Bu Ririn Maternitas.doc

  • Uploaded by: Sindi ayu atika
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bu Ririn Maternitas.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 5,187
  • Pages: 32
MAKALAH MATERNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN PARTUS TINDAKAN PEMBEDAHAN EKSTRAKSI FORCEPS

OLEH Arfiana Rachmatillah

(1601470018)

Nevy Velliana

(P17221171003)

Ranita Sari

(P17221171004)

Sesar Andriyono

(P17221171005)

Nizar Zulmi H

(P17221171006)

Indah Mei Puspitasari

(P17221171007)

Sindi Ayu Atika

(P17221171008)

Cindy Efiani P.R

(P17221171009)

Shelvia Rosalinda

(P17221171010)

Mariatul Qiftiyah

(P17221171011)

Maulidyah R

(P17221171012)

Alvian Aditya P.A

(P17221171013)

Angelicca Sunja

(P17221171014)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG KEPERAWATAN LAWANG TAHUN 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan pertolongan-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN PARTUS TINDAKAN PEMBEDAHAN EKSTRAKSI FORCEPS” dapat terselesaikan.Dari makalah

ini semoga memberikan informasi kepada kita semua. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati dan penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi siapapun. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.Terima kasih.

Lawang, 9 Oktober 2018 penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah daun, leher, kunci, dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik (lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun forceps berbentuk oval sampai bulat panjang dan ada beberapa variasi lain yang lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih kuat. Lengkung kepala harus cukup besar untuk memegang kepala bayi dengan kuat tanpa menimbulkan kompresi, namun tidak terlalu besar agar alat tersebut tidak meleset. Lengkung panggul kurang lebih sesuai dengan sumbu jalan lahir, tetapi diantara berbagai alat forceps harus terdapat variasi yang luas. Daun forceps dihubungkan dengan bagian gagang melalui leher dengan panjang yang mengikuti kebutuhan alat tersebut. Macam persendian atau kunci forceps bervariasi menurut macam alat. Cara penguncian yang umum terdiri dari sebuah ceruk yang terletak dileher forceps pada sambungannya dengan bagian gagang, dan ceruk ini pas dengan ceruk serupa yang terletak pada leher tangkai forceps lainnya. Bentuk penguncian semacam ini umumnya disebut kunci inggris. Kunci geser digunakan pada beberapa jenis forceps, misalnya forceps Kielland dan forceps Barton, dimana sebuah penampung bentuk U tunggal terpasang ditengah pada leher tangkai forceps kiri untuk menerima leher tangkai forceps kanan. Kunci geser memudahkan leher untuk bergerak maju mundur secara bebas. Bagian-bagian kunci forceps dengan tife yang cukup berbeda, yaitu kunci Perancis, terdiri dari sebuah mata mur baut. Setelah tiap tangkai mata baut dan mata baut dikencangkan untuk mengunci secara kuat kedua tangkai forceps tersebut menjadi satu.

1.2 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Rumusan Masalah Apakah definisi penyakit ekstraksi forceps? Apakah tujuan penatalaksanaan ekstraksi forceps? Apakah jenis tindakan ekstraksi forceps? Apakah indikasi dan kontra indikasi ekstraksi forceps? Apakah syarat-syarat untuk tindakan ekstraksi forceps? Apakah komplikasi yang ditimbulkan oleh tindakan ekstraksi forceps? Bagaimanakah persiapan dalam ekstraksi forceps?

1.3 Tujuan Penulis Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi nilai mata kuliah Maternitas dan juga mahasiswa dapat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

1.4

Untuk mengetahui definisi ekstraksi forceps. Untuk mengetahui tujuan penatalaksanaan ekstraksi forceps. Untuk mengetahui jenis tindakan forceps. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi ekstraksi forceps. Untuk mengetahui syarat-syarat dalam tindakan ekstraksi forceps. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan akibat tindakan ekstraksi forceps. Untuk mengetahui persiapan dalam tindakan ekstraksi forceps.

