Case Report Session KARSINOMA BRONKOGENIK
Disusun Oleh:
Aristya Rahadiyan Budi
1840312410
Norma Sartika Yulinar
1840312416
Dwi Ramadhani
1840312621
Preseptor: dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P(K), FIRS dr. Afriani, Sp.P
BAGIAN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran pernapasan bagian bawah, bersifat epithelia yang berasal dari mukosa percabangan bronkus dan telah menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada laki-laki maupun perempuan. Karsinoma bronkogenik meliputi sekitar 95% dari tumor ganas paru primer yang ditemukan. 1 Alsagaff dan mukty mengemukakan bahwa kanker primer paru umumnya dianggap bronkogenik kecuali apabila dapat dibuktikan jenis lain.2 Menurut WHO kanker paru menyebabkan 1,4 juta kematian per tahun dari 7,6 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia pada tahun 2008 dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 948.993 (69%) dan perempuan 427.586 (31%). 3 Berdasarkan laporan American Cancer Society tahun 2012, karsinoma paru dan bronkus merupakan penyebab terbanyak kematian di Amerika dengan jumlah 28%, diikuti karsinoma colorectal 9%, kemudian karsinoma payudara 7%.4 Center for Disease Control and Prevention melaporkan ada sekitar 2,4 juta kasus kanker di Amerika Serikat dari tahun 1999 sampai 2004 setengah kasusnya adalah kanker paru yang berhubungan dengan kebiasaan merokok.5 Tingginya mortalitas karsinoma bronkogenik disebabkan prognosisnya yang buruk. Hal ini disebabkan sering terjadinya keterlambatan diagnosa awal pada kebanyakan pasien sehingga pasien sudah berada pada stagelanjut.6 Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu dan memungkinkan pasien memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Hasil penelitian pada pasien kanker paru pascabedah menunjukkan bahwa rerata angka harapan hidup pada satge 1 adalah 5 tahunan, sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang memiliki angka harapan hidup selama 9 bulan.7 1.2 Batasan Masalah Laporan kasus ini membahas tentang karsinoma bronkogenik. 1.3 TujuanPenulisan Laporan
kasus ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang karsinoma bronkogenik. 1.4 Metode Penulisan Laporan kasus ini ditulis dengan menggunakan metode diskusi yang merujuk dari berbagai literatur.
BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Identitas Pasien Nama
: Tn. M
No. RM
: 01.02.72.52
Tanggal Masuk
: 7 November 2018
Tanggal Lahir
: 10 April 1956
Umur
: 62 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
: Riau
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Negeri Asal
: Indonesia
2.2 Anamnesis Keluhan Utama Sesak napas sejak 2 bulan yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak napas sejak 2 bulan yang lalu, sesak tidak menciut, dan meningkat dengan aktivitas.
Batuk meningkat sejak 3 hari yang lalu. Batuk berdahak berwarna putih kekuningan, batuk dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, bersifat hilang timbul. Batuk tidak berdarah. Riwayat batuk darah tidak ada.
Nyeri dada kanan sejak 1 bulan yang lalu, menjalar kepunggung, bersifat hilang timbul.
Demam tidak ada.
Keringat malam tidak ada.
Penuurunan BB ada sejak 1 bulan yang lalu (sebanyak 4 kg)
Penurunan nafsu makan ada sejak 1 bulan yang lalu
Mual dan muntah tidak ada.
Nyeri ulu hati ada.
Suara serak sejak 2 minggu yang lalu.
Terdapat benjolan di leher kanan sejak 4 bulan yang lalu.
Bengkak di kedua lengan sejak 2 minggu yang lalu.
BAK dan BAB normal.
