Bronchopneumonia 2019.docx

  • Uploaded by: khaudil ulum
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bronchopneumonia 2019.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,237
  • Pages: 21
BRONCHOPNEUMONIA

A. PENGERTIAN Bronchopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronchioli. (Dep. Kes. R.I., 1995). Bronchopneumonia atau pneumonia lobularis, menyatakan adanya penyebaran daerah infeksi yang bergerak dengan diameter 4 cm yang mengelilingi juga melibatkan bronchi. (Price and Wilson, 1995). Bronchopneumonia merupakan suatu peradangan yang terjadi pada paruparu yang berasal dari cabang-cabang tenggorokan yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh getah radang yang yang menimbulkan pemadatanpemadatan dalam lobules paru yang berdekatan, maka disebut juga pneumonia lobularis. (Dr. Med Ramli dan K. st Pamonjak). Bronchopneumoniaadalah suatu peradangan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Kapita Selekta Kedokteran, 1992).

B. ETIOLOGI Umumnya adalah bakteri yaitu : Streptococus pneumonia, Haemofilus influinzae. Sedangkan pada bayi bayi dan anak kecil yaitu bakteri : Staphylococus aureus.

C. GEJALA a. Biasanya penyakit dating mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

b. Pertukaran udara di paru-paru lancer dimana pernafasana agak cepat dan dangkal bahkan sampai pernafasan cuping hidung c. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat (39 0C – 400C), sehingga kadang-kadang terjadi kejang pada bayi, pada anak besar terjadi mengigil d. Berkeringat banyak e. Anak merasa nyeri di daerah dada sewaktu batuk dan bernafas, rasa sakit ini akibat gesekan pleura yang meradang f. Batuk disertai sputum yang kental g. Nafsu makan menurun h. Dyspnoe sampai syanosis skunder pada mulut dan hidung, ronchi, pernafasan cuping hidung i.

Perubahan kesadaran

j.

Stridor waktu menarik nafas.

D. PATOFISIOLOGI Stahylococus aureus Haemofilus influenza Streptococus pneumonia

Masuk ke saluran pernafasan atas

Terjadi infeksi Demam, kejang, nyeri kepala, nafsu makan menurun

Gangguan sel pernafasan bagian bawah

Batuk

Peradangan pada bronchus dan alveolus

Perubahan membrane alveolar kapiler

Anak dengan gangguan respiratori kronik

Penurunan perfusi oksigen ke sel

Inflamasi parenkim paru

Kehilangan cairan berlebihan lewat penguapan panas, hiperventilasi, muntah

Kurangnya informasi tentang penyakit klien, proses penyakit dan prosedur perawatan

Akumulasi secret dan penyempitan lumen bronchiolus

Gangguan pembawa kapasitas oksigen darah

Metabolisme tubuh sedang meningkat

Tidak terbentuknya ATP (Aglutinase Protein) didalam mitokondria

Reaksi seluler terhadap sirkulasi

Penurunan masukan cairan peroral

Adanya hospitalisasi

Pertukaran oksigen antara udara bebas dan udara paru-paru kurang efektif

Gangguan pengiriman oksigen

Peningkatan kebutuhan kalori

Kelemahan (weaknesess) dan kelelahan (fatique)

Toksin menetap

Secretjuga menumpuk di alveoli

Gangguan pertukaran gas

Gangguan pada proses ingesti

Intoleransi aktivitas

Reflek batuk kurang efektif

Cemas pada keluarga

Nyeri dada

Klien

Pertukaran O2 di alveoli menjadi kurang efektif

Terjadi malnutrisi

Kebutuhan oksigen tidakn adekuat

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tidak efektifnya jalan nafas

Resiko tinggi kekurangan volume cairan & elektroloit

Keluarga

Cemas pada klien

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 

Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis dapat mencapai 15.000-40.000/mm, analisa gas darah dapat menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2, LED meningkat lebih dari 20 mm/jam.



