MISTERI TSUKUMOGAMI DI KEPERCAYAAN MASYARAKAT JEPANG Anindya Kartika ( 121411331028 ) – Sastra Jepang
Abstrak Tsukumogami, sebagai salah satu kepercayaan paling populer yang ada dalam masyarakat Jepang, merupakan roh atau hantu yang berwujud benda. Menurut kepercayaan itu, sebuah benda akan menjadi Tsukumogami apabila sudah mencapai usia yang sangat lama. Ada banyak sekali jenis-jenis Tsukumogami yang beredar kisahnya di Jepang. Terkadang Tsukumogami sangat mengganggu pemilik rumah sehingga diadakan beberapa ritual untuk mengusir roh-roh yang ada pada Tsukumogami tersebut. Namun, seperti itulah bagaimana Tsukumogami menunjukkan kepada pemiliknya terdahulu untuk mencari perhatian mereka lagi. Abstract Tsukumogami, as one of familiar mythology in Japan’s culture, is a spirit or ghost which has possesed a thing . According to the mythology, a thing will become a Tsukumogami if already passed so many years. There are many types of Tsukumogami which has their stories popular among sociality in Japan. At times, Tsukumogami really annoy the house’s owner so he held some ritual to vanish the spirit from the thing that Tsukumogami already possesed in. But, that is how Tsukumogami shows to their past owner to make him throw his attention to the thing again. Keyword: legenda, Jepang, Youkai
Sebagai salah satu negara yang menghasilkan banyak teknologi dan inovasiinovasi terbaru, kebanyakan masyarakat Jepang mengganti barang-barang mereka yang sudah lama dengan barang yang lebih baru, dan barang-barang yang sudah lama itu mereka biarkan begitu saja di dalam rumah tanpa mengurusnya. Menurut
kepercayaan masyarakat Jepang, hal itu membuat barang-barang lama yang tidak diurus oleh pemiliknya tersebut didiami oleh roh atau setan yang bernasib sama dengan barang itu (terbuang, dilupakan atau tidak diurus) sehingga siluman atau makhluk halus tersebut disebut dengan Tsukumogami. Kata Tsukumogami sendiri berasal dari bahasa Jepang, adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut sekelompok Yōkai atau hantu Jepang yang berwujud benda. Yōkai merupakan istilah di Jepang untuk menyebut hantu, roh jahat, atau penampakan, yang pada dasarnya memiliki wujud yang mengerikan. Kelompok Tsukumogami ini juga mencakup seluruh Obake yang berkarakteristik sama dengan Tsukumogami. Sub kategori dari Tsukumogami sangat banyak, hampir tidak terbatas. Banyak versi tentang asal-usul Tsukumogami ini. Salah satunya, ada kisah yang sangat populer di masyarakat Jepang pada abad kesepuluh, tercampur dengan ajaran Buddha, mengatakan bahwa benda-benda yang digunakan secara kasar atau dipakai untuk menyakiti orang lain dan benda-benda yang ditelantarkan oleh pemiliknya, setelah berumur 100 tahun, mereka akan diberi arwah Yaoyorazu no kami (penyebutan 8 juta dewa di dalam ajaran Shinto). Dalam beberapa kasus, Tsukumogami ini diyakini terbentuk dari perasaan cinta dan hormat dari orang yang membuang mereka ke pembuangan sehingga dapat berperilaku layaknya manusia. Biasanya, mereka hanya menjahili orang yang jahat atau orang yang dahulunya membuang atau menelantarkan mereka. Tapi tetap saja, menurut kepercayaan ini, benda-benda tersebut bisa menjadi Tsukumogami hanya setelah berumur 100 tahun. Keberadaan Tsukumogami benar-benar mengganggu. Mereka suka membuat keributan, sehingga pemilik rumah terganggu. Mereka melakukan itu untuk mencari perhatian dari sang pemilik. Mereka meluapkan perasaan terlantarnya supaya diperhatikan oleh pemiliknya lagi. Dalam kepercayaan agama Shinto, apapun yang ada di dunia, hidup ataupun mati, memiliki potensi dihuni oleh roh. Dengan kata lain, benda apapun bisa menjadi Tsukumogami. Mulai dari perabot