Pasien rawat jalan di RS Teluk kuantan kemudian dirujuk ke RSUP dr. M.Djamil padang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat minum obat OAT sebelumnya tidak ada
Riwayat DM tidak ada
Riwayat Hipertensi tidak ada
Riwayat penyakit jantung tidak ada
Riwayat Keluarga Tidak ada riwayat penyakit keluarga. Riwayat kebiasaan, sosial, pekerjaan
Pasien pensiunan PNS
Pasien merokok 3 bungkus (20 batang) setiap hari selama 42 tahun (IB 2520 = IB Berat) dan berhenti merokok sejak 1 bulan yang lalu
Riwayat mengonsumsi alkohol disangkal
Riwayat seks bebas disangkal
Riwayat penggunaan narkoba suntik disangkal
2.3 Pemeriksaan Fisik (Penilaian awal medis pasien rawat inap) 2.3.1 Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tinggi Badan Berat Badan IMT Tekanan Darah Frekuensi Nadi Frekuensi Napas Suhu
: Sakit sedang : CMC : 165 cm : 46 kg : 16,89 kg/m2 : 130/80 mmHg : 90 x/menit : 26x/menit : 36,5ºC
2.3.2 Status Lokalis Kepala
: normocepal, simetris, rambut hitam,
Mata
: konjungtiva tidak anemis sklera ikterik tidak ada
Mulut
: Tidak ada kelainan
Leher
: tidak ada kelainan
JVP
: 5-2 cmH20
Trakea
: tidak ada deviasi
KGB
: Tidak terdapat pembesaran KGB
Jantung Inspeksi
: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi
: Sulit dinilai
Auskultasi
: s1 s2 normal, bising (-), irama regular
Paru Depan Inspeksi
: dada kanan dan kiri asimetris, dada kanan lebih flat dari kiri (statis) Pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri (dinamis)
Palpasi
: fremitus paru kanan melemah dari yang kiri
Perkusi
: - kanan : redup - kiri
: sonor
Auskultasi : suara napas kiri: suara nafas bronkovesikuler, ronkhi (+), wheezing (-). suara napas kanan: melemah, ronkhi (+), wheezing (-) Paru Belakang Inspeksi
: Punggung kanan dan kiri asimetris, punggung kanan lebih flat dari kiri (statis) Pergerakan punggung kanan tertinggal dari punggung kiri (dinamis)
Palpasi
: fremitus kanan melemah dari yang kiri
Perkusi
: - kanan : redup - kiri
Auskultasi
: sonor
: suara napas kiri: suara nafas bronkovesikuler, ronkhi (+), wheezing (-). suara napas kanan: melemah, ronkhi (+), wheezing (-)
Abdomen Inspeksi
: tidak terdapat distensi, perut tidak membuncit
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri epigastrium (-)
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Genitalia: tidak diperiksa Ekstremitas: terdapat udem pada kedua lengan tangan, 2.4 Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin
Faal Ginjal
Hb
13,3 g/dl
Ureum
35 mg/dL
Leukosit
9.760 /mm3
Kreatinin
0,7 mg/dL
Trombosit
322.000/mm3
Globulin
4,3 g/dL
Ht
40% AGD dan Elektrolit
Faal Hepar Bilirubin total
0,7 mg/dL
Kalsium
9,6 mg/dl
Bilirubin direct
0,3 mg/dL
Natrium
136 Mmol/L
Bilirubin indirect
0,4 mg/dL
Kalium
4,5 Mmol/L
SGOT
109 u/L
Klorida
100 mmol/L
SGPT
32 u/L
Total Protein
6,3 g/dL
Albumin
2,6 g/dL
Globulin
3,7 g/dL
GDS
109 gr/dL
Kesan labor
: total protein ↓, albumin ↓, globulin ↑, SGPT ↑
2.5 Gambaran Rontgen Toraks:
