ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K P4A0 51 TAHUN DENGAN CA OVARIUM DAN ACITES PUNKSI DI RUANG TERATAI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
KELOMPOK 18
NAMA MAHASISWA
NIM
1. Dian Eka Pratiwi, G.
(1811040098)
2. Eka Yuliani
(1811040067)
3. Cintya Puspa Dewi
(1811040078)
4. Oksi Anjar Winanti
(1811040071)
5. Tia Afriani
(1811040066)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2018
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru. Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan
mekanisme
normalnya
sehingga
mengalami
pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006). Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002). Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan
mekanisme
normalnya
sehingga
pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
mengalami
3
B. Anatomi dan Fisiologi Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna. Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta sebagai tempat implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhandan kelahiran janin. 1. Organ eksterna 2. Organ Internal a. Vagina Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus, dan kotoran menstruasi, sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan. Dinding vagina terdiri atas empat lapisan : Lapisan epitel gepeng berlapis : pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan
akan
merembes
melalui
epitel
untuk
memberikan
kelembaban, Jaringan kolektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik, Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler, Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih. Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan melingkar yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat bagian: fornik posterior, anterior dan dua buah fernik latera.
4
b. Uterus Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara kandung kemih di anterior dan rectum posterior. Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram atau lebih. Uterus terdiri atas: 1) Fundus uteri Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat di perkirakan dengan perabaan fundus uteri. 2) Korpus uteri Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai perkembangan janin. 3) Servik uteri Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak di bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan secret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat dapat berbentuk kista, retensi berdiameter beberapa millimeter yang disebut sebagai folikel nabothian. Secara histologik uterus terdiri atas: a) Endometrium di korpus uteri dan endoservik di servik uteri
5
Merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium terdiri atas epitel kubik,kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkelukkeluk. Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5 mm hingga 5 mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang di dalamnya banyak terdapat pembuluh darah. Epitel permukaan endometrium terdiri dari satu lapisan sel kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat. Kelenjar uterus berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap lembab. b) Miometrium Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus dan terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastin didalamnya. Menurut Schwalm
dan Dubrauszky, 1966
banyaknya serabut otot pada uterus sedikit demi sedikit berkurang kearah kaudal, sehingga pada servik otot hanya merupakan 10% dari massa jaringan. Selama masa kehamilan terutama melalui
proses
hipertrofi,
miometrium
sangat
membesar, namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada otot servik. c) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya. Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah: i)
Ligamentum kardial sinistra at dextra (mackenrodt) Yaitu ligamentum yang terpenting mencegah suplay uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari servik dan puncak vagina ke arah lateral
6
dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteri uteria. ii)
Ligamentum Sakro Uterinum Sinitra at Dextra Yaitu ligamentum yang menahan uterus agar tidak banyak bergerak, berjalan dari servik bagian belakang, kiri dan kanan, kearah os sacrum kiri dan kanan.
iii)
Ligamentum Rotundum Sinistra at Dextra Yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.
iv)
Ligamentum Latum Sinistra at Dextra Yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Di bagian dorsal ligamentum ini di temukan indung telur (ovarium sinistra at dextra).
v)
Ligamentum Infudibula Pelvicum Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi berjalan dari arah infidibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya terdapat urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteri dan vena ovarica. Istmus adalah bagian uterus antara servik dan korpus uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika vesiaka uteria. Uterus diberi darah oleh arteri uterine sinistra at dextra yang terdiri dari istmus asenden dan desenden. Pembuluh darah yang lain yang memperdarahi uterus adalah arteri ovarica sinistra at dextra. Inversasi uterus terdiri atas system saraf simpatis, parasimpatis dan serebrospinal. Yang dari system parasimpatis ini berada dalam panggul di sebelah kiri dan kanan os sacrum,
7
berasal dari saraf sacral 2, 3, dan 4. Dan selanjutnya memasuki pleksus frankenhauser. Yang dari system simpatis masuk ke dalam rongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus melalui biforkasio aorta dan promontorium terus ke bawah dan menuju pleksus frankenhauser. Serabut saraf tersebut memberi inervasi pada miometrium dan endometrium. Kedua system simpatik dan prasimpatik mengandung unsure sensorik dan motorik. Simpatik menimbulkan kontraksi dan vasokonstriksi
sedangkan
parasimpatik
mencegah
kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi. c. Tuba Falopi Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-14 cm, tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane mukosa. Tuba falopi terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang terdapat di dinding uterus), Pars Ismika (merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya), Pars Ampularis (bagian yang terbentuk agak lebar, tempat konsepsi terjadi), Pars Infudibulum (bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan kemudian menyalurkan ke dalam tuba).
8
d. Ovarium Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kirakira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel. Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum, Memproduksi
hormone
estrogen,
Memproduksi
hormon
progesterone. Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus menstruasi. Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum. Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus, menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Hormon ini dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi sifatsifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan lain-lain. Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal dari dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan
9
membentuk korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan menjadi besar. Bila ovum tidak di buahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat sebelum masa menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi. Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masa ini epithelium permukaan dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit perdarahan. Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan yang berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahap ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating Hormon) terjadi pada hari ke- 14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di kendalikan oleh progesterone. C. Etiologi Penyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun
ada
beberapa
faktor
risiko
yang
dapat
menimbulkan
penyakit kanker ovarium yaitu : a) Riwayat kanker payudara b) Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetik) c) Berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma. d) Menarche dini e) Diet tinggi lemak f) Riwayat kanker payudara g) Merokok h) Alkohol i) Penggunaan bedak talk perineal j) Nulipara k) Infertilitas l) Tidak pernah melahirkan
10
m) Terapi penggantian hormon n) Kontrasepsi ora
D. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah : a) Dispepsia b) Menoragia c) Menopause lebih dini d) Rasa tidak nyaman pada abdomen. e) Nyeri tekan pada pelvis f) Lingkar abdomen yang terus meningkat g) Sering berkemih Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. 1.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain : a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri. b) Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah. c) Nyeri saat bersenggama. d) Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
2.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa: a) Gangguan haid b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut. d) Nyeri saat bersenggma
11
3.