Manfaat Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat

mengetahui prosedur tindakan ekstraksi forceps.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ekstraksi Forceps Forceps digunakan untuk menolong persalinan bayi dengan presentasi verteks, dapat digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan posisi kepala bayi pada jalan lahir pada saat daun forceps dipasang. Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. (Hanifa W,1991: 88) Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.(Phantom,______:178) Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam. ( Bari Abdul, 2001: 501) Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan. Cunam ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan janin dengan tarikan pada kepalanya; disamping itu alat tersebut dapat digunakan untuk menyelenggarakan putaran kepala janin. Cunam dipakai untuk membantu atau mengganti HIS, akan tetapi sekali-kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala janin melewati rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan HIS yang normal. Jika prinsip pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi cunam mengakibatkan luka pada ibu dan terutama pada anak. (Menurut sumber dari buku Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 20 Sendok kanan / forces kanan adalah cunam yang dipegang di tangan kanan penolong dan dipasang di sebelah kanan ibu Sendok kiri / forceps kiri adalah cunam yang dipegang di tangan kiri penolong dan dipasang di sebelah kiri ibu. 1. Daun cunam: bagian yang dipasang di kepala janin saat melakukan ekstraksi

forceps. Terdiri dari dua lengkungan (curve) , yaitu lengkung kepala janin (cephalic curve) dan lengkung panggul (cervical curve).

2. Tangkai Cunam: adalah bagian yang terletak antara daun cunam dan kunci cunam 3. Kunci cunam: kunci cunam ada beberapa macam, ada yang interlocking, system

sekrup, dan system sliding. 4. Pemegang cunam, bagian yang dipegang penolong saat melakukan ekstraksi. 2.2 Tujuan dari Kegunaan Forceps 1. Traksi : Yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan oleh karena satu dan lain hal. 2. Koreksi : Yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (dibawah simfisis pubis). 3. Kompresor : untuk menambah moulage kepala.

2.3

Jenis Tindakan Forceps Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan

beberapa macam

tindakan ekstraksi forceps, antara lain:

1.

Forceps rendah (low forceps = outlet forceps) Tindakan forceps rendah (forceps pintu bawah panggul) adalah tindakan

pemasangan forceps setelah kepala bayi mencapai dasar perineum, sutura sagitalis berada pada diameter anteroposterior dan kepala bayi tampak diintroitus vagina. Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.

2.

Forceps tengah (mid forceps) Tindakan forceps tengah (midforseps) adalah tindakan pemasangan porceps

sebelum kriteria untuk porceps rendah dipenuhi, tetapi setelah engagement kepala bayi terjadi. Adanya engagement biasanya dapat dibuktikan secara klinis oleh penurunan bagian terendah kepala sampai atau dibawah spina iskiadika dan pintu atas panggul

biasanya lebih besar dari pada ajarak dan pintu atas panggul biasanya lebih besar daripada jarak diameter biparietal dengan bagian kepala bayi yang paling bawah. (Menurut sumber dari buku Obstetri Williams) Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum. 3.

Forceps tinggi (high forceps) Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah

diganti dengan seksio cesaria. (Manuaba,1998: 348) 2.3 Indikasi Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah 1. a.

Indikasi ibu Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi

3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV. b.

Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya

partus sudah berlangsung lama. c.

Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.

d.

Eklamsi yang mengancam

e.

Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV, pembukaan cervix lengkap, ketuban

sudah pecah atau 2jam mengedan janin belum lahir juga f.

Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal Ibu dengan decompensasi

kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial. g.

Partus tidak maju-maju

h.

Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.

2.

Indikasi janin

a.

Gawat janin

Tanda-tanda gawat janin antara lain : Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, adanya mekonium (pada janin letak kepala) Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik (Rustam Muchtar,1995: 84-85) 2.4 Kontra Indikasi Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi a.

Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala

sulit dipegang oleh forceps b.

Anencephalus

c.

Adanya disproporsi cepalo pelvik

d.

Kepala masih tinggi

e.

Pembukaan belum lengkap

f.

Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel

g.

Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih

(Muchtar Rustam, 1995: 85) 2.5 Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps 1.

Pembukaan lengkap

2.

Presentasi belakang kepala

3.

Panggul luas / tidak ada DKP

4.

Ketuban sudah pecah

5.

Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul

6.

Janin tunggal hidup

2.6 Komplikasi Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut 1.

Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi

a.

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa: Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta

trauma jalan lahir yang meliputi

ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks,

kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum. Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam b.

Komplikasi segera pada bayi Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga

terjadi rangsangan

pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan otak. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan. 2.

Komplikasi kemudian atau terlambat

a.

Komplikasi pada ibu

o

Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan

robekan jalan lahir yang terlepas. o Infeksi o Penyebaran infeksi makin luas o

Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto

vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal. o

Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk: Trauma ekstraksi forceps dapat

menyebabkan cacat karena aplikasi forceps o

Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta

encefalitis sampai meningitis.

o Gangguan susunan saraf pusat o Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual. o Gangguan pendengaran dan keseimbangan. 2.7 Persiapan dalam Ekstraksi Forceps 1.

Persiapan Pasien dan Alat

a.

litotomi set,

b.

cunam,

c.

vulva dicukur,

d.

kandung kemih dikosongkan,

e.

infuse bila diperlukan,

f.

narkose,

g.

gunting episiotomy

h.

hecting set

a.

uterotonika..

b.

Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.

c.

Medikamentosa: Oksitosin, ergometrin., prokain 1%.

d.

Larutan antiseptik (Providon iodin 10%)

e.

Oksigen dengan regulator.

f.

Instrumen Set Partus: 1 set Ekstraktor cunam: 1 set (Naegele), atau Kielland atau

Boerma Klem ovum: 2 Cunam tampon: 1 Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai):2 Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1

2.

Persiapan untuk janin

a.

Kain bersih

b.

Alat resusitasi

a.

Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah: 1 set

b.

Kain penyeka muka dan badan:2

c.

Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan):1

d.

Inkubator

e.

Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set

f.

Semprit 10 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2

g.

Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2

h.

Popok dan selimut: 1

i.

Medikamentosa: Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%, Antibiotika.

j.

Akuabidestilata dan Dekstrose 10%.

3.

Persiapan Penolong

a.

Alat pelindung diri

b.

Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung: 3 set.

c.

Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang.

d.

Alas kaki (sepatu/”boot” karet): 3 pasang.

e.

Instrumen. Lampu sorot, Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter: 1.

4.

Prosedur/ Langkah Dalam Melakukan Forceps:

a.

Membayangkan forceps sebelum dipasang

b.

Memasang forceps

c.

Mengunci forceps

d.

Memeriksa kembali pemasangan

e.

Traksi percobaan

f.

Traksi definitive

g.

Melepaskan cunam

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Partus Tindakan EF,VE, SC

1. Pengkajian a. Identitas Klien b. Riwayat Kesehatan

c. Keluhan utama Biasanya mengeluh nyeri (daerah luka operasi, laserasi jalan lahir), cemas dll. d.

Riwayat kesehatan sekarang Pengembangan dari keluhan utama, misalnya: nyeri yang dikaji dengan PQRST.

e. Riwayat Penyakit Dahulu Untuk mendapatkan informasi mengenai masalah klien yang mungkin

menyertai

dan

menyebabkan

dilakukan

tindakan

pembedahan, seperti ca servik. f. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, jantung. atau riwayat penyakit menular seperti hepatitis dan TBC dan riwayat persalinan misalnya secsio karena panggul sempit g. Riwayat Obstetri dan Ginekologi 1) Riwayat Ginekologi a) Riwayat Menstruasi Usia pertama kali haid, siklus dan lamanya haid, warna dan jumlah, HPHT dan tapsiran persalinan. b) Riwayat Perkawinan Usia saat menikah dan usia pernikahan, pernikahan ke berapa bagi klien dan suami. c) Riwayat Keluarga Berencana Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya, apakah ada masalah, jenis kontrasepsi yang akan digunakan 2) Riwayat Obstetri a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. b) Tahun persalinan, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis kelamin anak, BB anak, keluhan saat hamil, dan keadaan anak sekarang.

h.

Pemeriksaan Fisik 1) Head to to atau per sistem. 2) Sama seperti pemeriksaan ibu hamil lainnya. 3) Masalah perlu dikaji kesiapan untuk tindakan pembedahan.

i. Pemeriksaan penunjang Hasil pemeriksaan HB dan leukosit menjadi hal yang harus diperhatikan untuk melihat adakah tanda anemia dan infeksi. Golongan darah, urine: untuk menentukan kadar albumin atau glukosa 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan a. Pre Tindakan 1)

Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau pemasangan alat forcep dan vakum berhubungan dengan kurang pemajanan / tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi.

2)

Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot uterus yang lebih lama.

3)

Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal.

4)

Resiko

tinggi

kerusakan

pertukaran

gas

terhadap

janin

berhubungan dengan perubahan aliran darah ke plasenta dan atau melalui tali pusat. b. Pasca Tindakan 1) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anesthesi, efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/ andomen atau perlukaan jalanlahir akibat invasive alat forcep dan vakum. 2)

Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpeuhi.

3)

Resiko injuri pada ibu dan janin berhubungan dengan trauma jaringan akibat pemasangan alat forsep dan tindakan pembedahan.

4)

Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma gangguan integritas kulit akibat prosedur pambedahan atau perlukaan jalan lahir akibat penggunaan alat forsep.

5)

Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis reksti, kelebihan analgetik atau anestesi, efek-efek progesteron, dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri perineal atau infeksi).

6)

Kurangnya pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber

7)

Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, eek-efek hormonal (perpindahan cairan dan peningkatan aliran plasma ginjal), efek-efek anestesi

8)

Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anesthesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik

3.