Rontgen thorak laki-laki usia 62 tahun di RSUP dr. M Djamil Padang tanggal 30 Oktober 2018. Rontgen tampak tidak simetris, sentris, densitas lunak, trakea ditengah, diafragma kanan terselubung, dengan sudut costo frenikus kiri tumpul. Tampak masa bentuk bulat, ukuran >3 cm dengan batas tegas di paru hemitoraks dextra. Kesan : Efusi pleura bilateral + suspect tumor paru kanan. 2.6 Diagnosis Kerja Ca bronkogenik jenis sel adenokarsinoma prokemoterapi siklus 1 2.7 Diagnnosis Banding Pulmonary metastase 2.8 Rencana pengobatan dan pemeriksaan: •
IVFD NaCl 0,9% selama 12 jam/kolf
•
Ceftrikson 1 x 2 gr (Injeksi IV)
•
Azatromisin 1 x 500 mg
•
Nebu ventolin 4 x 1
•
Nebu flumucyl 2 x 1
•
MST 2 x 10 mg (PO)
•
CT Scan thoraks Telah dilakukan CT scan thorak kanan didapatkan hasil masa paru kanan dengan pembesaran KGB para trakea dan peribronkhial kanan, subcarina, prevaskuler,paraaorta,supraclavicula, dan axila kiri serta menginfiltrasi vena cava superior. Efusi pleura bilateral Sugestif proses metastasis (ada corpus vertebra torakal 1)
•
Bronkoskopi Telah dilakukan bronkoskopi didapatkan hasil Pita suara : simetris, terbuka, mukosa licin dan reguler Trakea
: lumen terbuka, mukosa licin dan reguler, tidak tampak massa
Carina
: sudut lancip, mukosa licin dan reguler, masa tidak ada
BUKA
: lumen terbuka, mukosa licin dan reguler
Second carina : lancip, terbuka, mukosa licin dan reguler LAKA
: mukosa hiperemis dan oedam serta mudah berdarah dilakukan bilasan dan sikatan bronkus
MKa
: Mukosa masih licin dan reguler, masa tidak ada
Kesimpulan : Hiperemis dan oedam di lobus atas kanan •
BAJAH Telah dilakukan BAJAH didapatkan hasil Dalam sediaan apus BAJAH nodul multipel regio coli (S) ukuran 4x3x2 cm, mobile, kenyal padat, aspirat sedikit darah mikroskopik tampak sebaran dan kelompokan sel-sel dengan inti pleomorfik, vesikuler, kromatin kasar, anak inti ada yang nyata. Diagnosa : Metastase adenocarrsinoma ke KGB
2.9 Follow Up Tabel 1. Follow up pasien tanggal 8 November hingga 14 November 2018 SOAP Tanggal dan jam 8 November 2018
(Subjective, Objective, Assesmen, Planing) S/
7.00 WIB
Sesak masih ada
Sesak saat berbaring
Demam (-)
Nyeri dada (-)
Mual muntah (-)
O/ KU: Sedang, Kes: CMC, TD: 120/90, ND: 94, RR: 24, T:36,6 AF Paru depan : Inspeksi: dada kanan dan kiri asimetris, dada kanan lebih flat dari kiri (statis) Pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri (dinamis) Palpasi: fremitus paru kanan melemah dari yang kiri Perkusi
: - kanan : redup - kiri
: sonor
Auskultasi : suara napas kiri: suara nafas bronkovesikuler, ronkhi (+), wheezing (-).
suara napas kanan: melemah – menghilang, ronkhi (+), wheezing (-) A/ Ca bronkogenik jenis sel adenocarsinoma
P/
9 November 2018
•
IVFD NaCl 0,9% selama 12 jam/kolf
•
Injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
•
Azitromicin 1 x 500 mg
•
Nebu ventolin 4 x 1
•
Nebu flumucyl 2 x 1
•
MST 2 x 10 mg (PO)
Sesak masih ada
Sesak saat baring
Demam (-)
Nyeri dada (-)
Mual muntah (-)
S/
07.00 WIB
O/ KU: Sedang, Kes: CMC, TD: 130/80, ND: 92, RR: 22, T:36,5 AF Paru depan : Inspeksi: dada kanan dan kiri asimetris, dada kanan lebih flat dari kiri (statis) Pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri (dinamis) Palpasi: fremitus paru kanan melemah dari yang kiri Perkusi
: - kanan : redup - kiri
: sonor
Auskultasi : suara napas kiri: suara nafas bronkovesikuler, ronkhi (+), wheezing (-).