Pada stadium lanjut : a) Asites b) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati) c) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, d) Gangguan buang air besar dan kecil. e) Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas. Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa. E. Patofisiologi Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia (degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
12
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006) Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
13
F. Pathway Mutagen, makanan, wanita mandul, primipara tua > 45 tahun, genetik
Inkusi epitel stroma
Kista
Rangsangan hormone estrogen meningkat
Proliferasi kista
Terapi radiasi
Maligna
Efek samping
Pembesaran massa
Kerusakan sel sekitar, rambut rontok, penurunan hemotopoetik, anemia, penurunan produksi eritrosit
Kompresi serabut saraf
Penurunan motilitas usus
Metastase jar sekitar
Penurunan fungsi organ
Ketidakefektifan pola seksualitas
Nyeri akut
Status kesehatan menurun
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Risiko perdarahan
Peristaltic menurun
Konstipasi Koping individu tidak efektif
Ansietas
Gangguan citra tubuh
14
G. Diagnosis Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan dengan : a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik) Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam medik. b)
Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan kristik.
c)
Tes laboratorium Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang
d)
Penanda tumor (tumor marker) Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering ditemukan peningkatan kadar CA 12
e)
X-ray X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam
f) Pencitraan lain 1. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara alamiah dihasilkan oleh tubuh. 2. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal.
15
g)
CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam tubuh.
h)
Scanning radioaktif.
i)
Ultrasound Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram
ginekologik)
merupakan
teknik
noninvasif
untuk
memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan gelombang suara. j)
Endoskopi Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.
H. Penatalaksanaan 1.
Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur).
2.
Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
3.
Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
I. Diagnosa Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan, masalah aktual resiko maupun potensial yang dapat diperioritaskan. Adapun diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien post operasi Ca.ovarium. (Gadduci, 2007)
16
Diagnose Keperawatan yang Mungkin Muncul (NANDA 2015) a. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis (proses penyakit) b. Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
perifer
berhubungan
dengan
penurunan produksi darah (anemia) c. Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya d. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah (anemia, tromositopeni, kemoterapi) e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, terapi penyakit kanker (terapi radiasi) f. Konstipasi
berhubungan
dengan
penurunan
motilitas
traktus
gastrointestinal
J. Intervensi No.
Diagnosa
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
Keperawatan 1.
Nyeri berhubungan
akut NOC : Comfort level
Pain Management
dengan penekanan -
Pain control
1. Lakukan pengkajian nyeri
perut bagian bawah -
Pain level
akibat metastasis
-
NIC :
secara
kanker Setelah tindakan
dilakukan keperawatan
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
selama …. nyeri akut
frekuensi,
pasien berkurang dengan
faktor presipitasi
kriteria hasil: 1. Tidak ada gangguan tidur 2. Tidak ada gangguan konsentrasi
kualitas
dan
2. Kontrol lingkungan yang dapat nyeri
mempengaruhi seperti
suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan 3. Ajarkan tentang teknik
17
3. Tidak ada gangguan
non farmakologi: napas
hubungan
dala, relaksasi, distraksi,
interpersonal
kompres hangat/ dingin
4. Tidak
ada
menahan
ekspresi 4. Berikan analgetik untuk
nyeri
ungkapan
dan
mengurangi nyeri: ……...
secara 5. Tingkatkan istirahat
verbal
6. Berikan informasi tentang
5. Tidak ada tegangan otot
nyeri
seperti
penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang
dan
antisipasi ketidaknyamanan
dari
prosedur 7. Monitor sebelum
vital dan
pemberian
sign sesudah
analgesik
pertama kali 2.
Ketidakefektifan
NOC :
NIC :
perfusi
jaringan Circulation status
perifer
Prefusion cerebral
Peripheral
Management (Manajemen
berhubungan
sensasi perifer)
dengan penurunan Setelah produksi (anemia)
Sensation
darah tindakan selama jaringan efektif
dilakukan
1. Monitor adanya daerah
keperawatan
tertentu yang hanya peka
…. perifer dengan
Perfusi
terhadap
pasien
panas/dingin/tajam/tumpu
kriteria
hasil : 1.
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
l 2. Monitor adanya paretese 3. Instruksikan untuk
keluarga
mengobservasi
kulit jika ada lsi atau laserasi
18
a. Tekanan
systole
dan
diastole
dalam
rentang
yang diharapkan b. Tidak
ada
5. Batasi
BAB
leher
dan
kemampuan
7. Kolaborasi
dari
15
mmHg) Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang
ditandai
dengan: a. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai
dengan
kemampuan b. Menunjukkan perhatian, konsentrasi
dan
orientasi c. Memproses informasi d. Membuat keputusan dengan benar Menunjukkan
fungsi
pemberian
analgetik 8. Monitor
intrakranial (tidak lebih
pada
punggung
hipertensi
tekanan
gerakan
kepala,
6. Monitor
tanda peningkatan
3.
untuk proteksi
ortostatik
c. Tidak ada tanda
2.
4. Gunakan sarung tangan
adanya
tromboplebitis 9. Diskusikan
menganai
penyebab
perubahan
sensasi
19
sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran tidak
mambaik,
ada
gerakan
gerakan involunter 3.
Ansietas
NOC :
NIC :
berhubungan
Anxiety Control
Anxiety
Reduction
dengan stres akibat Setelah dilakukan asuhan (penurunan kecemasan) kurangnya
selama ……………klien 1. Berikan informasi faktual
pengetahuan
kecemasan teratasi dgn
tentang
penyakit kriteria hasil:
dan
diagnosis,
tindakan prognosis
1. Klien
penatalaksanaannya
mengenai
mampu 2. Libatkan keluarga untuk
mengidentifikasi dan mengungkapkan
3. Instruksikan pada pasien
gejala cemas
untuk
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan menunjukkan
mendampingi klien
menggunakan
tehnik relaksasi. dan 4. Dengarkan dengan penuh
tehnik
perhatian.
untuk
mengontol 5. Identifikasi
cemas
kecemasan.
