Biokimia Kelompok 4.docx

  • Uploaded by: Fadilla Yuwantri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Biokimia Kelompok 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,164
  • Pages: 25
MAKALAH URINE

Disusun oleh Kelompok 4 : 1. Amreza Maula

6. Senorita Bonita

2. Margareta Linda PR

7. Tara Melinia

3. Noviana ulli Sitinjak

8. Ulfa Azzahra

4.Revi Permata Sari

9. Wayan Arye Suganda

5. Rony Presetyo

10. Yerika Wulandari

Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan Keperawatan Prodi D-IV KEPERAWATAN TA. 2018/2019

KATA PENGANTAR Segala puji & syukur kita haturkan kepada Allah Ta’ala, semesta alam. Shalawat dalam salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW., kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang baik hingga hari hisab. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Urine” ini guna memenuhi tugas mata kuliah Biokimia.

Bandar Lampung, Februari 2019

Penyusun,

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................

i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang .............................................................................................................. 1 B. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1 C. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN A. Bakteri di Urine .................................................................................................................... 2 B. Jenis – jenis Bakteri ..................................................................................................... 3 C. Pemeriksaan Warna Urin ............................................................................................. 6 D. Penyakit yang dapat diperiksa melalui sampel urine ................................................... 9 E. Tindakan Perawat......................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................. …. 17 B. Saran ....................................................................................................................... …. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebiham urine dari penyaringan unsur-unsur plasma (Frandson, 1992). Urine atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhimya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Ningsih, 2012). Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).

B. Tujuan Penulisan 1) Untuk meningkatkan pemahaman tentang bakteri yang ada di urine. 2) Untuk meningkatkan pemahaman tentang penyakit apa saja yang dapat diperiksa melalui sampel urine, tanda & gejalanya, serta penatalaksanaannya.

C. Rumusan Masalah 1) Apa saja bakteri yang terdapat di dalam urine? 2) Apa saja penyakit yang dapat diperiksa melalui sampel urin? Bagaimana tanda & gejalanya, serta penatalaksanaannya? 4

5

BAB II PEMBAHASAN

A. Bakteri di Urine Identifikasi bakteri dalam

urin

biasanya digunakan untuk

mengetahui ada

atau tidaknya bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih bakteri penyebab infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif. Bakteri yang biasanya terdapat dalam urine antara lain : 1. Kelompok Enterobacteriaceae, seperti : a. Escherichia coli b. Klebsiella pneumoniae c. Enterobacter aerogenes d. Proteus e. Providencia f. Citrobacter 2. Pseudomonas aeruginosa 3. Acinetobacter 6

4. Enterokokus faecalis 5. Stafilokokus sarophyticus

7

B.Jenis – Jenis Bakteri di Urine 1. Enterobacteriaceae Enterobacteriaceae adalah kuman yang hewan, tanah,

air dan dapat

hidup

diusus besar

manusia dan

pula ditemukan pada komposisi material.

Sebagian kuman enterik ini tidak

menimbulkan penyakit pada

host

(tuan

rumah) bila kuman tetap berada di dalarn usus besar, tetapi pada keadaankeadaan dimana terjadi perubahan pada host atau memasuki bagian tubuh

yang

bila ada kesempatan

lain, banyak diantara kuman ini mampu

menimbulkan penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia. Contoh Enterobacteria yang menyebabkan infeksi saluran kemih : a. Escherichia coli Kuman ini

berbentuk batang pendek, gemuk, gram-negatif, tak

bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora. Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria.

N yeri pinggang berhubungan dengan infeksi

saluran kemih bagian atas. Tak satupun dari gejala atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E. coli. b. Klebsiella Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir saluran napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak, bersimpai, tumbuh 8

pada perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar yang daya lekatnya berlainan. c. Enterobacter aerogenes Organisme ini mempunyai simpai yang seperti dalam saluran usus,

kecil,

dapat

hidup

bebas

serta menyebabkan saluran kemih dan

sepsis. Infeksi saluran kemih terjadi melalui infeksi nosokomial. d. Proteus Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat

menyebabkan

infeksi saluran kemih atau kelainan bemanah seperti abses, luka,

infeksi telinga atau

menyebabkan infeksi pada

infeksi

saluran napas. Spesies proteus dapat manusia hanya

bila

bakteri itu

meninggalkan saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakterimia, pneumonia dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada penderita yang menerima infus intr avena. e. Providencia Spesies

Providensia

alcalifaciens

( Providencia

rettgeri,

Providencia

dan Providencia stuartii) adalah anggota flora

usus

normal. Semuanya menyebabkan infeksi saluran kemih dan sering resisten terhadap pengobatan antimikroba. f. Citrobacter Citrobacter dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan sepsis.