Foto Thorax Pada foto thorax terdapat adanya bercak-bercak inflamasi pada satu atau beberapa lobus.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS Pengobatan yang biasa dilakukan pada penyakit bronchopneumonia : a. Pada neonatus Berikan : 1. Oksigen 2 liter/menit 2. IVFD (Intra Vena Fluida Drip) a. Jenis cairan adalah glukosa 5,10% : Na Bic dengan perbandingan 4 : 1 sebelum menentukan cairan periksa gula darah. Bila kadarnya 0 – 45 mg %, suntikan glikose 40% dosis 2 cc /kgBB intra vena. b. Berikan cairan sesuai kebutuhan. c. Tetetsan dibagi rata dalam 24 jam, 1 ml : 15 tetes makrodrip, 1 ml : 60 tetes mikrodrip. b. Pada bayi umur 1 bulan – 2 tahun berikan : 1. Oksigen 2 liter/menit 2. IVFD (Intra Vena Fluida Drip) a. Jenis cairan adalah 2 liter KCl (1 – 2 meq/kg BB 24 jam atau KCl 6 meq/500 ml). b. Setiap kenaikan suhu tubuh 10 C kebutuhan ditambah 12%.

c. Tetesan dibagi dalam 24 jam. c.

Pada anak diatas usia 2 tahun berikan : 1. Bila dispneu berat berikan O2 2. IVFD : cairan dengan 10% aa atau cairan 24 KCl, gluc 10% tetsan dibagi rata dalam 24 jam 3. Pengobatan : penicillin prokalin 50.000 UAS/u kg BB/ hari dan klorampenikol 75 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis.

d. Diet dan Terapi a) Diet ASI atau pemberian makan yang mengandung tinggi kalori dan protein. b) Terapi (1) Pemberian penisilin 50.000 unit/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50 – 70 mg/kg BB/hari, atau diberikan antibiotic yang mengandung spectrum luas seperti ampisilin. (2) Pemberian oksigen Tidal volume : 10 – 15 cc/kg BB/hari Menit volume : tidal volume 24x/menit : 840 cc/menit : 0,840 liter/menit Kebutuhan oksigen normal setiap menit : menit volume x konsentrasi O2 di udara : 0,830 x 20% : 0,0084 liter/menit (3) Pemberian cairan intravena : biasanya campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 meq/500 ml/botol infuse.

G. PENGKAJIAN FOKUS A. Pengkajian Pengkajian apada anak meliputi (Robert Priharjo, 1996) : a. Biodata 1) Biodata pasien Yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor CM. 2) Biodata orang tua / penanggung jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pemdidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.

b. Keluhan Utama Pada kasus Bronchopneumonia umumnya pasien mengeluh : sesak nafas, adanya batuk-batuk yang produktif, adanya peningkatan suhu tubuh 39 – 400 C, kadang disertai kejang karena demam yang tinggi dan anak gelisah disertai muntah dan penurunan nafsu makan. c. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang Umumnya pasien dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas, ini timbul karena penumpukan secret pada jalan nafas sehingga terdengar ronchi dan stridor, batuk-batuk yang disertai pengeluaran secret, nyeri saat batuk dan peningkatan suhu tubuh. 2) Riwayat Kesehatan dahulu Pada kasus Bronchopneumonia banyak factor yang menjadi latar belakang terjadinya penyakit tersebut, maka yang perlu dikaji halhal sebagai berikut :

(a) Biasanya pasien Bronchopneumonia sebelumnya mempunyai riwayat infaksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari, seperti : flu, pilek, batuk-batuk, bila ada perlu dikaji penyakit apa yang diderita serta proses pengobatannya. (b) Perlu dikaji pula pada lingkungan pasien di rumah, apakah ada keluarga perokok, lingkungan rumah yang cukup ventilasi, adanya polusi yang berlebihan dan tetangga dekat yang menderita penyakit pernafasan. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Hal yang perlu dikaji adanya anggota keluarga yang menderita penyakit Bronchopneumonia dan penyakit keturunan, mkisalnya : asma, perlu dikaji untuk dipertanyakan apakah saudara sedarah ada yang empunyai alergi. d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan 1) Prenatal Kondisi ibu pada saat hamil dapat mempengaruhi keadaan janin. Seorang ibu hamil dengan menderita penyakit traktus repiratorius berpotensial menularkan penyakit pada janinnya. Perlu dikaji hamil keberapa, pemeriksaan kehamilan, keluhan-keluhan saat hamil, penyakit yang pernah diderita ibu. 2) Intranatal Pada proses kehamilan dapat menyebabkan respiratori dystress. Mekonium aspirasi sindrom merupakan predisposisi terjadinya infeksi traktus respiratorius pada anak, selain itu keseterilan alatpun mendukung terjadinya infeksi apada anak dan perlu dikaji usia kehamilan saat persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan, berat badan, panjang badan lahir dan komplikasi waktu lahir. 3) Postnatal