suara napas kanan: melemah –
menghilang, ronkhi (+), wheezing (-) A/ Ca bronkogenik jenis sel adenocarsinoma
P/
12 November
•
IVFD NaCl 0,9% selama 12 jam/kolf
•
Injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
•
Azitromicin 1 x 500 mg
•
Nebu ventolin 4 x 1
•
Nebu flumucyl 2 x 1
•
MST 2 x 10 mg (PO)
Sesak masih ada
Sesak saat berbaring
Demam (-)
Nyeri dada (-)
Mual muntah (-)
S/
2018 07.00 WIB
O/ KU: Sedang, Kes: CMC, TD: 120/80, ND: 90, RR: 23, T:36,5 AF Paru depan : Inspeksi: dada kanan dan kiri asimetris, dada kanan lebih flat dari kiri (statis) Pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri (dinamis) Palpasi: fremitus paru kanan melemah dari yang kiri Perkusi: - kanan : redup
- kiri : sonor Auskultasi
:
suara napas kiri
: suara nafas bronkovesikuler, ronkhi
(+), wheezing (-). suara napas kanan: melemah – menghilang, ronkhi (+), wheezing (-) A/ Ca. bronkogenik jenis sel adenocarsinoma P/
13 November
•
IVFD NaCl 0,9% selama 12 jam/kolf
•
Injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
•
Azitromicin 1 x 500 mg
•
Nebu ventolin 4 x 1
•
Nebu flumucyl 2 x 1
•
MST 2 x 10 mg (PO)
Sesak masih ada
Sesak saat berbaring
Demam (-)
Nyeri dada (-)
Mual muntah (-)
S/
2018 07.00 WIB
O/ KU: Sedang, Kes: CMC, TD: 130/90, ND: 88, RR: 21, T:36,6 AF Paru depan : Inspeksi: dada kanan dan kiri asimetris, dada kanan lebih flat dari kiri (statis)
Pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri (dinamis) Palpasi: fremitus paru kanan melemah dari yang kiri Perkusi
: - kanan
: redup
- kiri : sonor Auskultasi
:
suara napas kiri
: suara nafas bronkovesikuler, ronkhi
(+), wheezing (-). suara napas kanan: melemah – menghilang, ronkhi (+), wheezing (-) A/ Ca bronkogenik jenis sel adenocarsinoma P/
14 November
•
IVFD NaCl 0,9% selama 12 jam/kolf
•
Injeksi ceftriaxon 1 x 2 gr
•
Azitromicin 1 x 500 mg
•
Nebu ventolin 4 x 1
•
Nebu flumucyl 2 x 1
•
MST 2 x 10 mg (PO)
Sesak masih ada
Sesak saat berbaring
Demam (-)
Nyeri dada (-)
Mual muntah (-)
S/
2018 07.00 WIB
O/ KU: Sedang, Kes: CMC, TD: 120/80, ND: 92, RR: 18, T:36,3 AF
Paru depan : Inspeksi: dada kanan dan kiri asimetris, dada kanan lebih flat dari kiri (statis) Pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri (dinamis) Palpasi: fremitus paru kanan melemah dari yang kiri Perkusi
: - kanan
: redup
- kiri : sonor Auskultasi
: suara napas kiri: suara nafas bronkovesikuler,
ronkhi (+), wheezing (-). suara napas kanan: melemah – menghilang, ronkhi (+), wheezing (-)
A/ Ca bronkogenik jenis sel adenocarsinoma
P/ •
Rencana kemoterapi siklus I tanggal 22 November 2018
•
Pasien dipulangkan
BAB III DISKUSI Seorang pasien laki – laki berumur 62 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak tidak menciut dan tidak dipengaruhi oleh makanan atau perubahan cuaca, serta sesak dirasakan meningkat apabila pasien sedang beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan batuk meningkat sejak 3 hari yang lalu. Batuk berdahak dengan warna dahak putih kekuningan bersifat hilang timbul sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Batuk tidak berdarah. Riwayat batuk darah tidak ada. Pasien mengeluhkan adanya nyeri dada sejak 1 bulan yang lalu, menjalar kepunggung, bersifat hilang timbul. Penurunan berat badan ada sejak 1 bulan yang lalu sebanyak 4 kg. Penurunan nafsu makan ada sejak 1 bulan yang lalu. Demam tidak ada dan keringat malam tidak ada. Mual dan muntah tidak ada, nyeri ulu hati ada. Suara serak pada pasien sejak 2 minggu yang lalu. Terdapat udem pada kedua lengan sejak 2 minggu yang lalu. Buang air besar dan buang air kecil normal. Pasien dirawat jalan di RS Teluk Kuantan kemudian dirujuk ke RSUP dr. M.Djamil Padang. Sesak nafas dirasakan oleh pasien sejak 2 bulan yang lalu dan meningkat dengan aktivitas tanpa adanya pengaruh dari makanan dan cuaca. Sesak nafas dapat disebabkan oleh 4 mekanisme; (1) peningkatan ventilatory demand seperti pada saat beraktivitas, demam febril, hipoksia, anemia berat, ataupun asidosis metabolik; (2) penurunan kapasitas ventilasi seperti pada kondisi efusi pleura, pneumothorax, masa intratorakal, trauma pada thorax, ataupun kelemahan otot torax; (3) peningkatan resistensi jalur nafas seperti pada kondisi asma ataupun penyakit paru obstruktif kronis, dan; (4) penurunan compliance pulmoner seperti pada kasus fibrosis interstisial atau edem pulmoner. Pada kasus ini dapat dilihat bahwa sesak nafas disebabkan oleh penurunan kapasitas ventilasi disebabkan kemungkinan adanya masa intratorakal. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pasien mengeluhkan sesak nafas yang meningkat saat beraktivitas dan tidak dipengaruhi oleh faktor atopi seperti makanan ataupun cuaca seperti halnya pada pasien asma.8 Berdasarkan literatur lainnya, sesak nafas pada tumor paru dengan temuan suara nafas yang abnormal terjadi jika terdapat masa yang besar, efusi pleura, atau atelektasis, hal ini sesuai dengan klinis dan temuan pada pasien.9 Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 3 bulan yang lalu dengan berdahak warna putih kekuningan. Batuk fenomena pengeluaran udara yang bersifat tiba – tiba,
biasanya
involunter, dari paru – paru dengan suara yang khas dan mudah dikenali yang bertujuan untuk menciptakan peningkatan laju udara di daerah jalur nafas yang cukup kuat untuk
mengeluarkan sekresi ataupun hal lain yang terakumulasi di jalur nafas. Walaupun batuk dapat dicetuskan secara volunter, batuk juga dapat terjadi akibat refleks fisiologis yang dimediasikan oleh reseptor sensoris, serabut saraf aferen, serabut saraf efferen, dan otot efektor. Batuk dapat dikategorikan menjadi batuk akut dan batuk kronis dimana batuk akut terjadi dengan lama batuk kurang dari 3 minggu dan batuk kronis yang terjadi lebih dari 3 minggu. Pada kasus pasien batuk dapat dikategorikan menjadi batuk kronis dikarenakan lamanya batuk yang mencapai 3 bulan. Batuk kronis dapat mengindikasikan adanya perubahan struktural dari trakus respiratorius atau adanya faktor pencetus batuk yang presisten. Karakteristik batuk pada pasien ini dimana batuk pada pasien memproduksi dahak yang berwarna putih kekuningan dapat mengindikasikan adanya perubahan struktural dari jalur nafas yang dapat disebabkan oleh infeksi kronis ataupun adanya massa. 8 Berdasarkan literatur lainnya, pada tumor paru awalnya tidak menunjukan gejala klinis, tetapi apabila telah menunjukan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut, gejala-gejala dapat bersifat lokal (tumor tumbuh setempat) seperti batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis, hemoptasis, mengi (wheezing,stridor) karena obstruksi saluran nafas, kavitas seperti abses paru dan atelektasis. Pada pasien ini, baru terdapat batuk yang bersifat kronis, hal ini sesuai dengan literatur.1 Pada pasien juga ditemukan adanya nyeri pada dada sebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu menjalar ke punggung dan bersifat hilang timbul. Nyeri dada dapat berasal dari berbagai struktur dari dada, seperti kulit, iga, otot interkosta, pleura, esofagus, jantung, aorta, diafragma, ataupun veterbra torakal. Nyeri dada dapat disebabkan oleh difusi pleura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau radang subdiafragmatik, pneumothorak, dan pneumo mediastinum.8 Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan sejak 1 bulan yang lalu. Penurunan berat badan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penurunan intake makanan, penurunan kemampuan absorbsi, peningkatan kebutuhan metabolisme, ataupun peningkatan output. Pada kasus pasien ini penurunan berat badan dapat disebabkan oleh penurunan intake yang diperjelas dengan kondisi pasien yang mengeluhkan penurunan nafsu makan ataupun anorexia. Hal ini dapat disebakan karena lipolisis dan proteolisis yang diinduksi oleh sel kanker. Penurunan berat badan juga dapat disebabkan oleh induksi sintesis protein dari sel kanker yang disebabkan oleh berbagai mekanisme. 8 Gejala dan keluhan tidak khas yang dapat dirasakan penderita tumor paru adalah berat badan berkurang, nafsu makan menurun, demam hilang timbul, sindrom paraneoplastik. Pada pasien ini, gejala tidak khas yang dirasakan hanya penurunan berat badan dan nafsu makan.1
