Tugas Uas Kota.docx

  • Uploaded by: elza
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Uas Kota.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,892
  • Pages: 24
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kota adalah sesuatu yang kompleks dan rumit, maka perkembangan kota sering mempunyai kecenderungan membuat orang merasa tersesat dalam gerakan di daerah kota yang belum mereka kenal. Hal itu sering terjadi di daerah yang tidak mempunyai lingkage. Setiap kota memiliki banyak fragmen kota, yaitu kawasan-kawasan kota yang berfungsi sebagai beberapa bagian tersendiri dalam kota.

Gambar. Kesibukan Kota Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan masa yang akan datang (Lynch,1992:254). Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi, perkembangan kota juga berjalan sesuai dengan kebutuhannya yang makin berkembang. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap sikap dan perilaku penduduk masyarakat kota selaku pengguna lahan kawasan perkotaan. Salah satu perkembangan yang dapat diamati adalah pesatnya perkembangan ekonomi di suatu kota yang dapat menimbulkan dampak yang begitu luas di semua aspek. Dampak perkembangan ekonomi tersebut antara lain pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Tingkat pertumbuhan volume lalu lintas dari tahun ke tahun mengakibatkan peningkatan kebutuhan prasarana lalu lintas.

Gambar. Pedestrian & parkiran Jalur pejalan kaki (pedestrian ways) dalam pengertian umum adalah merupakan bagian dari jalan yang berfungsi sebagai ruang sirkulasi bagi pejalan kaki yang terpisah dari sirkulasi kendaraan. Pemisahan sirkulasi pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan diperlukan untuk

Arsitektur Kota

1

keselamatan pejalan kaki karena tergesernya pejalan kaki oleh kendaraan yang semakin meningkat jumlah dan kecepatannya. Perkembangan suatu kota dengan aktivitas kegiatan manusia membuat fungsi-fungsi elemen kota dan sarana transportasi mempunyai kedudukan penting, sehingga menyebabkan pejalan kaki semakin tergeser perannya.

Gambar. Pasar Bawah Pekanbaru Kawasan pasar bawah merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Pasar sebagai pembangkit aktivitas perdagangan dan jasa di kawasan tersebut, merangsang tumbuhnya pembangunan tempat-tempat komersial, dan ruko-ruko lainnnya. Sebagai kawasan perdagangan dan jasa (sektor formal) yang kuat, keberadaannya juga diikuti oleh pertumbuhan dan kepadatan pedagang kaki lima (sektor informal) pada jalur pejalan kaki untuk berjualan. Kehadiran sektor informal tersebut mendekati sektor formal yang ada. Kehadiran pedagang kaki lima selalu mendekati pembeli dengan menempati jalur-jalur strategis yang dilewati pejalan kaki. Hal ini menimbulkan konflik keruangan khususnya perebutan area parkir di pinggir jalan (on street parking) antara sektor formal dengan sektor informal yang menyebabkan makin padatnya penggunaan area parkir pinggir jalan maupun sirkulasi kendaraan. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan Masalah dalam pengamatan ini adalah : Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. 2. 3.

Bagaimana analisa citra kota pada Kawasan Pasar Bawah Pekanbaru ? Bagaimana Perencanaan Ulang Kawasan Pasar Bawah Pekanbaru Sebagai Pusat Perdagangan ? Bagaimana penataan tata ruang dan parkir di Kawasan Pasar Bawah Pekanbaru?

1.3 Tujuan dan Sasaran Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah: 1.3.1

Tujuan Berdasakan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk penataan kembali Kawasan Pasar Bawah untuk meminimalkan penggunaan ruang kota sehingga memudahkan pergerakan penduduk dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dengan berjalan kaki atau bersepeda.

Arsitektur Kota

2

1.3.2

Sasaran Mendapatakan desain untuk memudahkan pergerakan dan meminimalkan penggunaan ruang.

1.4 Lingkup Pembahasan Membahas masalah penataan ruang yang berkaitan dengan kenyamanan pelaku pasar dengan suasana modern.

1.5 Metode Pembahasan Laporan Praktik Kerja ini menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data – data yang dibutuhkan dalam penyusunannya. Adapun metode-metode yang digunakan untuk memperoleh data antara lain adalah : 1.

Metode observasi (pengamatan) Dalam metode observasi ini pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan mengamati proses pekerjaan yang berlangsung di Kawasan Pasar Bawah.

2.

