Beberapa Faktor Risiko Kejadian Filariasi Di Wilayah Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

  • Uploaded by: Chandra Saja
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Beberapa Faktor Risiko Kejadian Filariasi Di Wilayah Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah as PDF for free.

More details

  • Words: 322
  • Pages: 2
BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN FILARIASI DI WILAYAH KECAMATAN RIO PAKAVA KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH Oleh: I Wayan Marayadnya K11106236 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar 2008

ABSTRAK

Penyakit Kaki Gajah (filariasi) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing filariasi limfatik yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk penyakit ini bersifat kronis di Indonesia tahun (2003) 6635 kasus. Sulteng tahun (2006) 762 kasus, Kabupaten Donggala 242 kasus. Di Rio pakava dengan Mf rate (4,8%) dengan 21 kasus filariasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko, kebiasaan keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pekerjaan bertani, dan jarak tempat perindukan nyamuk dengan rumah responden. Metode penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan case control study. Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan exchaustive sampling (sampel jenuh), yaitu semua penderita filarial di Kecamatan Rio Pakava sebagai kasus dan kontrol adalah penduduk yang tidak menderita filarial dengan variabel yang dimatching adalah jenis kelamin. Sampel kasus sebanyak 21 orang dan sebanyak 84 orang sebagai kelompok kontrol. Data dianalisis dengan uji Odds Ratio. Hasil penelitian menunjukan perilaku kebiasaan keluar malam berisiko 23,75 kali lebih besar dibandingkan dengan yang jarang atau tidak pernah keluar malam terhadap kejadian filariasis. Yang tidak menggunakan kelambu berisiko 6,57 kali lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan kelambu pada waktu tidur malam terhadap kejadian filariasis. Pekerjaan sebagai petani berisiko 7,62 kali lebih besar dibandingkan yang bekerja bukan sebagai petani terhadap kejadian filariasis. Jarak perlindungan yang ≤ 3 km berisiko 10,96 lebih besar dibandingkan yang jaraknya ≥ 3 km terhadap kejadian filariasis. Perlu adanya penyuluhan setiap desa endemis filariasis selama masa eliminasi pemerintah dapat mengalokasikan anggaran program kelambunisasi untuk memotivasi masyarakat, perlunya suatu pemeriksaan darah jari yang berkala bagi mereka yang bekerja sebagai petani agar dapat diperoleh informasi lebih awal tentang perkembangan penyakit dan menggalang kemitraan kepada semua sektor untuk menata lingkungan penduduk serta mengolah lahan/rawa yang menjadi sumber tempat-tempat perindukan nyamuk penular penyakit filarial.

 

Key word

: Filariasis, Faktor Risiko, Elephantiasis.

Daftar pustaka

: 27 (1988-2007)

Related Documents


More Documents from "Chandra Saja"