Lp Pjb.docx

  • Uploaded by: khaudil ulum
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Pjb.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,885
  • Pages: 22
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

A. PENGERTIAN Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap. Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.

Jenis Penyakit Jantung Kongenital 1.

Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau

1

melalui sekat di jantung, misalnya, aorticstenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS). 2.

Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki adalah penampilan utama padagolongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5gram %. Bila dilihat dari penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik, yaitu (1) dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang, misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) dengan VSD, dan (2) dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing.

B. ETIOLOGI Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obatobatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya SindromaDown (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB. Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan

2

yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.

C. MANIFESTASI KLINIK 1.

Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru a.

Ventricular Septal Defect (VSD) VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole. Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering terlihat pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium.Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik.

b.

Atrial Septal Defect (ASD) Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum atrium.Tekanan pada foramen oval atau septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat. Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung.

c.

Patent Ductus Arteriosus (PDA) DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan prematuritas. Manifestasi klinis :Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori distres seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali, hipertrofi ventrikuler kiri akibat

3

penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda ‘machinery type’. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran ventrikel kiri. 2.

Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal 1.

Stenosis Aorta (SA) Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

2.

Stenosis Pulmonal (SP) Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi puncaknya menyatu.Manifestasi klinis :Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat.Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai jantung.

3.

Koarktasio Aorta Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus.Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat.Untuk itu penting melakukan skrening

4

anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga. Manifestasi klinis :Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki.Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography. 3.

Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang Tetralogi Of Fallot (TOF) Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu: a.

Stenosis pulmonal,

b.

Hipertropi ventrikel kanan,

c.

Kelainan septum ventrikuler, dan

d.

Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel. Manifestasi klinis : Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala

yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas.Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, murmurjaniung, EKG foto rongent dan kateterisai jantung. 4.

PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA) Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah

5

arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta.Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik.Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru.Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2 sirkulasi ini.Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan.Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa penderita. Manifesfasi klinis : Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan terjadi.

D. PATOFISIOLOGI Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013). Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir

6

dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitasventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).

7

E. Pathway Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik

Pathway Penyakit Jantung Bawaan Sianotik : ToF

8

Terpapar faktor endogen dan eksogen selama kehamilan trimester I-II

Kelainana jantung kongenital sianotik: tetralogy of fallot

Defek septum ventrikel

Stenosis pulmonal

Obstruksi >>> berat

Overiding aorta

Tek. Sistolik punjak ventrikel kanan = kiri Pirau kanan – kiri

Menurun aliran darah paru Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan

v

Aliran darah aorta meningkat

Hipertrofi vent v kanan

Menurun O2 dalam darah

v

v

Percampuran darah kaya O2 dengan CO2

v v

Hipoksemia

sesak Kelemahan tubuh

v

Sianosis (blue spells)

Hipoksiavdan laktat

v v

Asidosis metabolik

v Gangguan pertukaran gas v

Penurunan O2 di otak v Kesadaran menurun Kejang

v Resiko cedera

v

9

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG a.

Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.

b.

Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).

c.

Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.

d.

Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.

e.

Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

f.

Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.

g.

Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.

Komplikasi Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain: 1.

Gagal jantung kongestif

2.

Renjatan kardiogenik, Henti Jantung

3.

Aritmia

4.

Endokarditis bakterialistis

10

5.

Hipertensi

6.

Hipertensi pulmonal

7.

Tromboemboli dan abses otak

G. PENATALAKSANAAN 1.

Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru a.

Ventricular Septal Defect (VSD) Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung.Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.

b.

Atrial Septal Defect (ASD) Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.

c.

Patent Ductus Arteriosus (PDA) Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus.Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

2.

Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal a.

Stenosis Aorta (SA) Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.

b.

Stenosis Pulmonal (SP) Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.

c.

Koarktasio Aorta

11

Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf. 3.

Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang Tetralogi Of Fallot (TOF) Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara BlalockTausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

4.

PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA) Pembedahan

paliatif

dilakukan

agar

terjadi

percampuran

darah.Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan.Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent.Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paruparu.Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.

12

13

H. PENGKAJIAN 1.

Biodata Klien

2.

Riwayat Kesehatan a.

Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.

b.

Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin.

c.

Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

d.

Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.

e.

Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang.

3.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah: a.

Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.

b.

Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.

c.

Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium.

d.

Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

e.

Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.

14

f.

Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.

g.

Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.

h.

Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.

Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

2.

Penurunan curah jantung b.d perubahan preload

3.

Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan

4.

Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

5.

Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

6.

Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

7.

Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang

J. PERENCANAAN KEPERAWATAN 1.

Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas tidak terjadi dengan Kriteria hasil : - Pertukaran gas tidak terganggu - Pasien tidak sesak Intervensi Berikan respirasi support Analisa gas darah Berikan posisi semifowler Batasi cairan

Rasional Untuk meminimalkan resiko kekurangan oksigen.2 Untuk mengetahui adanya hipoksemia dan hiperkapnia. Memfasilitasi fungsi pernapasan klien Untuk meringankan kerja jantung

15

2.

Penurunan curah jantung b.d perubahan preload Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibatpenurunan curah jantung. Kriteria Hasil : a.

Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)

b.

dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

c.

Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites

d.

Tidak ada penurunan kesadaran

e.