Metode interview (wawancara langsung) Dalam metode interview ini pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara secara langsung kepada semua pihak yang terlibat dalam proses.

3.

Metode pustaka (Literatur) dalam metode pustaka, mencari informasi dengan mengumpulkan data dalam penyelesaiannya.

4.

Metode instrumen dalam metode instrumen pelaksanaan dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera ataupun alat tulis, guna untuk mendapatkan data-data ataupun informasi mengenai Kawasan Pasar Bawah.

Arsitektur Kota

3

BAB II TINJAUAN TAMAN SEBAGAI RUANG PUBLIK

2.1 Pemahaman Umum Ruang Publik 2.2.1

Perancangan Kota

Perancangan kota lazimnya lebih memperhatikan bentuk fisik perkotaan. Bentuk-bentuk perancangan kota dapat direfleksikan sebagai facade bangunan, bentuk jaringan jalan, dan elemen lain yang mempengaruhi bentuk wilayah perkotaan. Produk perancangan kota dapat dikategorikan dalam dua bentuk umum (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,59), yaitu: 1. Ruang Kota (Urban Space) Pada dasarnya ruang kota harus dibedakan oleh suatu karakteristik yang menonjol, seperti kualitas pengolahan detail dan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Sebuah ruang kota dapat diolah dengan lansekap yang indah sebagai taman kota yang tenang. Dalam hal ini sebuah tempat tertentu daalm kota berfungsi sebagai lokasi suatu aktivitas penting, tetapi tidak mempunyai pelingkup fisik dan lantai yang semestinya. (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,63)

2. Ruang Terbuka (Open Space) Ruang terbuka dapat dikatakan sebagai unsur ruang alam yang dibawa ke dalam kota atau lapangan terbuka yang dibiarkan tetap seperti keadaan aslinya. Penampilannya dicirikan oleh pemandangan tumbuh-tumbuhan alam segar daripada bangunan sekitar. Ruang terbuka di dalam kota mempunyai beberapa maksud sebagai pelengkap dan pengontras bentuk kota, menyediakan tanah untuk penggunaan di masa depan. Pada saat melakukan survei perancangan kota, harus mempelajari ruang kota sebagai struktur keseluruhan.(Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,65) Menurut Shirvani, Perancangan kota merupakan bagian dari proses perencanaan yang kemudian diuraikan dengan kualitas fisik dari suatu lingkungan. Perancangan kota merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota) sebab bagaimanapun hasil perencanaan kota belum “selesai” atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada rancang desain dari rencana yang telah disusun. Dari pengertian di atas maka urban design memiliki tekanan bahwa urban design lebih terprioritas pada penataan

Arsitektur Kota

4

lingkungan fisik kota. Dalam perancangan kota tentunya memiliki panduan rancang kota yang merupakan seperangkat panduan dan peraturan yang digunakan untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan pengembangan ruang kota dan arsitektur kota (Yusuf,2001:50). Urban design dalam prosesnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu “sadar diri” dan “tidak sadar diri”. Urban design yang “sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai desainer dan menggunakan keahlian desain mereka untuk menciptakan suatu lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design yang “tidak sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak menganggap dirinya sebagai seorang desainer, tetapi mereka mempunyai peranan dalam mempengaruhi bentuk lingkungan perkotaan (Catanese,1986:42).

Untuk mewujudkan suatu kota yang membentuk kesatuan sistem organisasi, maka dibutuhkan suatu proses perencanaan maupun perancangan yang terpadu. Sebuah kota tidak cukup hanya direncanakan tanpa dirancang. Karena walau bagaimana juga perancangan kota merupakan jembatan antara perencanaan kota yang bersifat 2 dimensi dengan perancanagan arsitektural. Adapun di dalam perancangan kota unsur-unsur tersebut di bawah ini harus tetap diperhatikan dan jangan sampai dilupakan, apalagi diabaikan. Unsur-unsur tersebut antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Peruntukan lahan mikro Sistem penghubung jalan( sirkulasi) Jaringan utilitas umum kota Ruang terbuka dan tata hijau Tata masa bangunan Pelestarian struktur alami dan binaan Unsur-unsur penunjang Penciptaan unsur identitas kota

2.6.1 Kriteria Terukur Kriteria terukur merupakan segala sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif dengan tujuan untuk membentuk amplop bangunan. Sedangkan amplop bangunan itu sendiri adalah garis-garis yang membatasi kita dalam membuat suatu bangunan. Kriteria terukur ini dapat ditentukan melalui beberapa aspek yaitu (Shirvani, 1985 :133):

