Rachel Gefilem (102016153).docx

  • Uploaded by: Sarah Claudia Yosephine Simanjuntak
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rachel Gefilem (102016153).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,455
  • Pages: 16
Proses Remodeling Tulang yang Faktur pada Anak Bryan Jeremiah Fiady Simanjuntak, Carolina, Ayu Chandriasih Keintjem, Olivia Sarah Kadang, Rachel Gefilem, Sarah Claudia Yosephine Simanjuntak, William Wibowo Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia

Abstrak Tubuh manusia tersusun atas tulang dan otot dimana tulang sendiri merupakan bagian yang menyatuh dengan otot.Tulang kaki sendiri atau yang di kenal dengan os pedis memiliki yang fungsi yang sangat penting bagi kita yaitu menopang keseluruhan tubuh kita, faktur pada tulang pedis pada usia anak akan mengalami remoding yang dimana terjadi proses osifikasi intramembranosa dan osifikasi endokondral dan proses remodeling tulang yang fraktur dapat di percepat dengan pemberian vitamin D dan kalsium. Kata kunci: Remodeling, faktur, vitamin D, kalsium Abstract The human body is composed of bones and muscles where the bone itself is an integral part of the muscle. leg bone itself or in the know with os pedis has a very important function for us is that sustains the whole of our body, the invoice on the bone pedis at the age of the child will experience remoding that which occurs the process of ossification intramembranosa and endochondral ossification and remodeling of bone fractures may upregulated by vitamin D and calcium. Keywords: Remodeling, fractures, vitamin D, calcium

Pendahuluan Tubuh manusia tersusun atas tulang dan otot dimana tulang sendiri merupakan bagian yang menyatuh dengan otot. Pada bagian tubuh kita sendiri tulang kaki menjadi titik topangan pada tubuh kita hal ini di sebabkan karena keseluruhan berat badan kita ketika kita melakukkan aktivitas seperti berjalan atau pun menari di topang oleh tulang kaki yang merupakan bagian ekstermitas inferior. Tulang kaki sendiri atau yang di kenal dengan os pedis memiliki yang fungsi yang sangat penting bagi kita dalam beraktivitas, proses pembentukan dari tulang pedis sendiri sama dengan proses pada pembentukan pada umumnya yang terjadi pada tulang- tulang di tubuh kita yaitu adanya proses osifikasi intramembranosa dan endokondral. Os. Pedis juga mengalami proses repsorsi yang merupakan aktifitas dari salah satu penyusun

tulang yaitu osteoklas. Faktur atau patah pada os. Pedis menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas. Oleh sebab itu jurnal ini ditulis dengan maksud agar pembaca dapat memahami kerusakan yang terjadi pada tulang dan proses remodeling atau perbaikan pada tulang yang dimana pada proses pemulihan terjadi juga proses pembentukan tulang yaitu osifikasi endokondral serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi percepatan proses remodeling tulang

Struktur Tulang 1. Makroskopik 0ssa Pedis Ossa pedis : ossa tarsalia, ossa metatarsali dan phalanges1

Gambar 1: Tulang Pedis di lihat dari sisi plantar dan dorsal1

Osso Tarsa/is Ossa tarsalia terdiri atas calcaneus, talus, os naviculare, os cuboideum, dan tiga buah os cuneiforme. Hanya talus yang bersendi dengan tibia dan fibula pada articulation talocruralis (sendi pergelangan kaki). 1

Gambar 2: Tulang tarsal ( Calcaneus, talus, naviculare, cuboideum,dan cuneiforme)1

