengan ukuran 2x0.5m. ruang keluarga terdapat satu buah jendela dengan ukuran 2x0.5m. kebersihan rumah tergolong baik dengan sumber air dari sumur. Pembuangan sampah pada tempat sampah. Data subjektif
Kesiapan peningkatan proses kehamilan
Ibu.N mengatakan tidak pernah
persalinan pada keluarga Bpk.T khususnya Ibu.N
melakukan olahraga yang biasa orang lakukan di akhir kehamilan, yang dilakukan hanya jalan kaki tidak lebih. Ibu.N mengetahui sekilas tentang senam hamil tapi tidak pernah melakukannya.
C.Prioritas Masalah a) Diagnosa Keperawatan:. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga bapak.T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Bapak.T memutuskan perencanaan jumlah anak. No. Kriteria 1. Sifat masalah 2. Kemungkinan masalah dapat diubah: 3. 4.
Potensial masalah untuk dicegah: Menonjolnya masalah Jumlah
Penghitungan 2/3 x 1 ½x2
Skor 2/3 1
1/3 x 1
1/3
0
0
Pembenaran
2
1/3
b) Diagnosa Keperawatan:. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah keluarga bpk.T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.
No. Kriteria 1. Sifat masalah 2. Kemungkinan masalah dapat diubah: 3. Potensial masalah untuk dicegah: 4. Menonjolnya masalah Jumlah
Penghitungan 3/3 x 1 2/2 x 2
Skor 1 2
2/3 x 1
2/3
0
0
Pembenaran
3
2/3
c) Diagnosa Keperawatan: Kesiapan peningkatan proses kehamilan persalinan pada keluarga Bpk.T khususnya Ibu.N No. Kriteria 1. Sifat masalah 2. Kemungkinan masalah dapat diubah: 3. Potensial masalah untuk
Penghitungan 2/3 x 1 2/2 x 2
Skor 2/3 2
3/3 x 1
1
Pembenaran
4.
dicegah: Menonjolnya masalah Jumlah
0
0 2 2/3
Dari skoring di atas diagnosa keperawatan pada keluarga X adalah sebagai berikut ; 1. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah keluarga bpk.T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang sehat 2. Kesiapan peningkatan proses kehamilan persalinan pada keluarga Bpk.T khususnya Ibu.N 3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga bapak.T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Bapak.T memutuskan perencanaan jumlah anak.
RENCANA KEPERAWATAN N Diagnosa Tujuan o keperawatan Panjang Pendek Setelah Setelah 1. Kerusakan penatalaksana dilakukan dilakukan an asuhan asuhan pemeliharaan keperawata keperawatan rumah n selama 2 4x30 menit keluarga Bpk. minggu keluarga Bpk.T T keluarga mampu: berhubungan Bpk. T Menjelaskan dengan mampu bagaimana ketidakmamp menetapka keluarga uan keluarga n suasana mengkondisikan memodifikasi rumah yang rumah menjadi lingkungan sehat rumah sehat. rumah yang sehat
Rencana keperawatan Kriteria Standar Respon Lingkungan 1. verbal dan yang kondusif redemonstra dapat si mengurangi faktor resiko terjadinya masalah kesehatan 2.
a)
b)
c)
Intervensi Informasik an kepada keluarga: bagaimana rumah dapat dikatakan rumah sehat Anjurkan keluarga untuk memodifik asi lingkungan rumah untuk memenuhi criteria rumah sehat antara lain: ventilasi di kamar jangan ditutup posisi jendela kamar tidak tertutup lemari ganti genteng di dapur dan ruang keluarga dengan genteng kaca agar cahaya matahari dapat
2.
Kesiapan meningkatkan proses kehamilanpersalinan pada keluarga Bpk.T khususnya Ibu.N
3.
Ketidakefektif an pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bpk.T berhubungan dengan ketidakmamp uan keluarga Bpk.T memutuskan perencanaan jumlah anak
Setelah dilakukan asuhan keperawata n selama 2 minggu keluarga Bpk.T 3. mampu meningkatk an kesiapan proses kehamilanpersalinan
a. Setelah dilakukan asuhan keperawata n selama 2 minggu keluarga Bpk.B 1. mampu memutuska n perencanaaa. n jumlah anak yang benar menurut BKKBN.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 4x30 menit keluarga Bpk.T mampu: Merawat anggota keluarga yang sedang hamil dengan keluarga mampu: a. menjelaskan pengertian dan manfaat senam hamil b. mendemonstrasi kan bagaimanan melakukan senam hamil
Redemonstr asi Dan respon verbal
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 4x30 menit keluarga Bpk.T mampu: Mengambil keputusan dengan keluarga mampu: Mengambil keputusan dalam perencanaan jumlah anak sesuai dengan saran BKKBN yaitu ‘2 anak lebih baik’
Respon verbal
masuk. Kemampuan 1. Informasik keluarga an pada merawat keluarga anggota tentang keluarga yang pengertian dalam dan keadaan manfaat. hamil dapat 2. ajarkan meningkatkan keluarga ataupun senam mempertahan hamil. kan status kesehatan ibu dalam keadaan sehat dan bugar.