Pada waktu lahir bayi mempunyuai kekebalan yang diperoleh dari ibunya, kekebalan itu lama kelamaan akan berkurang dan hilang bila setelah lahir tidak diberi ASI, hal ini dapat memperberat pada kondisi infeksi saluran nafas, hal tersebut dapat dicegah dengan immunisasi dan perlu dikaji kesehatan klien setelah lahir dan penyakit yang pernah diderita. e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dengan penyakit pada saluran pernafasan dan ada latar belakang defisit asupan nutrisi dapat mengakibatkan anak menjadi lambat dalam tumbuh kembang, terutama perkembangan motorik dan intelektualnya. Bertambahnya kemampuan (skill) dalam dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek daam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebgai hasil proses pematangan, disini menyangkut adanya proses diferensiasi, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. f. Riwayat Nutrisi Pada anak dengan gangguan sistem pernafasan mempunyai riwayat nutrisi yang kurang karena tidak adekuatnya masukan nutrisi. Dengan demikian zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi, sehingga tubuh anak menjadi lemah dan rentan terhadap penyakit. g. Riwayat Imunisasi Penyakit infeksi pernafasan pada anak sebenarnya dapat dicegah dengan immunisasi, kebanyakan kasus penyakit infeksi saluran pernafasan belum mendapatkan immunisasi BCG dan DPT. h. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum

Penampilan

: Pada umumnya pasien lemah bahkan gelisah

Kesadaran

: Composmentis, kemungkinan

ditemukan

Terjadinya penurunan kesadaran. Tanda-tanda vital : Pada

kasus

Bronchopneumonia

kemungkinan

terjadinya

hipertensi (pada stadium awal 0 dan hipotensi pada stadium lanjut), peningkatan suhu tubuh, respirasi tachipnoe dab dengyut nadi tachicardi. 2) Sistem Integumen Dapat dikaji adanya sianosis pada bagian ujung ektremitas (perifer), seperti ujung jari tangan dan kaki, warna kulit / membran mukosa sianosis.

3) Sistem Pernafasan Pada kasus ini pada umumnya terdapat kesulitan bernafas (dispneu) yang ditandai dengan adanya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal suprasternal dan epigastrium, adanya batuk produktif, pada auskultasi terdengar adanya ronchi, selain itu pernafasan cepat dan dalam (tachipnoe) seringkali mencapai 60x/menit. 4) Sistem Kardiovaskuler Kemungkinan dapat terjadi hipertensi atau hipotensi, sianosis, peninggian JVP (Jugularis Vena Preasure) dan tachicardi. 5) Sistem Gastroinstinal Pada sistem ini kemungkinan ditemukan adanya letargi, mual, muntah, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan. 6) Sistem Muskuloskeletal Kemungkinan dijumpai adanya kehilangan masa otot pergerakan, otot lemah, keletihan/kelelahan.

7) Sistem Genitourinaria Pada sistem ini kemungkinan kelainan sangat kecil selama fungsi ginjal masih bagus. 8) Neurosensoris Kemungkinan pasien mengeluh pusing, perubahan mental (bingung, samnolen). 9) Aktivitas Biasanya ditemukan adanya gelisah dan kelelahan. 10) Pengkajian Psikologis Pada pasien mungkin didapatkan rasa nyeri, cemas dan gelisah. Bagi orang tua dapat timbul cemas karena melihat anaknya dan ketidaktahuan akan penyakit serta prosedur perawatannya.

