Bahan Nefro 2.docx

  • Uploaded by: SARY NOOR KOMALA
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahan Nefro 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,934
  • Pages: 16
A.PENGERTIAN NEFROLITIASIS Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system perkemihan ( ginjal, ureter, kandung kemih ) tetapi yang paling sering ditemukan adalah di dalam ginjal ( Barbara, 1996 ). Batu ginjala adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit (Patofisiologi keperawatan, 2000 ). Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks organik ( Soeparman, 2001 ). Nefrolitiasis merupakan penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal yang menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa nyeri karena adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.

B.ETIOLOGI NEFROLITIASIS Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal, kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine ( Wong De Jong, 1996 )

C.PATOFISIOLOGI Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323) Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori :

1.Teori supersaturasi : Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu. 2.Teori matriks : Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu. 3.Teori kurang inhibitor : Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan. 4.Teori epistaxi : Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium. 5.Teori kombinasi : Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

D.TANDA DAN GEJALA NEFROLITIASIS 1.Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral. (Barbara. 1996:324) 2.Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (Ilmu kesehatan anak, 2002:840) 3.Infeksi : Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif. 4.Kencing panas dan nyeri 5.Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal

E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK NEFROLITIASIS 1.Urin a.PH lebih dari 7,6 b.Sediment sel darah merah lebih dari 90% c.Biakan urin d.Ekskresi kalsium fosfor, asam urat 2.Darah

a.Hb turun b.Leukositosis c.Urium krestinin d.Kalsium, fosfor, asam urat 3.Radiologist Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu 4.USG abdomen

F.KOMPLIKASI NEFROLITIASIS Menurut guyton, 1993 adalah : 1.Gagal ginjal : Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal 2.Infeksi : Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal. 3.Hidronefrosis : Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin 4.Avaskuler ischemia : Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.

G.DIAGNOSA DAN INTERVENSI 1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik. Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh nyeri Pasein tidak mengeluh sesak Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui kondisi pasien

2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)? R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan 3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam R/mengurangi rasa nyeri 4)Beri posisi nyaman R/untuk mengurangi rasa nyeri 5)Beri posisi semifowler R/memenuhi kebutuhan oksigen 6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/memenuhi kebutuhan pasien 7)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat proses penyembuhan 8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mengurangi rasa nyeri 2.Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat. Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24jam dengan kriteria hasil: Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan Hasil laboratorium darah normal(Leukosit, Hb) Intervensi: 1)Monitor tanda-tanda peradangan R/untuk melihat tanda-tanda peradangan 2)Monitor pemeriksaan Laboratorium darah R/untuk melihat kandungan darah 3)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/untuk menghindari inos 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Batasi pengunjung R/untuk mencegah inos 6)Rawat luka setiap hari dwengan teknik steril R/mencegah infeksi 7)Beri nutrisi tinggi zat besi, vitamin C

R/untuk membantu proses penyembuhan luka 8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara R/mempercepat penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sjamsuhidajat, R % Jong Wim De. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC

Suddarth&Brunner.1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Mosby.St.louis.

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta EGC

BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Nephrolitiasis atau sering disebut batu ginjal adalah keadaan terdapatnya batu didalam ginjal, ureter atau kandung kemih Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalatdan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ) 2. Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaankeadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya Faktor intrinsik antara lain : a. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya dan lebih banyak resiko terkena pada orang yang mempunyai riwayat. b. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun c. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah : 1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt. 2. Suhu. Nefrolitiasis lebih banyak ditemukan pada daerah bersuhu tinggi 3. Asupan air :. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air dan mengurangi kadar mineral kalsuium pada air yang dikonsumsi akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat. 4. Makanan : Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas Batu Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing 5. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu. 6. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life

7.

Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH uriun menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada. 8. Obstruksi dan statis urin. Mempermudah terjadinya infeksi. 9. Ras. Nefrolitiasis lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia. Faktor Resiko a. Faktor – faktor metabolik b. Infeksi c. Stasis urinarius d. Dehidrasi e. Imobilitas f. Riwayat keluarga g. Hiperkalsemia h. Obstruksi traktus urinarius 3. Efek Batu pada Saluran Kemih Ukuran dan letak batu biasanya menentukan perubahan patologis yang terjadi pada traktus urinarius : a. Pada ginjal yang terkena i. Obstruksi ii. Infeksi iii. Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan rapuh. iv. Iskemia parenkim. v. Metaplasia b. Pada ginjal yang berlawanan i. Compensatory hypertrophy ii. Dapat menjadi bilateral 4. Manifestasi klinis i. Manifestasi Klinis secara umum b. Kolik renal c. Nyeri tekan kostovertebral d. Nyeri pinggang e. Kulit yang dingin dan basah f. Gejala frekuensi pada urinasi g. Gejala urgensi pada urinasi h. Diaforesis i. Hipertensi j. Takikardia k. Menggigil dan demam l. Pucat m. Nausea dan vomitus n. Sinkop o. Disuria, hematuria i. Manifestasi klinis yang sering ditemukan 1. Kolik renal 2. Nyeri tekan kostovertebra 3. Nyeri pinggang

5. Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah: 1). Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih. 2). Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu. 3). Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.

6. Patofisiologi Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam urat. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (mis., batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat. Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. - Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.

7. Pathway

Konsumsi obat – obatan, kebiasaan makan dan minum yang kurang, obesitas

Pe an pH urine (batu klasium bikarbonat)

pe

an pH urine (batu asam urat)

(Menyertai resorpsi tulang, imobilisasi, (menyertai gout, pe / an Penyakit ginjal) Pe ekskresi kalsium oksalat & as. Urat yang berlebihan pembengkakan sekitar kapiler pertubulus

ekskresi asam urat) menghambat aliran urine & menyebabkan statis urine pembengkakan batu diginjal / turun

obstruksi aliran aliran urine terhambat & melukai dinding saluran urine hidronefrosis

disuria

pembengkakan pelvis ginjal

retensi urine

kolaps nefron & kapiler hidroureter/pembengkakan ureter pengenceran urine iskemia ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

nyeri

8. Pemeriksaan Penunjang a. Foto BNO/KUB : akan terlihat adanya batu renal b. Urografi ekskretori : untuk menentukan atau mengetahui ukuran dan lokasi batu c. Kimia urine : didapatkan urine yang asam atau alkalis, piuria, proteinuria, hematuria, keberadaan WBC, peningkatan berat jenis urine. d. CT Scan ginjal : akan terlihat batu renal e. Pengumpulan urine 24 jam : terdapat peningkatan asam urat, oksalat, kalsium, fosfor, kreatinin 9. Penatalaksanaan a. Terapi medis dan simtomatik Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik. b. Litotripsi Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut. c. Tindakan bedah Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila cara non-bedah tidak berhasil.

a. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

10. Teori Asuhan Keperawatan Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Retensi urine berhubungan dengan obstruksi dan batu Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan cairan Retensi urine berhubungan dengan obstruksi dan batu Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN 1. IDENTITAS Identitas klien : Nama : Tn. Y Umur : 40 tahun Jenis kelamin : Laki - laki Alamat : Bandungrejo , Ngablak, Magelang Pekerjaan : Swasta Agama : Islam Status : Kawin Tanggal masuk : 10 Maret 2013 No RM : 22.1204.08 Bangsal : Melati Identitas penanggung jawab : Nama : Ny. R Umur : 35 tahun Alamat : Bandungrejo, Ngablak, Magelang Hubungan dengan klien : istri

2. RIWAYAT KESEHATAN Keluhan utama : saat di kaji tanggal 13 Maret 2013 jam 15.439, klien mengatakan nyeri pada pinggang sebalah kanan Riwayat penyakit sekarang : sejak 1 minggu yang lalu klien mengeluh BAK sedikit dan tidak bisa keluar tuntas, rasa sakit waktu BAK dan kadang air kencing bercampur darah. Sejak 3 hari yang lalu disertai nyeri pada pinggang kanan. Klien hanya mengompres pinggang dengan air hangat untuk mengurangi nyeri tanpa berobat kemanapun, sampai klien tidak tahan dengan rasa nyerinya sehingga klien berobat ke rumah sakit ini. Riwayat penyakit dahulu : klien mengatakan 1 tahun yang lalu pernah mengalami sakit serupa tetapi sembuh dengan sendirinya tanpa berobat. Riwayat keluarga : klien mengatakan ayahnya juga pernah menderita penyakit yang sama. 3. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA 1. HEALTH PROMOTION Klien mengatakan kesehatan merupakan hal yang paling berharga. Klien pernah merasakan sakit yang sama tetapi tidak berobat ke pelayanan kesehatan manapun. Jika klien sakit biasanya hanya kerokan dan meminum abat warung. Klien belum mampu sepenuhnya menerapkan hidup sehat karena klien adalah perokok berat dan juga jarang minum air putih. 2. NUTRITION Klien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari dengan jumlah 1 porsi setiap kali makan dengan jenis nasi, sayur dan lauk. Minum hanya 2-3 gelas sehari dan jarang minum susu. Tetapi selama sakit klien tidak mempunyai nafsu makan karena merasa mual saat melihat

