BAB I
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Khafida Handasa
Umur
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal lahir
: 11- 06 - 1992
Agama
: Islam
Bangsa
: Sunda
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Polisi
Alamat
: Jl. Cempaka III NO.3 RT/ RW 06/02. Cempaka Putih
Jakarta Pusat 10520 Status
: Menikah
Tangggal pemeriksaan
: 19 Oktober 2018
II.
ANAMNESIS ( Autoanamnesis pada tanggal 19 Oktober 2018) Keluhan Utama Benjolan pada kelopak mata atas kiri sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan Nyeri pada benjolan dan terasa seperti ada yang menjanggal pada mata kiri merah dan terasa gatal.
1
Riwayat penyakit sekarang Seorang pasien perempuan berusia 26 tahun datang ke poli mata RS POLRI dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kiri atas sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya pasien merasa mata nyerih, gatal dan terasa seperti ada yang menjanggal pada mata, lalu kelopak mata kiri menjadi bengkak, merah dan mata terasa nyeri. Pasien juga merasakan gatal dan nyeri jika mata sebelah kiri ditekan. pasien mengaku belum pernah melakukan pengobatan untuk matanya tersebut. Keluhan seperti keluar kotoran, mata berair dan penglihatan kabur disangkal oleh pasien. Demam dan nyeri kepala juga disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sudah pernah mengalami hal seperti ini kurang lebih 1th yang lalu Riwayat kebiasan pasien naik motor ke kantor tidak menggunakan masker dan kacamata Riwayat penggunaan kacamata (-) Riwayat benturan pada mata atau trauma benda lain (-) Riwayat diabetes mellitus (-) Riwayat hipertensi (-) Riwayat alergi makan dan obat (-)
Riwayat penyakit keluarga
2
Riwayat penyakit keluarga dengan sakit yang sama disangkal Riwayat penyakit diabetes disangkal Riwayat penyakit hipertensi disangkal III.
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis
IV.
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: kompos mentis
Tanda vital
: Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: afebris
STATUS OFTALMOLOGI Inspeksi
:
3
OD
OS
Visus
6/6
6/6
TIO
N/ palpasi
N/ palpasi
Posisi Hirshberg
Ortoforia
Ortoforia
Gerakan bola mata
Palpebral Superior
Edema (-), hiperemis (-),
Edema (+), hiperemis
massa (-), nyeri tekan (-)
(+), massa (+), nyeri tekan (+) konsistensi kenyal, permukaan rata
Edema (-), hiperemis (-),
Edema (-), hiperemis(-),
massa (-), nyeri tekan (-)
massa(-), nyeri tekan (-)
Konjungtiva Tarsal
Hiperemis (-), papil (-),
Hiperemis (-), papil (-),
Superior
edema (-)
edema (-)
Konjungtiva Tarsal
Hiperemis (-), papil (-),
Hiperemis (-), papil (-),
Inferior
edema (-)
edema (-)
Konjungtiva Bulbi
Tenang, Injeksi
Tenang, Injeksi
konjungtiva (-), injeksi
konjungtiva (-), injeksi
siiar (-)
siiar (-)
Palpebral inferior
4
Kornea
Jernih, ulkus (-)
Jernih, ulkus (-)
Bilik Mata Depan
Dalam, jernih
Dalam, jernih
Iris
Kripti (+), coklat
Kripti (+), coklat
Pupil
Bulat, isokor 3mm, RCL
Bulat, isokor 3mm, RCL
(+), RCTL (+)
(+), RCTL (+)
Lensa
Jernih
Jernih
Vitreus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
pemeriksaan
pemeriksaan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
pemeriksaan
pemeriksaan
Fundus
V.
RESUME Pasien perempuan berusia 26 tahun datang dengan keluhan benjolan di kelopak mata atas kiri sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya pasien merasa mata kiri nyerih dan terasa seperti ada yang menjanggal pada mata, lalu kelopak mata kiri menjadi bengkak, merah, gatal dan mata terasa nyeri jika ditekan. Pemeriksaan Fisik Palpebral superior Inspeksi dan palpasi
: hiperemis (+) bengkak (+), massa (+) nyeri tekan (+), konsistensi kenyal
5
VI.
DIAGNOSIS KERJA Hordeolum internum palpebra superior OS
VII.
PENATALAKSAAN Non- medikamentosa
:
Kompres air hangat selama 10-15 menit sebanyak 3 kali dalam sehari
Medikamentosa
VIII.
:
Topical
: Cendo Tobroson (4 dd gtt OS)
Sistemik
: Cefixim ( 2 dd 200mg )
PROGNOSIS Quo Ad Vitam
: Ad Bonam
Quo Ad Fungsionam
: Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanactionam
: Dubia Ad Bonam
Quo Ad Cosmeticam
: Ad Bonam
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI PALPEBRA Palpebra fibrosa,
adalah
lipatan
tipis
yang
terdiri
dari
kulit,
otot, dan jaringan
yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra
superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebra).1,2
Struktur palpebra : 1. Lapisan Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. 2. Musculus Orbikularis Okuli. Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebral dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
7
3. Jaringan Areolar. Terdapat dibawah musculus orbikularis okuli, berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. 4. Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah) 5. Konjungtiva Palpebra Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra yang melekat erat pada tarsus.