Keputusan 1. yang tepat akan menentukan kesejahteraan keluarga.
informasik an pada keluarga tentang jumlah anak yang disarankan oleh BKKBN 2. informasik an pada keluarga tentang pengertian dan manfaat slogan ‘2 anak lebih baik’ 3. anjurkan pada keluarga
untuk merencana kan memiliki jumlah anak sesuai saran BKKBN
Diposting 19th July 2013 oleh Juli prasetyono 1
Lihat komentar 1. Unknown20 November 2018 08.16 Trimakasih sangat bermanfaat Balas
FajrinPrasetya TEMPAT INI ADALAH FUSI ANTARA PERAWAT KOMUNITAS BIDAN
Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis
NURSE IS WATER
contoh askep keluarga 1
Pancingan Ilmu Ainec Research July 19th, 2013 July 19th, 2013
NURSE IS WATER NURSE IS WATER Nurse “take a picture” merupakan apresiasi atau suatu deskripsi bagaimana dunia dalam memandang profesi keperawatan. Mengapa penting! Karena menilik dari salah satu fakta yang terjadi di keperawatan (atau perawat yang ada di dalamnya) saat ini masih belum dikenal betul oleh masyarakat, lebih-lebih oleh profesi kesehatan yang lain. Oleh karena itu, saya menuangkan suatu paradigma baru ke dalam dunia keperawatan, dengan tujuan agar profesi keperawatan lebih diakui dan dikenal oleh dunia. Paradigma yang saya ciptakan adalah keperawatan merupakan suatu organisasi profesi yang sangat penting sekali dalam dunia kesehatan. Karena selama waktu kesembuhan klien perawat yang selalu ada dan siap dalam melayani klien secara holistik dan terapeutik. Singkatnya, paradigma tersebut adalah “Nurse is Water”. Sederhana saat didengar, namun makna yang terkandung sangat luas. “Nurse is Water” merupakan keperawatan ibaratnya sebagai air. Beberapa penemuan tentang air adalah materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan, air menutupi hampir 71% permukaan bumi, sebagian besar air dalam tubuh kita mencapai 70-90%, air bersifat selalu memiliki bentuk sama dengan tempatnya. Ada ungkapan yang menyatakan “kapanpun kita ingin mencari tahu apakah
kehidupan yang kita ketahui ada di Mars atau planet lainnya, pasti yang pertama kali dicari para ilmuwan adalah keberadaan air, karena kehidupan sangat tergantung pada air. Menilik dari pernyataan tersebut, keperawatanpun harus bisa menjadi sumber kehidupan utama dunia kesehatan dan terutama bagi klien, sehingga akan mempercepat kesembuhan klien. Profesi keperawatan layak menjadi prioritas utama dalam dunia kesehatan karena begitu besarnya peranan seorang perawat dalam kesembuhan klien. Perawat juga harus mampu menjadi obat dahaga ketika klien sedang haus (ada masalah kesehatan) dan sesegera mungkin untuk bertindak dan menyelesaikan dengan tepat. Sehingga klien lebih merasa dihormati diperhatikan oleh perawat. Air terdiri dari 3 huruf, A, I, dan R Akulah perawat yang selalu siap dan selalu ada ketika klien membutuhkan dan akan menemani sepanjang penyembuhan klien.
AIR
Identitasku harus jelas, besar, tampak di seluruh profesi dan praktisi kesehatan yang lain. Rasa batin dan ragaku kuberikan kepada klien secara tulus dan hanya mengharap balasan klienku sembuh.
Air adalah sumber kehidupan dan ketika sumber kehidupan akan beranjak dari kita, akankah kita berdiam diri, menyesali, dan menanti? Pasti jawabannya TIDAK! Kita akan berjuang dan terus berusaha, karena . Begitu juga perawat, “perawat adalah kita, kita adalah perawat”, karena perawat adalah mulia, maka ketika perawat dianggap tidak berguna, bahkan akan dibuang jauh? Pasti kita tidak akan diam dan berpangku nasib. Kita akan merebutnya dan mempertahankan hingga abadinya nyawa.” (anonim,2013) Diposting 19th July 2013 oleh Juli prasetyono 0
Tambahkan komentar
Memuat Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
Asuhan keperawatan keluarga pada klien ISPA Jumat, 15 Mei 2015 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan . Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotic
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Melakukan Asuhan keperawatan keluarga Tn. L pada An. T dengan ISPA di desa Biontong dusun IV
C. Manfaat 1. Mahasiswa a. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelsaikan masalah keperawatan b. Untuk meningkatkan ktrampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga. 2. Keluarga Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan ksehatan sendiri. Sehingga tercipta peningkatan status dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
BAB II PEMBAHASAN 1. METODE A. Lokasi Praktek kerja lapangan bagi mahasiswa semester VIII Prodi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado bertempat di desa Biontong Induk. Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan keluarga ini mengambil studi kasus dengan mengambil sasaran keluarga Tn. L yang beralamatkan dsa Biontong Induk Dusun IV Kec. Bolangitang Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. 2. TINJAUAN MEDIS A. Definisi ISPA . ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004) B. Klasifikasi ISPA Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut: 1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). 2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. 3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004). C. Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus. D. Gejala ISPA Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). E. Cara Penularan Penyakit ISPA Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab F. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA a.
Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo. b.
Manusia
1.
Umur Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai
risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit. 2.
Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. 3.
Status Gizi Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama
pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh. 4.
Berat Badan Lahir Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut
Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir. 5.
