Cagar Budaya Laporan Setelah Survey.docx

  • Uploaded by: elza
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cagar Budaya Laporan Setelah Survey.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,885
  • Pages: 31
KATA PENGANTAR Ucapan puja-puji dan syukur hanya semata milik Allah SWT. Hanya Kepadanya lah kami memuji dan bersyukur, meminta ampunan dan pertolongan. Kepadanya juga lah kita meminta perlindungan dari kejelekan diri dari syetan yang senantiasa membisikkan kebatilan kepada hati kita. Dengan rohmat serta pertolongan-Nya, puji syukur, akhirnya Laporan tentang Arsitektur Cagar Budaya Mesjid Raja Peranap ini bisa terselesaikan dengan lancar. Kami menyadari sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan yang ada pada makalah ini. Kami menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah selanjutnya. Kami berharap hal itu semua dapat dijadikan cambuk buat kami supaya lebih mengutamakan kualitas makalah ini di masa yang selanjutnya.

Pekanbaru, November2017

Tim Penyusun

1

DAFTAR ISI

2

LAPORAN PRA SURVEI

Nama anggota kelompok Cagar Budaya bagian Masjid Pranap, Indragiri Hulu 1. 2. 3. 4. 5.

Dede Irma Juwita Ranti Osli M. Amirul Muslimin Ibrahim Hasan Sri Handayani

Pak Yohanes Firzal Ph.D sebagai dosen pembimbing. Sebelum berangkat ketempat survei, kami melakukan beberapa kali diskusi mengenai persiapan yang kami bawa saat survei, tranportasi ketempat survei, jadwal keberangkatan survei dan peralatan lapangan survei yaitu menyiapkan segala hal perlengkapan lapangan seperti: sketchbook, pensil, penggaris, penghapus, meteran kecil, meteran besar (kami meminjam punya si….), tabung gambar, alat dokumentasi menggunakan hp. Kami juga menyiapkan konsumsi untuk diperjalanan yang kami beli per individu. Kmi berangkat hari Sabtu subuh tanggal …. Oktober. Kami merencanakan berangkat jam 04.00 subuh namun, sedikit terkendala karena anggota kami ada yang lokasi rumahnya jauh sehingga sedikit molor dan kami berangkat sudah hampir azan subuh. Kami berangkat menggunakan mobil xenia, yang sebagai sopir kami adalah abangnya Ranti dan kami juga ditemani oleh Ibunya Ranti. Kami sholat di Masjid Al-Huda, Jalan Soebrantas, Panam. Jalan ke Rengat ada dua alternative yaitu lewat Kuansing dan lewat Pelalawan. Kami melewati jalur Taluk Kuantan perjalanan ini memakan waktu kurang lebih 6 jam, kami menggunakan aplikasi google drive sebagai petunjuk arah selama perjalanan pergi dan pulang. Jam 10.00 pagi menjelang siang kami berhenti di rumah makan, setelah selesai makan kami melanjutkan kembali perjalanan. Kami berhenti di kedai untuk membeli minuman dan cemilan ketika itu kami sudah sampai di Rengat, kami pun bertanya kepada orang kedai jalan ke Masjid Pranap. Kami jalan yang di dekat pasar …., disimpang jalan kami kembali bertanya kepada orang yang di dekat pasar, sedikit terjadi macet karena mobil kami dan becak motor. Awalnya kami tidak yakin dengan jalan yang ditunjuk oleh orang tadi, kemudian di persimpangan kami sedikit bingung antara ke kiri dan ke kanan. Kami kembali bertanya lagi kepada masyarakat setempat. Kami melanjutkan perjalanan, kami melewati jalan yang sepi kiri kanannya hutan-hutan daan kami pun ragu. Walaupun ragu kami tetap lanjut. Kemudian kami kelewatan belokan yang seharusnya di belokan pertama, kemudian kembali lagi kami bertanya jalan menuju masjid pranap. Kami balik arah kemudian belok ke kiri. Kami susuri jalan yang sedikit sempit, kemudian kami memarkirkan kendaraan di halaman rumah warga. Kami berjalan kaki menuju masjid itu karena kami takut tidak bisa mobil melewati jembatan kuning karena kontuksinya berwarna kuning. Jembatan itu ternyata bisa dilewati oleh mobil, jembatan itu lantainya dari kayu. Itu merupakan sungai Kuantan, warna airnya kuning keruh. Kami sedikit bingung belokan ke masjid dan untung saja Ibrahim dan Amirul membawa anak SD yang pulang sekolah untuk menunjukkan lokasi masjid Pranap. Kami melewati kebun karet juga kebun buah durian, rambai dan rambutan. Selama perjalanan menuju masjid kami mengobrol dengan adik-adik tersebut. Ketika kami 3