1. Colconeus Calcaneus adalah tulang terbesar kaki dan membentuk tumit yang menonjol . Di atas os calcaneus bersendi dengan talus dan di depan dengan os cuaboideurn. Caicaneus mempunyai enam facies (permukaan). 2. Talus Talus bersendi di atas dengan tibia dan fibula, di bawah dengan os calcaneus, dan di depan dengan os naviculare. Tulang ini mempunyai caput, collum, dan corpus. Caput tali mengarah ke distal dan mempunyai facies articularis yang cembung dan berbentuk oval unfuk bersendi dengan os naviculare. Facies articularis ini berlanjut pada facies inferiornya, di mana bagian ini di belakang terletak di atas sustentaculum tali dan di depan terletak di atas ligamentum calcaneonaviculare. Collum tali terletak postedor terhadap caput dan sedikit menyempit. Permukaan atasnya kasar dan menjadi tempat perlekatan ligamenta, dan permukaan bawahnya memperlihatkan alur yang dalam disebut sulcus tali. Sulcus tali dan sulcus calcanei condylus lateralis caput fibulae M. soleus pada kaki yang terartikulasi membentuk terowongan, sinus tarsi, yang ditempati oleh ligamentum talocalcaneum interosseum yang kuat. Corpus tali berbentuk kuboid. Facies superiomya bersendi dengan ujung distal tibia; bagian ini cembung dari depan ke belakang dan sedikit cekung pada sisisisinya. Pada facies lateraiisnya terdapat facies articularis yang berbentuk segitiga untuk

bersendi dengan malleolus lateralis fibulae. Pada facies medialisnya terdapat facies articularis kecil, berbentuk koma untuk bersendi dengan malleolus medialis tibiae. Facies posterior ditandai oleh dua tuberculum kecil yang dipisahkan oleh sulcus tendinis musculi flexoris hallucis longi. Terdapat banyak ligamentum penting yang melekat pada talus, namun tidak ada satupun otot yang melekat pada tulang ini. Ossa tarsalia lainnya harus diidentifikasi dan ciri-ciri penting berikut ini perlu diperhatikan.

3. Os Naviculare Tuberositas ossis navicularis dapat dilihat dan dipalpasi pada pinggir medial kaki lebih kurang 1 inci (2,5 cm) di depan dan bawah malleolus medialis; serta memberikan tempat perlekatan untuk bagian utama tendo musculus tibialis posterior. 4. Os Cuboideum Terdapat alur yang dalam pada aspek inferior os cuboideum (untuk tempat tendo muscuius peroneus longus. 5. Os Cuneiforme Ketiga tulang-tulang kecil berbentuk baji bersendi di proximal dengan os naviculare dan di distal dengan ketiga os metatarsale yang pertama. Bentuk bajinya berperan penting dalam membentuk dan mempertahankan lengkung transversal kaki. Penulangan ossa tarsalia, berbeda dari ossa carpalia lainnya, telah dimulai sebelum lahir. Pusat osifikasi untuk calcaneus dan talus, juga sering untuk os cuboideum telah ada pada waktu lahir. Pada usia 5 tahun osifikasi terjadi di semua ossa tarsalia. Osso Metotorsalia dan Pholonges Ossa metatarsalia dan phaianges menyerupai ossa metacarpalia dan phalanges pada tangan, dan masing-masing mempunyai caput di distal, corpus, dan basis di proximal. Kelima os metatarsale diberi nomor dari sisi medial ke lateral. Os metatarsale pertama besar dan kuat

dan berperan penting dalam menunjang berat badan. Pada aspek inferior caput terdapat alur oleh os sesamoid medial dan lateral yang terdapat di dalam tendo muscuius flexor hallucis brevis. Os metatarsale kelima mempunyai tuberculum yang menonjol pada basisnya, yang dengan mudah dapat diraba di sepanjang pinggir lateral kaki. Tubercuium ini merupakan tempat perlekatan tendo musculus peroneus brevis. Masing-masing jari kaki mempunyai tiga phalanx, kecuali ibu jari kaki yang hanya mempunyai dua phalanx.1

Mikroskopik Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga struktur berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat dalam tengkorak dan rongga dada, dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibenfuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfa Dan ion lain, yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting tersebut dalam cairan fubuh. Selain itu, tulang membentuk suafu sistem pengungkit yang melipat gandakan kekuatan yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh. Jaringan bermineral ini memberi fungsi mekanis dan metabolik pada kerangka. Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antar sel berkapur, yaitu matriks tulang, dan tiga jenis sel:2 1. Osteosit yang terdapat dalam rongga-rongga (lakuna) di antara lapisan (lamela) matriks tulang. 2. Osteoblas yang menyintesis unsur organik matriks. 3. Osteoklas yang merupakan sel raksasa multinukleus yang terlibat dalam resorpsi dan remodeling jaringan tulang.