Perencanaan Keperawatan a. Pre Tindakan 1) Kurang pengetahuan

mengenai prosedur

pembedahan

atau

pemasangan alat forcep dan vakum berhubungan dengan kurang pemajanan /tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi. Tujuan : klien mengetahui tentang prosedur pembedahan atau pemasangan alat forcep dan vakum. Kriteria hasil : a) Klien mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesaria, atau persalinan dengan forsep atau vakum.

b) Mengenali ini sebagai metode alternative kelahiran bayi. Intervensi

Rasional

a) Kaji kebutuhan belajar b) Catat tingkat stress dan apakah

prosedur

a) Metode kelahiran alternative ini biasanya dengan

sudah dokter

didiskusikan bila

ditemukan

direncanakan atau tidak

adanya indikasi namun ada yang

c) Berikan informasi akurat

belum atau klien yang mengalami

dengan

istilah-istilah

lagi kelahiran dengan sesaria tidak

anjurkan

dapat mengingat dengan jelas atau

sederhana, pasangan untuk

memahami detil-detil melahirkan

mengajukan pertanyaan

sebelumnya.

dan mengungkapkan pemahaman mereka d) Gambarkan prosedur pra operatif dengan jelas, atau prosedur

pemasangan

b)Mengidentifikasi klien/pasangan

kesiapan untuk

menerima

informasi c) Memberikan

informasi

dan

mengklarifikasi kesalahan konsep.

forcep atau vakum dengan

Memberikan

jelas, dan berikan rasional

mengevaluasi

dengan tepat.

klien/pasangan terhadap situasi.

Berikan

penyuluhan

pascaoperatif; termasuk instruksi latihan kaki, batuk, dan nafas dalam; teknik pembebatan; dan latihan pengetatan abdomen.

d)Informasi

kesempatan

pemahaman

memungkinkan

mengantisipasi

untuk

kejadian

memahami

klien dan alasan

intervensi/tindakan. e) Memberikan mencegah

tehnik komplikasi

untuk yang

berhubungan dengan statis vena dan pneumonia hipostatik dan menurunkan stress pada sisi operasi.

2) Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot uterus Tujuan : Klien dapat mengungkapkan rasa nyeri Kriteria hasil : Klien dapat mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan/nyeri Intervensi

Rasional

a) Kaji lokasi, sifat, dan durasi a) Menandakan ketepatan pilihan nyeri,

khususnya

saat

tindakan.

berhubungan dengan indikasi kelahiran

sesaria,

atau

persalinan dengan forcep atau vakum b) Hilangkan factor-faktor yang menghasilkan kehilangan

ansietas

kontrol)

(mis

berikan

informasi akurat, dan anjurkan keberadaan pasangan.

b) Tingkat

toleransi

adalah

individual

dipengaruhi factor.

ansietas

oleh

Ansietas

dan berbagai

berlebihan

pada respon terhadap situasi darurat dapat meningkatkan ketidak nyamanan karena rasa takut, tegang dan nyeri yang saling merubah

berhubungan

dan

kemampuan

klien

untuk mengatasi. c) Instruksikan teknik relaksasi; posisikan senyaman mungkin.

c) Dapat

membantu

dalam

reduksi ansitas dan ketegangan dan

meningkatkan

kenyamanan. d) Meningkatkan d) Kolaboratif berikan sedative, narkotik, atau obat praoperatif

kenyamanan

dengan memblok impuls nyeri.

Mempunyai

potensial

kerja

agen anestetik. 3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal Tujuan : Ansietas berkurang. Kriteria hasil : a) Klien dapat mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien dan janin. b) Klien mendiskusikan perasaan tentang kelahiran sesaria. c) Klien tampak benar-benar rileks. d) Klien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan efektif. Intervensi

a) Kaji

respon

Rasional

psikologi

pada

a) Makin

klien

merasakan

kejadian dan ketersediaan system

ancaman, makin besar tingkat

pendukung

ansietas.

b)Pastikan

apakah

direncanakan

atau

prosedur tidak

direncanakan.

b)Pada kelahiran sesaria yang tidak

direncanakan,

klien/pasangan biasanya tidak mempunyai

waktu

untuk

persiapan secara psikologi atau fisiologis. c) Membantu c) Tetap bersama klien dan tetap tenang.

Bicara

perlahan.