3. Vital sign dalam batas 6. Dorong normal
tingkat
pasien
mengungkapkan
4. Postur tubuh, ekspresi
perasaan,
wajah, bahasa tubuh
persepsi.
ketakutan,
dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan 4.
Risiko perdarahan NOC :
NIC :
berhubungan
Bleeding precautions
-
Blood lose severity
untuk
20
dengan penurunan volume
Blood koagulation
darah Setelah
dilakukan
1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
(anemia,
tindakan
keperawatan 2. Catat nilai Hb dan HT
tromositopeni,
selama …. Tidak ada
sebelum
kemoterapi)
perdarahan pada pasien
terjadinya perdarahan
dengan kriteria hasil:
3. Monitor
1. Tidak ada hematuria
dan
sesudah
nilai
lab
(koagulasi) yang meliputi PT, PTT, Trombosit
dan hemaremesis
4. Monitor TTV ortostatik
2. Tidak ada kehilangan 5. Kolaborasi darah yang terlihat
dalam
pemberian produk darah
3. Tekanan darah dalam batas normal (sistol
6. Lindungi trauma
pasien yang
dari dapat
menyebabkan perdarahan
dan diastole)
7. Anjurkan pasien untuk 4. Tidak ada perdarahan pervagina 5. Tidak
meningkatkan makanan
ada
distensi
yang banyak
mengandung vitamin K 8. Hindari
abdominal
intake
terjadinya
konstipasi 6. Hemoglobin hematocrit
dan dalam
batas normal 7. Plasma,
PT,
dengan
menganjurkan
untuk
mempertahankan
intake
cairan yang adekuat dan PTT
pelembut feses
dalam batas normal 5.
Gangguan
citra NOC :
NIC :
tubuh berhubungan - Body Image Body Image enchancement dengan 1. Kaji secara verbal dan - Self esteem pembedahan, terapi Setelah dilakukan asuhan non verbal respon klien keperawatan selama penyakit kanker terhadap tubuhnya .......... diharapkan pasien
21
(terapi radiasi)
tidak mengalami 2. Monitor frekuensi gangguan citra tubuh mengkritik dirinya dengan kriteria hasil: 3. Jelaskan tentang 1. Body image positif pengobatan, perawatan, 2. Mampu kemajuan dan prognosis mengidentifikasi penyakit kekuatan personal 3. Mendeskripsikan 4. Dorong klien secara faktual mengungkapkan perubahan fungsi perasaannya tubuh 4. Mempertahankan 5. Identifikasi arti interaksi sosial pengurangan melalui pemakaian alat bantu 6. Fasilitasi kontak dengan individu
lain
dalam
kelompok kecil 6.
Konstipasi
NOC :
NIC :
berhubungan
-
Bowel elimination
Constipation/Impaction
Hydration
Management
dengan penurunan motilitas
traktus Setelah
gastrointestinal
dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala
tindakan
keperawatan
konstipasi
selama …. Pasien tidak 2. Monitor bising usus mengalami
konstipasi 3. Monitor feses, frekuensi,
dengan kriteria hasil:
konsistensi dan volume 4. Dukung intake cairan
1. Mempertahankan bentuk
feses
lunak
setiap 1-3 hari 2. Bebas
5. Kolaborasi
pemberian
laksatif 6. Pantau tanda-tanda dan
dari
gejala konstipasi
ketidaknyamanan dan konstipasi
7.
22
3. Mengidentifikasi indicator
untuk
mencegah konstipasi 4. Feses
lunak
berbentuk
dan
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
I.
II.
IDENTITAS DIRI KLIEN Nama
: Ny. K
Umur
: 51 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Tanggal Masuk RS
: 14 Maret 2019 / Pukul 00.20 WIB
Sumber Informasi
: Ny. K dan Keluarga
Kelurga dekat yang dapat segera dihubungi
: Suami
Tanggal, Jam pengkajian
: 14 Maret 2019/ pukul 07.30
STATUS KESEHATAN SAAT INI 1. Alasan Kunjungan/ keluhan utama : Ny. K mengalami sesak nafas 2. Faktor pencetus
: Perut membesar (acites) sejak bulan
Januari 2019. 3. Lamanya keluhan
:
Ny.
K
mengeluh
perutnya
membesar sudah 3 bulan. 4. Timbulnya keluhan
: Bertahap
5. Faktor yang memperberat
: Ny. K mempunyai riwayat Ca
Ovari. 6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Sendiri
: Ny. K memeriksakan keadaannya ke Puskesmas
terdekat kemudian di rujuk ke RS. Oleh orang lain Diagnosa Medik
::
a. Kista denokarsinoma ovari tanggal 21 Januari 2017 b. Metastasis Adenokarsinoma tanggal 29 November 2017
24
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang ke VK IGD jam 12.10 WIB pada tanggal 13 Maret 2019 dengan keluhan sesak nafas memeberat sejak 3 hari yang lalu, perut membesar sejak bulan Januari 2019. Pasien masuk ruang Teratai pada hari Kamis, 14 Maret 2019 jam 00.20 WIB dengan diantar menggunakan brankar dan sudah terpasang infuse RL 500 cc 20 tpm di tangan kiri. Pada saat pengkajian pada hari Kamis, 14 Maret 2019 pada pukul 07.30 pasien mengatakan sesak nafas dan memberat sejak 3 hari yang lalu, perut membesar sejak bulan Januari 2019, pasien mengatakan BAK kurang lancar karena keluar sedikit-sedikit namun sering (anyang-anyangen), pasien mengatakan terakhir BAB yaitu pada hari Rabu pagi tanggal 13 Maret 2019. Pada saat pengkajian di dapatkan TTV : TD : 130/90 mmHg, N : 92 x/m, RR : 28 x/m, S : 36,6oC. Pasien terpasang oksigen dengan binasal kanul 4 lpm dan di posisikan kepala ekstensi untuk memaksimalkan ventilasi (semi fowler).