rumah tangga, mesin ketik, sampai mainan anak pun bisa menjadi Tsukumogami jika tidak pernah digunakan atau diurus. Tapi, itu belum seberapa, bayangkan jika senapan, pisau, dan benda-benda berbahaya lainnya yang menjadi Tsukumogami. Beberapa Tsukumogami memiliki nama-nama tersendiri, begitu juga dengan perilaku mereka. Tidak semua Tsukumogami berperilaku jahil, ada yang membalas jasa pemiliknya yang telah memperilakukan benda itu dengan baik dengan cara membantu pemiliknya. Berikut merupakan jenis-jenis Tsukumogami:
1. Bake-zōri ( Sandal Jerami ) Merupakan salah satu Tsukumogami yang populer di masyarakat Jepang. Kata “Bake” yang berarti hantu atau setan, sedangkan “Zōri” berarti sandal jerami. Sandal jerami di Jepang atau alas kaki lainnya yang dianiaya dan dilupakan oleh pemiliknya, dapat berubah menjadi Yōkai yang disebut Bake-zōri. Mereka biasanya berlarian di dalam atau sekitar rumah dan membuat kebisingan saat malam hari.
2. Karakasa ( Payung Cina ) Satu lagi Tsukumogami yang populer. Tsukumogami ini memiliki nama lain selain Karakasa, ada Kasa-Obake dan Karakasa Kozō. Nama-nama tersebut berinti sama yang menunjukkan
wujud
Karakasa.
“Kasa”
berarti
payung, begitupun dengan wujud Karakasa, yaitu dari payung kertas Cina. Mereka memiliki satu kaki dari gagang payung tersebut, sehingga mereka bisa meloncat kesana-kemari dengan liar. Dan sebuah mata yang besar, serta lidah panjang yang menjulur. Karakasa tidak terlalu menakutkan seperti Tsukumogami yang lain, mereka hanya suka mengejutkan manusia dengan cara menyelinap di dekat mereka lalu
menjulurkan dan menjilatkan lidahnya yang besar dan berminyak. Meskipun Karakasa tidak berbahaya, namun manusia harus mewaspadai tsukumogami payung lain yang berbahaya. 3. Chōchin-obake atau Bura-bura ( Lampion atau Lentera Kertas ) Lentera kertas atau lampion di Jepang apabila sudah berusia sangat lama akan berubah menjadi Chōchin-obake. Tsukumogami ini memiliki mulut yang menganga lebar dengan lidah panjang menjulur dan satu atau dua matanya yang besar, serta bisa saja terdapat tangan atau kakinya yang tumbuh dari tubuh lampion kertas tersebut. Layaknya Karakasa, perilaku jahil Chōchin-obake jarang menimbulkan kerugian fisik, mereka lebih memilih untuk mengejutkan dan menakutnakuti manusia, tertawa dan menjulurkan lidah panjang dan mata besarnya kepada tamu di rumah.
4. Ittan-momen ( Kain Katun ) Memiliki wujud kain katun panjang yang biasanya dipakai untuk membuat pakaian. Mereka sering terlihat terbang di langit pada malam hari, dan tidak jarang menyerang manusia. Ittan-momen menyerang dengan cara membungkus tubuh manusia di sekitar wajah dan leher mereka, kemudian mencekik mereka sampai meninggal. Ittan-momen merupakan salah satu tsukumogami yang tidak hanya jahil tetapi juga berbahaya dan menakutkan.
5. Biwa-bokuboku ( Kecapi ) Namanya didapatkan dari sebuah Biwa atau kecapi yang legendaris di Jepang, Bokuba. Kecapi tersebut populer karena konon bisa berbunyi sendiri saat tidak ada orang yang melihat dan memainkan lagu yang sangat mempesona. Apabila sebuah biwa sudah berusia lanjut, maka biwa itu dapat berubah menjadi instrumen yang bisa bermain sendiri, disebut Biwabokuboku. Wujud Biwa-bokuboku berupa kecapi yang tumbuh tubuh di badan kecapi seperti manusia dan mengembara seperti pendeta buta yang memegang tongkat kemudian bermain musik di jalan.