sampai di masjid Pranap hari pun sudah hampir azan zuhur. Setelah selesai sholat zuhur berjamaah di masdjid Pranap, kami melakukan kegiatan survei kami. Dede dan Sri mewawancarai gharim masjid, Ranti dan Ibrahim mengukur dan mendokumentasi masjid, Amirul mensketsa masjid. Sekitar jam 15. lewat kami pamit pulang kepada gharim masjid. Saat pulang kami tidak melewati jalan saat pergi (jalan dekat pasar). Kami berhenti masjid yang lokasinya masih di Rengat, tak lama kemudian kami berhenti di rumah makan. Di perjalanan pulang, kami merayakan ulang tahun Amirul dengan ala kadarnya, kue tar nya dari biskuit. Saat Isya kami sholat di masjid Islamic Center Kuansing, sangat bagus masjidnya namun ada sedikit berbeda yaitu pada landscape masjid tersebut dan pintu gerbang masjid tersebut tidak sesuai dari maketnya ke realitanya. Kami sampai di Pekanbaru hampir jam 12 malam, mobil berhenti di depan pos satpam UR depan Mona. Kami pulang ke kos masing-masing dengan motor yang telah dijemput oleh teman kami.

4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesjid Raja Pranap ini didirikan pada tahun 1883 dengan arsitek seorag muallaf dari Tionghoa. Masjid ini berada di Jalan Sutan Ibrahim Desa Pauh Pranap Kecamatan Pranap Kabupaten Indragiri Hulu. Masjid Raja pRanap juga dikenal dengan masjid Raja Muda atau Sutan Muda Indragiri hingga saat ini masih asli dan terawatt dengan baik. Namun ada beberapa bagian yang sudah di renovasi guna memperbaiki kualitas pemakaian masjid. Masjid ini terbuat dari kayu alami yang begitu kokoh. Ornament dan arsitektur asli tetap di pertahankan. Ornamen dan arsitektur Melayu dan Tiongkok melekat dengan masjid ini. Diberbagai sisi masjid terdapat motif ukiran khas Melayu Riau. Masjid ini terdiri dari tiga lantai. Dimana lantai pertama digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat muslim, lantai kedua tempat rapat atau pertemuan Raja, lantai ketiga tempat Ghorim mengumandangkan adzan. Di lantai ketiga terdapat sebuah gong tua. Menurut cerita sejarah turun temurun, gong ini akan berbunyi sendiri dan hal itu menandakan bahaya akan datang. Dulu saat zaman penjajahan Belanda, gong berbunyi sendiri dan tidak lama setelah itu masjid di bom oleh pasukan Belanda. Beruntung bom yang diarahkan ke masjid tidak meledak. Gong juga berbunyi ketika musim banjir datang. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah: 1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa. 2. Mahasiswa mampu memahami, mengerti dan membandingkan ilmu dalam Metode Survey Cagar Budaya dalam Arsitektur. 3. Menambah pengalaman mahasiswa dalam dunia kerja, khususnya aplikasi Metode Survey Cagar Budaya dalam Arsitektur. 4. Menyelesaikan tanggung jawab tugas mata kuliah Cagar Budaya. 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan Masalah dalam pengamatan ini adalah : 1. 2. 3. 4.

Siapa yang merancang bangunan Mesjid Raja Peranap? Mengapa Bangunan ini di pugar? Bagaimana karakter khusu banguna Mesjid Raja Peranap? Bagaimana Kondi bangunan Mesjid Raja Peranap?