Gambar 1. Anatomi Palpebra
8
TEPIAN PALPEBRA Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian ini dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. 1. Tepian anterior Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. 2. Tepian posterior Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). 3. Punktum lakrima Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum inu terfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis
FISURA PALPEBRA Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebral yang terbuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kanthus medialis lebih elips dari kanthus lateralis dan mengelilingi lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas dua buah struktur yaitu karunkula lakrimalis, peninggian kekuningan dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea sebesar-besar yang
9
bermuara ke dalam folikel yang mengandung rmbut-rambut halus dan plica seminularis.3 SEPTUM ORBITALE Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebral superior dan tarsus superior; septum orbilae inferius menyatu dengan tarsus inferior.2,4 REFRAKTOR PALPEBRA Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Dipalpebral superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebral inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.2.5 Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (n. Trigeminus). Pada kelopak terdapat bagaian-bagian : a. Kelenjar a. Kelenjar sebasea b. Kelenjar Moll atau kelenjar keringat
10
c. Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan menghasilkan sebum d. Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis) Terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan sebum (minyak). b. Otot-otot palpebra a. M. Orbikularis Okuli Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah dan terletak di bawah kuit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebral terdapat otot orbikularis okuli disebut sebagai M. Rioland. M.Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.fasialis. b. M. Levator Palpebra Berorigo pada anulus foramen orbbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Gerakan palpebra 1) Menutup Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M.Levator Palpebra Superior. M, Rioland menahan bagian belakang palpebra terhadap dorongan bola mata. 2) Membuka Kontraksi M. Levator palpebra superior (N.III). M. Muller mempertahankan mata agar tetap terbuka.
11
HORDEOLUM Definisi Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.2.5
Etiologi Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.
Klasifikasi Hordeolum dibagi menjadi: 1. Hordeolum eksternum Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya kearah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gbr.2).
12
Gambar 2. Hordeolum ekternum 2. Hordeolum internum Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak didalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3)
13
Gambar 3. Hordeolum Internum
Epidemiologi Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.
Faktor Resiko Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut : 1. Penyakit kronik. 2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk. 3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti blefaritis. 4. Diabetes. 5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia 6. Penyakit hordeolum sebelumnya. 14
7. Higiene dan lingkungan yang tidak sehat. 8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
Patofisiologi Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara
histologis
akan tampak
gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di lempeng tarsal. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva. 6
Gambar 4. Potongan sagital palpebral superior
15
Manifestasi klinis Gejala Klinis a. Nyeri pada kelopak mata b. Bengkak c. Eritem d. Edem seperti gambaran abses kecil e. Terasa panas dan tidak nyaman pada kelopak mata f. Sakit bila ditekan pada kelopak mata g. Ada rasa yang mengganjal
Stadium hordeolum meliputi: a. Stadium infiltrat Ditandai dengan kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran. b. Stadium supuratif Ditandai dengan adanya benjolan yang berisis pus (core)
Diagnosa Diagnosa hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan oftalmologis
Diagnosa banding Diagnosa banding hordeolum adalah :
16
1. Kalazion. 2. Dakriosistitis. 3. Selulitis preseptal. 4. Konjungtivitis adenovirus. 5. Karsinoma sel basal
Penatalaksanaan Non medikamentosa Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. a. Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat 3-4 kali sehari selama 10-15 menit untuk membantu drainase. Dilakukan dengan mata tertutup b. Membersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun atau shampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi hal ini dapat membantu proses penyembuhan dan dilakukan dengan mata tertutup c. Menghindari pemakaian make up pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi. d. Jangan menekan atau menusuk hordeolum hal ini dapat menimbulkan infeksi serius pada mata. e. Jangan menggunakan lensa kontak karena dapat menyebabkan infeksi kornea
17
Medikamentosa Antibiotik Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum a. Topikal Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan. Bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar aurikular b. Sistemik Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular Eritromisin 250mg atau 125 250mg diklosasilin 4 kali sehari, dapat
juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di
bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
18
c. Pembedahan Insisi Terlebih dahulu diberikan anestei topikal dengan tetes mata pantokain. Dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain didaerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila:
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fliktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Ekskokhleasi atau kuretase. Seluruh isi jaringan yang meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.
19
Komplikasi Penyulit dari hordeolum yaitu selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
Pencegahan Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut : 1. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang. 2. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak. 3. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman. 4. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
Prognosis Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.
20
BAB III Pembahasan Kasus
Teori Anamnesis
Pemeriksaan
Tatalaksana
Kasus
Nyeri pada kelopak mata
Bengkak
Eritem
Bengkak
Edem seperti gambaran abses kecil
Merah
Terasa panas dan tidak nyaman pada kelopak
Gatal
mata
Mata terasa nyeri jika
Terasa seperti ada yang menjanggal pada mata
Sakit bila ditekan pada kelopak mata
Ada rasa yang mengganjal
Kelopak mata bengkak
Hiperemis
Bengkak
Nyeri tekan
Merah
Nyeri tekan
Di lakukan kompres
Non Medikamentosa
ditekan
Palpebra superior kiri
Untuk mempercepat peradangan kelenjar
hangat 3 kali selama 10
dapat diberikan kompres hangat 3-4 kali
menit
sehari selama 10-15 menit untuk membantu drainase.
Diberikan antibiotik topikal dan sistemik
Medikamentosa
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum
21
DAFTAR PUSTAKA 1. Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-94 2. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000: Hal 17-20 3. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004: Hal 92-94 4. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2003: Hal 15 -16 5. Michael ED. Hordeolum. 2009. Available from : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://emedicine. medscape.com/ article/1213080-overview 6. Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://emedicine. medscape.com/ article/798940-overview
22