Suara serak juga dirasakan pasien sejak 2 minggu yang lalu. Suara serak dapat terjadi karena penekanan nervus laringeus recurrent oleh masa tumor, yang terjadi pada 2-8% penderita kanker paru. Berdasarkan literatur lain, gejala invasi lokal pada pasien tumor paru berupa nyeri dada, dyspnea karena efusi pleura, invasi ke perikardium, terjadi tamponade / aritmia, sindroma vena kava superior, sindrom horner (Facial anhidrosis, ptosis, miosis), suara serak, sindrom pancoast.8 Pada pasien ditemukan benjolan pada leher sejak 4 bulan yang lalu. Limfadenitis (pembengkakan pada kelenjar getah bening) merupakan manifestasi yang sering terjadi dan merupakan penanda dari penyakit reticuloendotelial ataupun infeksi regional. Limfadenitis dapat disebabkan oleh berapa cara antara lain; multiplikasi dari sel dalam nodul (multiplikasi limfosit, sel plasma, monosit atau histiosit); infiltrasi dari sel yang berada di luar nodul (neutrofil ataupun sel maligna); ataupun drainase dari infeksi (abses) ke nodus limfe regional.8 Nyeri ulu hati juga dirasakan oleh pasien. Nyeri ulu hati ini dapat terjadi karena adanya transmisi, tranduksi, modulasi, dan persepsi nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati pda pasien dimungkinkan karena adanya masalah pada traktus gastrointestinal terutama pada lambung pasien.10 Pada pasien juga terdapat udem pada kedua lengan. Berdasarkan literatur, edem dapat terjadi pada tumor paru terjadi karena venektasi (pelebaran vena) di dinding dada dengan pembengkakan (edema) wajah, leher dan lengan berkaitan dengan bendungan pada vena kava superior (SVKS).9 Pasien perokok, merokok 60 batang setiap hari selama 42 tahun (IB=berat) dan berhenti merokok baru 1 bulan yang lalu. Berdasarkan literatur, salah satu penyebab terbesar tumor paru adalah merokok, yaitu 85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Berdasarkan literatur, hubungan merokok dengan pengaruh karsinogenik, terbukti merupakan faktor risiko utama penyebab perubahan genetik yang menyebabkan kanker paru. Pada hakikatnya, terdapat korelasi linier antara intensitas pajanan asap rokok dan munculnya perubahan epitel yang dimulai dengan hiperplasia sel basal yang relatif tidak membahayakan dan metaplasia skuamosa dan berkembang menjadi displasia skuamosa dan karsinoma in situ, sebelum memuncak menjadi karsinoma invasif. Di antara berbagai subtipe histologik kanker paru, karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel kecil memperlihatkan keterkaitan paling kuat
dengan pajanan tembakau.1 Berdasarkan pemeriksaan fisik paru didapatkan dada kanan dan kiri asimetris, dada kanan lebih flat dari kiri (statis) dan pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri (dinamis). Fremitus paru kanan melemah dari yang kiri dan dan perkusi kanan redup dan kiri sonor. Suara napas kiri bronkovesikuler ada rhonki tapi tidak ada wheezing dan suara napas kanan melemah ada rhonki tapi tidak ada wheezing. Asimetris dinding dada disebabkan karena unilateral prominence, salah satu hemithoraks lebih flat. Hal ini dapat terjadi karena adanya massa tumor, efusi pleura yang banyak, maupun pneumothoraks. Suara nafas paru kiri melemah menandakan berkurangnya aliran udara ke paru. Berdasarkan literatur, pemeriksaan fisik pada penderita tumor paru mencakup tampilan umum (performance status) penderita yang menurun, penemuan abnormal pada pemeriksaan fisik paru seperti suara napas yang abnormal, benjolan superfisial pada leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran hepar atau tanda asites, dan nyeri ketok di tulang. Pada pasien hanya terdapat suara napas yang abnormal.1 Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Tumor paru kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar terlebih bila disertai atelektasis akibat kompresi bronkus, efusu pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan juga dapat memberikan data untuk menentukan stage, seperti adanya