2. Pseudomonas aeroginosa 9

Umumnya mempunyai flagel

polar, tetapi

kadang-kadang 2-3

flagel. Bila

tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir polisakarida ekstraseluler Struktur dinding gel sama

dengan famili Enterobacteriaceae.

Strain yang diisolasi dari bahan klinik sering mempunyai phili untuk perlekatan pada permukaan gel dan memegang peranan penting dalam

resistensi

terhadap fagositosis. P.aeroginosa tumbuh baik pada suhu 3-42°C. Tumbuh pada

suhu

42°C

membantu membedakan spesies ini

dari

spesies

Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak meragi karbohidrat, tetapi

banyak strain

yang

mengoksidasi glukosa. Pengenalan biasanya

berdasarkan morfologi koloni, sifat oksidase positif, adanya daya pigmen yang khas dan pertumbuhannya pada suhu 42°C untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dengan yang lain.

3. Acinetobacter Acinetobacter calroaceticus adalah spesies bakteri gram-negatif aerob yang tersebar luas ditanah dan air dan kadang-kadang dapat dibiakkan dari kulit, selaput mukosa dan sekresi. Acinetobacter biasanya tampak berbentuk kokobasil atau kokus, bakteri ini menyerupai neisseria pada sediaan apus, karena bentuk diplokokus banyak terdapat dalam cairan tubuh dan pada perbenihan padat. Ada yang berbentuk batang dan kadang-kadang bakteri tampak bersifat gram positif.

4. Streptococcus Kokus tunggal berbentuk bulat

atau

bulat

telur,

tersusun dalam

bentuk

rantai. Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. 10

Anggota rantai sering tampak sebagai diplokokus dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang.

5. Enterococcus faecalis Terdapat sedikitnya 12 spesies enterokokus. Enterococcus faecalis merupakan yang paling sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus. Enterokokus adalah yang infeksi nosokomial, terutama pada

unit

paling sering

menyebabkan

perawatan. Enterokokus kadang-

kadang ditularkan melalui melalui alat-alat kedokteran. Pada pasien tempat yang paling sering terkena infeksi adalah saluran kemih, luka tusuk dan saluran empedu dan darah.

6. Stafilococcus saprophyticus Stafilokokus novobiosin,

secara

khas

tidak

berpigmen,

resisten

terhadap

dan nonhemolitik; bakteri ini menyebabkan infeksi saluran kemih

pada wanita muda.

C.Pemeriksaan Warna Urine Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urine yaitu pemeriksaan sedimen urine. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.Urine yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. 11

Warna urine normal adalah kuning muda atau kuning jerami, jernih. Pada produksi urine yang banyak, berat jenisnya antara 1.015 - 1.030 tergantung pada konsentrasi bahan solid yang larut dalam urine. bila produksi urine sedikit, maka urine menjadi pekat dan berat jenisnya naik, sedangkan warnanya lebih gelap. bila berat jenisnya turun, berarti urine lebih encer dan menjadi tidak bewarna, seperti yang terjadi pada diabetes insipidus. Urine normal agak asam atau pH nya kurang dari 7. Urine normal mengandung urea, kreatinin, asam urat, garam, pigmen empedu, dan asam oksalat. bila urine normal ini disimpan, maka akan bereaksi menjadi bersifat alkalis, karena urea diubah menjadi amonia. Urine dikatakan tidak normal apabila mengandung albumin, gula, aseton, nanah, ataupun butir darah, serta kast positif. Dalam keadaan normal, seseorang akan membuang air kecil setiap 3 - 4 jam. 1. Warna Merah a. Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan saluran kencing b. Oleh karena obat tertentu. c. Karena zat warna dari makanan tertentu, misal biet, senna, robarber.

