Skrotum Sepasang testis berada diluar rongga tubuh didalam skortum. Di skrotum, suhu testis adalah sekitar 2º 3ºc lebih rendah daripada suhu tubuh normal. Suhu yang lebih rendah ini penting untuk fungsi testis yang normal dan spermatogenesis atau pembentukan sperma.
PERAN KANDUNG KEMIH Kandung kemih dapat menampung fluktuasi volume urine yang besar. Dinding kandung kemih terdiri dari otot polos yang dilapisi oleh suatu jenis epitel khusus. Dahulu diperkirakan bahwa kandung kemih adalah kantong inert. Namun, baik epitel maupun otot polos secara aktif ikut serta dalam kemampuan kandung kemih mengakomodasi perubahan besar dalam volume urine. Luas permukaan epitel dapat bertambah dan berkurang oleh proses teratur daur ulang membran sewaktu kandung kemih terisi dan mengosongkan dirinya. Sewaktu pengisian kandung kemih, vesikel-vesikel sitoplasma terbungkus membrane disisipkan melalui proses eksositosis ke permukaan sel; kemudian vesikel-vesikel ini ditarik ke dalam oleh endositosis untuk memperkecil luas permukaan ketika terjadi pengosongan kandung kemih. Seperti karakteristik otot polos pada umumnya, otot kandung kemih dapat teregang sedemikian besar tanpa menyebabkan peningkatan tegangan dinding kandung kemih. Selain itu, dinding kandung kemih yang sangat berlipat-lipat menjadi rata sewaktu pengisian kandung kemih untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan. Karena ginjal terus-menerus menghasilkan urine, kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup untuk meniadakan keharusan terus menerus membuang urine. Otot polos kandung kemih banyak mengandung serat parasimpatis, yang stimulasinya menyebabkan kontraksi kandung kemih. Jika saluran melalui uretra ke luar terbuka maka kontraksi kandung kemih akan mengosongkan urine dari kandung kemih. Namun, pintu keluar dari kandung kemih dijaga oleh dua sfingter, sfingter uretra internum dan sfingter uretra eksternum. PERAN SFINGTER URETRA Sfingter adalah cincin otot yang dapat menutup atau memungkinkan jalan melalui suatu pembukaan. Sfingter uretra internum merupakan otot polos dan, karenanya, tidak berada dibawah kontrol volunter. Sfingter ini sebenarnya bukan suatu otot tersendiri, tetapi terdiri dari bagian terakhir kandung kemih. Ketika kandung kemih melemas, susunan anatomik regio sfingter uretra internum menutup pintu keluar kandung kemih. Di bagian lebih bawah saluran keluar, uretra dilingkari oleh satu lapisan otot rangka, sfingter uretra eksternum. Sfingter ini diperkuat oleh diafragma pelvis, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar panggul dan membantu menunjang organ-organ panggul. Neuron-neuron motorik yang mensarafi sfingter eksternum dan diafragma pelvis terus menerus mengeluarkan sinyal dengan tingkat sedang kecuali jika mereka dihambat sehingga otot-otot ini terus berkontraksi secara tonik untuk mencegah keluarnya urine dari uretra. Dalam keadaan normal, ketika kandung kemih melemas dan terisi, baik sfingter internum maupun eksternum menutup untuk menjaga agar urine tidak menetes. Selain itu, karena sfingter eksternum dan diafragma pelvis adalah otot rangka dan karenanya berada di bawah kontrol sadar, orang dapat secara sengaja mengontraksikan keduanya untuk mencegah pengeluaran urine meskipun kandung kemih berkontraksi dan sfingter internum terbuka. REFLEKS BERKEMIH Miksi, atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua mekanisme: refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih dimulai ketika reseptor regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250 hingga 400 mL urine sebelum tegangan di dindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan yang melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat aktivasi reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternum.
Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internum; perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi secara mekanis akan menarik terbuka sfingter internum. Secara bersamaan, sfingter eksternum melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urine terdorong melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini, yang seluruhnya adalah refleks spinal, mengatur pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah kandung kemih terisi cukup untuk memicu refleks, bayi secara otomatis berkemih. KONTROL VOLUNTER BERKEMIH Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang bersangkutan terhadap keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul sebelum sfingter eksternum secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan segera terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang dipelajari selama toilet training pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat berlangsung sesuai keinginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks miksi yang dimulai tersebut kurang sesuai untuk berkemih, yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan mengencangkan sfingter eksternum dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebrum mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif [EPSP dan IPSP]) sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urine yang keluar. Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi, sinyal refleks dari reseptor regang meningkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternum menjadi sedemikian kuat yang tidak lagi dapat diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kandung kemih secara tak-terkontrol mengosongkan isinya. Berkemih dapat juga dimulai dengan sengaja walaupun kandung kemih tidak teregang, yaitu dengan secara sadar melemaskan sfingter uretra eksternal dan diafragma pelvis. Dengan merendahkan rongga dasar pelvis, kandung kemih jatuh ke bawah, yang secara bersamaan menarik sfingter uretra interna terbuka dan meregangkan dinding kandung kemih. Aktivasi lebih lanjut reseptor regang menyebabkan kontraksi kandung kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih yang disadari juga dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Hasil dari peningkatan tekanan intraabdominal memeras kandung kemih untuk memudahkan pengosongannya.