pembesaran KGB, tumor di luar paru, atau adanya metastasis ke hepar, tulang, maupun otak.1 Pemeriksaan penunjang foto thorax PA didapatkan kesan efusi pleura bilateral ditambah suspek tumor paru kanan. Pada pemeriksaan CT Scan thoraks didapatkan hasil masa paru kanan dengan pembesaran KGB para trakea dan peribronkhial kanan, subcarina, prevaskuler, paraaorta, supraclavicula, dan axila kiri serta menginfiltrasi vena cava superior, efusi pleura bilateral, dan sugestif proses metastasis (ada corpus vertebra torakal 1). Pasien juga telah dilakukan bronkoskopi dengan hiperemis dan oedam di lobus atas kanan. Serta pada pemeriksaan BAJAH didapatkan hasil metastase adenocarrsinoma ke KGB. Berdasarkan literatur, staage tumor dapat dinilai dari pemeriksaan penunjang ini, apabila telah ada keterlibatan KGB atau metastase ke KGB seperti yang terjadi pada pasien, menunjukan pasien telah masuk ke dalam stage IV.1 Untuk kebutuhkan klinis, jenis histologis kanker paru dibagi menjadi kanker paru jenis sel kecil (small cell lung cancer/SCLC) dan kanker paru karsinoma bukan sel kecil (non
small
cell
lung
cancer/NSCLC)
yang
terdiri
dari
karsinoma
skuamosa,
adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar. Pembagian jenis sel sangat berguna untuk kepentingan pemilihan jenis terapi.1 Penderajatan untuk kanker paru ditentukan menurut sistem TNM dari American Joint Committee on Cancer (AJCC) veris 7 tahun 2010. Pengertian T adalah tumor yang dikategorikan atas Tx, Tis, T0 sampai T4, N untuk keterlibatan KGB yang dikatergorikan atas Nx, N0 sampai N3, sedangkan M adalah menunjukkan ada atau tidaknya metastasis jauh yang dikategorikan atas Mx, M0 sampai M1.9 Pada pasien diberikan IVFD NaCl 0,9% selama 12 jam/kolf, Ceftriakson 1 x 2 gr (Injeksi IV), Azitromisin 1 x 500 mg, Nebu ventolin 4 x 1, Nebu flumucyl 2 x 1, MST 2 x 10 mg (PO). NaCl 0,9% merupakan larutan fisiolgis untuk dan rehidrasi cairan tubuh. Ceftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin untuk mengurangi sejumlah infeksi bakteri. Azitromisin merupakan antibiotik golongan makrolida yang lebih aktif pada bakteri gram negatif yang berfungsi untuk mengurangi sejumlah infeksi bakteri seperti pada saluran nafas. Nebu ventolin merupakan bronkodilator. Nebu flumucyl mengandung bahan aktif N/acetylcysteine digunakan untuk mengencerkan dahak, sehingga pasien mudah mengeluarkan dahak. MST merupakan obat dengan komposisi morfin sulfate, obat ini biasanya digunakan untuk mengrangi rasa nyeri. Pasien juga telah di rencanakan akan melakukan kemoterapi siklus I pada tanggal 22 November 2018.9
DAFTAR PUSTAKA 1. PDPI. Pedoman diagnosis dan penata laksanaan kanker paru di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2003. 2. International Agency for Researc on Cancer (IARC). GLOBOCAN 2012. Estimeted cancer incindence, mortallity and prevalance world wide in 2012. 3. Depkes RI, Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 2013. 4. Price, S.A, Wilson, L.M, Patofisiologi: konsep klinis proses proses penyakit. Edisi 6. Penterjemah : Huriawati H, NAtalia S, Pita Wulansari: Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 2006. 5.Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M, Setiati S. buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014. 6.Travis WD, et al. The 2015 World Health Organiztion Classification of lung tumors: Impact of enetic, clinicaland radiologic advances since the 2004. J thorac oncol. 2015. 7.Pratomo Irandi P, Yunus Faisal. Anatomi fisiologi pleura. Departemen Pulmonologi dan Ilmu kedokteran respirasi. 2013: 40(6). 8. Walker HK, Hall WD, and Hurst JW. Clinical methods 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990. Diakses pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK201/
9.PNKP. Kanker Paru. Jakarta : PNKP, 2017. Naliboff BD, Mayer M, Fass R, Fitzgerald LZ, Chang L, Bolus R, Mayer EA. The effect of life stress on symptoms of heartburn. Psychosom Med. 2004 May-Jun ; 66(3): 426-34. Diakses pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15184707
10.