Status ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi untuk
melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi. 6.
Status Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu
agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
c. Lingkungan 1. Kelembaban Ruangan Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali. 2.
Suhu Ruangan Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti,
jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali. 3.
Ventilasi Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. 4.
Kepadatan Hunian Rumah Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian
pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali. 5.
Penggunaan Anti Nyamuk Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan. 6. Bahan Bakar Untuk Memasak Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian. 7.
Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk. 8.
Status Ekonomi dan Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan
dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah. G. Penatalaksanaan Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti peiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif ( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya : kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut, terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah, 1995 ; 13
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. L DENGAN ANGGOTA KELUARGA An. T MENDERITA ISPA DI DESA BIONTONG DUSUN IV KABUPATEN BOLANG MANGONDOW UTARA
PENGKAJIAN DILAKUKAN Nama
:
Sanjay Syawie
Hari
:
Minggu
Tanggal
:
22 Februari 2015
Waktu
:
16.00 WITA
Metode
:
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
1. Nama KK
:
Tn. S
2. Jenis Kelamin
:
Laki-laki
3. Umur
:
43 Tahun
4. Agama
:
Islam
I. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA A. Kepala Keluarga
5. Pendidikan
:
SMA
6. Pekerjaan
:
Petani
7. Alamat
:
Biontong, Dusun IV
B. Komposisi Keluarga
No
Nama
Umur
Sex
1.
A
32 Th
P
2.
S
15 Th
3.
N
10 Th
C. Genogram Keterangan
Hubungan dg
Status
Status
imunisasi
Kesehatan
Pendidikan
Pekerjaan
Istri
SMA
IRT
Sehat
L
Anak
SMP
Pelajar
Sehat
P
Anak
SD
Pelajar
Sehat
KK
= Laki – laki
= Perempuan
= Menikah
= Anak Kandung
D. Tipe Keluarga Keluarga Tn.S merupakan keluarga dengan tipe keluarga Extended Family dimana terdiri dari keluarga inti bapak, ibu dan anak. E. Struktur peran o Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai Petani.
o Ny. A berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus keluarga beserta anak-anaknya. o An. S berperan sebagai anak dari pasangan Tn. S dan Ny. A yang merupakan anak pertama berperan sebagai anak sekolah. o An N merupakan anak kedua dari pasangan Tn. S dan Ny. A berperan sebagai anak pra sekolah. F. Suku Bangsa Keluarga Tn. S termasuk dalam suku Mangondow dan kewarganegaraan Indonesia. G. Agama Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam. H. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga 1.
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahapan perkembangan dengan anak sekolah dimana anak I dan II Tn S berumur 15 dan 10 thn,sekolah SMP dan SD. Tn. S bekerja sebagai petani yang berangkat pagi dan pulang sore hari.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi keluarga Tn. S adalah memenuhi kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga (makan seadanya, pakaian cukup, alat sekolah, tidak ada fasilitas kamar mandi dan WC, bila anak sakit terkadang hanya dibelikan obat di Warung ,bila tidak sembuh baru diperiksakan ke Puskesmas). 3. Riwayat kesehatan keluarga inti o Ny. A menyatakan An. N mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang lalu dan sudah minum obat beli di Warung. o Ny. A mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat warung apabila tidak sembuh kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat. 4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Dalam keluarga Tn. S ditemukan adanya penyakit menular TBC yang pernah diidap oleh kakak dari Ny.Y
II.
RIWAYAT KESEHATAN A. Kebutuhan Nutrisi o Kebiasaan makan
:
Makan 3x1 piring, dengan komposisi seadanya terkadang 2 x 1 sehari.
o Kebiasaan minum
:
Minum 6-8 gelas dengan minum air teh dan putih. Untuk An.T minum 4-6 gelas/hari
B. Kebutuhan Eliminasi o Pola BAB
:
2 kali sehari
o Pola BAK
:
5 – 6 kali per hari
o Waktu Tidur
:
Siang 1 jam dan malam 4 – 5 jam
o Waktu Bangun
:
bangun umumnya/seringnya jam 04.30 WITA
o Mandi
:
2 kali sehari
o Gosok gigi
:
2 kali sehari
o Potong kuku
:
1 minggu 1 kali
C. Istirahat Tidur
D. Kebersihan Diri
E. Rekreasi/waktu senggang Keluarga mempunyai kegiatan (aktifitas) rekreasi (melihat TV untuk hiburan keluarga).
III.
FUNGSI KELUARGA A. Fungsi Afektif Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan menghargai satu sama lainnya. B. Fungsi Sosial Hubungan sosial terjalin dengan baik Ny. A selalu mengikuti Taskiran setiap hari jumat Fungsi Perawatan Kesehatan 1. Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanggulangannya Bila ada anggota keluarga yang menderita sakit biasanya dibelikan obat di warung bila tidak sembuh baru dibawa ke fasilitas kesehatan (Puskesmas). 2. Fungsi Reproduksi Keluarga Tn. S dikaruniai 2 orang anak.
IV.
FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI A. Pekerjaan Tn. S o Pekerjaan Tn. S adalah petani. o Ny. A adalah ibu rumah tangga yang selalu menyiapkan dan melayani keluarga, mengelola keuangan dari penghasilan yang didapat Tn. S.