6. Mokumoku-Ren ( Sekat Pintu Rumah ) Di Jepang sangat banyak rumah-rumah kosong yang tidak berpenghuni sehingga menjadi tempat bersemayam para roh atau hantu. Begitu pula yang dilakukan
Mokumoku-Ren,
mereka
berwujud sepasang bola mata dan biasanya muncul di sekat pintu (shoji) rumah Jepang yang sudah rusak atau bolong
atau
di
kertas
tatami.
Mokumoku-Ren bisa saja mengganggu apabila ada yang masuk ke wilayahnya, apalagi mencuri barang-barang yang ada dirumah tersebut. Mereka tidak bisa berpindah tempat atau menyerang secara fisik, tetapi menjadi salah satu jenis tsukumogami yang membahayakan karena apabila memandangi Mokumoku-Ren terlalu lama bisa menyebabkan kebutaan yang tidak bisa disembuhkan oleh medis. Satu-satunya cara agar terhindar dari hal tersebut adalah pura-pura tidak menyadari keberadaan Mokumoku-Ren dan jangan sesekali melakukan kontak mata dengannya.
7. Seto-Taisho ( Peralatan Dapur ) Tubuh Seto-Taisho terbuat dari cangkir dan piring yang retak dan peralatan dapur yang sudah
tidak
digunakan
lagi,
sedangkan
kepalanya dari botol sake bekas. Seto-Taisho berjalan mengelilingi dapur dengan kakinya yang terbuat dari sendok kecil serta memegang pisau atau sumpit sebagai pedang atau tombak. Nama “Seto” mengacu pada Pedalaman Laut Seto, daerah yang terkenal dengan gerabahnya. Seto-Taisho merupakan tsukumogami yang sangat agresif, mereka akan menyerang koki yang sedang memasak di dapur dan menimbulkan kekacauan. Seringkali mereka menabrakkan dirinya ke lemari atau dinding hingga tubuhnya hancur berantakan, tetapi sesaat kemudian tubuhnya akan kembali utuh seperti semula. 8. Ungaikyo ( Cermin Antik ) Ungaikyo merupakan tsukumogami yang memiliki wujud cermin antik, tetapi kata “Ungaikyo” apabila diterjemahkan berarti cermin ungu. Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang asal-usul Ungaikyo. Legenda tersebut bercerita tentang cermin tangan berwarna ungu yang mengutuk anakanak yang melihat kedalamnya. Ungaikyo ini hanya mengutuk anak-anak berusia dibawah 13 tahun. Itu karena Ungaikyo adalah Yōkai dan angka 13 tahun merupakan usia dewasa untuk Yōkai, membuat mereka yang berusia 13 tahun boleh dijadikan korban untuk ritual Ungaikyo. Bentuk asli Ungaikyo adalah kaca bulat yang dihiasi oleh api ungu. Ketika targetnya mencapai usia 13 tahun, Ungaikyo akan menjebak mereka dalam dunia cermin dimana orang tersebut takkan pernah bisa keluar dari sana. Kisah tentang cermin ungu
ini
juga
pernah
diangkat
dalam
sebuah
film
horor
Jepang
berjudul Murasaki Kagami (2010).