Arsitektur Kota

5

1. Kepadatan Bangunan 2. Ketinggian Bangunan 3. Jarak Antar Bangunan

Gambar. Kepadatan bangunan pada kawasan pasar bawah 2.6.2 Kriteria Tak Terukur Kriteria tak terukur adalah kriteria yang tidak dapat diukur dengan angka. Kriteria tak terukur meliputi access, compatibility, view, identity, sense, dan livability. 1. Access Tingkat pencapaian (aksesibilitas) merupakan kriteria tak teukur yang memperjelas tingkat ketercapaian orang terhadap lokasi yang lain seperti jasa, barang maupun manusia. Access terhadap pengembangan suatu site memiliki arti positif jika secara langsung mampu mendukung keaktivan di suatu lokasi. Sehingga dalam perencanaan kawasan, unsur access perlu diperhatikan secara cermat agar dapat menghasilkan tingkat manfaat yang tinggi. 2. Compability Kriteria ini merupakan kriteria yang tak terlupakan dalam perancangan kota. Dalam kriteria ini aspek kecocokan antara bangunan baru dengan bangunan lama perlu diperhatiakan. Compability yang yang menurut pendekatan lain dapat dikatakan feet wide setting, menurut Kelvin Lynch adalah warna bangunan, tekstur, skala, proporsi material dan vasade bangunan. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka perlu dipetimbangkan :    

Keserasian dengan lingkungan binaan lain. Penggunaan unsur-unsur etnis atau sejarah yang terkombinasi secara serasi dan selaras dengan struktur modern. Hal ini dimaksud untuk menimbulkan daya tarik tersendiri. Mempertimbangkan unsur-unsur alam dalam perancangan arsitekturalnya. Memperhitungkan fungsi bangunan secara tegas.

3. View Kriteria ini merupakan kriteria yang berhubungan dengan aspek kejelasan untuk orientasi manusia terhadap masa bangunan. View dapat merupakan sebuah landmark tetapi tidak selalu landmark tersebut adalah view. View ini dapat terlihat secara visual, untuk memperoleh nilai visual tersebut

Arsitektur Kota

6

adalah dengan melihat skala dan pola bangunan, penggunaan warna, tekstur, tinggi, besaran dan bentuk dari objek akan sangat mempengaruhi nilai visual yang dihasilkan. 4. Identity Merupakan kriteria tak terukur yang memberikan ciri tersendiri bagi suatu kawasan dan harus mempunyai suatu hal yang jelas (mudah dikenal), mudah diiingat, menarik perhatian). Identity ini dapat dikaitkan dengan nilai sejarah kawasan tersebut. Tujuan lain dari identity adalah menciptakan suatu kawasan agar mudah dikenal ciri sejarah dari waktu kewaktu.

Gambar. Identitas Negara 5. Sense Sense merupakan kriteria tak terukur yang memiliki arti suatu tempat tidak hanya harus cocok dengan lingkungan fisiknya, melainkan juga dengan gambaran dan perasaan manusia. Sense didasari atas pola budaya dan pengetahuan dari manusia terhadap hubungan dan lingkungan sekitarnya. Bangunan yang akan dilaksanakan harus mampu mengakomodasikan atau mencirikan pola kawasan yang ada sekarang maupun yang akan direncanakan serta nilai historis yang berkaitan dengan pola kawasan pada masa lalu. Pola lingkungan binaan harus sesuai dengan pola pandangan masyarakat sekitar. 6. Livability Kriteria ini terkait erat dengan aspek kenyamanan dari tempat atau bangunan yang direncanakan, kaitannya dengan pola skala. Kriteria ini menyangut kenyamanan penglihatan, hubungan dengan lingkungan hidup dan hal-hal lain untuk mendukung kenyamanan dari lingkungan binaan yang direncanakan. Contoh komponen-komponen yang mungkin perlu diperhatiakan dalam kriteria ini adalah jalan yang cukup lebarnya, drainase yang baik, penghijauan yang dalam hal ini adalah pertimbangan antara hijau dan non hijau. Semua contoh-contoh komponen tersebut sangat mendukung dalam menciptakan keamanan dan kedinamisan lingkungan binaan yang direncanakan. 2.6.3