1.4 Tujuan Pengamatan

5

Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah: 1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa. 2. Mahasiswa mampu memahami, mengerti dan membandingkan ilmu dalam Metode Survey Cagar Budaya dalam Arsitektur. 3. Menambah pengalaman mahasiswa dalam dunia kerja, khususnya aplikasi Metode Survey Cagar Budaya dalam Arsitektur. 4. Menyelesaikan tanggung jawab tugas mata kuliah Cagar Budaya. 1.5 Metode Pengumpulan Data Laporan Praktik Kerja ini menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data – data yang dibutuhkan dalam penyusunannya. Adapun metode-metode yang digunakan untuk memperoleh data antara lain adalah : 1. Metode observasi (pengamatan) Dalam metode observasi ini pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan mengamati proses pekerjaan yang berlangsung di Mesjid Raja Peranap, Desa Pauh Peranap. 2. Metode interview (wawancara langsung) Dalam metode interview ini pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara secara langsung kepada semua pihak yang terlibat dalam proses. 3. Metode pustaka (Literatur) dalam metode pustaka, mencari informasi dengan mengumpulkan data dalam penyelesaiannya. 4. Metode instrumen dalam metode instrumen pelaksanaan dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera ataupun alat tulis, guna untuk mendapatkan data-data ataupun informasi mengenai Mesjid Raja Peranap, Desa Pauh Peranap.

6

BAB II PEMBAHASAN

MESJID RAJA PERANAP

Gambar 1. Mesjid Raja Pranap Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

2.1. Data Umum Mesjid Raja Pranap terletak di Jalan Sutan Ibrahim Desa Pauh Pranap Kecamatan Pranap Kabupaten Indragiri Hulu.

Nama bangunan

: Mesjid Raja Pranap

Fungsi

: Tempat ibadah, musyawarah, pertemuan raja, Sekarang tempat ibadah

Jenis fungsi

: 3 lantai

Nama Pemilik Indragiri Arsitek

: Raja Moehammad Sultan Muda Indragiri bin Raja Ibrahim Sultan Muda

: 7

Masjid Raja Pranap didirikan oleh Raja Moehammad Sultan Muda Indragiri bin Raja Ibrahim Sultan Muda Indragiri yang merupakan Raja kerajaan Peranap pada masa itu. Beliau mendirikan Mesjid ini untuk kebutuhan masyarakat karena di daerah desa pauh pada masa kerajaan peranap merupakan daerah perdagangan besar yang datang dari berbagai penjuru untuk melakukan perdagangan.

Gambar 2. Raja Moehammad Sultan Muda Indragiri bin Raja Ibrahim Sultan Muda Indragiri Sumber. Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

2.2. Batas Tapak Adapun batas-batas tapak dari Mesjid Raja Peranap dengan Koordinat 0032’23.8423’’ 107 58’40.3806’’ ialah : 0

Sisi Utara : Hutan Desa Pauh Pranap

Sisi Timur : Tempat Pemakaman Umum Desa Pauh Pranap

8

Sisi Selatan

: Jalan menuju ke PT di lingkungan sekitar

Sisi Barat : Kampung Terendam 2.3. Status Cagar Budaya Bangunan ini sudah mendapat Status Cagara Budaya dari Provinsi. Bangunan ini sudah pernah dipugar (dilestarikan), pelastarian yang pernah dilakukan ialah perbaikan atap sirap mesjid yang telah lapuk dengan atap mutirup.