2. Warna Jingga

a. Zat warna empedu. b. Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin. 3. Warna Kuning a. Urine pekat. 12

b. Keberadaan urobilin dan bilirubin. c. Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif. 4. Warna Hijau a. Keberadaan biliverdin. b. Keradaan bakteri pseudomonas c. Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif. 5. Warna Biru Karena patologis Deuretika tertentu. 6. Warna Coklat a. Keberadaan hematin asam, mioglobin dan zat warna empedu b. Obat-obat nitrofurantioin, levodova. 7. Warna Hitam a. Keberadaan melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol. b. Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol . Urine yang berwarna coklat disertai buih biasanya disebabkan oleh penyakit liver atau saluran empedu. Pemeriksaan urine di bawah mikroskop dilakukan untuk mengetahui apakah ada butir darah merah maupun butir darah putih, sel epithel, bakteri, jamur, dan kristal.

13

Jenis sampel urine : 1. Urine sewaktu / urine acak (random). Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin. 2. Urine pagi Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine. 3. Urine tampung 24 jam Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus -menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar ber volume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene. 14

D. Penyakit yang dapat diperiksa melalui sampel urine 1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Infeksi saluran kemih didefinisikan sebagai presentasi klinis dari mikroorganisme dalam urin yang melebihi batas ambang normal mikroorganisme tersebut, yang berpotensi menginvasi pada jaringan dan struktur saluran kemih (dipiro et al, 2005).

Seseorang bisa dikatakan mengalami infeksi saluran kemih pada saluran kemihnya bila jumlah bakteri di dalam urinnya lebih dari 100.000/mL urin. Namun pada beberapa pasien wanita, bisa dikatakan infeksi meskipun jumlah bakterinya kurang dari 100.000/mL urin (Dipiro et al, 2005).

Urinary Tract Infection (UTI) atau lebih dikenal Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan masalah yang banyak dijumpai dalam praktek klinis. Menurut saluran yang terkena maka

ISK

dapat

dibedakan

menjadi

bagian

atas (pielonefritis) dan bagian

bawah (sisititis, prostatitis, uretritis) (Tisher dan Wilcox, 1997). Rute infeksi bakteri pada ISK diketahui sebagai berikut: 1. Asenden Seperti pada dugaan masuknya bakteri tinja ke dalam kandung kencing melaluri uretra wanita atau ke dalam ginjal melalui ureter 2. Hematogen Seperti pada infeksi Staphylococcus pada korteksi ginjal 15

3. Perluasan langsung Seperti pada sistitis terkait dengan fistula enterovesika (Shulman et al, 1994). Pada wanita, pendeknya uretra dan berdekatannya antara uretra dan daerah perirektal menyebabkan kolonisasi dari uretra. Bakteri dapat memasuki kantung kemih melalui uretra. Setelah berada di kantung kemih, organisme akan membelah diri dengan cepat dan dapat bergerak keatas menuju ginjal melalui ureter. Bakteriuria

hanya

mengkonfirmasi

menentukan tempat

adanya

bakteri

dalam

kandung kencing, untuk

infeksi yang lebih tepat, penelitian menetapkan tempat-tempat yang

bisa mempresentasikan tempat adanya infeksi dari bakteri di tempat infeksi dengan beberapa metode, yaitu: a. Katerisasi ureter b. Pencucian kandung kencing c. Deteksi bakteri terselubung antibodi dalam kencing Tanda & Gejala : Pasien yang terkena ISK pada umumnya tidak memberikan gejala yang berarti, namun biasanya semuanya terkait dengan tempat dan keparahan infeksi. Gejala-gejala yang dapat timbul meliputi berikut ini, baik sendirian maupun timbulnya bersama-sama seperti menggigil, demam, nyeri pinggang, dan sering mual sampai muntah, disuria, sering terburuburu kencing, nyeri suprapubik, dan hematuria (Shulman et al, 1994).