Elemen Perancangan Kota

Shirvani (1985) dalam bukunya yang berjudul The Urban Design Process mengemukakan elemen perancangan kota yang terdiri dari : 1. Penggunaan Lahan

Arsitektur Kota

7

Penggunaan lahan (land use) merupakan cerminan hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan kepadatan aktivitas dalam sebuah kawasan. Setiap kawasan memiliki karakteristik penggunaan lahan yang berbeda, sesuai dengan daya tampungnya, kemudahan pencapaian, parkir, sistem transportasi dan kebutuhan penggunaan lahan individual. Perencanaan guna lahan selalu mengacu kepada kebijaksanaan pemerintah dan menjadi pedoman dalam pengembangan fungsi kawasan tertentu. 2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Bentuk dan massa bangunan menunjukkan ciri kawasan yang mencakup ketinggian, rasio luas lantai (FAR), coverage, street-line setback, skala, bahan, tekstur, warna yang kesemuanya harus memperhatikan kesesuaian dengan lingkungan sekitar. 3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking Sirkulasi dan parkir merupakan sistem pergerakan dan elemen utama yang memberi bentuk lingkungan kota. Karena sistem pergerakan ini dapat membentuk arah dan mengendalikan pola aktivitas kota melalui sistem jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan sistem perhentian/transit yang menghubungkan dan memusatkan pergerakan. 4. Ruang Terbuka (Open Space) Perencanaan ruang terbuka merupakan elemen penting yang harus dilakukan secara integral dengan perencanaan bangunan dan saling menunjang. Open space ini dapat berupa taman dan lapangan, jalur hijau kota dan semua elemen penyusunnya. 5. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota. 6. Aktivitas Penunjang (Activity Support) Penunjang kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang memperkuat penggunaan ruang publik. Penunjang kegiatan tidak hanya berupa jalur pedestrian atau plaza tetapi fungsi-fungsi yang dapat menumbuhkan aktivitas lain, sehingga kawasan tersebut hidup setiap waktu dan menunjang terciptanya interaksi pengguna kawasan. 7. Tanda-tanda (Signase) Penandaan berguna untuk menunjukkan arah dan fungsi bangunan serta kawasan tertentu. Penandaan tidak hanya dilakukan melalui pemberian papan nama dan arah panah, tetapi juga dapat dilakukan melalui pembedaan bentuk atau ciri visual lain. 8. Konservasi (Preservation) Upaya pelestarian harus melindungi kelestarian lingkungan yang telah ada dan ruang-ruang kawasan yang sudah terbentuk seperti bangunan bersejarah. Preservasi juga dilakukan terhadap aktivitas yang sudah berlangsung dengan memperhatikan aspek sejarah kawasan selama aktivitas tersebut masih dianggap sesuai. 9. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus Arsitektur Kota

8

mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota. 10. Aktivitas Penunjang (Activity Support) Penunjang kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang memperkuat penggunaan ruang publik. Penunjang kegiatan tidak hanya berupa jalur pedestrian atau plaza tetapi fungsi-fungsi yang dapat menumbuhkan aktivitas lain, sehingga kawasan tersebut hidup setiap waktu dan menunjang terciptanya interaksi pengguna kawasan. 11. Tanda-tanda (Signase) Penandaan berguna untuk menunjukkan arah dan fungsi bangunan serta kawasan tertentu. Penandaan tidak hanya dilakukan melalui pemberian papan nama dan arah panah, tetapi juga dapat dilakukan melalui pembedaan bentuk atau ciri visual lain. 12. Konservasi (Preservation) Upaya pelestarian harus melindungi kelestarian lingkungan yang telah ada dan ruang-ruang kawasan yang sudah terbentuk seperti bangunan bersejarah. Preservasi juga dilakukan terhadap aktivitas yang sudah berlangsung dengan memperhatikan aspek sejarah kawasan selama aktivitas tersebut masih dianggap sesuai. 13. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota. 2.6.4. Elemen Citra Kota Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dengan lingkungannya. Kesan pengamat terhadap lingkungannya tergantung dari kemampuan beradaptasi “pengamat” dalam menyeleksi, mengorganisir sehingga lingkungan yang diamatinya akan memberikan perbedaan dan keterhubungan. Persepsi atau perseive dapat diartikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara langsung dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi setiap orang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman yang dialami, sudut pengamatan, dan lain-lain. Lynch dalam bukunya yang berjudul Perancangan Kota Secara Terpadu mengemukakan lima elemen pokok yang dapat menentukan image suatu kota yaitu: 1. Path Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, salutan, dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik apabila terdapat penampakan yang kuat, tujuan rute-rute sirkulasi yang jelas/belokan yang jelas. 2. Edge