Tunjukkan empati.

membatasi

transmisi ansietas interpersonal dan

mendokumentasikan

perhatian

terhadap

klien/pasangan. d)Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin.

d)Memfokuskan kemungkinan

pada keberhasilan

hasil

akhir

membawa

dan

membantu

ancaman

yang

dirasakan /actual ke dalam perspektif. e) Dukung/arahkan mekanisme

kembali

koping

yang

diekspresikan.

e) Mendukung

mekanisme

koping dasar dan otomatik, meningkatkan kepercyaan diri dan

penerimaan,

dan

menurunkan ansietas. f) Diskusikan pengalaman/harapan kelahiran anak pada masa lalu, bila tepat.

f) Klien

dapat

mengalami

penyimpangan

memori

dari

melahirkan masa lalu atau persepsi tidak realistis dari abnormalitas kelahitan sesaria yang akan meningkatkan ansietas.

4) Resiko

tinggi

kerusakan

pertukaran

gas

terhadap

janin

berhubungan dengan perubahan aliran darah ke plasenta dan atau melalui tali pusat. Tujuan : Tidak terjadi kerusakan gas terhadap janin Kriteria hasil : a) Janin menunjukkan denyut jantung janin (DJJ) dalam batas normal. b) Janin

memanifestasikan

variabilitas

normal

pada

strip

pemantau. c)

Janin bebas dari deselerasi variable lambat atau lama. Intervensi

Rasional

a) Perhatikan adanya pada

ibu a) Penurunan volume sirkulasi

factor-faktor

yang

secara

negative

mempengaruhi

atau plasenta

vasospasme

dalam

menurunkan

sirkulasi

plasenta

dan

oksigenasi janin.

ketersediaan

oksigen

ambilan janin.

b) Lanjutkan pemantauan

DJJ, b) Distres janin dapat terjadi,

perhatikan perubahan denyut

karena

per

dimanifestasikan

denyut

untuk

atau

deselerasi

selama dan setelah kontraksi.

hipoksia;

mungkin dengan

penurunan

variabilitas,

deselerasi

lambat,

dan

takikardia yang diikuti dengan bradikardia. c) Perhatikan

adanya

variabel

deselarasi; perubahan posisi

c) Kompresi tali pusat diantara jalan

lahir

dan

bagian

presentasi dapat dihilangkan

klien dari sisi ke sisi.

dengan perubahan posisi. d) Perhatikan warna dan jumlah cairan

amnion

bila

pecah

ketuban.

d) Distres janin pada presentasi vertex dimanifestasikan dengan kandungan mekonium, yang merupakan akibat dari respon vagal pada hipoksia.

e) Auskultasi jantung janin bila ketuban pecah.

e) Prolaps terlihat atau samar dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi serviks penuh dapat memerlukan kelahiran sesaria.

f) Pantau respons jantung janin f) Narkotik biasanya menurunkan untuk obat praoperasi atau

variabilitas DJJ dan

anastesi regional.

memerlukan

pemberian

nalokson(Narcan)

setelah

melahirkan untuk memperbaiki depresi pernapasan narkotik. Hipotensi maternal pada respos terhadap

anesthesia

secara

umum

menyebabkan

bradikardia janin sementara, menurunkan variabilitas, dan tidur. g) kolaborasi g) Kolaborasi  Berikan lead internal, dan pemantauan janin elektronik sesuai indikasi.  Bantu peninggian

dengan verteks,bila

 Atur adanya dokter anak dan perawat perawatan intensif pada

ruang

melahirkan untuk jadual dan kelahiran sesaria darurat.

pengukuran

lebih akurat dari respons dan kondisi janin.  Perubahan

dokter

diperlukan

neonatal

 Memberikan

posisi

menghilangkan

dapat tekanan

pada tali pusat.  Bayi mungkin praterm atau dapat mengalami perubahan respons, dasar

karena maternal

kondisi dan/atau

perubahan proses kelahiran, memerlukan

perawatan

segera/resusitasi.

b. Pasca Tindakan 1) Nyeri berhubungan dengan dengan trauma pembedahan, efek-efek anesthesi, efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/andomen . atau perlukaan jalan lahir akibat invasive alat forcepdan vakum Tujuan: rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri Kriteria: a) Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengtatasi nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat. b) Mengungkapkan berkurangnya nyeri.

c) Tampak relaks, mampu tidur/istirahat dengan tepat. Intervensi

Rasional

a) Tentukan karakteristik dan lokasi a) Meningkatkan

pemecahan

ketidaknyamanan.

Perhatikan

masalah, membantu mengurangi

isyarat

verbal

nonverbal

nyeri berkenaan dengan ansietas

seperti

meringis,

dan

kaku

dan

gerakan melindungi atau terbatas.

dan

ketakutan

karena

ketidaktahuan dan memberikan rasa kontrol.

b) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi

mengenai

penyebab

ketidaknyamanan dan intervensi

b) Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta dapat meningkatkan TD dan nadi.

yang tepat c) Observasi tanda-tanda vital.

c) Selama

12

jam

pertama

pascapartum kondisi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut selama dua sampai tiga hari berikutnya, meskipun frekuensi dan

intensitasnya

dikurangi.