IV. RIWAYATKELUARGA Genogram
25
Keterangan : : Perempuan
: Laki- laki : Ny. K x
: Meninggal : Garis keturunan : Garis pernikahan : Tinggal serumah
Kesimpulan : pasien keturunan ke 2 dari genogram, pasien merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan Ca Ovarium ataupun Ca Mamae pada keluarganya. Pasien mengatkan tida memiliki riwayat penyakit keturunan seperti penyakit DM, Hipertensi, penyakit jantung. Pasien tinggal serumah dengan suami dan dan ketiga anak laki-lakinya.
V.
RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU 1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien mempunyai manifestasi klinis dan etiologi : Pasien mengatakan mens pertama saat usia 16 tahun dengan siklus menstruasi teratur dan lamanya menstruasi 5-6 hari. Pasien mengatakan mulai menstruasi tidak teratur pada saat menggunakan KB suntik dengan setiap bulannya dapat mengalami menstruasi 2 kali dan terkadang pasien tidak menstruasi selama 3 bulan dan di sertai dengan nyeri perut pada saat menstuari dirasakan sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mengalami menapause pada usia 48 tahun, pasien masih memiliki suami dan dikaruniai 4 anak. Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri ketika bersenggama. Sekitar 5 tahun yang lalu pasien mengalami mual hebat namun tidak disertai muntah, pasien merasakan sering berkemih namun tidak banyak yang keluar (anyang-anyangan), pola BAB pasien lancar atau
26
sehari sebanyak 1-2 kali dengan konsistensi lunak namun sejak perutnya membesar bulan Januari 2019 BAB tidak teratur dan disertai rasa tidak nyaman di perut dan terasa penuh. Pasien mengatakan dulu suka mengkonsumsi gorengan, ikan asin jeroan, terkadang pasien mengkonsumsi teh dan kopi. Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit kanker payudara. 1 minggu yang lalupasien merasakan sesak nafas karena ada penumpukan cairan di rongga dada dan acites. Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kanker payudara, ataupun kanker ovarium. Pemeriksaan penunjang : Pasien tidak melakukan pemeriksaan X-Ray, CT SCAN, scaning radioaktif, ultrasound dan endoskopi. Pasien dilakukan pemeriksaan topografi
ovarium
(21
Juli
2017)
dengan
hasil
terdapat
kistadenokarsinoms ovsrii mosinokum papiliferum. Dan pada tanggal 29 November 2017 hasil menunjukkan hasil metastasis adenocarsinoma. Penatalaksanakan : Pasien mengatakan sudah dilakukan oengangkatan 2 ovarium. Pasien mengatakan sudah selesai kemoterapi.
2. Alergi
: pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan
maupun obat. 3. Imunisasi
: Tidak
4. Kebiasaan : pasien mengatakan tidak pernah meokok ataupun minum minuman beralkohol, pasien sesekali minum kopi. 5. Obat – obatan : Tidak VI. PEMERIKSAAN FISIK DAN KELUHAN FISIK YANG DIALAMI Keadaan umum Kesadaran
: Compos Metis
Vital Sign
: S
: 36,6oC
27
N
: 92 x/menit
TD
: 130/90 mmHg
RR
: 28 x/menit
Kepala Bentuk
: Mesochepal, rambut bersih dan beruban, tidak Berketombe dan tidak rontok, tidak ada benjolan dan tidak ada bekas luka.
Keluhan yang berhubungan
: Tidak ada keluhan
Mata Ukuran pupil
: 3 mm
Ukuran akomodasi
:
Bentuk
: Isokor
Konjungtiva
: Ananemis
Fungsi penglihatan
: Baik
Dua bentuk
: Baik
Tanda-tanda radang
: Tidak ada tanda-tanda radang.
Pemeriksaan Mata terakhir : Tidak pernah periksa mata Operasi
: Pasien mengatakan tidak pernah melakukan
operasi mata. Kaca mata
: Pasien tidak menggunakan kaca mata.
Lensa kontak
: Pasien tidak menggunakan lensa kontak.
Hidung Reaksi alergi
: tidak ada reaksi alergi
Pernah mengalami flu : Pasien mengatakan pernah mengalami flu, frekuensi dalam satu tahun 3-4 kali selama ± 73 hari dan paling lama hingga 7 hari. Tidak ada sinus. Tidak ada polip. Tidak ada perdarahan. Tidak ada cuping hidung.
28
Mulut dan tenggorokan Gigi geligi
: Gigi kotor dan bau mulut, terdapat karies gigi, mukosa bibir kering.
Kesulitan/ gangguan berbicara : Pasien tidak mengalami kesulitan berbicara. Kesulitan menelan
: Pasien tidak pernah mengalami kesulitan menelan.
Pemeriksaan gigi terakhir : Tidak pernah memeriksakan gigi Pernafasan Suara paru
: Vesikuler
Pola Nafas
: Teratur
Batuk
: Pasien tidak mengalami batuk pada saat ini
Sputum
: Tidak ada sputum
Nyeri
: Tidak ada nyeri
Kemampuan melakukan aktivitas Batuk darah
: aktivitas pasien dengan bantuan.
: Tidak ada
Rontagen foto terakhir : Tidak ada Sirkulasi Nadi perifer
: 92 x/m, teraba kuat dan irama regular.
Capilary refiling
: <2 detik
Disteni vena jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis Suara jantung
: lup dup
Suara jantung tambahan: Tidak ada suara jantung tambahan. Irama jantung
: Teratur, teraba kuat
Nyeri
: Tidak ada
Edema
: Tidak ada
Palpitasi
: Tidak ada
Baal
: Tidak ada
Perubahan warna (kulit, kuku, bibir, dll) : tidak ada Clubbing
: Tidak ada
Keadaan ekstermitas
: Baik, tidak ada edema.
Syncope
: Tidak ada
Nutrisi
29
Berat badan
: 62 kg
Status gizi
: Normal
Jenis diet
: TKTP 1800 kalori
Nafsu makan
: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
semenjak sakit. Rasa mual
: Pasien mengatakan mual
Muntah
: pasien mengatakan tidak muntah
Intake cairan
: Pasien memiliki kebiasaan minum 5-6 gelas dalam
sehari. Eliminasi BAB Pola rutin
: Pasien mengatakan BAB sebanyak 2x/hari
Penggunaan pencahar : Pasien mengatakan tidak menggunakan obat pencahar. Colostomi/ ileostomi
: Tidak ada
Konstipasi/ obstipasi
: Tidak ada
Diare
: Pasien tidak mengalami diare sejak 3 bulan
terakhir. BAK Pola rutin
: 5-6 kali dalam sehari
Inkontinensia
: tidak ada
Infeksi
: Tidak ada
Hematuri
: Tidak ada
Kateter
: Pasien tidak terpasang kateter.