makanan, bahkan sampai muntah. Klien juga berusaha untuk mulai menerapkan anjuran dokter untuk minum 7-8 gelas air putih sehari dan minum susu 1-2 gelas sehari. 3. ELIMINATION Saat belum merasakan sakit seperti sekarang ini klien BAK sehari 3-4x dengan warna kuning jernih dan lancar, BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek. Tetapi saat sudah merasakan sakit klien BAK 7-8x sehari dengan warna kuning keruh, bau menyengat kadang disertai darah dan kristal, tetapi tidak bisa merasa puas saat BAK dan BAK juga hanya sedikit-sedikit walaupun ada keinginan untuk BAK. Klien BAB 1x tetapi konsistensinya cair, tanpa lendir maupun darah. 4. ACTIVITY/REST Sebelum sakit klien bekerja sebagai satpam di salah satu bank di Magelang sehingga klien jarang melakukan olahraga ataupun aktifitas olah tubuh dan klien juga bisa istirahat dengan cukup. Klien juga sering mengalami nyeri atau pegal pada persendian terutama kalau sedang merasa lelah sehingga klien menghindari berjalan jarak jauh ataupun beraktivitas berlebihan. Tetapi selama sakit klien juga hanya beraktivitas ditempat tidur dan istirahatnya sering terganggu dengan keinginan untuk BAK yang cukup sering karena klien merasa tidak tuntas pada sekali BAK dan juga merasa sakit,sehingga klien masih terbayangi dengan rasa sakit itu walaupun sudah tidak BAK. 5. PERCEPTION/COGNITION Klien mengatakan tidak mengatahui penyabab sakit yang dideritanya. Tetapi klien ingin mengetahui penyebab penyakitnya dan cara penanggulangannya, sehingga klien dapat melakukan pencegahan penyakit ini pada anak – anaknya. 6. SELF PERCEPTION Klien selalu menggunakan bahasa jawa untuk berkomunikasi dengan keluarganya, tetapi klien juga menggunakan bahasa Indonesia untuk komunikasi di tempat kerja. 7. ROLE RELATIONSHIP Hubungan klien dengan keluarga baik, begitu juga hubungan dengan tetangga dan petugas di Rumah Sakit. 8. SEXUALITY Klien adalah seorang laki – laki usia produktif yang sudah menikah dan mempunyai 2 orang putra dan 1 orang putri. Sebelum sakit 2-3x seminggu klien aktif melakukan hubungan seksual dengan istrinya,tetapi setelah sakit berhenti total. 9. COPING/STRESS TOLERANCE Saat merasa sakit klien mempunyai kebiasaan kerokan dan hanya membeli obat warung. Tetapi klien selalu menyampaikan keluhannya kepada istri ataupun anak – anaknya. 10. LIFE PRINCIPLES Klien percaya adanya Tuhan, sakit ini merupakan cobaan dari Tuhan. Sebelum sakit klien rajin beribadah kepada Tuhan, begitupun selama sakit klien tetap rajin beribadah. Karena klien percaya hanya Allah yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Walaupun dokter yang mengobati, tetapi hanya Allah yang memberi kesembuhan. Jadi klien selalu berdoa agar diberi kesembuhan oleh Allah. 11. SAFETY/PROTECTION Klien tampak terpasang infus RL di lengan sinistra, terdapat pengaman ditepi tempat tidur dan klien selalu memakai selimut saat berbaring di tempat tidur, baik itu malam ataupun siang hari. Klien juga sering merasa pegal pada persendian sehingga klien menghindari berjalan dengan jarak jauh.