B. Penghasilan dan Pengeluaran
Keluarga Tn. A mengatakan penghasilan yang ia peroleh cukup untuk makan sehari-hari dan membiayai keluarganya. Biaya hidup rata-rata per bulan < Rp. 500.000,00 C. Simpanan/uang keluarga Sampai sekarang keluarga belum mempunyai simpanan/tabungan, Tn. A berkeinginan untuk mempunyai jamban sendiri tetapi tidak mempunyai dana. D. Penentu keuangan keluarga Sebagai penentu keuangan keluarga adalah Tn.A selaku kepala keluarga (kepala rumah tangga). E. Sistem Nilai Nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah norma/budaya Mangondow, semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ajaran agama, misalnya sholat 5 waktu, mengaji dan sebagainya.
F. Hubungan dengan Masyarakat o Ny. A mengatakan selalu mengikuti Taskiran setiap hari jumat o Tn. S mengikuti acara pertemuan RT dan mengikuti ronda malam seminggu sekali. o Dalam melaksanakan interaksi dengan keluarga tidak mengalami hambatan. G. Mobilitas geografis keluarga Tn. S menetap di rumah/tinggal di rumah yang telah dimilikinya kini, dari warisan orang tua.
V.
FAKTOR LINGKUNGAN A. Karakteristik rumah
1. Karakteristik Rumah o Rumah bentuk semi permanen dengan atap seng, lantai sudah diplester, tetapi dapur masih berlantai tanah. o Ukuran rumah 4 x 5 m2 menghadap ke barat. o Tiap kamar mempunyai jendela, namun sebagian tidak dibuka sehingga siang hari tampak gelap ruangan yang lain tidak ada ventilasi (jendela). o Penerangan sudah menggunakan listrik tetapi kurang terang. o Barang yang tak terpakai,sepeda dll disimpan di gudang. 2. Persediaan air bersih Persediaan air bersih untuk minum dan memasak diambil dari sumur gali. Air untuk minum dimasak terlebih dahulu, mandi, mencuci selalu di sumur tetapi bila BAB disungai dengan jarak 12 meter dari rumah. 3. Pembuangan sampah Sampah yang terkumpul dibakar 4. Pembuanganair limbah Keluarga Tn.S membuang di belakang rumah, air limbah yang dihasilkannya dan dibiarkan meresap ke dalam tanah. 5. Lingkungan rumah Lingkungan rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela dan meja kursi tampak banyak debu. Halaman rumah dan ruangan selalu disapu. Banyak pakaian yang bergantungan di kamar dan ruang makan (di tembok). Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang hari tampak gelap. Tn. L mengatakan mereka nyaman dengan kondisi rumah yang sekarang. Kebiasaan Ny A memasak dengan kayu bakar di dalam rumah dan asap pembakaran keluar lewat pintu. 6. Jamban keluarga
Keluarga Tn. S tidak memiliki jamban, sehingga bila BAB selalu di sungai (kali) yang tidak jauh dari rumah sekitar 12 meter dari rumah. B. Denah Rumah
5m Dapur dan Sumur
gudang
R. Tamu dan R.Keluarga
R.makan
2m 12m 4m
kamar tidur
kamar tidur
kamar tidur
gudang
Sungai
C. Karakteristik tetangga dan Komunitas Sebagian tetangga bekerja sebagai petani, ibu rumah tangga . Hubungan dengan anggota masyarakat tidak ada masalah. PSIKOLOGIS A. Status Emosi
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang. a.
Jangka Pendek
Sementara tidak mempunyai masalah berat.hanya an.N sedang batuk. b.
Jangka Panjang
Keluarga Tn. S. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan keinginan untuk menyekolahkan anakanaknya setinggi-tingginya. 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor. Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi adalah ujian/cobaan dari Tuhan. 3. Stressor koping yang digunakan. Bila ada masalah Tn.S dengan Ny. A selalu membicarakan satu sama lain untuk mencari jalan keluar. 4. Strategi adaptasi disfungsional Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional meskipun dalam kondisi yang parah.
B. Konsep Diri o Body Image
:
Tn. S melihat dirinya sebagai kepala keluarga bagi Ny.A, An. S, dan An N. Persepsi dan perasaan Tn. S terhadap bentuk tubuh, postur tubuh, fungsi dan penampilan diri, Tn L merasa lebih dari cukup terhadap gambaran dirinya.
o Personal Identity
:
Tn. S seorang kepala keluarga dengan 2 orang anak dan mempunyai istri Ny.A
o Peran
:
Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga dari Ny. A dan anaknya serta sebagai penanggungjawab dalam mencari nafkah
keluarga Ny.A sebagai ibu rumah tangga dan istri dari Tn. S yang selalu menyiapkan dan memenuhi kebutuhan keluarga, juga sebagai pengelola keuangan keluarga. An. S sebagai anak sulung dan sedang memasuki tahap sekolah,sedangkan anak N memasuki tahap pra sekolah. o Ideal Diri
:
Tn. S mengharapkan dan selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan
ketabahan
ujian/masalah
dan
dan
kesabaran
dikabulkan
dalam
cita-citanya
menghadapi untuk
dapat
menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya. o Harga Diri
:
Tn. S menerima setiap ujian/masalah yang dihadapi keluarganya dengan ikhlas.
C. Pola Komunikasi Keluarga selalu menggunakan bahasa Mangondow dalam melaksanakan komunikasi dan setiap ada masalah selalu dibicarakan satu sama lain.