Urin output
:± 720 cc/hari
Vagina Kebersihan
: kebersihan terjaga, baik, tidak ada keputihan
Keputihan
: Pasien tidak mengalami keputihan
Bau
: tidak bau
Warna
: tidak ada
30
Jumlah cairan
: tidak ada
Perubahan warna
: tidak terjadi perubahan warna vagina
Reproduksi : Riwayat Obstetri : P4A0 Tempat
No
Gg.Keh amilan
Proses
Lama
Persalin
Masalah
Persalina
Persal
an /
Persalina
n
inan
Penolo
n
Masalah Bayi
Keadaan Anak Saat Ini
ng 1
-
Spontan
2
-
Spontan
3
-
Spontan
4
-
Spontan
Pemeriksaan payudara
Dk. Bayi Dk. Bayi Dk. Bayi Dk. Bayi
-
-
-
-
-
-
-
-
Sehat/ hidup Sehat/ hidup Sehat/ hidup Sehat/ hidup
: tidak ada keluhan pada payudara,
tidak ada benjolan di payudara saat di lakukan palpasi. Keluhan payudara
: Tidak ada
Usia Menarche
: Ny. R pertama menstruasi umur ±
16 tahun, Menapause 48 tahun. Siklus menstruasi karakteristik menstruasi : Tidak teratur dengan setiap bulan dapat mengalami menstruasi 2 kali dan kadang kadang tidak menstruasi dan disertai nyeri perut bagian bawah. Perbedaan Ginekologi
: Ca Ovarium
Kapan
: Semenjak tahun 2017
Pengaruh perbedaan terhadap kehidupan seksualitas
: Tidak melakukan hubungan seks
lagi Pemeriksaan papsmear terakhir
: Tidak pernah diperiksa
31
Keputihan
: pasien pernah mengalami keputihan
± 5 th yang lalu dengan warna putih susu, tidak bau, dan tidak gatal, namun saat ini pasien mengatakan tidak mengalami keputihan. Penggunaan Kateter
: pasien tidak menggunakan kateter.
Neurologis Tingkat kesadaran
: Compos mentis
Disorientasi
GCS
: 15 (E:4 V:5 M:6)
: pasien tidak mengalami disorientasi
waktu, tempat, situasi. Tingkah laku
: Tidak ada perubahan perilaku
Riwayat epilepsy/kejang/parkinson
: pasien tidak memiliki riwayat
epilepsy/ kejang/ Parkinson. Reflek
: patella (+)
Kekuatan menggenggam
: Kuat
Musculoskeletal
5
5
Kekuatan otot
:5
5
Pergerakan ekstermitas : bebas atautidak terhambat. Nyeri
: Tidak ada nyeri
Kekakuan
: Tidak ada kekakuan
Pola latihan gerak
: Bebas, miring kanan miring kiri
VII. KESEHATAN LINGKUNGAN Kebersiahan
: Ny. R mengatakan rumahnya selalu dibersihkan,
biasanya setiap hari di sapu dan setiap 2 hari swkali lantai di pel, lingkungan rumah tidak dekat dengan pabrik/ kandang ayam. Bahaya
: Tidak ada
Polusi
: polusi asap kendaraan
VIII. PSIKOSOSIAL 1. Pola pikir dan persepsi a. Alat bantu yang digunakan : pasien tidak menggunakan alat bantu untuk melihat maupun berbicara. ( - ) Kacamata
32
( - ) Alat bantu b. Kesulitan yang dialami ( - ) Sering pusing ( - ) Menurunnya sensitifitas terhadap sakit ( - ) Menurunnya sensitifitas terhadap panas/ dingin ( - ) Membaca/ menulis 2. Persepsi diri Hal yang sangat dipikirkan saat ini
:
pasien
mengatakan
memikirkan pengobatan yang sedang di jalaninya. Harapan setelah menjalani perawatan
: pasien mengharapkan dapat
sehat seperti sedia kala. Perubahan yang dirasa sakit
: pasien mengatakan bahwa
perubahan yang dialami pasien selama sakit yaitu sering merasa nyeri di perut bagian bawah, kemudian perut membesar sejak bulan Januari 2019 sehingga sering merasa sesak nafas dan BAK kurang lancar karena keluar sedikit-sedikit namun sering (anyang-anyangen). 3. Suasana hati Rentang perhatian
: pasien terlihat gelisah. : Ny. R terlihat fokus menjawab pertanyaan
yang diberikan perawat saat pengkajian 4. Hubungan/ komunikasi a. Bicara/ bahasa utama : Bahasa Indonesia ( √ ) jelas ( √ ) releven ( √ ) mampu mengekspresikan ( √ ) mampu mengerti orang lain, yaitu keluarga, perawat dan orang yang berkunjung b. Tempat tinggal ( - ) sendiri ( √ ) bersama orang lain : yaitu anak Kehidupan keluarga : -
Adat istiadat yang dianut
: Jawa
33
-
Pembuatan keputisan dalam keluarga : Musyawarah
-
Pola komunikasi
: Baik
-
Keuangan
: Memadai
Kesulitan dalam keluarga
: tidak ada
5. Kebiasaan seksual a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut : ( - ) Fertilitas
( - ) Menstruasi
( - ) Libido
( - ) Kehamilan
( - ) Ereksi
( - ) Alat kontrasepsi
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual
: pasien pertamakali
melakukan hubungan seksual pada umur 17 tahun c. Masalah kebiasaan seksual yang dialami
:-
6. Pertahanan koping Pengambilan keputusan
: pasien mengambil keputusan sendiri
Yang disukai tentang diri sendiri
:-
Yang ingin dirubah dari dirinya : Ny. R mengatakan ingin merubah kebiasaan-kebiasaan buruknya dahulu dan semakin menjaga kebersihan Yang dilakukan saat stress : Memecahkan masalah berbicara dengan suami atau anak anaknya. Apa yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman : span, ramah dan murah senyum. 7. Sistem nilai-kepercayaan Siapa sumber kekuatan
: Allah SWT
Tuhan, agama dan kepercayaan penting bagi dirinya : pasien menganut agama islam, pasien mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan : pasien mengatakan ingin melakukan sholat 5 waktu dengan khusuk dan baik di RS. 8. Tingkat perkembangan Usia
: 51 tahun
Karakteristik : Dewasa Tua.