Gambar 3: Komponen Tulang2

Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur, pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi melalui kanalikuli (L. canalis, saluran), yang merupakan celah-celah silindris halus, yang menerobos matriks. Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan- lapisan jaringan yang mengandung sel-sel osteogenik- endosteum pada permukaan dalam dan periosteum pada permukaan luar.

1. Osteoblast

Gambar 4: osteoblast dan osteosit2

Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan- lapisan jaringan yang mengandung sel-sel osteogenik- endosteum pada permukaan dalam dan periosteum pada permukaan luar. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks, osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik paja sitoplasmanya akan berkurang. Aktivitas osteoblas dirangsang oleh hormone paratiroid (PTH). Matriks disekresi pada permukaan sel, yang menempei pada matriks tulang yang lebih 'tua,, dan menghasllkan lapisan matriks baru (tetapi belum berkapur), yang disebut osteoid, di antara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentu. Proses pertumbuhan aposisional tulang di tuntaskan dengan pengendapan garam garam kalsium ke dalam matriks yang baru terbentuk.2

2. Osteosit

Gambar 5: Osteosit2

Setiap osteoblas secara bertahap dikelilingi oleh produk sekresinya sendiri dan menjadi osteosit yang terselubung sendiri-sendiri dalam ruang yang disebut lakuna. Pada transisi dari osteoblas menjadi osteosit, sel menjulurkan banyak tonjolan sitoplasma panjang, yang juga diselubungi oleh matriks berkapur. Suatu osteosit dan prosessusnya menempati setiap lakuna dan kanalikuli yang menyebar darinya. Dan osteosit berrfungsi unrukk mempertahankan matriks tulang.2

3. Osteoklas

Gambar 6: Osteoklas2

Ukuran yang besar dan inti yang multipel pada osteoklas terjadi karena asalnya dari pengabungan sel yang berasal dari sumsum tulang. Di area terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat di dalam lekukan atau kriptus yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai resorption bays (dulu disebut lacuna Howship). Pada osteoklas yang aktif, permukaan yang menghadap matriks tulang terlipat secara iregular, yang membenfuk batas bergelombang (ruffled boriler). Pembentukan batas bergelombang tersebut

berhubungan dengan aktivitas osteoklas. Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma terang yang kaya akan filamen aktin dan merupakan tempat adhesi osteoklas pada matriks tulang. Zona adhesi sirkumferensial ini menciptakan lingkungan mikro di antara osteoklas dan matriks tempat terjadinya resorpsi tulang . Osteoblas yang diaktifkan oleh PTH akan memproduksi suatu sitokin yang disebut faktor perangsang osteoklas. Jadi, aktivitas kedua sel tersebut terkoordinasikan dan keduanya penting pada remodeling tulang2

4. Matriks Material organik yang terbenam dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansi dasar, yang mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein multiadhesif spesifik, termasuk osteonektin. Glikoprotein pengikat-kalsium, terutama osteokalsiry dan fosfatase yang dilepaskan di vesikel matriks oleh osteoblas meningkatkan kalsifikasi matriks. Jaringan lain yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung glikoprotein tersebut. Karena kandungan kolagennya yang tinggi, matriks tulang yang mengalami dekalsifikasi biasanya bersifat asidofilik. Gabungan mineral dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, tetapi menjadi fleksibel seperti sebuah tendon.2

5. Periosteum dan endosteum

Gambar 7: Periosteum dan Endosteum2

Permukaan luar dan dalam tulang ditutupi lapisan se1-se1 pembentuk-tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum. Periosteum terdiri atas lapisan luar berkas kolagen dan fibroblas. Berkas serat kolagen periosteum, yang disebut serat perforata (atau serat Sharpey), memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang. Lapisan dalam periosteum mengandung sel punca mesenkimal yang disebut sel osteoprogenitor, yang berpotensi

membelah

melalui

mitosis

dan

berkembang

meniadi

osteoblas.