B. Analisa Data No

Data

Etiologi

1

DO : - Klien terlihat sesak nafas/ dispneu - batuk produktif - Retraksi intercosta suprastenal dan epigastrium - Suara pernafasan ronchi - Gelisah - Kadang tachipneu DS : - Keluarga meangatakan anaknya sesak dan sering batuk

Peradangan pada bronchus dan alveolus

2

DO : - Tampak adanya dispneu - Cyanosis ujung ektermitas dan membrane mukosa - Tachikardi

Masalah Tidak efektifnya jalan nafas

Akumulasi secret dan penyempitan lumen bronchus Pertukaran oksigen antara udara bebas paru2 kurang efektif Sekret menumpuk di alveoli Petrukaran O2 di alveoli menjadi kurang efektif Kebutuhan O2 tidak adekuat Tidak efektifnya jalan nafas

Perubahan membrane alveolar G3 kapiler pertukaran gas G3 pembawa kapasitas oksigen darah G3 pengiriman oksigen G3 pertukaran gas

-

Gelisah Hypoksia Peninggian JVP Ds : - Keluarga mengatakan anaknya gelisah 3

4

5

DO : Anak dgn g3 respiratorik kronis - Adanya penurunan BB Metabolisme tubuh sedang - Anoreksia meningkat - Mmual, muntah Peningkatan kebutuhan kalori - Letargi DS : Terjadi malnutrisi - Keluarga mengatakan Pemenuhan nutrisi kurang dari anaknya tidak kebutuhan mau makan DO : Imflamasi parenkim paru - Klien memegang area yg sakit, Reaksi seluler terhadap perilaku distraksi dan gelisah sirkulasi DS : - Keluarga Toksin menetap menngatakan anaknya nyeri Replek batuk kurang efektif dada, sakit kepala, nyeri Nyeri dada otot DO : Penurunan perpusi oksigen ke - Tampak ada sel kelemahan, keletihan, Tidak terbentuknya ATP kelelahan (Aglutinase Protein) didlm - kehilanngan mitokondria

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Nyeri dada

Intoleransi Aktivitas

masa otot Dispneu Kelemehen (weaknes) dan Tachikardi kelelahan (fatique) Pucat atau cyanosis Intoleransi aktivitas DS : - Keluarga mengatakan anaknya lemah DO : Kehilangan cairan berlebih - Demam, lewat penguapan panas, keringat hiperventilasi, muntah banyak, kejjang Penurunan masukan cairan DS : peroral - Keluarga mengatakan Resiko tinggi kekurangan anaknya volume cairan dan elektrolit sering muntah DO : Adanya hospitalisasi - Klien terlihat gelisah Cenas pada pasien - Terlihat cemas DS : - Keluarga mengatakan anaknya ketakutan, tidak mau dibawa ke rumah sakit DO : Kurangnya informasi ttg - Keluarga penyakit klien, proses penyakit terlihat cemas dan prosedur perawatan DS : - Keluarga Adanya hospitalisasi keluarga sering bertanya ttg Cemas pada keluarga penyakit anaknya -

6

7

8

Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit

Emas klien

pada

Cemas pada keluarga

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumjulasi secret dan penyempitan lumen bronchioles. 2. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler (efek inflamasi). 3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan anoreksia. 4. Nyeri berhubungan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi. 5. Intoleransi aktivitas berhubungan denghan kelemahan (weaknesess) dan kelelahan (fatique). 6. Cemas pada pasien sehubungan dengan hospitalisasi. 7. Cemas pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan prosedur perawatan dan pengobatan di rumah sakit. 8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, keringat banyak), hiperventilasi, muntah.

I. PERENCANAAN KEPERAWATAN DX 1

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

Tupan : dalam - Kaji TTV - Mengidentifikasi waktu 1x24 jam, keadaan klien dan jalan nafas sebagai data dasar efektif - Kaji untuk intervensi Tupen : dalam frekuensi/kedala selanjutnya waktu 6 jam, man pernafasan - Takipnea, pernafasan bersihkan jalan dan gerakan dada dangkal dan gerakan nafas efektif, dada tak simetris dengan criteria : sering terjadi karena - Auskultasi area DO : ketidak nyamanan paru, catat area