VI.
DERAJAT KESEHATAN A. Kejadiaan Kesehatan Dalam bulan-bulan ini keluarga Tn. S lagi sehat, hanya anak N sudah 5 hari menderita batuk dan flu t disertai dengan demam, saat pengkajian masih batuk Sampai sekarang tidak ada anggota keluarga Tn. S yang rawat inap/opname atau harus menjalankan operasi. B. Kejadiaan Cacat Tidak ada yang mengalami kecacatan
C. Kejadian Kematian dalam 1 Tahun terakhir Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit dan menimbulkan kematian. D. Perilaku Keluarga dalam Penanggulangan Sakit Apabila keluarga ada yang menderita sakit biasanya dibelikan obat di warung dan bila masih belum sembuh maka dibawa ke Puskesmas.
VII.
PENGKAJIAN FISIK KELUARGA Dilakukan pada tanggal/jam: 22 Februari 2015, jam 17.00 WITA Pemeriksaan Fisik
KK (Tn.S)
Ny.A
An S
Pemeriksaan tanda2 vital o Tekanan Darah
120/70 mmHg
110/80 mmHg
90/60 mmHg
o HR
80 kali/menit
84 kali/menit
96 kali/menit
o Respirasi
22 kali/menit
24 kali/menit
30 kali/menit
o Suhu Badan
36,5 ºC
36,7 ºC
36,5 ºC
o BB
60 kg
45 kg
20 kg
o TB
168 cm
150 cm
97 cm
Simetris
Simetris
Simetris
Pemeriksaan Fisik Head to Toe o Kepala
Kepala
Hitam, lurus
Hitam, lurus
Hitam, lurus
Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
Konjungtiva
Tidak anemia
Tidak anemia
Tidak anemia
Sklera
Tidak ikterus
Tidak ikterus
Tidak ikterus
Pupil
Isokor
Isokor
Isokor
Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
Perdarahan /secret
Tidak
Tidak mengalami
Tidak mengalami
mengalami
perdarahan
perdarahan
Rambut
o Mata
o Hidung
perdarahan
tampak mengeluarkan ingus dari hidung
o Telinga Bentuk Telinga
Simetris
Simetris
Simetris
o Mulut
Keadaan Bibir
Lembab
Lembab
Lembab
Keadaan Gusi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
perdarahan
perdarahan gusi
perdarahan gusi
gusi dan gigi
dan gigi
dan gigi
Keadaan Lidah
Tidak ada
Tidak ada tanda
Tidak ada tanda
tanda
perdarahan
perdarahan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
pembesaran
pembesaran
pembesaran
Klien tampak
Klien tampak
Klien tampak
bersih
bersih
bersih
Turgor kulit
Turgor kulit baik
Turgor kulit baik
Baik
Baik
Baik
Simetris
Simetris
Simetris
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
Irama teratur, ronchi basah (+)
Getaran suara terdengar dengan teratur
Getaran suara terdengar dg teratur
Getaran suara terdengar dg teratur
perdarahan o Leher
Tyroid
kelenjar tyroid o Integumen Kebersihan Klien
Turgor
baik Kelembaban o
Pemeriksaan Thorax
Inspeksi Bentuk Thorax Pernafasan
o
Pemeriksaan Paru
Palpasi
Perkusi
Bunyi resonan
Bunyi resonan
Bunyi resonan
Suara nafas
Suara nafas
Suara nafas teratur
teratur
teratur
Bentuk Abdomen
Simetris
Simetris
Simetris
Benjolan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada benjolan
benjolan
benjolan
Tidak ada
Tidak ada nyeri
Tidak ada nyeri
nyeri tekan
tekan
tekan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Simetris
Simetris
Baik
Baik
Baik
Auskultasi
o Abdomen Inspeksi
Palpasi Tanda nyeri tekan
Benjolan o
Muskuloskeletal
/Ekstremitas Kesimetrisan Kekuatan Otot
VIII. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PETUGAS KESEHATAN Keluarga Tn. L mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.
IX.
ANALISA DATA NO 1.
DATA FOKUS Data Subyektif:
o Ny. A mengatakan bahwa An. N sekarang ini sedang batuk dan pilek sudah 5 hari. Sudah dibelikan obat Di warung dan diminum kan tetapi belum sembuh
PROBLEM
ETIOLOGI
Ketidakefektifan
Ketidakmampuan
bersihan jalan nafas
keluarga mengambil
An. N pada keluarga
keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
Tn S
Data Obyektif: o An. N batuk dan pilek o Badan tak panas, suhu badan 36,5 ºC o Tampak mengeluarkan ingus dari hidung o Pada pemeriksaan auskultasi paru An.T terdengar ronchi basah (+) o RR 28 kali/menit o Nadi 96 kali/menit o BB 20 kg o TB 97 cm
2.
Data Subyektif:
Resiko terjadinya
Ketidakmampuan keluarga
o Ny A mengatakan Kakaknya menderita TBC. o Tn H mengatakan tetangganya dulu menderita TBC.
penyakit TBC
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
Data Obyektif o Memasak dengan kayu bakar dan asapnya masuk ke rumah o Tiap kamar mempunyai jendela tetapi tidak dibuka sehingga siang hari ruangan tampak gelap. o Imunisasi anak-anak Tn.S tidak lengkap o BB An.T 20 kg o Komposisi makanan keluarga Tn. S seadanya, makan 3 kali/hari,kadang 2x/hari.