34
Obat-obatan yang digunakan No
Hari/ tanggal
Nama obat
Dosis
Waktu Pemberian
Instruksi 1.
Kamis,
Kurkumex kaplet
06.00/14.00/21.00
Albuforce tablet
06.00/14.00/21.00
14/03/2019 2
Kamis, 14/03/2019
3
Kamis, 14/03/2019
Ketorolac tablet
10 mg
06.00/14.00/21.00
35
Hasil pemerikaan penunjang Darah lengkap : No
Tanggal
Jenis Pemeriksaan
Hasil
pemeriksaan Hemoglobin
11,3 g/dl (low)
2.
RDW
17,1 % (high)
3.
Eosinofil
0,1 (low)
4.
Batang
0,6 (low)
5.
Segmen
88,7 (high)
6. (
Limfosit
7,8 (low)
7.
Albumin
2,79 (low)
8.
SGOT
85 (high)
9. U
Ureum Darah
45-90 (high)
10.
Kreatinin darah
1,47 (high)
11.
Natrium
4,7 (high)
12.
Kalsium
8.2 (low)
13. 14/03/2019
Albumin
3,23
1.
13/03/2019
36
ANALISA DATA DATA DS : - Pasien mengatakan sesak nafas DO : - Pasien terpasang oksigen binasal kanul 4 lpm. - TTV : - TD : 130/90 mmHg - RR : 28 x/m - N : 92 x/m - S : 36,6oC - Suara nafas vesikuler DS : - Pasien mengatakan perut membesar sejak bulan Januari 2019. - Pasien mengatakan BAK kurang lancar, sering tapi sedikit-sedikit. DO : - Perut pasien tampak membesar/buncit. - Tidak terdapat nyeri tekan. - Hemoglobin 11,3 g/dL (low). - Ureum darah 45,90 (high) - Kreatinin darah 1, 47 (high) - IWL : + 1000 cc DS : DO : - Albumin 2,79 (low). - Luka drainage rembas.
ETIOLOGI
PROBLEM
Penumpukan cairan di rongga dada
Ketidakefektifan pola nafas
Gangguan mekanisme regulasi (acites)
Kelebihan volume cairan
Pertahanan sekunder tidak adekuat
Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penumpukan cairan di rongga dada. 2. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi. 3. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat.
37
INTERVENSI KEPERAWATAN Data Ketidakefektifan pola nafas b.d penumpukan cairan di rongga dada. DS : -
Pasien mengatakan sesak nafas
DO : -
Pasien terpasang oksigen binasal kanul 4 lpm.
-
TTV :
-
TD : 130/90 mmHg
-
RR : 28 x/m
-
N : 92 x/m
-
S : 36,6oC -
Suara nafas vesikuler
Kriteria Hasil (NOC : SMAT) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien akan mencapai NOC : Status pernafasan : kepatenan jalan nafas
Indikator Frekuensi dan irama nafas sesuai yang diharapkan Tidak didapatkan penggunaan otot bantu pernafasan Ket : 1. 2. 3. 4.
Sangat berat Berat Cukup Ringan 5. Tidak ada
Perencanaan (NIC : ONEC) NIC : Manajemen jalan nafas : Terapi oksigen : Monitor TTV
Awal
Target
-
2
5
-
3
5
-
Monitor TTV. Monitor status pernafasan dan oksigenasi. Auskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan. . Atur posisi kepala ekstensi untuk memaksimalkan ventilasi. Berikan terapi oksigen binasal kanul 4 lpm.
38
1. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (acites) DS : - Pasien mengatakan perut membesar sejak bulan Januari 2019. - Pasien mengatakan BAK kurang lancar, sering tapi sedikitsedikit. DO : - Perut pasien tampak membesar/buncit. - Tidak terdapat nyeri tekan. - Hemoglobin 11,3 g/dL (low). - Ureum darah 45,90 (high) - Kreatinin darah 1, 47 (high) - IWL : + 1000 cc 2. Resiko infeksi b.d
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien akan mencapai NOC : Indikator Awal Target Acites 2 5 BAK lancar 2 5 Turgor kulit 3 5 Elektrolit serum 2 5 pasien stabil Keterangan : 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada
NIC : - Monitor TTV. - Monitor indikasi kelebihan volume cairan (Acites). - Monitor masukan masukan makanan/ cairan. - Monitor status nutrisi. - Monitor adanya edema - Kolaborasi tindakan untuk kelebihan volume cairan : Pungsi drainage abdomen.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
NIC : Infection control
39
pertahanan sekunder tidak adekuat DS : DO : - Albumin 2,79 (low). - Luka drainage rembas.
diharapkan pasien mencapai :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
NOC :
2. Monitor TTV
-
Imune status
3. Rawat luka secara septik
-
Knowledge : control infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotic.
Kriteria hasil :
5. Ajarkan keluarga tentang infeksi dan
Indikator
Awal
Pasien terbebas dari tanda
3
infeksi Menunjukan kemampuan untuk mencegah infeksi Jumlah leukosit dalam jumlah normal Menunjukan perilaku hidup sehat
Target 1
3
1
3
1
3
1
cara mencegahnya
40
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Hari / Tanggal / Waktu/
Tindakan Keperawatan Respon Pasien (ONEC)
DX Kamis, 14/03/2019
-
Memonitor TTV.
TD : 130/90 mmHg, RR : 28 x/m
00.20 dx. ketidakefek tifan pola nafas
-
-
N : 92 x/m, S : 36,6oC
-
Memonitor status pernafasan dan oksigenasi.