- Klien terlihat penurunan atau gerakan dinding dada tidak sesak tidak ada aliran atau cairan paru nafas/dispneu udara dan bunyi - Penurunan aliran - Batuk nafas ronchi udara terjadi pada produktif area konsolidasi berkurang dengan cairan, bunyi - Tidak ada nafas bronchial juga retraksi terjadi pada area intercosta - Penghisapan konsolidasi, ronchi suprasternal lender sesuai terdengar pada saat dan indikasi / jika inspirasi atau epigastrium diperlukan ekspirasi pada respon - Tidak ada terhadap ronchi pengumpulan cairan - Tidak gelisah secret kental - Tidak ada - Membersihkan jalan tachipneu - Anjurkan kepada nafas secara mekanik DS : keluarga untuk kepada pasien yang Keluarga memberikan tidak mampu mengatakan cairan sedikitnya melakukan batuk sesak dan batuk 2.500 ml/hari yang efektif atau anaknya (kecuali kontra penurunan tingkat berkurang indikasi) air kesadaran dan padat hanhgat membantu dalam - Kolaborasi sirkulasi oksigen pemberian obat - Cairan khususnya sesuai indikasi. yang hangat dapat Diantaranya : memobilisasi dan mukolitik, dapat mambantu ekspektoran, mengencerkan secret bronkodilator dan analgetik - Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi secret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara

hati-hati karena dapat menurunkan upaya batuk / menekan pernafasan 2

Tupan : dalam waktu 1x24 jam pertukaran gas maksimal Tupen : dalam waktu 6 jam, tidak terjadi gangguan pertukaran gas, dengan criteria : DO : - Tidak tampak adanya dispneu - Tidak ada sianosis ujung ekstremitas dan membrane mucosa - Tidak ada tachicardi - Tidak gelisah - Tidak hipoksia - Tidak ada peninggian JVP DS : - Keluarga mengatakan anaknhya tidak gelisah

- Awasi frekuensi - Takikardi biasanya denyut nadi ada akibat demam / dehidrasi tetapi dapat sebagai respon - Kaji frekuensi terhadap hipoksemia kedalaman dan - Dapat mengetahui kemudahan derajat sesak dan bernafas status paru pasien dan untuk menentukan rencana - Observasi warna berikutnya kulit, membran - Sianosis kuku mukosa dan kuku, menunjukkan catat adanya vasokontriksi respon sianosis perifer tubuh terhadap (kuku) atau demam / mengigil sianosis sentral namun sianosis daun telinga membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) - Observasi suhu menujukan tubuh sesuai hipoksemia sistemik indikasi, bantu - Sebagai data dasar tindakan untuk menentukan kenyamanan intervensi selanjutnya untuk menurunkan demam dan mengigil, misalnya : selimut tambahan / menghilangkan suhu ruangan, - Meningkatkan kompres hangat kenyamanan klien - Pertahankan Memaksimalkan istirahat tidur pertukaran antara O2 - Anjurkan keluarga dan CO2 untuk

meninggikan posisi kepala klien saat tidur setiap 2 - Mengetahui adanya jam gejala yang - Observasi memperburuk penyimpangan keadaan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum dan warna pucat, sianosis, perubahan - Memenuhi tingkat kebutuhan oksigen kesadaran, dispnea beratdan gelisah - Pemberian oksigen dengan benar, misal : dengan nasal, masker dan venture 3

Tupan : dalam - Catat adanya waktu 3x24 jam mual dan klien muntah, pantau meningkatkan masukan dan nutrisi yang keluaran, ukurr cukup berat badan Tupen : dalam sesuai indikasi waktu 1x24 jam, kebutuhan - Berikan makanan nutrisi terpenuhi, / ASI dalam porsi dengan criteria : kecil tapi sering DO : - Adanya - Anjurkan kepada penambahan keluarga untuk berat badan memberikan - Nafsu makan minum air hangat klien pada klien setelah meningkat makan - Tidak mual,

- Menetapkan kemampuan kebutuhan npasien, membantu dalam pengkajian keseimbangan cairan dan memudahkan pemilihan intervensi - Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali - Air hangat diharapkan dapat membantu mengeluarkan gas dalam lambung - Mengurangi

mual

muntah - Berikan terapi - Tidak letargi sesuai indikasi DS : missal : anti - Keluarga emetik mengatakan anaknya mau makan 4