X.
DIAGNOSA KEPERAWATAN RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
XI.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
PRIORITAS MASALAH (SKORING) 1. Diagnosa I
Ketidakefektifan jalan nafas An. N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
NO
1.
KRITERIA
Sifat masalah aktual
PERHITUNGAN
SKOR
3/3 x 1
1
An. N sudah 5 hari sakit batuk dan pilek atau tidak sehat dan memerlukan tindakan mencegah komplikasi
2/2 x 2
2
Pengetahuan sumber daya dan fasilitas kesehatan tersedia dan dapat dijangkau/dimanfaatkan
3/3 x 1
1
ISPA adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati bila keluarga mengetahui
0/2
0
(tidak sehat)
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah (mudah)
3.
Potensi masalah dapat dicegah (tinggi)
4.
Menonjolnya masalah (tidak dirasakan)
5.
Total Skore
PEMBENARAN
4
2. Diagnosa II Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
NO
1.
KRITERIA
Sifat masalah aktual
PERHITUNGAN
2/3 x 1
SKOR
2/3
PEMBENARAN
Merupakan ancaman kesehatan karena bila tidak ditangani dapat
(ancaman kesehatan)
menyebabkan terjadinya penyakit
2.
Kemungkinan masalah dapat
1/2 x 2
1
pengetahuan yang cukup dan
diubah
pola hidup yang sehat.
(hanya sebagian)
3.
Kemungkinan masalah dapat
2/3 x 1
2/3
pola hidup yang sehat.
(cukup)
Menonjolnya masalah (masalah tidak dirasakan)
Dapat dicegah dengan pengetahuan yang cukup dan
dicegah
4.
Dapat dicegah dengan
0/2
0
5.
XII.
Total Skore
3 1/3
DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
1.
Ketidakefektifan jalan nafas An. N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
2.
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
XIII. PERENCANAAN 1. Diagnosa Keperawatan I Tujuan Jangka
Tujuan Jangka
Panjang
Pendek
Setelah
1. Setelah
EVALUASI Intervensi Kriteria
Standar
Respon
ISPA adalah
verbal
penyakit saluran
o Gali pengetahuan tentang ISPA
dilaksanakan 2
dilaksanakan
kali kunjungan
tindakan
pernafasan akut
ISPA yang
keperawatan
dengan batuk dan
diderita An. T
selama 2 x 15
pilek.
sembuh dan
mnt Tn. L
jalan nafas
dapat
kembali
mengenal
lancar.
masalah kesehatan dengan menjelaskan masalah kesehatan.
Penyebab ISPA : o Kurang gizi o Imunisasi tidak lengkap o Lingkungan yang tidak sehat Tanda dan gejala ISPA o Batuk o Pilek o Demam o Nafas cepat o Suara Parau
o Beri motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang ISPA.
o Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian penyebab dan gejala ISPA. o Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian penyebab tanda dan gejala ISPA. o Beri re inforcement positif atas jawaban yang diberikan.
o Nyeri tenggorokan
2. Setelah penyuluhan 1 x
Respon
Keputusan keluarga
verbal
15 mnt keluarga dapat mengambil keputusan dengan tindakan yang cepat.
3. Setelah tindakan 1 x 15 mnt keluarga Tn. N dapat merawat
Respon verbal
Perawatan ISPA : o Diskusikan bersama keluarga o Jika panas dikompres
tentang pencegahan ISPA.
Psikomotor o Berikan kesempatan yang kurang o Jika pilek bersihkan dimengerti. hidung dengan
Anggota
saputangan yang o Tanyakan kembali tentang apa
keluarga yang
bersih
sakit ISPA.
o Beri minum yang banyak (ASI). o Awasi kondisi bila bertambah parah.
yang dijelaskan.
Merawat
Psikomotor
Cara membuat obat o Demonstrasikan cara pembuatan
anggota
tradisional batuk
keluarga yang
dan pilek (Jeruk-
sakit ISPA
Kecap):
obat tradisional. o Beri kesempatan keluarga untuk
o Siapkan baki dan pengalas o Potong jeruk nipis, kemudian jeruk diperas dan ainya disaring. o Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas. o Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap. o Aduk hingga merata o Berikan pada anak untuk diminum
re demonstrasi.
4. Keluarga mampu untuk memodifikasi lingkungan yang dapat mendukung kesehatan.
Verbal
Pencegahan ISPA :o Diskusikan bersama keluarga o Menjauhkan rokok dari penderita batuk. o Jaga kebersihan lingkungan. o Imunisasi lengkap
Psikomotor o Berikan makanan yang bergizi. Kebersihan lingkungan:
tentang pencegahan ISPA. o Berikan kesempatan klien tentang pencegahan ISPAbertanya. o Tanyakan kembali hal-hal yang dijelaskan. o Beri re inforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga. o Praktekkan dan laksanakan kebersihan lingkungan.
o Rumah dibersihkan o Pakaian dibereskan jangan digantung. o Jendela dibuka. o Debu dibersihkan.