2.2. Lingkungan Sekitar/ Kawasan Kawasan Mesjid Raja Peranap berada dalam kawasan cagar budayaProvinsi di sekitar pemukiman penduduk Desa Pauh, Kecamatan Peranap. Di desa Pauh Pranap, pada masa kerajaan melayu merupakan desa yang sangat ramai karena berada di pinggir sungai yng menjadi jalur perdagangan. Namun desa tersebut sering terkena banjir hingga merendam rumah-rumah warga sekitarnya. Sehingga masyarakat desa Pauh Pranap mengungsi ke masjid Raja. 2.3. Karakter Khusus Lingkungan Kawasan Mesjid Raja Peranap yang dikelilingi pemukiman penduduk yang merupakan kawasan perdagangan dan perniagaan pada masa kerajaan Melayu karna lokasi nya yang sangat dekat dengan transportasi melayu zaman dulu yakni Sungai Indragiri. 2.4. Sejarah Kawasan

9

Adapun Tradisi yang masih dipercaya penduduk setempat hinga sekarang adalah mandi di cucuran atap Mesjid pada bulan Rajab. Orang-orang akan mandi di Mesjid dari bubungan atap untuk meminta sesuatu. Kegiatannya pun dilakukan hanya pada hari Jumat ketika Pagi hingga sore. Diseberang Sungai Indragiri terdapat Istana Raja yang saat ini hanya tertinggal tiang-tiang yang menggunakan lampu dinding sebagai penerangan dimalam hari. 2.5. Informasi Bangunan Masjid Raja Pranap ini memiliki luas tanah 32m x 28,5m dan bangunan yang berukuran m2.Mesjid ini memiliki 3 lantai.

Lantai pertama yang berbentuk segidelapan dengan panjang persisi 6,3 m digunakan untuk Solat berjamaah (memuat 300 jema’ah), tempat anak-anak mengaji dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pada lanatai pertama masjid ini pada awal berdirinya menggunakan lantai kayu namun sekarang sudah di renovasi menjadi lantai keramik.

Lantai kedua yang berbentuk persegi biasa digunakan untuk acara Rapat dan Makan raja.Lantai kedua masih seperti pada awal didirikannya yaitu menggunakan kayu sebagai material pada lantainya sehingga sekarang walaupun masih terlihat kokoh namun sekarang sudah tidak digunakan lagi karena tidak ada lagi kegiatan yang dilakukan pada zaman Raja pada saat sekarang ini.

10

Sedangkan lantai ketiga digunakan yang berbentuk segidelapan digunakan untuk Rapat para Petinggi dan untuk mengumandangkan azan. Di lantai ketiga juga terdapat gong untuk memanggil warga untuk memberikan pengumuman.Lantai ketiga juga masih seperti pada awal didirikannya yaitu menggunakan kayu sebagai material pada lantainya sehingga sekarang walaupun masih terlihat kokoh namun sekarang sudah tidak digunakan lagi karena tidak ada lagi kegiatan yang dilakukan pada zaman Raja pada saat sekrang ini. 2.4. Sejarah Pembangunan

Berdasarkan informasi yang kami dapat dari salah seorang Ghorim di masjid Raja yang bernama Nanang Rohani (2017). Pada zaman dahulu, di sebuah desa Pauh Peranap yang terletak di pinggiran sungai Kuantan Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu ada sebuah kerajaan melayu yang ramai penduduknya. Disana juga merupakan pusat keramaian kota Peranap karena terletak di pinggir sungai yang pada zaman dahulu sungai merupakan jalur transportasi pergdagangan baik antar provinsi ataupun kabupaten hingga antar negara. Sehingga di Desa Pauh merupakan desa perdagangan dan padat penduduk dengan silih berganti. Pada 21 Januari 1920, dinobatlah seorang raja di kerajaan melayu tersebut yang bernama Raja Moehammad Sultan Muda Indragiri merupakan anak dari Raja Ibrahim Sultan Muda Indragiri. Selama

