Laporan Pendahuluan Ckd.docx

  • Uploaded by: khaudil ulum
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Ckd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,736
  • Pages: 12
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CKD

OLEH : SRI WURYANI

(4002160033)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR PROGRAM PROFESI NERS 2019

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CKD

A. Pengertian Gagal Ginjal Kronik (CKD) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448). Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001) Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)

B. Penyebab dan Faktor Predisposisi Penyebab dari gagal ginjal kronis (CKD) antara lain : 1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis) 2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis) 3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis) 4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik) 5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal) 6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme) 7. Nefropati toksik 8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) C. Patofisiologi Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif. Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat CKD yang tersisa dan mencakup : 1. Penurunan cadangan ginjal; Yang terjadi bila turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang sudah

rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi 2. Insufisiensi ginjal; Terjadi apabila turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari CKD, sehingga perlu pengobatan medis 3. Gagal ginjal; yang terjadi apabila CKD kurang dari 20% normal. 4. Penyakit gagal ginjal stadium akhir; Terjadi bila CKD menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal. (Corwin, 1994) D. Pathway

E. Penatalaksanaan 1. Dialisis Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; 2.

menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka. Penanganan hiperkalemia Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau

3.

melalui retensi enema. Mempertahankan keseimbangan cairan Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan

digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan. 4. Glomerular Filtration Rate (GFR) GFR)= [ (140 – age in years) × weight (kg) ]/plasma creatinine (µmol/l) × 0.82 (subtract 15 per cent for females) F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut: 1. Pemeriksaan laboratorium

Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi. 2. Pemeriksaan USG Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal. 3. Pemeriksaan EKG Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit G. Pengkajian Fokus 1. Wawancara : a. Keluhan utama Sesak napas, BAK sedikit, pusing, gatal, muntah, oedema. b. riwayat penyakit sekarang - sejak kapan keluhan dirasakan - berapa lama dan berapa kali keluhan dirasakan - bagaimana sifat dan hebatnya keluhan - adakah keadaan yang memperberat atau memperingan keluhan - adakah usaha untuk mengatasi keluhan sebelum meminta pertolongan. c. riwayat penyakit dahulu DM, Hipertensi, batu ginjal, polikistik, nefrosklerosis, glomeruloneffritis, gagal ginjal akut. 2. Primary Survey a. Air way - Kesadaran bisa dari composmenthis sampai terjadi penurunan kesadaran - Penumpukan secret, secret liat dan kental - Lidah jatuh (Penurunan kesadaran) b. Breathing - RR > 24x/mnt - Pola napas tarkipneu - Bunyi napas kreakle - Penggunaan otot napas (+), cuping hidung (+), retrlasii intercostal (+) - Penggunaan alat bantu napas 02 (+) - Pasien mengeluh sesak, napas bau ammonia c. Circulating - Hipertensi - Nadi tachikardi, teraba lemah - CRT > 3” - Anemis

-

HB < 12 gr/dl Membrane mukosa kering Intake-output cairan tidak seimbang Oedema (+) Sianosis (+) Bunyi jantung gallop (+) Oliguria, anuria Turgor kulit > 1”

-

Perdarahan di mulut Suhu > 37 ºC

3. Secondary Survey a. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Sakit sedang s/d sakit berat 2. Kesadaran Composmetthis disertai dengan penurunan kesadaran 3. Tanda-tanda vital : T : > 120/80 mmHg P : Tarkipneu (> 24x/menit) R : Tachikardi (> 100x/menit) S : < 37 ºC 4. Timbangan BB meningkat (tidak ideal) akibat oedema 5. System cardiovaskuler - Hipertensi - Pitting edema (kaki, tangan dan sacrum) - Pembesaran vena jugularis - CRT > 3 - Sianosis - Anemis - Tachikardi, lemah - gallop 6. system integument - wana kulit abu-abu atau meningkat - kulit kering/bersisik - pruritus / ekimosisi - kuku tipis dan rapuh - rambut tipis dan kasar - turgor kulit > 1” 7. system pulmoner - napas pendek bau ammonia - pernapasan cuping hidung - bunyi napas krekles - pernapasan kusmaul - sputum (+) kental - retraksi intercostal - RR > 24x/menit