16

Untuk menegakkan diagnosa ISK, tidak hanya dengan mengetahui gejala- gejala yang dialami pasien tetapi juga harus dilakukan kultur mikroorganisme pada spesimen urin untuk membedakan bakteri yang menyebabkan infeksi. a. Urine collection

Pemeriksaan urin merupakan landasan untuk menilai ISK. Terdapat 3 metode pemeriksaan urin yang dapat diterima. Yang pertama midstream clean-catch method. Setelah urethral dibersihkan, kemudian 20-30 ml urin dikosongkan dan dibuang. Kemudian urin dikumpulkan dan proses berlangsung secara bertahap (sesegera mungkin didinginkan). Spesimen yang disimpan pada suhu ruang selama beberapa jam dapat menimbulkan kesalahan dalam penghitungan bakteri. Midstream method merupakan metode yang didasarkan pengumpulan urin secara rutin. Ketika spesimen urin rutin tidak dapat dikumpulkan atau terjadi kontaminasi, maka terdapat alternative teknik pengumpulan yang dapat digunkan

b. Perhitungan bakteri

Diagnosa ISK didasarkan pada isolasi bakteri yang signifikan dari spesimen urin. Penilaian mikroskopik sampel urin merupakan metode yang paling mudah dan metode yang dapat dipercaya untuk mendiagnosa adanya bakteriuria. Penilaian mikroskopik leukosit pada urine juga digunakan untuk mengetahui pyuria. Pyuria merupakan gejala yang dapat dikaitkan dengan adanya bakteriuria. Pyuria tidandai dengan white blood cell (WBC) lebih dari 10 WBC/mm3. Hematuria, biasanya diketahui dengan penilaian mikroskopis, biasanya dialami pada pasien ISK tetapi nonspesifik. Hematuria mungkin menggambarkan adanya penyakit lain, seperti renal 17

calculi, tumor atau glomerulonefritis. Proteinuria biasnya ditemui pada pasien yang mengalami infeksi.

c. Kultur

Metode yang paling dipercaya untuk menegakkan diagnosa adalah penilaian secara kuantitatif kultur urine. Secara normal, urin yang berada dalam kandung kemih steril. Sehingga hal ini dapat digunakan untuk mengetahui adanya kontaminasi pada urine pasien yang mengalami infeksi yang dilakukan dengan menghitung bakteri pada sampel urin. Pasien yang mengalami infeksi biasanya didapatkan lebih dari 10 5 bakteri/ml urin.

2. Ca. Vesika Urinaria Kanker kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen kandung kemih, meskipun pada

pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai

dinding kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993). Kanker kandung kemih merupakan kanker di daerah vesica urinaria. Gambaran klinis biasanya berupa hmaturia tanpa nyeri dan obstruksi. Tanda & Gejala : 1. Hematuria (adanya darah dalam air kemih) 2. Rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih 3. Desakan untuk berkemih ( urgensi ) 4. Disuria 5. Nyeri suprapubik yang konstan 18

6. Panas badan dan merasa lemah 7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf 8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis. Pemeriksaan Diagnostik : a. Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker. b. Sistografi atau

urografi intravena

bisa

menunjukkan

adanya

ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih. c. USG,

CT scan atau MRI

bisa menunjukkan adanya kelainan dalam

kandung kemih. d. Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan

mengambil contoh jaringan untuk

pemeriksaan mikroskopik.

Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.

3. BPH

Benign Prostate Hypertrofia (BPH) sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan

prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai

bedah. Tanda & Gejala :

Gejala hiperplasia prostat menurut Boyarsky dkk pada tahun 1977 dibagi

atas gejala obstruktif dan gejala iritatif. Gejala

disebabkan oleh

karena

penyempitan uretara

pars

obstruktif prostatika 19

karena

didesak

otot detrusor

oleh

prostat

yang

membesar dan

untuk berkontraksi cukup

kegagalan

kuat dan atau cukup

lama saehingga kontraksi terputus-putus. Gejalanya ialah : a. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency) b. Pancaran miksi yang lemah (Poor stream) c. Miksi terputus (Intermittency) d. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling) e. Rasa belum

pu as sehab is mik si (Sen sation

of inco mplete

blad der emptying).