12. COMFORT Klien selalu merasa nyeri pada pinggang sebelah kanan dan juga saat BAK. Nyeri karena adanya batu pada ginjal, nyeri ada dipinggang kanan terasa seperti pegal – pegal dengan skala nyeri 5 dan nyeri terasa sering, saat berjalan, sehingga klien merasa sangat terganggu, karena selain nyeri juga klien merasa tidak puas saat BAK dan sering bolak – balik ke kamar mandi untuk menuntaskan pembuangannya. 13. GROWTH/DEVELOPMENT Karena klien sudah hampir memasuki masa setengah abad maka klien sudah mulai mengalami penurunan tinggi dan berat badan sejak sebelum sakit. 4. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum : baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah : 140/90 mmHg, Suhu : 38 Nadi : 100x/menit, RR : 28 x/menit Kepala : I: Keadaan rambut dan hygiene kepala baik,Warna rambut hitam sedikit uban,Tidak mudah rontok, Kebersihan rambut bersih. P :Tidak teraba adanya massa yang abnormal, Tidak ada nyeri tekan. Muka : I : Muka simetris kiri dan kanan,Bentuk wajah lonjong,Ekspresi wajah murung. P :Tidak teraba adanya massa abnormal, Tidak ada nyeri tekan. Mata : I : Tidak ada oedema dan tanda-tanda radang. Sklera tidak ikterik, reflek pupil normal, konjungtiva anemis. Hidung : I :Bentuk hidung simetris kiri dan kanan,Tidak ada sekret pada hidung, Tidak ada sumbatan pada hidung. P : Tidak ada nyeri tekan pada hidung. Telinga I : telinga terlihat bersih tidak ada serumen Leher : I : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada luka maupun bekas operasi P : tidak teraba hipertiroidisme Thorax : Jantung : I : dada simetris dan juga tidak terlihat ictus cordis P : teraba ictus cordis pada kosta ke 5 P : tidak ada pembesaran jantung A : terdengar suara hjantunga lup – duk, reguler Paru : : I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, Pengembangan dada simetri, Frek wensi pernafasan 28 x/menit P : Vocal fremitus kanan dan kiri lebih terasa kiri, ekspansi dada sama P : suara paru sonor A : suara nafas vesikuler Abdomen :I : abdomen terlihat membesar pada vesika urinaria A : bising usus mengalami penurunan 10x/menit P : terdengar suara abdomen redup P : distensi abdomen, nyeri pada abdomen sebelah kanan dan kortovertebral sebelah kanan. Kulit : kulit teraba hangat dan tampak kemerahan, kulit kering dan tidak elastis Ekstremitas atas : terpasang infus RL 24 tpm di lengan kanan Ekstremitas bawah : tidak ada gangguan pada ekstremitas bawah

DATA LABORATORIUM 1. Fto BNO terlihat batu renal 2. Urografi Ekskretori : ukuran batu 6 mm terletak di ureter 3. Kimia Urine : urine alkalis,hematuria, 1. WBC 11.500/mmk 2. Berat jenis urine 1,195 4. Pengumpulan urine 24 jam 1. Urea : 39 mg/dl 2. Kreatin : 1,4 mg/dl 3. Kalium : 4,2 mg/dl 4. Natrium : 138 mmol/L ANALISA DATA Nama inisial klien : Tn.Y Diagnosa medis : Appendisitis No.Rekam Medis : 22.1204.08 Bangsal : Melati NO Tanggal dan jam Data subjektif Data objektif pengkajian 1 13 maret 2013 Klien mengatakan nyeri pada Klien tampak 15.39 pinggang sebelah kanan meringis kesakitan P : Nyeri karena adanya batu menahan nyeri pada pada ginjal, pingganya, dan R ::nyeri ada dipinggang klien tampak sering kanan memijat pinggangnya. Q :terasa seperti pegal – pegal S : skala nyeri 5 T :nyeri terasa sering, saat berjalan, 2 13 maret 2013 Klien mengatakan BAK 7-8x Klien tampak bolak – 15.45 sehari dengan warna kuning balik ke kamar mandi. keruh, bau menyengat kadang disertai darah dan kristal, tetapi tidak bisa merasa puas saat BAK dan BAK juga hanya sedikit-sedikit walaupun ada keinginan untuk BAK. 3 13 maret 2013 klien tidak mempunyai nafsu Turgor kulit kering 15.55 makan karena merasa mual dan tidak elastis saat melihat makanan, bahkan sampai muntah. Minum hanya 2-3 gelas sehari