-
Pasien mengatakan sesak nafas
-
Mengauskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan. .
-
Suara nafas : vesikuler.
-
Mengatur posisi kepala ekstensi untuk memaksimalkan ventilasi.
-
Pasien mengatakan nyaman dengan posisinya.
-
Pasien tampak posisi semi fowler.
Kamis, 14/03/2019
-
Memberikan terapi oksigen binasal kanul 4 lpm.
-
Pasien mengatakan nyaman dengan flow 4 lpm.
-
Memonitor TTV.
-
TD : 130/90 mmHg, RR : 28 x/m
00.30
-
N : 92 x/m, S : 36,6oC.
dx. kelebihan volume cairan
-
Pasien mengatakan riwayat Ca
-
Memonitor indikasi kelebihan volume cairan (Acites).
Ovarium dan sudah di operasi sebanyak 2x. -
Pasien mengatakan perutnya membesar sejak Januari 2019.
-
Memonitor status nutrisi.
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sejak sakit (perutnya mulai membesar).
Paraf Perawat
41
-
Kamis, 14/03/2019
-
00.40
-
dx. resiko infeksi
Mengkolaborasi tindakan untuk kelebihan volume cairan : Pungsi drainage abdomen. Monitor tanda dan gejala
-
Cairan drainase di ambil pagi (1000 cc) dan sore (1000 cc).
-
Luka drainase rembas.
-
Setiap pagi pasien dilakukan
infeksi Rawat luka secara septik.
ganti balut pada luka drainase. -
Kolaborasi pemberian antibiotic.
-
-
Albuforce tablet
-
Keluarga megganti pembalut
Ajarkan keluarga tentang infeksi dan cara mencegahnya
luka setiap pembalut sudah penuh rembasan. Jumat , 15/03/2019
-
Memonitor TTV.
13.20 dx. ketidakefek tifan pola nafas
-
Memonitor status pernafasan dan oksigenasi.
-
Mengauskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan. .
TD : 120/80 mmHg, RR : 26 x/m
-
N : 95 x/m, S : 36,5oC
-
Pasien mengatakan sesak nafas masih terasa namun sudah sedikit berkurang
-
Mengatur posisi kepala ekstensi untuk memaksimalkan ventilasi.
-
Suara nafas : vesikuler.
-
Pasien mengatakan nyaman dengan posisinya.
-
Memberikan terapi oksigen binasal kanul 4 lpm.
Pasien tampak posisi semi fowler.
-
Pasien mengatakan nyaman dengan flow 4 lpm.
42
Jumat , 15/03/2019
-
Memonitor TTV.
-
-
13.40
-
-
Pasien mengatakan hari ini
Mengkolaborasi tindakan untuk kelebihan volume cairan : Pungsi drainage abdomen. Monitor tanda dan gejala
-
Cairan drainase di ambil pagi (1000 cc) dan sore (1000 cc).
-
Luka drainase rembas.
-
Setiap pagi pasien dilakukan
infeksi Rawat luka secara septik.
ganti balut pada luka drainase. -
-
-
Kolaborasi pemberian antibiotic.
-
Albuforce tablet
Ajarkan keluarga tentang
-
Keluarga megganti pembalut
infeksi dan cara
luka setiap pembalut sudah
mencegahnya
penuh rembasan.
Memonitor TTV.
-
TD : 120/80 mmHg, RR : 24x/m
-
N : 95 x/m, S : 36,5oC
Memonitor status pernafasan dan oksigenasi.
-
Pasien mengatakan sesak nafas
Mengauskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan. .
-
Suara nafas : vesikuler.
Mengatur posisi kepala ekstensi untuk
-
Pasien mengatakan nyaman
12.30 dx. ketidakefek tifan pola nafas
N : 95 x/m, S : 36,5oC
setengah porsi.
Jumat, 15/03/2019
Sabtu , 16/03/2019
Memonitor status nutrisi.
-
menghabiskan makanan
-
dx. resiko infeksi
TD : 120/80 mmHg, RR : 26 x/m
13.30 dx. kelebihan volume cairan
-
-
-
-
sudah berkurang.
43
memaksimalkan ventilasi.
dengan posisinya. -
Sabtu , 16/03/2019
Memberikan terapi oksigen binasal kanul 4 lpm.
-
Pasien mengatakan nyaman dengan flow 4 lpm.
-
Memonitor TTV.
-
TD : 120/80 mmHg, RR : 24x/m
-
Memonitor status nutrisi.
-
N : 95 x/m, S : 36,5oC
-
Pasien mengatakan hari ini menghabiskan makanan setengah porsi.
-
Sabtu, 16/03/2019
-
12.50
-
dx. resiko infeksi
fowler.
-
12.40 dx. kelebihan volume cairan
Pasien tampak posisi semi
Mengkolaborasi tindakan untuk kelebihan volume cairan : Pungsi drainage abdomen. Monitor tanda dan gejala
-
Cairan drainase di ambil pagi (1000 cc) dan sore (1000 cc).
-
Luka drainase rembas.
-
Setiap pagi pasien dilakukan
infeksi Rawat luka secara septik.
ganti balut pada luka drainase. -
-
Kolaborasi pemberian antibiotic.
-
Albuforce tablet
Ajarkan keluarga tentang
-
Keluarga megganti pembalut
infeksi dan cara
luka setiap pembalut sudah
mencegahnya
penuh rembasan.
44
EVALUASI KEPERAWATAN NO. DX 1.
Tgl/Jam
Evaluasi
Paraf
14/03/2019 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas namun sudah 07.30
berkurang. O: -
Pasien mendapat terapo O2 4 lpm binasal kanul.
-
RR : 26 x/m.
-
Suara nafas vesikuler.
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas masih berkurang Indikator Frekuensi dan irama nafas sesuai yang diharapkan Tidak didapatkan penggunaan otot bantu pernafasan
Awal
Target
Akhir
2
5
2
3
5
4
P : Lanjutkan intervensi : 1. Pertahankan terapi O2 binasal kanul 4 lpm. 2. Pertahankan posisi semi fowler/posisi kepala ekstensi.