E. Tindakan Perawat dalam Penyakit ISK, Ca. Vesika Urinaria, dan BPH 1. ISK (Infeksi Saluran Kemih) a. Residu pasca berkemih > 100-200 ml. b. Menunjukkan pengosongan kandung kemih dengan prosedur bersih. c. Mendiskripsikan prosedur perawatan di rumah. d. Melaporkan spasme kandung kemih. e. Mempunyai keseimbangan asupan dan haluaran 24 jam. f. Mengosongkan kandung kemih secara tuntas. g. Identifikasi dan dokumentasikan pola pengosongan kandung kemih. h. Perawatan retensi urin. 20

i.

Pantau drajat distensi kandung kemih melalui palpasi dan perkusi

j.

Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

k. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang denganskala 0-10 l.

Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik secara tepatmelaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis.

m. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0=tidak ada nyeri atau tidak kenyamanan, 10= nyeri berat) n. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau pereda nyeri oleh analgesik dan kemungkinan efek sampingnya. o. Manajemen nyeri : lakukan pengkajian nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,frekuensi,kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya. p. Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai. q. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang didasarkan. r. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau oipid (resiko ketergantungan atau overdosis). s. Managemen nyeri : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidak nyamanan akibat prosedur.

2. Ca. Vesika Urinaria 21

a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas. b. Evaluasi terapi: Pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya. c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktifitas menyenangkan seperti mendengarkan music atau nonton TV. d. Menganjurkan tehnik pengangan stress (tehnik relaksasi, visualisai, bimbingan), gembira dan berikan sentuhan terapeutik. e. Evaluasi nyeri dan berikan pengobatan bila perlu f. Timbang dan ukur berat badan, ukur trisep serta amati penurunan berat badan. g. Kaji pucat, dan penyembuhan yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis. h. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. anjurkan pula makanan kecil untuk klien. i. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. hindarkan makanan yang terlalu manis, j. Membantu klien dalam memahami proses keperawatan k. Berikan bimbingan kepada klien / sebelum mengikuti prosedur pengobatan, terapi yang lama dan pengobatan, komplkasi l. Anjurkan klien memberikan umpan balik verbal dan mengoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya m. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emisis diare dan drainase luka & hitung keseimbangan selama 24 jam. 3. BPH (Benigna Prostate Hyperplasia) a. Beri waktu dan prifasi uintuk membahas permasalahan seksual pasien

22

b. Ingatkan pasien dan pasangan tentang kemungkinan ketidak tertarikan terhadap penurunan kapasitas atau ketidak nyamanan dalam melakukan aktivitas seksual. c. Beri informasi yang di perlukan untuk meningkatkan fungsi seksual d. Informasikan secara dini kepada pasien bahwa seksualitas merupakan bagian penting dari kehidupan dan bahwa penyakit,obat dan stress sering kali mengubah fungsi seksual. e. Ajarkan kepada pasien hanya teknik yang sesuai dengan nilai dan keyakinan (pasien). f. Pantau asdanya indikator resolusi disfungsi seksual (misalnya meningkatnya kapasitas ke intiman. g. Konseling seksual. h. Kaji kelembapan pada area genetalia. i.

Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, atau tanda tanda dehisensi atau efiserasi pada area insisi pada pos oprasi bph.

j.

Inspeksi luka pada setiap mengganti balutan.

BAB III PENUTUP

23

A. Kesimpulan Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebiham urine dari penyaringan unsur-unsur plasma (Frandson, 1992). Urine atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

B. Saran Diharapkan mahasiswa bisa mempelajari lebih dalam mengenai Urine.

24

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: Mediaction. PPNI. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. JAKARTA SELATAN: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.Yogyakarta: Nuha Medika. Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Nuha Medika. Wilkinson, J. M. (2016). DiagnosaKeperawatan :DIAGNOSIS NANDA-1,INTERVENSI NIC,HASIL NOC,Ed.10. jakarta: EGC MEDUCAL PUBLISHER.

25

Related Documents

Biokimia
November 2019 61
Tugas Biokimia
May 2020 50
Biokimia Perkemihan.docx
December 2019 41
Sap Biokimia
June 2020 19

More Documents from ""

Sap Dbd.docx
June 2020 2
Kelompok 5.docx
June 2020 7
Mpk.docx
June 2020 0
Nmax.docx
December 2019 6