11

hidupnya, beliau tidak diberi rizki untuk memili seorang anak. Beliau tinggal bersama istrinya di istana seberang Sungai Kuantan. Raja Moehammad Sultan Muda Indragiri merupakan putra asli Indonesia dari suku melayu. Karena di Desa Pauh Pranap merupakan pusat perdagangan dari berbagai wilayah, beliau berinisiatif mendirikan sebuah bangunan yang dapat digunakan untuk kegiatan ibadah (sholat) bagi yang beragama Islam dan juga untuk tempat berlindung dari jatuhnya bom oleh Belanda pada masa masa itu. Di Desa Pauh Pranap juga sering terjadi banjir karena desanya yang terletak di pinggiran sungai sehingga rumahrumah warga terendam banjir hingga mencapai atap rumah mereka. Karena itu mesjid yang dibuat oleh Raja Moehammad Sultan Muda Indrahgiri ini didesain khusus untuk tempat berlindungnya warga juga dari bencana alam seperti banjir. Pada tahun 1928, diwujudkankanlah keinginan Raja Moehammad Sultan Muda Indragrisi ersebut untuk mendirikan sebuah masjid. Dengan biaya seluruhnya dari Raja itu sendiri, Raja di bantu oleh masyrakat dalam proses pendiriannya. Untuk memndirikan masjid tersebut, beliau mengandalkan arsitek dari Tionghoa untuk mendesain bangunan tersebut maka dari itu terlihat pada bangunannya terdapat sedikit ciri cinanya walaupun begitu umumnya desain masjid tersebut tetap khas melayu. Sebelum masjid tersebut didirikan, Raja berpesan jika beliau meninggal dunia beliau ingin di makamkan di dalam masjid tepatnya di depan imam. Harapan beliau, setiap orang sholat dapat selalu mendo’akannya. Mesjid tersebut didirikan dengan denah berbentuk segi delapan dengan pintu dari setiap dindingnya karena banyaknya masyarakat di desa tersebut sehingga memungkinkan masyarakat masuk dari berbagai arah. Tidak hanya denah bangunan, pagarnya pun di desain mengikuti denah bangunan berbentuk segidelapan. Masjid itu dibuat 3 lantai karena masjid ini untuk digunakan untuk berbagai kegiatan selain ibadah (sholat) bagi yang beragama muslim. Pada lantai pertama, selain untuk tempat orang Islam beribadah juga digunakan untuk tempat berlindung bagi maasyarakat dari bencana alam dan juga dari serangan Belanda yang pada masa itu masih menjajah Indonesia. Untuk lantai satu itu sendiri dapat memanpung 300 orang. Lantai dua digunakan untuk tempat rapat para pemuka-pemuka masjid dan juga pemuka-pemuka msyarakat. Kadangkala juga pada acara-acra besar juga digunsksn untuk tempat makan Raja dan para petinggi kerajaan lainnya. Untuk lantai tiga sendiri, selain untuk tempat rapat dengan Raja, yang paling penting dalah digunakan untuk mengumandangkan adzan. Lantai tiga sengaja di desain khusus agar ketika mengumandang adzan dapat didengar di seluruh desa Pauh Pranap. Di dalam masjid, tepatnya didepan imam terdapat sebuat gedung yang sengaja di buat oleh raja untuk tempat peristirahatan terakhirnya bersma istri. Raja Moehammad Sultan Muda Indragiri wafat pada tanggal 12 Maret 1956. Makam beliau disandingkan dengan makam istri beliau di dalam masjid tersebut. Dengan begitu masjid tersebut diberi nama Mesjid Raja Pranap. Beberapa tahun setelah beliau wafat, masyarakat di Desa Pauh Pranap mulai pindah karena bencana alam banjir yang menyusahkan mereka. Sehingga lingkungan sekitar masjid sekarang hanya tinggal hutan dan masih ada beberapa rumah warga. Setelah masyarakat pindah, daerah tersebut menjadi sepi dan terasa terasingkan. Namun masjid tersebut tetap dijadikan sebagai masjid terpusat untuk kegiatan-kegiatan ibadah dan acara-acara besar Islam seperti hari Raya, sholat Jum’at dan lainnya. Serta untuk kegiatankegiatan adat Desa tersebut seperti acara pernikahan adatnya dilakukan di masjid tersebut. Selain dari masyarakat Desa Pauh, Mesjid Raja pranap juga ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah hingga dari luar Indonesia sendiri.