Se1

osteoprogenitor berperan penting dalam pertumbuhan dan perbaikan tulang. Endosteum melapisi rongga-dalam di dalam tulang. Endosteum merupakan selapis sel jaringan ikat yang sangat tipis, yang berisi osteoblas dan osteoprogenitor gepeng yang melapisi trabekula atau spikula kecil tulang yang berprojeksi ke dalam rongga tersebut. Jadi, endosteum secara bermakna lebih tipis daripada periosteum. Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi nutrisi pada jaringan tulang dan menyediakan osteoblas baru secara kontinu unfuk perbaikan atau pertumbuhan tulang.2

Jenis tulang

Gambar 8: Tulang kompak atau berongga ( sponglosa atau trabecular)2

Observasi umum potongan melintang tulang memperlihatkan area-area padat tanpa rongga yang sesuai dengan tulang kompakta (padat) dan area-area dengan banyak rongga yang saling berhubungan-yang sesuai dengan tulang spongiosa (berongga). Namun di bawah mikroskop, baik tulang kompakta maupun trabekula yang memisahkan ruang-ruang tulang berongga, memiliki struktur histologis dasar yang sama. Pemeriksaan mikroskopik tulang memperlihatkan dua jenis: tulang primer imatur dan tulang sekunder matur.2

Gambar 9: Tulang Primer (anyaman) dan sekunder (lameral)

1. Jaringan tulang primer Tulang primer adalah jaringan tulang primer yang tampak pada perkembangan embrio dan pada perbaikan fraktur. Tulang ini ditandai dengan disposisi acak serat kolagen halus sehingga sering disebut tulang anyaman (zuoaen bone). Jaringan tulang primer umumnya bersifat sementara dan akan diganti oleh jaringan tulang sekunder pada orang dewasa, kecuali pada sedikit tempat di tubuh, misalnya dekat sutura calvaria, di alveolus dentalis, dan pada insersi beberapa tendo.2

2. Jaringan tulang sekunder

Gambar 10: Sebuah Osteon2

Jaringan tulang sekunder adalah jenis jaringan yang biasanya dijumpai pada orang dewasa. Jaringan tersebut secara khas memperlihatkan berbagai lapisan matriks berkapur (masing-masing dengan tebal3-7 prm) dan sering disebut sebagai tulang lamelar. Lamela tersebut cukup tersusun baik secara pararel satu sama lain atau konsentris di sekeliling kanal vaskular. Setiap kompleks lamela tulang konsentrik yang mengelilingi suatu kanal kecil yang

mengandung pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar, disebut osteon (dulu dikenal sebagai sistem Havers. Lakuna dengan osteosit ditemukan di antara 1amela, yang saling dihubungkan dengan kanalikuli yang memungkinkan semua sel berkontak dengan sumber nutrien dan oksigen di kanal osteonik Tepi luar setiap osteon merupakan suatu lapisan yang lebih kaya akan kolagen, yang disebut garis semen (cement line). Di setiap lamela, serat kolagen tipe I tersusun secara parallel dan mengikuti bentuk heliks. NamurL sudut heliks tersebut berbeda untuk lamela yang berbeda pula sehingga di setiap titik, serat dari 1ame1a yang berdekatan berpotongan kira-kira dalam arah tegak lurus. Susunan serat kolagen spesifik pada lamela yang berurutan di setiap osteon sangat penting untuk kekuatan tulang sekunder yang besar. Pada tulang kompakta (misalnya, diafisis tulang panjang), lamela memiliki susunan khas yang terdiri atas berbagai lamela sirkumferens luar dan sering beberapa lamela sirkumferens dalam. Lamela sirkumferens dalam terletak di sekitar rongga sumsum, dan lamela sirkumferens luar terdapat tepat di bawah periosteum. Di antara osteon di antara kedua sistem sirkumferensial tersebut, terdapat banyak kelompok lamela paralel berbenluk lregular, yang disebut lamela interstisial. Struktur tersebut merupakan lamela yang tersisa dari osteon yang sebagian dihancurkan oleh osteoklas selama pertumbuhan dan remodeling tulang. Remodeling tulang terjadi secara kontinu seumur hidup dan melibatkan kombinasi sintesis dan penghancuran tulang.2