45
2
14/03/2019 S : 07.30
-
pasien mengatakan perutnya membesar sejak bulan Januari 2019.
-
Pasien mengatakan BAK sudah 3 kali sejak semalam.
-
Perut pasien tampak besar/buncit.
-
Tidak ada nyeri tekan.
-
Perut pasien teraba lembek.
O:
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas masih berkurang Indikator Acites BAK lancar Turgor kulit Elektrolit serum pasien stabil P : Lanjutkan intervensi : -
Monitor TTV.
-
Monitor status nutrisi.
Awal 2 2 3
Target 5 5 5
2
5
Akhir 2 3 3 2
46
3
14/03/2019 S : 07.30
-
pasien mengatakan bersyukur karena lukanya membaik dan berjanji akan menjaga kebersihan agar tidak terkena infeksi
O: -
Luka tampak bersih, pembentukan jaringan bagus, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, tumor, kalor dan fungsiolaesa
-
Pasien tampak mempertahankan saat diberi informasi tentang infeksi
A : masalah resiko infeksi tidak ditemukan Indikator 1. Pasien terbebas dari tanda
Awal
Target
Akhir
3
1
2
3
1
2
3
1
2
1
2
infeksi 2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah infeksi 3. Jumlah leukosit dalam jumlah normal 4. Menunjukan perilaku hidup sehat
3
P : Lanjutkan intervensi : 1. Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan diri 2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan minum obat secara teratur 3. Anjurkan pasien untuk control lukanya ke pertugas kesehatan
47
1
15/03/2019 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas namun sudah 13.25
berkurang. O: -
Pasien mendapat terapo O2 4 lpm binasal kanul.
-
RR : 24 x/m.
-
Suara nafas vesikuler.
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas masih berkurang Indikator Frekuensi dan irama nafas sesuai yang diharapkan Tidak didapatkan penggunaan otot bantu pernafasan
Awal
Target
Akhir
2
5
3
3
5
4
P : Lanjutkan intervensi : 3. Pertahankan terapi O2 binasal kanul 4 lpm. Pertahankan posisi semi fowler/posisi kepala ekstensi.
48
2
15/03/2019 S : 13.35
-
pasien mengatakan perutnya membesar sejak bulan Januari 2019.
-
Pasien mengatakan BAK sudah 3 kali sejak semalam.
-
Perut pasien tampak besar/buncit.
-
Tidak ada nyeri tekan.
-
Perut pasien teraba lembek.
O:
A : Masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian : Indikator Acites BAK lancar Turgor kulit Elektrolit serum pasien stabil P : Lanjutkan intervensi : -
Monitor TTV.
-
Monitor status nutrisi.
-
Monitor cairan pasien
Awal 2 2 3
Target 5 5 5
Akhir 3 4 4
2
5
3
49
3
15/03/2019 S : 13.45
-
pasien mengatakan bersyukur karena lukanya membaik dan berjanji akan menjaga kebersihan agar tidak terkena infeksi
O: -
Luka tampak bersih, pembentukan jaringan bagus, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, tumor, kalor dan fungsiolaesa
-
Pasien tampak mempertahankan saat diberi informasi tentang infeksi
A : masalah resiko infeksi tidak ditemukan Indikator
Awal
Target
Akhir
1. Pasien terbebas dari tanda
3
1
2
3
1
2
3
1
2
1
2
infeksi 2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah infeksi 3. Jumlah leukosit dalam jumlah normal 4. Menunjukan perilaku hidup sehat
3
P : Lanjutkan intervensi : 4. Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan diri 5. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan minum obat secara teratur Anjurkan pasien untuk control lukanya ke pertugas kesehatan
50
1
16/03/2019 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas namun sudah 12.45
berkurang. O: -
Pasien mendapat terapo O2 4 lpm binasal kanul.
-
RR : 24 x/m.
-
Suara nafas vesikuler.
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian. Indikator Frekuensi dan irama nafas sesuai yang diharapkan Tidak didapatkan penggunaan otot bantu pernafasan
Awal
Target
Akhir
2
5
4
3
5
5
P : Lanjutkan intervensi : -
Pertahankan terapi O2 binasal kanul 4 lpm.
-
Pertahankan posisi semi fowler/posisi kepala ekstensi.
51
2
16/03/2019 S : 12.55
-
Pasien mengatkan nyaman setelah cairan drainase di alirkan.
O: -
Perut pasien tampak besar/buncit.
-
Tidak ada nyeri tekan.
-
Perut pasien teraba lembek.
A : Masalah kelebihan volume cairan teratasi sebagian : Indikator Acites BAK lancar Turgor kulit Elektrolit serum pasien stabil P : Lanjutkan intervensi : -
Monitor TTV.
-
Monitor status nutrisi.
-
Monitor cairan pasien
Awal 2 2 3
Target 5 5 5
Akhir 4 5 4
2
5
3
52
2
16/03/2019 S : 13.00
-
Pasien mengatakan mengganti pembalut luka setelah rembesan banyak.
O: -
Luka tampak bersih, pembentukan jaringan bagus, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, tumor, kalor dan fungsiolaesa
-
Pasien tampak mempertahankan saat diberi informasi tentang infeksi
A : masalah resiko infeksi teratasi sebagian Indikator
Awal
Target
Akhir
Pasien terbebas dari tanda infeksi
3
1
2
Menunjukan kemampuan untuk
3
1
1
3
1
1
1
1
mencegah infeksi Jumlah leukosit dalam jumlah normal Menunjukan perilaku hidup sehat
3
P : Lanjutkan intervensi : 1. Anjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan diri 2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan minum obat secara teratur 3. Anjurkan pasien untuk control lukanya ke pertugas kesehatan
53
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC Kumar V, Ramzi S, Stanley L, Robbins. (2007). Patologi Robbins 7th ed. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. (1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI Mohtar, Rustam. (1999). Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC. Nanda International. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1. Jakarata : EGC. Prawiroharjo, S. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Price, Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 2, Edisi 6. Jakarta : EGC Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 3. Jakarta : EGC