12

2.5. FungsiMesjid Pada Saat Sekarang Saat ini, fungsi masjid tetap sama seperti pada masa kerajaan untuk tempat beribadah dan sebagai masjid terpusat pada har-hari besar agama di desa Pauh Pranap, hanya saja tidak lagi untuk tempat berlindung. Namun mulai juga dilakukan tradisi-tradisi warga sekitar di masjid Raja tersebut. Dan juga banuak yng melakukan hal-hal lain seperti kepercayaan terhadap air yang jatuh dari bubungan atap bisa mengabulkan atau mewujudkan nazar. 2.6. Nilai Penting Mesjid Raja Peranap a.

Sejarah (arsitek/perancang/pembangun,tokoh,peristiwa)

Pada tahun 1928, diwujudkankanlah keinginan Raja Moehammad Sultan Muda Indragrisi ersebut untuk mendirikan sebuah masjid. Dengan biaya seluruhnya dari Raja itu sendiri, Raja di bantu oleh masyrakat dalam proses pendiriannya. Beliau mengandalkan arsitek dari Tionghoa untuk mendesain bangunan tersebut maka dari itu terlihat pada bangunannya terdapat sedikit ciri cinanya walaupun begitu umumnya desain masjid tersebut tetap khas melayu. b.

Nilai Penting Arsitektur

Mesjid tersebut didirikan dengan denah berbentuk segi delapan dengan pintu dari setiap dindingnya karena banyaknya masyarakat di desa tersebut sehingga memungkinkan masyarakat masuk dari berbagai arah. Tidak hanya denah bangunan, pagarnya pun di desain mengikuti denah bangunan berbentuk segidelapan. Masjid itu dibuat 3 lantai karena masjid ini untuk digunakan untuk berbagai kegiatan selain ibadah (sholat) bagi yang beragama muslim. Pada lantai pertama, selain untuk tempat orang Islam beribadah juga digunakan untuk tempat berlindung bagi maasyarakat dari bencana alam dan juga dari serangan Belanda yang pada masa itu masih menjajah Indonesia. Pada Ornamen Mesjid menggunakan lebah bergantung daan kisi-kisi lantai 3 tajuk pakis. Dengan seluruh meterial didominasi dengan kayu kecuali jendela kaca. c.

Nilai Penting dan Konteks pada Kawasan

Sebelum masjid tersebut didirikan, Raja berpesan jika beliau meninggal dunia beliau ingin di makamkan di dalam masjid tepatnya di depan imam. Harapan beliau, setiap orang sholat dapat selalu mendo’akannya.

3. a.

Kondisi Bangunan Sekarang Keaslian/keutuhan

13

Raja Moehammad Sultan Muda Indragiri wafat pada tangal 21Maret 1956. Beliau dimakamkan didalam Mesjid Raja Pranap tersebut. Makam beliau berdampingan dengan makam istrinya. Hal tersebut memang sudah keinginan beliau dari sejak beliau ingin mendirikan Mesjid tersebut. Diluar masjid Raja Pranap masih terdapat tempat wudhu’ masyarakat yang di buat sejak awal didirikannya masjid ini namun sudah di lapisi dengan keramik di bagian luarnya. Sekarang tempat wudhu’ ini digunakan untuk tempat menampung air hujan yang mengalir dari atap masjid. Air hujan tersebut dijadikan air untuk mandi para pengunujung, karena mereka percaya bawa yang mandi dengan air tersebut maka nazarnya akan terpenuhi.

Denah masjid Raja ini masih utuh sperti sedia kala yaitu berbentuk segi delapan.Elemen-elemen arsitektur pada masjid ini juga masih utuh kecuali atap dan lantai pada lantai pertama. Seperti dinding, tangga, lantai pada lantai kedua dan ketiga, jendela, pintu, plafon yang terbuat dari kayu dan tiang-tiang di dalam masjid, bahakan mimbar sekalipun. Juga desain-desain melayu yang terdapat disisi atap bangunan yang berbentuk gaya melayu lebah bergantung. b.

Perubahan/penambahan

14

Bagian eksterior dari masjid Raja Pranap hampir semua sudah dipugarkan. Misalnya seperti pagar, dahulu pagar masjid berbentuk segi delapan mengikuti denah masjid. Namun sekarang sudah diperbesar dan dibuat juga gerbang baru pada pagar yang sudah direnovasi tersebut.