Pembentukan Tulang Tulang dapat dibentuk dengan 2 cara: mineralisasi langsung dari matriks yang disekresi osteoblas (osifikasi intramembranosa) atau oleh deposisi matriks tulang pada matriks tulang rawan yang sudah ada (osifikasi endokondral).2 Osifikasi intramembranosa, yang terjadi pada kebanyakan tulang pipih, disebut demikian karena terjadi di dalam kondensasi jaringan mesenkim. Tulang frontal dan parietal tengkorak, selain bagian tulang oksipital dan temporal dan mandibula serta maksila, dibentuk melalui osifikasi intramembranosa. Proses ini juga ikut dalam pertumbuhan tulang-tulang pendek, dan penebalan tulang panjang. Pada lapisan kondensasi mesenkim, titik awal osifikasi disebut pusat osifikasi primer. Proses diawali saat sekelompok sel berkembang menjadi osteoblas. Osteoblas menghasilkan matriks tulang dan diikuti kalsifikasi, berakibat sebgaian osteoblas dibungkus simpai, yang kemudian menjadi osteosit. Pulau-pulau pembentukan tulang ini membentuk dinding yang membatasi rongga-rongga panjang yang berisi kapiler, sel sumsum

Gambar 12: Osifikasi Intramembranosa2

tulang, dan sel-sel prakembang. Beberapa kelompok demikian hampir serentak muncul di pusat osifikasi sehingga penyatuan dinding menghasilkan struktur mirip spons pada tulang. Jaringan ikat yang tertinggal di antara dinding tulang disusupi pembuluh darah dan sel mesenkim tambahan, yang akan membentuk sel-sel sumsum tulang.2 Pusat-pusat osifikasi tulang tumbuh secara radial dan akhirnya menyatu, yang akan menggantikan jaringan ikat asal. Ubun-ubun bayi yang baru lahir, misalny, merupakan daerah lunak pada tengkorak yang sesuai dengan bagian jaringan ikat yang belum mendapat osifikasi. Pada tulang pipih tengkorak terdapat lebih banyak pembentukan tulang daripada resorpsi tulang pada permukaan dalam maupun luar. Jadi, 2 lapisan tulang kompakta (lempeng dalam dan luar) terbentuk, sedangkan bagian pusat (diploe) tetap mempertahankan ciri sponsnya. Bagian lapisan jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan endosteum dan periosteum di tulang intramembranosa.2 Osifikasi endokondral terjadi dia dalam sepotong tulang rawan hialin yang bentuknya mirip miniatur tulang yang akan dibentuk. Jenis osifikasi ini pada dasarnya bertanggung jawab atas pembentukan tulang panjang dan pendek.2