Faktor yang memperberat nyeri penyerta

meliputi

multipara,

overdistensi uterus, menyusui dan pemberian preparat

ergot

dan

oksitosin.

d) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri klien: d) Meningkatkan kenyamanan dan perhatikan infus oksitosin pasca menurunkan distraksi tidak operasi. menyanangkan, meningkatkan e) Ubah posisi klien, kurangi rasa sejahtera. rangsangan yang berbahaya dan e) Relaksasi otot dan mengalihkan berikan gosokan punggung. perhatian dari sensasi nyeri f) Anjurkan penggunaan pernafasan relaksasi dan distraksi.

f) Nafas dalam meningkatkan upaya pernafasan.

Pembebatan

menurunkan ketegangan area

insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan

berkenaan

dengan gerakan otot abdomen. Batuk Diindikasikan bila sekresi g) Lakukan latihan nafas dalam, spirometri insentif

dan batuk

dengan menggunakan prosedurprosedur

pembebatan

dengan

tepat, 30 menit setelah pemberian analgesik.

atau ronchi terdengar. g) Menurunkan dan

pembentukan

meningkatkan

untuk

gas

peristaltik

menghilangkan

ketidaknyamanan akumulasi

gas

memuncak

pada

akibat yang

sering

hari

ketiga

setelah kelahiran plasenta. h) Anjurkan

ambulasi

dini.

Anjurakan menghindari makanan h) Memungkinkan gas meningkat dari kolon desendens ke sigmoid, atau cairan pembentuk gas. i) Anjurkan

penggunaan

posisi

memudahkan pengeluaran i) Membantu regresi hemoroid dan

rekumben lateral kiri.

varises

vulva

meningkatkan

dengan

vasokonstriksi

menurunkan ketidaknyamanandan gatal dan meningkatkan kembalinya fungsi usus normal. j) Inspeksi

hemoroid

pada

perineum. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit setiap 4 jam, penggunan kompres witch hazel dan peninggian pelvis pada bantal sesuai kebutuhan. k) Palpasi

kandung

kemih,

perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan berkemih periodik

j) Kembalinya

fungsi

kandung

kemih normal memerlukan empat sampai tujuh hari dan over distensi

kandung

kemih

menciptakan perasaan dorongan dan ketidaknyamanan. k) Kebocoran cairan serebrospinal melalui

duramater

ke

dalam

ruang ekstradural menurunkan volume yang diperlukan untuk

setelah

pengangkatan

kateter

indwelling.

menyokong

jaringan

otak,

menyebabkan batang otak turun ke dasar tengkorak bila klien pada posisi tegak.

l) Evaluasi terhadap sakit kepala l) Menurunkan khususnya

setelah

anestesi

subarakhnoid.

kepala

beratnya

dengan

sakit

meningkatkan

cairan yang ada untuk produksi CSS dan membatasi perpindahan posisi otak. Sakit kepala berat dapat mengganggu kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dan perawatan bayi.

m) Anjurkan tirah baring pada posisi datar

berbaring,

timgkatkan

berikan

minuman

cairan,

berkafein, bantu sesuai kebutuhan pada perawatan klien dan bayi dan berikan ikatan abdominal bila klien tegak, pada adanya sakit kepala spinal.

m) Pada

24

jam

pascapartum,

payudara harus lunak dan tidak nyeri tekan, dengan puting bebas dari

area

pecah-pecah

atau

adanya kemerahan. Pembesaran payudara, nyeri tekan puting atau adanya pecah-pecah pada puting (bila

klien

menyusui)

dapat

terjadi dua sampai hari pasca partum

dan

intervensi

memerlukan

segera

memudahkan menyusui n) Inspeksi jaringan payudara dan

untuk kontinuitas

dan

mencegah

komplikasi lebih serius.

adanya n) Mengangkat payudara ke dalam dan ke atas, mengakibatkan pembesaran atau puting pecah. puting;

kaji

terhadap

posisi

lebih

nyaman

dan

menurunkan kelelahan otot. o) Anjurkan penyokong

menggunakan

bra o) Membantu merangsang

laktasi aliran

klien ASI dan

menghilangkan

stasis

dan

ketegangan.