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Respon verbal
Fasilitas kesehatano Jelaskan pada keluarga tentang untuk berobat ISPA: o Puskesmas o Rumah sakit
fasilitas kesehatan yang biasa digunakan.
o Motivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas
o Bidan
kesehatan yang dipilih.
o Dokter
o Beri re inforcement positif atas keputusan keluarga. o Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui. o Beri re inforcement positif terhadap jawaban dari pertanyaan yang diberikan petugas.
2. Diagnosa Keperawatan II
Tujuan Jangka
Tujuan Jangka
Panjang
Pendek
EVALUASI Intervensi Kriteria
Standar o Gali pengetahuan
Resiko/komplikasi
Setelah penyuluhan 1
Respon
dari TBC tidak
x 15 menit :
verbal
terjadi.
1. Keluarga mengenal
tentang TBC
Tanda-tanda TBC
o Batuk disertai darah.
o Beri motivasi keluarga untuk
o Batuk berdahak lebih dari
tanda-tanda TBC
3 minggu
mengemukakan pendapatnya tentang TBC
o Sesak nafas
o Diskusikan bersama o Berkeringat pada malam keluarga mengenai hari pengertian o BB turun
penyebab dan gejala TBC
o Nafsu makan menurun o Nyeri dada
o Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian penyebab tanda dan gejala TBC o Beri re inforcement positif atas jawaban yang diberikan. .
Cara penularan TBC : o Diskusikan bersama 2. Cara penularan TBC dan pencegahan
Respon Secara langsung : verbal
Melalui percikan ludah
keluarga mengenai cara penularan dan cara pencegahan
TBC
dan melalui udara
TBC. o Bimbing keluarga
Secara tidak langsung :
untuk menjelaskan ulang cara
Hidup satu rumah
penularan dan cara
dengan penderita TBC
pencegahan TBC.
o Beri re inforcement Cara pencegahan TBC : Menjemur kasur, sprei di bawah sinar matahari Ventilasi rumah yang cukup Menutup mulut saat bersin dan batuk dengan menggunakan tissue Tidak meludah di sembarang tempat Imunisasi 3. Setelah pertemuan 1
Makanan bergizi
x 15 menit keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap penyakit
Segera bawa ke pelayanan kesehatan :
TBC o Puskesmas
positif atas jawaban yang diberikan. .
o Rumah sakit
4. Setelah pertemuan 1 x 15 menit keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita TBC
Respon Pengobatan : verbal
o Diskusikan dan beri re inforcement positif
Berobat secara rutin
atas keputusan
selama 6 bulan, tidak
yang dipilih.
boleh berhenti Istirahat yang cukup.
o Diskusikan dengan keluarga tentang perawatan TBC di rumah.
Perawatan TBC :
o Beri kesempatan o Tetap berikan makanan kepada keluarga bergizi. tentang hal-hal o Imunisasi.
yang tak
o Beri air banyak (minum). o Awasi tanda-tanda penyakit bertambah parah.
dimengerti.
o Tanyakan kembali tentang yang telah didiskuasikan.
o Beri pujian atas o Bawa anak yang sakit ke jawaban yang pelayanan kesehatan diberikan. yang lengket bila kondisi memburuk.
5. Setelah 1 x 15 menit pertemuan dapat
o Diskusikan tentang
Respon
Lingkungan yang
verbal
mendukung
hal yang
kesembuhan :
mendukung
memodifikasi lingkungan.
perawatan dan
o Sarana sanitasi yang
penyembuhan.
memadai
o Beri kesempatan o Udara lingkungan rumah untuk bertanya yang bersih dari asap. tentang hal-hal o Pengobatan dan
yang belum diketahui.
perawatan yang baik. o Ventilasi memadai
o Tanyakan kembali
dengan membuka
hal-hal yang telah
jendela tiap hari.
disampaikan.
Respon
Menyebutkan fasilitaso Diskusikan terhadap
verbal
kesehatan yang dapat
keluarga tentang
pertemuan
menanganiTBC
tempat pelayanan
keluarga
:Puskesmas, RS.
kesehatan untuk
6. Setelah 1 x 15 menit
mampu memenfaatk an fasilitas kesehatan
penanganan o Beri kesempatan kepada keluarga
dengan :
untuk bertanya tentang hal-hal
o Mampu menyebutkan fasilitas kesehatan :
yang telah didiskusikan.
Puskesmas, RS. o Beri re inforcement atas jawaban yang benar.
XIV. IMPLEMENTASI NO DX
I
WAKTU
Jumat, 27
TUK
I
Februari
IMPLEMENTASI
1.Mengkaji pengetahuan keluarga
EVALUASI
S : - Keluarga Tn. S mengatakan telah mengetahui tanda dan gejala dari
tentang ISPA.
2015
ISPA.
2.Memotivasi keluarga untuk
Pukul
mengungkapkan pendapat tentang
17.00
ISPA.
- Kien mengatakan akan segera merawat klien/anggota keluarga Tn.S dengan benar.
3.Menjelaskan pada keluarga tentang
pengertian, sebab, tanda dan gejalaO : - Klien terlihat antusias dalam ISPA:batuk, pilek, demam, nafas cepat, nyeri tenggorokan.
- Klien aktif mengulang dan
4.Menjelaskan akibat lanjut bila ISPAtidak diobati : panas, dehidrasi berat, Pnemonia
penyuluhan dari petugas.
bertanya.