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan cairan yang di tendai dengan DS : klien tidak mempunyai nafsu makan karena merasa mual saat melihat makanan, bahkan sampai muntah. Minum hanya 2-3 gelas sehari, DO :Turgor kulit kering dan tidak elastis 2) Retensi urine berhubungan dengan obstruksi dan batu di tandai dengan DS : Klien mengatakan BAK 7-8x sehari dengan warna kuning keruh, bau menyengat kadang disertai darah dan kristal, tetapi tidak bisa merasa puas saat BAK dan BAK juga hanya sedikit-sedikit walaupun ada keinginan untuk BAK. DO : Klien tampak bolak – balik ke kamar mandi 3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis di tandai dengan DS : Klien mengatakan nyeri pada pinggang sebelah kanan, P : Nyeri karena adanya batu pada ginjal,, R ::nyeri ada dipinggang kanan, Q : terasa seperti pegal – pegal, S : skala nyeri 5, T : nyeri terasa sering, saat berjalan, DO : Klien tampak meringis kesakitan menahan nyeri pada pingganya, dan klien tampak sering memijat pinggangnya INTERVENSI KEPERAWATAN Nama inisial klien : Tn.Y Diagnosa medis : Appendisitis No.Rekam Medis : 22.1204.08 Bangsal : Melati TUJUAN & TGL DIAGNOSA & NO KRITERIA INTERVENSI JAM KEPERAWATAN HASIL 1 13 Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1.Pantau tanda-tanda vital maret volume cairan tindakan setiap 4 jam 2013 berhubungan keperawatan 2.berikan dan pantau 15.39 dengan kurangnya selama 3x24 jam cairan parenteral asupan cairan diharapkan 3.ajarkan klien cara kekurangan mempertahankan asupan volume cairan cairan yang benar, dengan tidak terjadi menghitung jumlah dengan krteria asupan dan haluaran. hasil : 1.tidak ada tandatanda dehidrasi,mukosa bibir lembab 2.asupan cairan 1600/24 jam,haluaran 1500/24 jam 13 Retensi urine Setelah dilakukan 1.Pantau asupan dan maret berhubungan tindakan haluaran klien 2013 dengan obstruksi keperawatan 2.Pantau pola berkemih 15.39 dan batu: selama 3x24 jam klien. Catat diharapkan retensi waktu,tempat,jumlah. urine dapat teratasi 3.Bantu klien dalam dengan krteria melakukan prosedur hasil : eliminasi dengan teknik

13 maret 2013 15.39

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan krteria hasil : 1.klien mencoba metode nonfarmakologis untuk mengurangi nyerinya 2.skala nyeri berkurang menjadi 2 3.klien menyatakan kenyamanan berkurangnya nyeri

manuver crade/valsava setiap 2/3 jam. 4.Dorong asupan cairan yang banyak (2500ml/hari 5.Ajarkan klien dan keluarga tentang teknik berkemih 6.kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik 1.kaji jenis dan tingkat nyeri klien.kaji faktor yang dapat mengurangi/memperberat nyeri. 2.ciptakan rencana penatalaksanaan nyeri 3.rencanakan aktivitas distraksi bersama klien 4.berikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri

Related Documents

Bahan Nefro 2.docx
October 2019 11
Temario Nefro
November 2019 8
Hemodialisis Nefro
May 2020 11
Swer Nefro Fix.docx
June 2020 15
Subiecte Nefro Scris
April 2020 11
Bahan
October 2019 64

More Documents from "Mohammad Izky Maulana"

Lp Kpd 2.docx
April 2020 15
Bahan Nefro 2.docx
October 2019 11
113975237-sap-stroke.docx
October 2019 10
Lp Fisiologi Kehamilan.docx
October 2019 16
Bahan Sikap 1.docx
August 2019 26
Doc2.docx
October 2019 14