Gambar 13: Osifikasi Endokondral2

Tulang rawan epifisi dibagi dalam 5 zona, yang dimulai dari sisi epifisis tulang: (1) Zona istirahat, terdiri atas tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologi dalam sel, (2) Dalam zona proliferasi, kondrosit cepat membelah dan tersusun dalam kolom-kolom sel secara paralel terhadap sumbu panjang tulang. (3) Zona hipertrofi tulang rawan mengandung kondrosit besar yang sitoplasmanya telah menimbun glikogen. Matriks yang telah diresorpsi hanya tersisa berupa septa tipis di antara kondrosit. (4) Zona kalsifikasi tulang rawan, kondrosit mati, septa tipis matriks tulang rawan mengalami pengapuran (kalsifikasi) dengan mengendapnya hidroksi apatit. (5) Di zona osifikasi, muncul jaringan tulang endokondral. Kapiler darah dan sel-sel osteoprogenitor yang dibentuk melalui mitosis sel, berasal dari invasi periosteum ke rongga yang ditinggalkan kondrosit. Sel osteoprogenitor membentuk osteoblas, yang tersebar membentuk lapisan tidak utuh di atas septa matriks tulang rawan berkapur. Akhirnya, osteoblas meletakkan matriks tulang di atas matriks tulang rawan 3 dimensi yang berkapur.2 Sebagai kesimpulan, pertumbuhan memanjang tulang-tulang panjang terjadi melalui proliferasi kondrosit dalam lemperng epifisis di dekat epifisis. Pada waktu yang sama, kondrosit sisi diafisis dari lempeng mengalami hipertrofi; matriksnya mengalami perkapuran, dan sel-selnya mati. Osteoblas meletakkan selapis tulang primer pada matriks yang berkapur itu. Karena kecepatan kedua kejadian yang berlawanan ini (proliferasi dan destruksi) kurang lebih sama, tebal lempeng epifisis tidak banyak berubah. Bahkan, lempeng epifisis didesak menjauhi bagian diafisis sehingga tulang tersebut bertambah panjang.2

Gambar 13: Osifikasi Tulang

Pertumbuhan, Remodeling dan Perbaikan Tulang Pertumbuhan tulang umumnya disertai resorpsi parsial jaringan yang ada dan sekaligus peletakan tulang baru (yang melampaui laju kehilangan tulang). Proses ini memungkinkan bentuk tulang dipertahankan selama pertumbr-rhan tulang. Laju remodeling (pergantian tulang) sangat aktlf pada anak anak, yang dapat berlangsung 200 kali tebih cepat dari pada laju remodeling pada orang dewasa. Tulang tengkorak terutama tumbuh akibat pembentukan jaringan tulang oleh periosteum antara sutura dan pada permukaan eksternal tulang. Pada saat yang sama, resorbsi berlangsung pada permukaan internal tulang. Plastisitas tulang memungkinkannya berespons terhadap pertumbuhan otak dan membentuk tengkorak dengan ukuran yang adekuat. Tengkorak akan kecil jika otak tidak berkembang sempurna dan akan lebih besar dari normal Pada orang yang mengalami hidrosefalus, suatu kelainan yang ditandai penimbunan cairan spinal secara abnormal dan dilatasi ventrikel otak. Karena mengandung se1 punca osteoprogenitor di seluruh endosteum dan periosteum serta memiliki suplai darah yang ekstensif, tulang memiliki kapasitas yang baik untuk perbaikan dan regenerasi. Fraktur tulang dan kerusakan lain diperbaiki secara efisien dengan menggunakan sel dan Proses yang sudah berlangsung aktif p ada remo d elin g tulang. Celah yang terbentuk akibat pembedahan dapat diisi dengan tulang baru, terutama saat jaringan periosteum tetap berdekatan.

Peran Vitamin D dan Kalsium dalam Proses Remodeling Tulang Tulang sensitif terhadap faktor nutrisi khususnya selama masa pertumbuhan. Defisiensi kalsium berakibat kalsifikasi yang tidak sempurna di matriks tulang organik, akibat kekurangan kalsium dalam diet atau akibat

kegagalan produksi vitamin D, prohormon

steroid yang penting untuk absorpsi Ca2, dan pO13 oleh usus halus. Defisiensi kalsium pada anak berakibat rakitis (rickets), suatu penyakit dengan pengapuran matriks tulang yang abnormal dan lempeng epifisis mengalami distorsi oleh beban normal tubuh dan aktivitas otot. Akibatnya, proses osifikasi pada tingkat ini terhambat, dan tulang tidak saja tumbuh lebih lambat tetapi juga mengalami deformitas. Defisiensi kalsium pada orang dewasa berakibat osteomalasia (osteon + Yun. malakia, Iunak), yang ditandai dengan defisiensi kalsifikasi pada tulang yang baru terbentuk dan dekalsifikasi parsial pada matriks yang sudah mengapur. Osteomalasia jangan disalahlafsirkan dengan osfeoporosis. Pada osteomalasia, terdapat penurunan kadar kalsium per unit matriks tulang. Osfeoporosls, yang sering ditemukan

pada

pasien

imobil

dan

pada

wanita

pascamenopause,

merupakan

ketidakseimbangan pergantian kerangka sehingga resorpsi tulang melampaui pembentukan tulang.