A : - Tujuan tercapai/jangka pendek (TUK I) sebagian.
5.Menjelaskan kepada keluarga tentang P : - Pertahankan tujuan yang sudah perawatan ISPA. tercapai. 6.Beri kompres bila demam.
- Beri motivsi untuk memahami
7.Berikan jeruk-kecap.
tentang arti perawatan ISPA - Persiapkan demonstrasi
8.Beri minum yang banyak. II
pembuatan obat tradisional
- Imunisasi lengkap. - Berobat ke puskesmas./RS
untuk ISPA yaitu :
Siapkan baki dan pengalas
Potong jeruk nipis, kemudian
jeruk diperas dan ainya disaring.
III
Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas.
Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap.
Aduk hingga merata
Berikan pada anak untuk diminum
I
Jumat, 27 Februari 2015 Pukul 17.00
I
- Mengulang apa yang sudah dijelaskan S : - Keluarga Tn. S mengerti dan sebelumnya : Tanda dan gejala ISPA Obat Tradisional
paham tentang kaitan rumah sehat dengan resiko penularan penyakit. - Keluarga Tn. L mengatakan telah mengetahui dan akan membawa keluarga yang sakit ke fasilitas
- Mendiskusikan dengan keluarga
kesehatan yang ada.
tentang penyakit ISPA di rumah. - Tn. L akan melaksanakan - Memotivasi klien untuk mengambil keputusan yang tepat bila : Batuk
modifikasi lngkungan yang dapat mendukung kesehatan, sejauh yang bisa dan dapat dilaksankan
Nafas cepat
saat ini, missal :
Wajah pucat
- Membuka jendela yang jarang dibuka
Panas/demam
- Merapikan baju yang digantung. O : - Keluarga dapat menyebutkan Mendemonstrasikan cara pembuatan manfaat rumah sehat dan obat tradisional untuk ISPA. lingkungan yang dapat mendukung kesehatan.
Alat dan bahan : -
Baki dan Pengalas
-
Sendok makan
-
Jeruk nipis
-
Kecap
-
Gelass
- Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan. - Keluarga dapat menyebutkan manfaat dari MCK yang sehat (syarat-syarat). A : - Tupen modifikasi lingkungan yang dapat mendukung kesehatan dan
Cara pembuatan obat tradisional untuk
mencegah penyebaran penyakit
batuk ( Jeruk-Kecap):
tercapai dengan
-
Siapkan baki dan pengalas
-
Potong jeruk nipis, kemudian jeruk
Membuka jendela yang jarang dibuka, merapikan pakaian yang digantung.
diperas dan ainya disaring. -
-
P : - Tupen memanfaatkan fasilitas Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kesehatan tercapai secara kemudian dituang kedalam gelas. kognitif. Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap.
- Motivasi keluarga untuk membawa keluarga / An. N. ke fasilitas kesehatan.
-
Aduk hingga merata
-
Berikan pada anak untuk diminum
- Memotivasi keluarga untuk tetap berusaha menciptakan lingkungan yang dapat mendukung bagi anggota
Memberikan penjelasan tentang : Rumah Sehat
I,II
I, II
- Anjurkan keluarga untuk dapat memanfaatkan fasilitas
Adalah rumah yang dapat menjamin
kesehatan bila ada keluarga yang
kesehatan bagi penghuninya.
sakit.
Syarat rumah sehat :
Sabtu, 28
keluarga.
- Tersedia air bersih
Februari
- Tersedia lubang sampah.
2015
- Ventilasi cukup
Pukul
- Jendela yang selalu terbuka.
17.00
- Kelembaban udara cukup - Bersih tidak semrawut. - Sirkulasi udara baik. - Tidak padat huni. Manfaat rumah sehat : - Menghindari penyebaran dan penularan penyakit. - Kesehatan penghuni terjamin. - Menghindari kecelakaan. - Nyaman dan aman.
- Terminasi ujian akhir komprehensif. - Keputusan tidak terencana untuk evaluasi lebih lanjut kepada kader dan petugas puskesmas sebagai bahan laporan.
- Bersih, baik dan sopan
Dampak rumah tidak sehat :
Tempat berkembang penyakit dan penyebaran penyakit.
Kesehatan kurang terjamin.
Dapat menimbulkan kecelakaan.
Keindahan kurang baik.
Kotor, tidak bersih.
BAB III PENUTUP A. Simpulan Dan Saran 1. Simpulan ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti peiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif ( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya : kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut, terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah, 1995 ; 13
Dari kasus yang ada, diagnose yang diangkat adalah 1. Ketidakefektifan jalan nafas An. N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA 2.
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga4 memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
2
Saran Dari Asuhan Keperawatan Keluarga yang di terapkan pada Keluarga Tn. S di Desa Biontong Induk Dusun IV diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang Bahaya penyakit ISPA, cara mencegah, dan pengobatan dalam keluarga serta meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan ksehatan sendiri.
Untuk Mahasiswa Dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga dan dapat menjadi pengetahuan/pelajaran bagi adik-adik tingkat.
Diposting oleh sanjay syawie di 12.49 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Postingan Lebih Baru Beranda Langganan: Postingan (Atom)
Mengenai Saya
sanjay syawie Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (2) o ► November (1) o ▼ Mei (1) BAB IPENDAHULUAN A.
Related Documents
More Documents from "eka kurniati"