Kemudian ada juga penambahan gedung baru di samping masjid Raja. Gedung baru itu difungsikan sebagai wc dan tempat wudhu’dan gedung di atas tempat wudhu’ digunakan sebagai tempat

15

Di buat juga tempat parker disisi kanan dan kiri masjid, karena mengkondisikan dengan zaman sekarang. Tamu yang datang ke masjid ini rata-rata menggunakan kendaraan. Masjid Raja Pranap masih uth dari segi denahnya. Masih benbrntuk segi delapan. Tida ada penambahan sedkitpun dari segi denah bangunannya. Masjid Raja Pranap untuk bagian elemen arsutektur bangunan yang merubah atau ada nya penambahan yaitu pada atap dan lantai bangunannya. Atap mesjd yang pada awal mula berdirinya terbuatdari atap sirap diganti menjadi atap mutirup karena pada atap sirap sudah mulai berlobang dan mulai rusak.Kemudian elemen lantai pada bangunan untuk lantai pertama juga diganti dari awal mula terbuat dari kayu sekarang terbuat dari keramik.

16

BAB III DOKUMENTASI

Masjid Raja Peranap ini didirikan pada tahun 1883 dan diarsiteki oleh muallaf dari Tionghoa. Masjid ini berada di Jalan Sultan Ibrahim Desa Pauh Ranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu. Masjid Raja Peranap atau juga dikenal dengan Masjid Raja Muda atau Sultan Muda Indragiri hingga saat ini masih asli dan terawat dengan baik. Masjid ini terbuat dari kayu alami yang begitu kokoh. Masjid ini sama sekali tanpa direnovasi, kecuali pengecatan . Ornamen dan arsitektur asli Masjid tetap dipertahankan. Ornamen dan arsitektur Tiongkok dan Melayu sangat melekat dengan mesjid ini. Di berbagai sisi Masjid terdapat motif ukiran khas melayu. Masjid ini terdiri dari dua lantai, dimana lantai pertama digunakan sebagai ruang rapat atau pertemuan bagi Raja, sedangkan lantai kedua kadang juga digunakan untuk pertemuan, di lantai kedua terdapat sebuah Gong Tua. Sebuah Gong Tua yang terdapat dalam Masjid, menurut cerita secara turun temurun Gong ini akan berbunyi sendiri dan hal itu menandakan bahaya akan datang, Dulu saat zaman Penjajahan Belanda Gong ini berbunyi sendiri dan tidak lama setelah itu Masjid ini di Bom, dan Bom yang diarahkan ke Mesjid tidak meledak. Gong juga akan berbunyi ketika banjir akan datang. Persis di sebelah masjid dengan bangunan yang menyatu dengan Masjid terdapat suatu ruangan dimana tempat tersebut merupakan makam dari Radja Moehamad Sultan Muda Indragiri bin Almarhum Radja Muda Ibrahim Sultan Muda Indragiri. Kondisi Bangunan dan Identifikasi Kerusakan 1. Atap

Mesjid Raja Peranap Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

Tampak Atap Mesjid dan Atap Makam Raja dari depan. Gambar diatas tampak atap mesjid dan atap makam secara terpisah, bahkan Kanopi jendela pada makam Raja menggunakan penutup atap multiroof yang dulu nya menggunakan atap sirap.

17

2. Talang Terdapat talang seperti bubungan disetiap segi atap masjid.

3. Dinding  Bagian Dalam Lantai 1

Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

18

Gambar Pintu dan Jendela pada bagian dalam lantai 1, semua pintu dan jendela memiliki ukuran dan bentuk yang sama. Terdapat 4 pintu utama dan delapan jendela.  Dinding Bagian Imam

Tampak sisi depan ruang Imam yang di beri pembatas dinding parsial

Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

Bagian samping ruang imam ini memiliki 2 jenis dinding, yakni dinding kayu dan dinding bata.