Diatas merupakan sebagian kecil dari banyaknya jenis Tsukumogami yang ada. Pada masa Heian, konon pernah terjadi Hyakki Yagyo (pawai/parade mahluk halus saat malam hari), dimana sejumlah benda berhantu melakukan Long March atau pawai di penjuru Heiankyo (sekarang dikenal dengan nama Kyoto), dan sempat melakukan aksi teror di berbagai tempat termasuk pusat pemerintahan Jepang yang waktu itu berpusat di Kyoto. Dan menurut legenda, benda ini kemudian hilang, memasuki rerimbunan hutan di pegunungan. Dikabarkan mereka membentuk komunitas yang damai di sana. Jalanan yang dulu dijadikan tempat pawai makhlus halus ini sampai sekarang masih ada di Kyoto, bernama Ichijo-dori. Dulu jalan ini tidak hanya dijadikan jalur transportasi umum, tapi sekaligus menjadi garis tapal batas antara kaum perkotaan dan perkampungan kumuh. Dan sekarang di sekitar tempat itu juga terdapat kuil yang khusus untuk menyimpan jarum, kacamata, dan benda lainnya yang pernah dianggap berjasa membantu manusia. Karena berdasarkan kepercayaan animisme keagamaan Jepang, kuil tersebut sengaja dibangun khusus untuk menhargai dan menghormati benda-benda tersebut agar tidak menjadi Tsukumogami. Di Jepang ada suatu upacara khusus yang diadakan di sebuah kuil bernama Kiyomizudo atau Kiyomizu Kannondo, terletak di Ueno, Tokyo. Upacara ini diadakan pada tanggal 25 September setiap tahunnya. Disana akan ada banyak masyarakat Jepang yang ramai-ramai membawa boneka ( ningyo ) mereka ke kuil untuk dibakar. Boneka-boneka yang dibakar adalah boneka lama yang disayangi, namun boneka itu sudah tidak diperlukan keberadaannya. Orang Jepang tidak akan membuang boneka-boneka yang mereka sayangi itu begitu saja ke tempat sampah. Bagi orang Jepang, ada kenangan mendalam antara si pemilik dengan bonekanya, bahwa boneka-boneka itu sudah hadir dalam hidup mereka sekian tahun lamanya. Mereka begitu menghargai nilai kenangan itu, sehingga mereka tidak tega membuangnya ke tempat sampah. Mereka memperlakukan boneka-
boneka yang sudah tak diperlukan itu dengan sebaik-baiknya: membawa boneka ke kuil untuk dibakar.
Orang-orang yang membawa boneka ke kuil akan berdoa dan mendaraskan sutra (teks keagamaan Buddha) bersama para biksu/biksuni selama proses pembakaran boneka. Jadi ini semacam kremasi boneka yang jumlahnya banyak sekali. Mereka mengantarkan “arwah” para boneka ini kepada Kannon (Bodhisattwa yang Berbelas Kasih). Bagi orang luar Jepang, ritual semacam ini terlihat aneh dan tidak masuk akal. Akan tetapi memang demikianlah cara orang Jepang dalam memandang benda dan alam : Manusia adalah bagian tak terpisahkan dari alam dan alam bagian tak terpisahkan dari manusia, sehingga apapun yang ada di alam patut mendapat penghormatan yang selayaknya. Awal mulanya, upacara ini memiliki tujuan yang berbeda. Dahulu, setiap pasangan yang belum dikauniai anak akan berdoa di kuil tersebut untuk memohon dan berdoa agar cepat memiliki anak. Setelah mereka memiliki anak, mereka akan kembali ke kuil dengan membawa boneka, dan membakar boneka yang mereka bawa itu sambil memohon untuk keselamatan dan masa depan anak mereka. Tapi lambat laun, latar belakang dan tujuan ritual ini semakin berubah dan menjadi ritual Ningyo Kuyo yang seperti sekarang ini. Upacara atau ritual Ningyo Kuyo ini diadakan setiap tanggal 25 September di Kuil Kiyomizudo, Taman Ueno, Tokyo, mulai pukul 02.00 siang sampai pukul 03.30 siang waktu setempat.
Apabila kita percaya dengan kepercayaan masyarakat Jepang ini, mitos ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga barang-barang kita walaupun sudah berusia
lama,
namun
kita
harus
tetap
mengurusnya
atau
setidaknya
menyimpannya di tempat yang layak, tidak membuangnya sembarangan dan dengan mudahnya berpindah ke barang lain yang lebih baru karena barang-barang yang sudah ditelantarkan tetapi masih disimpan dirumah tanpa kita mengurusnya bisa menjadi tempat yang nyaman bagi para makhluk halus dan menjadikannya Tsukumogami.
Daftar Pustaka Yōkai.id.blogspot.com