Arsitektur Kota

9

Elemen linear yang tidak dilihat sebagai path. Edge berada pada batas antar dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, topografi, dsb. Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang terdapat tempat untuk masuk. Edge merupakan pengakhiran dari sebuah district/batasan sebuah district dengan yang lainnya. Identitasnya akan terlihat lebih baik jika kontinuitasnya tampak jelas, demikian pula kejelasan fungsi batasnya untuk membagi/menyatukan. 3. District District merupakan kawasan-kawasan kota dalam dua dimensi. Sebuah district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujud) dan batas yang khas pula, dimana orang merasa harus mengakhiri/memulainya. Identitasnya akan terlihat lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen serta funsi dan posisinya jelas. 4. Node Node merupakan simpul/lingkaran daerah pertemuan arah/aktivitas yang dapat diubah ke arah/aktivitas yang lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dsb. Tidak semua persimpangan jalan merupakan suatu node, namun yang menetukan adalan citra place terhadapnya. Node merupakan suatu tempat dimana orang memiliki perasaan ’masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat yang sama. Node akan mempunayi identitas yang loebih baik jika tempatnay memilki bentuk yang jelas, mudah diingat serta memiliki tampilan visual yang berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk). 5. Landmark Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota. Landmark dapat membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, terdapat sekuens dan perbedaan skala dari beberapa landmark sehingga tercipta rasa nyaman dalam orientasi. Elemen Estetika Elemen estetika meupakan elemen yang ditimbulkan dari adanya konfigurasi massa bangunan dengn maksud dan tujuan tertentu. Elemen ini digunakan sebagai pertimbangan dalam perancangankawasan. Adapun elemen-elemen estetika tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sumbu Elemen ini merupakan garis maya yang seakan-akan menghubungkan antara satu titik dengan titik yang lain dalam satu konfigurasi masa bangunan. 2. Simetri

Arsitektur Kota

10

Merupakan distribusi bentuk-bentuk ruang-ruang yang sama dan seimbang terhadap suatu garis bersama (sumbu)/ titik (pusat). Simetri adalah suatu media atau objek dengan bentuk dan ukuran di kedua sisinya (kanan dan kiri) sama. 3. Hierarki Hirarki adalah penonjolan salah satu objek yang memiliki hirarki lebih tinggi dibandingkan objek lain menurut besarnya, potongan / penempatannya secara relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang lain dari suatu organisasi. Hirarki menunjukkan derajat kepentingan dari bentuk dan ruang serta peran-peran fungsional, formal dan simbolis. Hirarki dicapai dengan:      

Ukuran luar biasa Tampak dengan ukuran yang menyimpang dari unsur-unsur lain Wujud yang unik Dengan membedakan bentuk wujud secara jelas dari unsur-unsur lai Lokasi atau penempatan strategis Bentuk dan ruang dapat ditempatkan secara strategis agar perhatian tertuju pada unsur tersebut.

4. Balance Balance yaitu rasa yang menyatakan bahwa ada keseimbangan dalam suatu kawasan. Perancangan yang proporsional dapat menciptakan kesan ini misalnya dengan persebaran bangunan atau aktivitas yang merata atau pengaturan penempatan antara bentuk-bentuk / ruangruang yang serupa maupun tidak serupa sehingga dapat menimbulkan keseimbangan. 5. Irama Irama merupakan suatu bentuk konfigurasi massa banguanan yang menimbulkan perasaan keteraturan bagi pengamat. Elemem ini dapat ditunjukkan dengan adanya suatu bentuk yang diulang baik ukuran atau warna atau bentuk. 6. Skala Skala adalah proporsi tertentu yang digunakan untuk menetapkan pengukuran dan dimensidimensi. Skala memandang besarnya unsure bangunan atau ruang terhadap bentuk-bentuk lain. Skala Manusia, merupakan skala yang dipergunakan sebagai acuan / pedoman dalam menyeimbangkan kawasan perancangan adalah skala manusia. 7. Proporsi Proporsi merupakan konfigurasi massa bangunan yang ditujukan untuk menimbulkan perasaan tertentu bagi pengamat yang berhubungan dengan detail dalm konfigurasi itu sendiri. 8. Konteks dan Kontras