8. System gastrointestinal - Ulserasi dan perdarahan pada mulut - Anorexia - Mual muntah - Konstipasi - Diare - Perdarahan pada saluran GI - Distensi abdomen - Nyeri ulu hati 9. System neurologis - Sakit kepala - Penglihatan kabur - Gangguan status mental - Kurang konsentrasi - Penurunan kemampuan syaraf cranial I s/d XII 10. System musculoskeletal - Kekuatan otot menurun - Kelemahan - pembesaran kelenjar tyroid 11. system urinaria - menurunya volume urine - oliguria - warna urine keruh - jumlah urine > 400cc/24 jam - bau urine khas ammonia 12. system seksualitas - menurunnya libido dan amenore 13. System endokrin - Riwayat DM

H. ANALISA DATA

NO. 1.

DATA DS:

ETIOLOGI

MASALAH

Glomerulopi,obstruksi Kelebihan mengatakan dan infeksi,kista ginjal volume cairan kesulitan bernafas Kehilangan fungsi -klien menyatakan ginjal kembung di daerah -Pasien

abdomen

Disfungsi glomerulus

DO: -Edema -tekanan darah tinggi -perubahan turgor kulit -distensi abdomen/asites

GFR menurun Sekresi renin Angiotensin I menjadi angiotensin II Korteks adrenal Skresi aldosteron Retensi air dan natrium Peningkatan ECF Peningkatan tekanan hidrostatik Edema

2

DS:-klien

mengatakan

Penurunan GFR Gangguan Sekresi urine menurun mual,tidak nafsu nutrisi kurang Peningkatan kadar makan dari kebutuhan -klien mengatakan BUN,kreatinin,ureum, tubuh nyeri ulu hati dan amonia DO:-klien cegukan Azotemia -muntah Rangsang nervus -porsi makan tidak dihabiskan -nafas berbau amonia

3

vagus Hipotalamus Mual muntah Anoreksia Nutrisi inadekuat DS:-klien mengatakan Edema abdomen Gangguan Penekanan pada paru sulit bernafas nafas Penurunan ekspansi / DO:-klien tampak sesak,nafas dangkal pengembangan pada -pengembangan paru paru tidak sempurna Fungsi paru inadekuat -pembesaran pada Dispepsia abdomen

pola

I. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O. 2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah. 3. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik. J. Perencanaan Keperawatan 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O) Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output Intervensi: a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital b. Batasi masukan cairan R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil

Intervensi: a. Awasi konsumsi makanan / cairan R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi b. Perhatikan adanya mual dan muntah R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi c. Beikan makanan sedikit tapi sering R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial e. Berikan perawatan mulut sering R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

3. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil Intervensi: a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret

b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2 c. Atur posisi senyaman mungkin R: Mencegah terjadinya sesak nafas d. Batasi untuk beraktivitas R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

a. Pertahankan linen kering R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit b. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera c. Anjurkan memakai pakaian katun longgar R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddart, (2002),Keperawatan Medikal Bedah,Ed 8, Vol. II,EGC : Jakarta 2. Corwin J Elizabet (2011) Buku Saku Patopisiologi,EGC : Jakarta 3. Huddak & Gallo, (1997), Keperawatan Kritis, EGC : Jakarta 4. Purwadianto (2010), Kedaruratan Medik,PT Bina Rupa Aksara : Jakarta 5. Sylvia A Prince, (2011), Patofisiologi Konsep Klinis Proses Keperawatan EGC : Jakarta 6. Tjokronegoro,arjatmo, (2010) Ilmu penyakit dalam, FKUI : Jakarta 7. Toto Suharyantho (2009), Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkermihan, Agung Wijaya,A.md Tim : Jakarta

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"

Lp Pjb.docx
October 2019 27
Lppersalinan 2019
October 2019 32
Lp Typoid Fever.docx
August 2019 36
Bronchopneumonia 2019.docx
October 2019 27