AGD dalam batas normal

f.

Tidak ada distensi vena leher

g.

Warna kulit normal

Intervensi Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien. Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.

Observasi tiap 4 jam

tanda-tanda

vital

Monitor tanda-tanda PJB seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi. Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat

Rasional Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat. Pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunderterhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi. Permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahanpada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadimeningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya dapat cepat dideteksi untukpenangan lebih lanjut. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut. Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard dan untukmelawan efek hipoksia/iskemia. Istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung

16

Intervensi yang adekuat. Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output

Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa digitalis dan digoxin.

3.

Rasional dandapat mempertahankan energi yang ada. Dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadappenurunan curah jantung. Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat Mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksinmeningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlambat periode refraktori padahubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.

Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan beratbadan selama terjadi perubahan status nutrisi. Kriteria Hasil : a.

Anak dapat menyusu

b.

Porsi makan dihabiskan

Intervensi Rasional Observasi selama pemberian Selama makan atau menyusui makan atau menyusui. mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak. Timbang berat badan setiap Mengawasi penurunan berat badan hari dengan timbangan yang atau efektivitas intervensi nutrisi. sama dan waktu yang sama. Observasi dan catat masukan Mengawasi masukkan kalori dan makanan anak/ intake dan kualitas kekurangan konsumsi output secara benar makanan. Jika anak menunjukkan Infus akan menambah kebutuhan kelemahan akibat ketidak nutrisi yang tidak dapat adekuatannya nutrisi yang dipenuhimelalui oral. masuk maka pasang infus Anjurkan ibu untuk terus Air susu akan mempertahankan 17

4.

Intervensi memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP). Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri.

Rasional kebutuhan nutrisi anak.

Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.

meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.

Meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan

Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.

Intoleransi aktivitas b.d kelelahan Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanyakelemahan. Kriteria Hasil : a.

Tidak nampak kelelahan

b.

Tidak nampak lesu

c.

Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)

d.

TTV Normal

Intervensi Rasional Kaji perkembangan tanda- Menunjukan gangguan pada jantung tanda peningkatan tanda-tanda yang kemudian akanmenggunakan vital, seperti adanyasesak. energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadikelelahan. Batasi aktifitas anak yang Meminimalkan kerja dari jantung dan berlebihan. dapat mempertahankan energi yang ada. Bantu pasien dalam aktivitas Teknik penghematan energi. .

18

Intervensi yang tidak dapat dilakukannya. Support dalam pemberian nutrisianak.

Rasional

Nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akanmeningkatkan produksi energi Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan dan pasien dan keluarga pasien informasi bagi pasien dan keluarga tentang aktifitas. pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat. 5.

Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang atau hilang. Kriteria Hasil : a.

Klien tidak tampak mengeluh dan menangis

b.

Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri

c.

Klien tidak gelisah

Intervensi Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis. Observasi perilaku dan tandatanda vital anak tiap 4 jam. Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan. Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu. Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak. Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan penanganannya.

Rasional Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.

Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan Aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada. Dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat menurunkan respon nyeri. Ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan. lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat. 19

Intervensi

Rasional

Kolaborasi dengan team medis Analgesik bekerja dengan dalam pemberian analgesic. menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya, sehingga nyeri tidak dirasakan lagi. Evaluasi respon terhadap penggunaan terapi obat dan dosis, obat/terapi yang diberikan catat nyeri yang tidak hilang atau berkurang 6.

Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi Kriteria Hasil : TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 1820x/menit, SB 36,5OC-37,5OC) Intervensi Dorong teknik mencuci tangan dengan baik

Rasional Mencegah infeksi nosokomial saat perawatan.

Kaji tanda-tanda infeksi

Mengetahui tanda-tanda infeksi secara dini dapat membantu dalam kecepatan menentukan intervensi Peningkatan suhu badan merupakan salah satu tanda adanya infeksi Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya infeksi

Ukur temperatur tiap 4 jam Berikan antibiotik sesuai dengan indikas

7.

Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan risiko cidera dapat diminimalisir. Kriteria Hasil : a.

Klien

dan

keluarga

mengenal

tanda

dan

gejala

yang

mengindikasikan faktor resiko cidera b.

Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri dari risiko cidera

20

Intervensi Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan sejarah tingkah laku Jauhkan objek berbahaya dari lingkungan Hilangkan bahaya lingkungan Sediakan tempat tidur yang rendah jika diperlukan

Rasional Mencegah terjadinya risiko cidera Menentukan kebutuhan pasien terhadapm keamanan dan menentukan intervensi yang tepat Mencegah risiko cidera

Mencegah risiko cidera Membantu pasien memudahkan menjangkau tempat tidur dan mengurangi risiko cidera Tempatkan furniture diruangan Memudahkan pasien menjangkau dengan susunan terbaik untuk peralatan yang dibutuhkan akomodasi ketidakmampuan pasien dan keluarga

21

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: PPNI Judith

M.

Wilkinson

dan

Nancy

R.

Ahern. Buku

Saku

DIAGNOSIS

KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta. NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

22

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"

Lp Pjb.docx
October 2019 27
Lppersalinan 2019
October 2019 32
Lp Typoid Fever.docx
August 2019 36
Bronchopneumonia 2019.docx
October 2019 27