Penggunaan

“gendongan

Football”

mengarahkan kaki bayi menjauh dari abdomen. Bantal membantu menyokong bayi dan melindungi insisi dalam posisi duduk atau p) Berikan

informasi

tentang

menyusui: frekuensi pemberian makan,

memberikan

kompres

panas pada payudara sebelum menyusui, posisi yang tepat pada bayi

dan

mengeluarkan

ASI

secara manual

miring. p) Respon menghisap pertama kuat dan

mungkin

memberikan payudara kemudian

nyeri. makan

yang

Mulai dengan

tidak

sakit

dilanjutkan

pada

payudara yang sakit mungkin mengurangi

nyeri

dan

meningkatkan penyembuhan. q) Anjurkan klien mulai memberi q) Pengikatan

dan

kompres

es

makan dari puting yang tidak

mencegah laktasi dengan cara–

nyeri tekan selama beberapa kali

cara mekanis dan metode yang

pemberian makan secara berkala

disukai untuk supresi laktasi.

bila hanya satu puting,

Ketidaknyamanan berakhir kirakira 48 sampai 72 jam, tetapi berkurang atau hilang dengan

r) Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan menyusui. Berikan kompresi ketat dengan pengiikat selama 72 jam atau penggunaan bra penyokong ketat. Hindari pemajanan berlebihan payudara terhadap panas atau rangsangan payudara oleh bayi, pasangan

menghindari stimulasi puting. r) Meningatkan kenyamanan, yang memperbaiki status psikologis dan

meningkatkan

morbilitas.

Penggunaaan obat yang bijaksana memungkinkan menyusui

ibu

menikmati

yang dalm

memberikan makan tanpa efekefek samping pada bayi.

seksual atau klien sampai supresi selesai. (Kira-kira satu minggu ) s) Kolaborasi pemberian analgetik setiap tiga sampai empat jam, berlanjut dari rute IV atau IM sampai ke rute oral. Berikan obat pada klien yang menyusui 48 sampai

60

menit

sebelum

menyusui.

2.) Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpeuhi. Tujuan: rasa aman klien terpernuhi: cemas hilang Kriteria: a) Mengungkapkan kesadaran akan perasaan ansietas b) Mengidentifikasi cara untuk menurunkan atau menghilangkan ansietas c) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat diatasi d) Kelihatan rileks, dapat tidur/istirahat dengan benar. Intervensi

Rasional

a) Kaji tingkat kecemasan klien a) Untuk dan sumber masalah

untuk

mengungkapkan

perasaan. c) Bantu klien atau pasangan dalam

mengidentifikasi

tingkat

kecemasan ringan, sedang atau berat

b) Dorong klien atau pasangan

mengetahui sehingga

memudahkan

untuk menentukan intervensi b) Klien akan terasa lega setelah mengungkapkan perasaannya. c) Membantu

memfasilitasi

adaptasi yang positif terhadap

mekanisme

koping

lazim

perkembangan

dan

strategi

koping

yang

baru

peran

baru

:

mengurangi

perasaan ansietas.

jika

dibutuhkan. d) Berikan

informasi

yang

d) Khayalan yang disebabkan oleh

akurat tentang keadaan klien

kurangnya

informasi

kesalahfahaman

dan bayi

atau dapat

meningkatkan

tingkat

kecemasan. e) Mulai

kontak

antara e) Mengurangi

ansietas

yang

klien/pasangan dengan bayi

mungkin berhubungan dengan

sesegera mungkin.

penanganan bayi.

3).Resiko injuri pada ibu dan janin berhubungan dengan trauma jaringan akibat pemasangan alat forsep dan tindakan pembedahan. Tujuan: injuri tidak terjadi Kriteria: a) Mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor-faktor resiko dan/atau perlindungan diri. b) Bebas dari komplikasi Intervensi

Rasional

a) Tinjau ulang catatan prenatal a) Adanya dan

intranatal

terhadap

faktor-faktor

resiko

seperti kelelahan miometrial ,

faktor-faktor

yang

distensi

mempredisposisikan

klien

stimulasi oksitosin lama atau

pada

Catat

tromboflebitis

komplikasi.

uterus

kadar Hb dan kehilangan

memungkinkan

darah operatif

rentan

tehadap

pasca operasi.

berlebihan, prenatal klien

lebih

komplikasi

b) Observasi tanda-tanda vital

b) Meningkatnya tanda-tanda vital menunjukkan adanya hipertensi.

c) Inspeksi balutan terhadap c) Luka bedah dengan drain dapat perdarahan berlebihan

membasahi

balutan,

namun

rembesan biasanya tidak terlihat dan

dapat

menunjukkan

terjadinya komplikasi. d) Perhatikan

karakter

dan

d) Tonjolan uterus mengakibatkan peningkatan

jumlah aliran lochea dan konsistensi fundus. e) Pantau (perhatikan

intake-output,

aliran

dan

kehilangan darah. e) Bila berat

penampilan,

pengeluaran jenis

meningkat,

sebaliknya.