Arsitektur Kota

11

Kontekstual merupakan suatu konfigurasi massa bangunan yang menimbulkan perasaan unity meskipun terdiri dari satuan massa bangunan yang berbeda. Kontras merupakan suatu konfigurasi yang menimbulakn adanya perasaan adanya perbedaan dalam konfigurasi tersebut. 9. Organisasi Ruang Organisasi ruang adalah susunan ruang-ruang yang berkaitan menurut fungsi, kedekatan, atau alur sirkulasi sehingga menjadi pola-pola bentuk dan ruang yang saling berhubungan. Macam-macam organisasi ruang : 

Terpusat, Merupakan komposisi terpusat yang terdiri dari ruang yang dikelompokan mengelilingi suatu ruang pusat yang besar dan dominan.



Linier, Merupakan komposisi bangunan yang dibatasi oleh satu sumbu.



Radial, Merupakan komposisi bangunan seperti organisasi ruang terpusat. Hanya saja pada radial ruang yang dikelompokkan tersusun lebih sempurna.



Grid/papan catur, Merupakan komposisi yang tertata rapi, sehingga menimbulkan kesan keteraturan karena organisasi penyusunannya berupa suatu blok-blok.



Cluster, Merupakan komposisi gabungan antara organisasi ruang yang satu dengan lainnya.

Arsitektur Kota

12

BAB III DESAIN LANDSCAPE PADA AREA STADION UTAMA RIAU

3.1 Tinjauan Kawasan Pasar Bawah Sebagai Lokasi Proyek

3.2 Deskripsi Proyek Pembuatan Citra Kota pada Kawasan di sekitar Pasar Bawah Pekanbrau dengan prinsipprinsip menurut Kevin Lynch. Kawasan ini terletak di ujung jalan Sudirman hingga ke Mesjid Raya Pekanbaru, membentang dari jalan Ir.H.Juanda hingga ke sungai siak.

Arsitektur Kota

13

3.4 Analisa Site

3.5 Analisa Elemen Citra Kota a. Nodes/Simpul Terdapat 14 titik kumpul pada site. Dan 2 titik kumpul utama. Hal ini memungkinkan untuk meletakan bicycle station disetiap simpul. Untuk meningkat kan minat warga menggunakan sepeda.



Path/Pedestrian

Jalur sirkulasi yang digunakan orang untuk mengakses lokasi. Beberapa pedestrian yang berpengaruh pada kawasan tersebut : 

Jalan Perdagangan

Jalan ini tidak nyaman untuk dilalui oleh 2 mbil sekaligus.

Arsitektur Kota

14



Jalan Kampung Dalam

Jalan ini cocok sebagai pedestrian way.Karna banyak bangunan disekitar nya yang menghasilkan shading untuk termal yang nyaman. Lebar jalan sekitar 2m. 

Jalan Sudirman

Termasuk kedalam jalan protokol memudahkan masyarakat mengakses kawasan pasar bawah. Selain itu terdapat juga jJl.A.Yani, Jl.Moh.Yamin dll.

c. Landmark Sebuah penanda pada kawasan pasar bawah ialah Gedung pasar bawah, batu titik 0 dan pelabuhan.

Arsitektur Kota

15

d. District Terdapat beberapa kawasan disekitar pasar bawah, sepeerti kawasan pendidikan, kawasan perdangangan dan kawasan pemukiman

e. Edges Kawasan Pasar Bawah yang akan kita desain berbatasan langsung dengan Sungai Siak dan Jalan Sudirman .

Arsitektur Kota

16

3.6. Analisa Permasalahan 1. Area parkir yang kurang memadai disekitar pasar bawah 2. Pedagang kaki lima yang kurang tertata 3. Pedestrian way yang masih kurang lebar 4. Sampah yang masih berserakan / kurang bersih 5. View yang belum saling terkoneksi 6. Parkir liar di pinggir jalan 7. yang seringkali menyebabkan macet 8. Tugu nol yang kurang ditonjolkan dan tidak terekspos 9. View masjid raya terhalang oleh ruko – ruko

Arsitektur Kota

17

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN CITRA KOTA PADA KAWASAN PASAR BAWAH