Pembahasan Pada skenario 11 dikatakan bahwa anak berusia 10 tahun mengalami fraktur pada kakinya dimana dari umur sang anak kita dapat mengetahui tulang kaki pada sang anak masih mengalami pertumbuhan dan memiliki kemampuan remodeling 200 kali lebih cepat dari proses remodeling orang dewasa. Bila tulang mengalam fraktur pembutuh darah mengalami kerusakan dan sel-sel tulang yang berdekatan dengan daerah fraktur akan mati. Pembuluh darah yang rusak menimbulkan perdarahan setempat dan membentuk bekuan darah. Bekuan darah segera diangkut oleh makrofag dan matriks tulang yang berdekatan diresorbsi oleh osteoklas. Periosteum dan endosteum di sekitar fraktur berespons dengan proliferasi intensif yang menghaslkan jaringan yang mengelilingi fraktur dan menyusup di antara ujung - ujung tulang yang patah.

Tulang primer lalu dibentuk melalui osifikasi endokondral dan intramembranosa. Perbaikan

selanjutnya menghasilkan trabekula yang tak teratur di tulang primer, yang sementara menyatukan kedua ujung tulang yang patah, dan membentuk kalus tulang yang keras. Gambar 14: Proses pemulihan pada tulang yang fraktur2

Stres-stres pada tulang selama pemulihan dan selama kembalinya aktivitas pasien secara berangsur akan mengubah model kalus tulang. Tulang primer dikalus secara berangsur akan diresorpsi dan diganti oleh jaringan sekunder, yang menimbulkan remodeling dan memutihkan struktur asli tulang. Berbeda dengan jaringan ikat lain, jaringan tulang menyembuh tanpa membentuk jaringan parut. Selain itu kalsium dan vitamin D yang di berikan kepada sang anak akan berperan besar pada proses pemulihan. Vitamin D sendiri di perbanyak karena memiliki peran dalam menyerap kalsium yang ada di usus sebagai pemasokan kalsium yang ada di tulang.3 Dan kalsium sendiri klasifikasi tulang dimana apabila sang anak di berikan kalsium yang membantu proses pemulihan tulang dan mencegah terjadinya pembentukan matriks kapur yang abnormal yang bisa menyebabkan distorsi oleh beban tubuh dan kerja otot dan juga proses pemulihan tulang di lakukan secepat mungkin untuk penangannya karena akibat lain dari fakturnya tulang adalah atropinya otot pada kaki sang anak karena di sebabkan tidak digunakannya otot- otot tersebut.4 Kesimpulan Proses remodeling pada tulang dapat di percepat dengan pemberian vitamin D yang berfungsi sebagai penyerap kalsium di usus dan juga kalsium dalam proses pembentukan matriks kapur di dalam tulang. Pada anak-anak yang mengalami masa pertumbuhan, tulang mereka terus mengalami remodeling atau peremajaan tulang, dengan dibantu oleh vitamin D dan kalsium maka pemulihan karena terjadinya fraktur atau patah tulang dapat mempermudah penyembuhan. Daftar Pustaka 1. Snell R S. Anatomi klinis berdasarkan system.. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012. 2. Mescher AL. Histologi dasar junqueira teks dan atlas.Jakarta : Buku Kedokteran EGC;2012 3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2012. 4. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2000.

Related Documents

Rachel
November 2019 31
Rachel
April 2020 21
Rachel
November 2019 27
Rachel Corrie
November 2019 12
Rachel Monmouth
October 2019 17

More Documents from ""