5

Tupan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi nyeri Tupen : dalam waktu 1x24 jam nyeri terlokalisasi dengan criteria : DO : - Klien tidak memegang area yang sakit - Tidak memperlihatk an perilaku distraksi dan gelisah DS : - Keluarga mengatakan anaknya tidak nyeri dada, tidak sakit kepala dan tidak nyeri otot

muntah dan mempercepat proses penyembuhan

- Kaji TTV

- Mengidentifikasi perkembangan kesehatan dan - Kaji skala nyeri adanya komplikasi - Membantu mengevaluasi adanya - Posisikan klien derajat ketidak senyaman nyamanan mungkin - Mengurangi rasa - Kolaborasi dalam nyeri pemberian terapi analgetik - Mengurangi gejala dan dapat membantu proses penyembuhan

Tupan : dalam - Jelaskan - Tirah baring waktu 3x24 jam, pentingnya dipertahankan selama aktivitas istirahat dalam fase akut untuk terpenuhi rencana menurunkan Tupen : dalam pengobatan dan kebutuhan metabolik, waktu 1x24 jam perlunya menghemat energi klien dapat keseimbangan untuk penyembuhan, beraktivitas aktivitas dan pembatasan aktivitas

dengan bantuan istirahat ditentukan dengan minimal, dengan respon individual criteria : pasien terhadap DO : aktivitas dan - Tidak tampak - Bantu pasien perbaikan kegagalan adanya untuk memilih pernafasan kelemahan, posisi nyaman - Posisi yang nyaman keletihan, untuk istirahat saat tidur dapat kelelahan dan tidur membantu - Masa otot memenuhi istirahat meningkat tidur - Tidak ada dispnea - Tidak ada tachikardi - Tidak pucat atau sianosis DS : - Keluarga mengatakan anaknya sudah bisa beraktivitas 6

Tupan : dalam - Lakukan - Dengan pendekatan waktu 2x24 jam, pendekatan pada pada anak diharpakan cemas pada anak dapat mengurangi pasien dapat rasa ketakutan pada teratasi - Ciptakan klien Tupen : dalam lingkungan rumah - Dengan memodifikasi waktu 1x24 jam sakit yang lingkungan rumah cemas menyenangkan sakit yang berkurangdengan menyenangkan criteria : diharapkan dapat DO : mengurangi efek - Pasien terlihat hospitalisasi tenang DS : - Keluarga mengatakan ketakutan anaknya berkurang

7

8

Tupan : dalam - Anjurkan kepada - Menginatkan waktu 2x24 jam, keluarga untuk keluarga akan cemas pada lebih kebesaran Tuhan keluarga dapat mendekatkan diri merupakan support teratasi pada Tuhan dan terbesar bagi Tupen : dalam dapat menrima keluarga waktu 1x24 jam cobaan yang cemas berkurang diberikan - Dengan kepahaman dengan criteria : - Berikan dan pengetahuan DO : penjelasan terhadap proses - Keluarga mengenai penyakit dan terlihat penyakit yang prosedur yang akan tenang diderita oleh anak dilakukan, keluarga DS : dan prosedur akan mengetahu apa - Keluarga perawatan serta yang seharusnya mengatakan pengobatan yang dilakukan sehingga memahami akan dilakukan tidak terjebak dalam tentang kecemasan yang penyakit menyimpang anaknya Tupan : dalam waktu 2x24 jam, resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi Tupen : dalam waktu 1x24 jam resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan criteria : DO : - Klien tidak demam, tidak kejang DS : - Keluarga mengatakan anaknya tidak

- Pantau masukan - Membantu dalam dan keluaran urin pengkajian keseimbangan cairan - Identifikasi factor - Muntah yang yang berlebihan dapat menimbulkan mempercepat proses mual / muntah kekurangan cairan misal; sputum banyak, pengobatan, aerosol, dispnea - Bunyi usus mungkin berat dan nyeri menurun / tak ada - Auskultasi bunyi bila proses infeksi usus, observasi / berat / memanjang. palpasi distensi Distensi abdomen abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran - Evaliuasi status gastrointestinal

muntah

nutrisi umum, - Adanya kondisi kronis ukur berat badan atau keterbatasan dasar keuangan dapat menimbulkan malnutrisi. Rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respon terhadap nyeri

Related Documents


More Documents from "Rega Larosa"

Lp Pjb.docx
October 2019 27
Lppersalinan 2019
October 2019 32
Lp Typoid Fever.docx
August 2019 36
Bronchopneumonia 2019.docx
October 2019 27