warna, konsentrasi dan berat

menurun,

Urine

dan yang

mengandung darah atau bekuan

jenis urine)

menunjukan truma berkenaan

kemungkinan

kandung

kemih

dengan

intervensi

pembedahan. f) Anjurkan ambulasi dini dan f) Meningkatkan aliran

latihan.

balik

sirkulasi

dan

vena

dari

ekstremitas bawah, menurunkan resiko pembentukkan thrombus yang berkenaan dengan stasis. g) Pemasangan alat forsep atau

g) Untuk

vakum dengan teknik yang benar

mengurangi

risiko

trauma jaringan pada ibu dan janin

4).Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma gangguan integritas kulit akibat prosedur pambedahan . atau perlukaan jalan lahir akibat penggunaan alat forsep. Tujuan: Infeksi tidak terjadi

Kriteria: a) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko dan meningkatkan penyembuhan b) Menunjukkan luka bebas dari drainage purulen dengan tanda awal penyembuhan, uterus lunak/tidak nyeri tekan, dengan aliran dan karakter lochea normal. c) Bebas dari infeksi, tidak demam, tidak ada bunyi nafas adventisius dan urine jernih kuning pucat.

Intervensi

Rasional

a. Anjurkan dan gunakan teknik

a. Membantu mencegah dan

mencuci tangan dengan cermat

membatasi penyebaran

dan

pembuangan

kotoran, dan

pengalas

pembalut

linen

infeksi.

perineal,

terkontaminasi

dengan tepat.

b. Tinjau ulang Hb/Ht prenatal: perhatikan yang klien

adanya

b. Anemia, diabetes, dan

kondisi

persalinan yang lama

mempredisposisikan pada

infeksi

sebelum kelahiran

pasca

operasi.

sesarea meningkatkan resiko infeksi dan

perlambatan penyembuhan.

c. Kaji status nutrisi klien.

c. Klien yang BB-nya 20 % di bawah berat normal atau yang anemia atau malnutrisi lebih rentan terhadap infeksi pasca partum

d. Anjurkan masukan cairan oral

d. Mencegah

dehidrasi,

dan diet tinggi protein, vitamin

memaksimalkan

C dan besi.

sirkulasi dan aliran urine.

volume

Protein

dan

vitamin

diperlukan

C

untuk

pembentukkan kolagen; besi e. Inspeksi

balutan

terhadap

abdominal

eksudat

atau

rembesan.

diperlukan untuk sintesis Hb. e. Rembesan dapat menandakan hematoma,

gangguan

penyatuan

jaringan

atau

dehisens luka, memerlukan intervensi lanjut. f. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel

f. Demam setelah pasca operasi hari ketiga, leukositosis dan

darah putih.

takhikardi infeksi.

menunjukan Peningkatan

suhu

sampai 38,30C dalam 24 jam pertama

sangat

mengindikasikan

infeksi,

peningkatan

sampai

380C

pada

kedua

dalam

hari

sepuluh hari pertama pasca g. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan involusi atau adanya

nyeri

tekan

uterus

ekstrem.

partum adalah bermakna. g. Perlambatan meningkatkan tekan

menandakan jaringan

rabas lochea atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa

resiko

endometritis. Perkembangan nyeri

h. Perhatikan jumlah dan bau

involusi

ekstrim

kemungkinan

plasenta

tertahan

atau infeksi. h. Secara normal lochea berbau amis;

namun

pada

endometritis rabas mungkin purulen dan berbau busuk dan

dapat

gagal

menunjukkan

kemajuan dari lokhea rubra menjadi serosa sampai alba. i. Lakukan teknik septic dan aseptic pada pemasangan alat forsep atau vakum. j. Lakukan persiapan pre operasi dengan mencukur daerah insisi pembedahan,

pengosongan

i. Untuk mencegah masuknya kuman

melalui

perlukaan

jalan lahir j. Untuk

mencegah

infeksi

akibat insisi dan pengeluaran feces dan isi lambung,

kolon dan kandung kemih, serta puasa untuk pengosongan lambung. 1. Implementasi Pelaksanaan pada klien post partum dengan section caesaria dilaksanakan sesuai dengan perencanaan perawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun hasil kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya serta memperhatikan kondisi dan keadaan klien. 2. Evaluasi Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan melihat respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai

BAB IV

PENUTUP Kesimpulan Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Saran Semoga makalah ini

Related Documents


More Documents from "Ririn"