4.1 Konsep Urban Space (Ruang Kota) Pada dasarnya ruang kota harus dibedakan oleh suatu karakteristik yang menonjol, seperti kualitas pengolahan detail dan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Sebuah ruang kota dapat diolah dengan lansekap yang indah sebagai taman kota yang tenang. Dalam hal ini sebuah tempat tertentu daalm kota berfungsi sebagai lokasi suatu aktivitas penting, tetapi tidak mempunyai pelingkup fisik dan lantai yang semestinya. (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,63) Ruang publik ada di sekitar kita dan menjadi bagian penting yang menyatu dalam kehidupan sehari-sehari masyarakat di perkotaan: jalan-jalan yang dilewati ketika dalam perjalanan menuju sekolah atau kantor, alun-alun dan taman kota tempat anak-anak bermain, tempat komunitaskomunitas kota berkumpul dan berinteraksi, tempat untuk berolahraga, atau tempat untuk rekreasi dan menjauhkan diri sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari yang sibuk. Betapa ruang publik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat di perkotaan 1. Penataan bangunan public , fasilitas public dan heritage (bongkar relokasi dan penambahan) 2. Perancangan dan perletakan open space dan marginal space 3. Penataan pinggiran sungai 4. Analisa dan zoning 5. Perletakan sirkulasi (path , parker, jalan) 6. Utilitas kota (sampah, drainasi, air bersih, water resorveir, elektrikal) Peningkatan Kemandirian ekonomi kota melalui Wisata. Hal ini didukung dengan perletakan pusat pelatihan tenun di tengah kawasan, pusat perbelanjaan oleh-oleh khas pekanbaru di Pasar Bawah, Pusat Kuliner Pekanbaru pada tepian sungai siak dan kawasan religi di Mesjid Raya Pekanbaru.

Arsitektur Kota

18

4.2 Siteplan

4.3 Konsep Zonasi

Arsitektur Kota

19

4.4 Konsep Pola Sirkulasi

4.5 Konsep Pembagian Ruang

: Pelabuhan : Pocket Park : Foodcourt : Pusat Budaya Melayu : Area Parkir : Alun-alun

Arsitektur Kota

20

4.6 Vegetasi

4.7 Hardscape dan Fasilitas a. Pocket Park

b.

Sculpture

c. Pusat Budaya Melayu

Arsitektur Kota

21

d. Pedestrian

e. Pelabuhan

f.

Parkir

g. Foodcourt

Arsitektur Kota

22

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN Pada dasarnya ruang kota harus dibedakan oleh suatu karakteristik yang menonjol, seperti kualitas pengolahan detail dan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Sebuah ruang kota dapat diolah dengan lansekap yang indah sebagai taman kota yang tenang. Dalam hal ini sebuah tempat tertentu daalm kota berfungsi sebagai lokasi suatu aktivitas penting, tetapi tidak mempunyai pelingkup fisik dan lantai yang semestinya. (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,63) Dengan demikian, arsitektur lanskap mempunyai wawasan dan berperan dalam berbagai proyek mulai dari yang berskala besar seperti: studi perancangan regional, studi kebijakan ruang terbuka, perancangan tapak daerah industri, perancangan kawasan rekreasi, public parks, sampai kepada desain dan konsultasi proyek-proyek dalam skala yang lebih kecil seperti taman lingkungan manusia.

5.2 SARAN Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam laporan ini, tentunya masih banyak kekurangan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan laporan ini. Kami mengharapkan agar pembaca dapat memahami isi yang kami maksudkan dalam laporan ini. Semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan untuk kita semua.

Arsitektur Kota

23

DAFTAR PUSTAKA

http://www.konteks.org/tujuh-ide-untuk-kota-tua https://www.realestate.com.au/international/id/citra-kota-batam-batam-centre-batam-batamkepulauan-riau-160033429220/ http://riauberbagi.blogspot.com/2016/01/wisata-belanja-pasar-bawah-pekanbaru.html http://arsibook.blogspot.com/2016/11/elemen-pembentuk-citra-kota-menurut.html

Arsitektur Kota

24

Related Documents

Tugas Uas Kota.docx
June 2020 14
Tugas Uas Resi Elfina.docx
December 2019 41
Tugas Uas Pkn
April 2020 21
Tugas Uas Adat.docx
December 2019 35

More Documents from ""

Laporaaaannn.docx
June 2020 34
Print Denah A3.pdf
June 2020 16
Laporan.docx
November 2019 28
Melayu.docx
June 2020 11