PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK YANG DILAKSANAKAN OLEH BIDAN DI DESA DI KABUPATEN DONGGALA Oleh: Zuhdi Makmun 099712591 Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya 1999
ABSTRAK
Kajian tentang kebutuhan, permintaan dan penggunaan pelayanan KIA oleh masyarakat dimaksudkan sebagai dasar pengembangan program KIA, khususnya yang dilaksanakan oleh bidan di desa. Teknik pengambilan sampel menggunakan multi stage random sampling. Penentuan sampel daerah (kecamatan) dengan stratified random sampling berdasarkan strata perkotaan dan pedesaan. Sedangkan penentuan besar sampel dari setiap kecamatan terpilih dengan proportional simple random sampling. Berdasarkan metode tersebut, diperoleh 331 responden, 245 orang (74%) dari Kecamatan Sigi Biromaru (strata perkotaan) dan 86 orang (26%) dari kecamatan Sirenja (strata pedesaan). Metode analisis yang digunakan untuk menetapkan strategi pengembangan program adalah metode analisis SWOT. Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa,
semua
responden
membutuhkan
dan
akan
memeriksakan kehamilan, namun dalam hal frekuensi kunjungan ≥ 4 kali responden yang membutuhkan 59,9% tablet Fe3 50,4% dan TT2 77,4%. Sedangkan permintaan untuk K4 55,5%, tablet Fe3 37,2% dan TT2 70,1%, kebutuhan dan permintaan pemeriksaan kehamilan masih di bawah target pelayanan yaitu masing-masing 80%. Penggunaan (cakupan) untuk K1, TT1, dan Fe1 masing-masing 92,4%, 82,05% dan 56,4% (terget pelayanan 90%), sedangkan cakupan untuk K4, TT2, dan Fe3 masing-masing 68%, 70,5% dan 43,6% (target 80%). Rendahnya cakupan merupakan gambaran belum efektifnya pelayanan KIA yang dilaksanakan oleh bidan di desa. Kebutuhan
dan
permintaan
tempat
pemeriksaan
kehamilan,
paling
banyak
di
polindes/posyandu (kebutuhan 57,2%, permintaan 64,3%). Petugas pelayanan adalah bidan didesa (kebutuhan 69,2%, permintaan 68,3%) dan pola pelayanan adalah ke tempat pelayanan (kebutuhan 70,2%, permintaan 66,8%). Untuk pertolongan persalinan sebagian besar responden memilih bersalin di rumah (kebutuhan 64,1%, permintaan 78,2%), penolong persalinan adalah bidan di desa (kebutuhan 41%, permintaan 46,1%) dan pola pelayanan adalah pelayanan panggilan (kebutuhan 32,1%, permintaan 39,7%), tetapi dalam realisasinya
penggunaan tempat persalinan di rumah (80,8%) dan layanan panggilan 65,4%, lebih besar dari kebutuhan dan permintaan. Kebutuhan dan permintaan yang semula paling banyak tertuju pada bidan di desa, ternyata utilisasinya (realisasi) berbeda, yaitu paling banyak pada dukun (38,5%), bidan di desa hanya 29,5%. Hal ini menunjukan bahwa peran dukun cukup besar, karenannya perlu bimbingan berupa pelatihan maupun bantuan peralatan (dukun kit), dengan demikian diharapkan dapat membantu bidan di desa dalam memberikan pelayanan KIA. Sebagian besar faktor yang mempengaruhi permintaan dan penggunaan pelayanan KIA belum diketahui, namun faktor kepuasan, tingkat pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap pelayanan KIA memberikan pengaruh terhadap permintaan pelayanan KIA sebesar 15,3%, sedangkan faktor pendapatan keluarga dan jarak rumah ibu hamil dengan tempat pelayanan memberikan pengaruh terhadap penggunaan pelayanan KIA di desa sebesar 19,9%. Penyediaan pelayana KIA oleh bidan di desa di tandai dengan jumlah bidan di desa dan polindes yang secara kuantitas sudah mencukupi, namun kualitasnya masih perlu ditingkatkan, begitu pula halnya dengan pengelolaan program dan kegiatan supervisi. Hasil analisis SWOT menempatkan posisi program KIA pada kuadran kiri atas, dengan strategi W-O, yaitu menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Untuk itu salah satu alternative strategi dalam pengembangan program KIA oleh bidan di desa adalah: meningkatkan pembinaan teknis profesional dan manajerial bidan di desa melalui pelatihan supervisor dan melaksanakan supervisi dengan sebaik-baiknya. Begitu pula halnya dengan kader kesehatan perlu dibina agar dapat memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan bidan di desa dalam pelayanan KIA.