19

Pada bagian blakang ruangan imam ini terdapat pintu akses menuju makam Raja Ibrahim. Yang pada bagian atas pintu diberi tulisan melayu.  Makam Raja Ibrahim

Foto Raja Muhammad Sultan Muda Indagiri bin Raja Ibrahim Sultan Muda Indaragiri Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

20

Makam Raja Muhammad Sultan Muda Indagiri bin Raja Ibrahim Sultan Muda Indaragiri Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

Makam Raja Muhammad Sultan Muda Indagiri bin Raja Ibrahim Sultan Muda Indaragiri Sebelum diperbaiki, 2015 Sumber : Riaudaily.com

21

Tampak Samping Ruang Makam Raja Ibrahim Tahun 2015, belum memiliki teras didepan makam. Sumber : Riaudaily.com

Penambahan Teras depan Makam Raja Ibrahim Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober2017

22

Teras Depan Makam Raja Ibrahim Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

 Teras Dalam Lantai 1 Terdapat sejenis teras di bagian luar ruang sholat dengan lebar 4,85 m yang mengelilingi masjid hingga dinding makam.

sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

Pintu Keluar

23

Jendela pada bagian luar yang menggunakan kusen kayu , besi (teralli) dan kawat. Dengan pola persegi. Pada bagian plafon yang menggunakan papan dan ukiran lebah bergantung sederhana.

Pada bagian luar juga terdapat tiang tiang besar yang bentuk nya mengecil keatas. Juga tiang kecil pada samping kiri kanan pintu sebagai ornamen. 4. Tangga  Tangga dari lantai 1 ke lantai 2 Terdapat tangga yang terbuat dari kayu untuk menuju lantai dua. Tangga ini di bagi menjadi 3 arah dan dua board rest. Pada arah pertama terdapat 11 anak tangga, yang kedua 11 anak tangga lalu board rest dan langsung 13 anak tangga menuju lantai dua.

24

Lantai pada anak tangga ini sedikit menjorok keluar, antride nya 22cm, yang bisa dipijak hanya sekitar 18cm.

Board rest pada tengah tangga.

Tampak tangga dari lantai 2.

 Tangga dari lantai 2 ke lantai 3 Tangga ini sedikit lebih pendek karna tinggi ruangannya yang berbeda. Pada lantai satu tinggi ruangan 8m, sedangkan lantai tinggi ruang hanya 3m. 25

Tangga ini menggunakan pasak kayu sebagai kekuatan konstruksinya pada 15 anak tangga. 5. Lantai 2 Ruangan ini biasa digunakan sebagai ruang rapat dan pertemuan Raja. Pada ruangan ini terdapat teralli kayu yang memisahkan ruangan dengan plafon lantai 1. Ruangan ini tidak memiliki jendela dengan tinggi plafon tiga meter. Ruangan ini memanfaatkan cahaya melalui celah- celah susunan atap.

Sumber : Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

6. Lantai 3

26

Lantai 3 sedikiit lebih tinggi dari lantai dua yakni 3,65 meter. Pada lantai ini tedapat Gong tua sebagai alat penanda untuk masyarakat sekitar. Terdapat empat buah jendela dan ventilasi yang berukuran 80cm x 190cm.

Pada bagian bawah dinding terdapat kisi-kisi dengan ukiran.

7. Lingkungan Sekitar  Jalan Setapak Raja dari Sungai Indragiri menuju langsung ke Mesjid (Site Timur)

27

 Tempat Pemakaman Umum (Site Barat)

8. Sketsa Persfektif Ruangan Sholat pada lantai satu

28

Persfektif Mimbar Imam

29

LAPORAN SETELAH SURVEI

Sketsa perspektif dan denah cad

30

DAFTAR PUSTAKA

    

Nationaal Archief http://gambardesain7.blogspot.co.id/2016/07/ibrahim-desa-pauh-ranap-kecamatan.html http://gpnkoe.weebly.com/kerajaan-nusantara/kerajaan-indragiri https://exploreriau.id/wisata-sejarah/masjid-raja-peranap/ Dokumentasi Pribadi Oktober 2017

31

Related Documents


More Documents from "irwan"

Laporaaaannn.docx
June 2020 34
Print Denah A3.pdf
June 2020 16
Laporan.docx
November 2019 28
Melayu.docx
June 2020 11