Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Refarat.docx

  • Uploaded by: Mohammad Aji
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Refarat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,784
  • Pages: 19
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT 29 Maret 2019

UNIVERSITAS ALKAIRAAT PALU

Gangguan Kepribadian Paranoid

Disusun Oleh: Dwi Indah Chandrasari (14 18 777 14 298)

Pembimbing : dr. Mery Tjandra, M.Kes, Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU 2019

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Dwi Indah Chandrasari

No. Stambuk

: 14 18 777 14 298

Fakultas

: Kedokteran

Program Studi

: Pendidikan Dokter

Universitas

: Alkhairaat

Judul Refarat

: Gangguan Kepribadian Paranoid

Bagian

: Ilmu Kesehatan Jiwa

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSU ANUTAPURA Palu Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 29 Maret 2019 Pembimbing

dr. Mery Tjandra, M.Kes, Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari. Kepribadian merupakan kata yang menunjukan pola perilaku yang menetap pada diri seseorang dan juga cara orang tersebut dalam merasakan sesuatu. Karakter kepribadian secara mencolok membedakan diri seseorang dengan orang lain. Kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter seseorang yang tidak seperti umumnya yang ditemukan pada sebagian besar orang. Sifat kepribadian yang tidak fleksibel dan maladaptif dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan bagi seseorang. Gangguan kepribadian yang merupakan pola kronis dari perasaan dan tingkah laku secara mencolok menyimpang dari kebiasaan dan harapan yang berlaku dalam kehidupan, baik norma secara kelompok atau pribadi. Mereka yang mengalami gangguan kepribadian cenderung akan berperilaku kaku, tidak fleksibel, dan maladaptif, sehingga menyebabkan penderita pada hilangnya fungsi mental seperti terjadinya perasaan sedih yang bersifat merusak dalam diri penderita. Setiap orang mempunyai sifat curiga, sedikit atau banyak. Sifat ini masih “normal” jika masih dapat diterima oleh lingkungan sosial individu serta ia sendiri dan lingkungannya masih tidak merasa terganggu. Ada yang sifat curiganya di perbatasan, masih rasional. Akan tetapi asa individu yang sifat curiganya begitu besar, sudah diluar proporsi dari situasi dan lingkungan ( bukan tidak realistik)

sehingga merugikan individu itu sendiri dan masyarakat. Dalam hal ini dapat dikatakan ia sudah mempunyai gangguan kepribadian paranoid. Gangguan kepribadian paranoid adalah

suatu ganggguan kepribadian

dengan sifat curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain dilihat sebagai seorang aggressor terhadapnya, dimana ia harus mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat rasa proyeksi rasa bermusuhanya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan teman-teman dan mendapatkan banyak musuh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Kepribadian 1. Definisi Gangguan Kepribadian Kepribadian adalah watak – temperamen spesifik, reaktivitas emotional, kewajaran, hubungan interpersonal yang dibangun, kebutuhan, harapan, kekikiran, kedermawanan, arogansi, kemerdekaan, dll. Yang terbentuk sejak masa anak, remaja sampai dewasa dini, dan dipertahankan sepanjang kehidupan. Kepribadian - terbentuk dan ada sebagai hasil interaksi antara faktor herediter dan kontak psikososial

faktor Herediter nampaknya dasar terbentuknya tipe kepribadian.

Berbagai pengaruh dalam pengalaman ontogenetik dapat memodifikasinya. Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan. Kepribadian merupakan kata yang menunjukan pola perilaku yang menetap pada diri seseorang dan juga cara orang tersebut dalam merasakan sesuatu. Karakter kepribadian secara mencolok membedakan diri seseorang dengan orang lain. Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian memiliki respons yang benar-benar kaku terhadap situasi pribadi, hubungan dengan orang lain ataupun lingkungan sekitarnya. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri

terhadap tuntutan eksternal, sehingga akhirnya pola tersebut bersifat self-defeating. Sikap kepribadian yang terganggu itu akan semakin nyata pada saat remaja awal masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin lama semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit diubah. Dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan gangguan kepribadian akan menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan dan dirinya sendiri yang bersifat tidak fleksibel, maladaptif, serta berakar mendalam. Revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

(DSM-IV-TR)

mendefinisikan

gangguan

kepribadian

sebagai

pengalaman dan perilaku subjektif yang berlangsung lama, menyimpang standar budaya, universal yang kaku, memiliki onset pada masa remaja atau dewasa awal, stabil sepanjang waktu, dan menimbulkan ketidakbahagiaan serta hendaya. Jika ciri kepribadian terlihat kaku, maladiptif, dan menimbulkan hendaya fungsional akibat penderitaan subjektif, gangguan kepribadian dapat didiagnosis. Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu dan cara terjadinya: gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan, yang muncul ketika masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut sampai dewasa. Gangguan kepribadian bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit otak, meskipun dapat didahului dan timbul bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu proses yang didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak.

Terlepas dari konsekuensi perilaku yang bersifat self-defeating, orang dengan gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah. DSM IV TR menyebutkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian cenderung menganggap trait-trait tersebut sebagai ego-syntonic – sebagai bagian alami dari diri mereka. Akibatnya, orang dengan gangguan kepribadian lebih cenderung dibawa ke dokter spesialis kejiwaan oleh orang lain daripada oleh diri mereka sendiri.

2. Klasifikasi Gangguan Kepribadian DSM-IV-TR membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok: 

Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal.



Kelompok B : orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional, dan eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang (borderline), histrionik, dan narsistik.



Kelompok C : orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.

Klasifikasi Gangguan Kepribadian menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) Pedoman Diagnosis Gangguan Kepribadian: 

Kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak berat (gross brain damage or disease) atau gangguan jiwa lain.



Memenuhi kriteria berikut ini: 1) Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan berfikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain 2) Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, tidak terbatas pada episode gangguan jiwa 3) Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptif yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan social yang luas 4) Manifestasi di atas selalu muncul pada masa anak-anak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa 5) Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut 6) Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna dengan masalah-masalah dalam pekerjaan dan kinerja sosial



Untuk budaya yang berbeda, mungkin penting untuk mengembangkan seperangkat kriteria khas yang berhubungan dengan norma social, peraturan dan kewajiban.

F60 Gangguan Kepribadian Khas. F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid F60.1 Gangguan Kepribadian Schizoid F60.2 Gangguan Kepribadian Disosial F60.3 Gangguan Kepribadian Emotional tak stabil F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik F60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik F60.6 Gangguan Kepribadian Anxious (avoidant) F60.7 Gangguan Kepribadian Dependent F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya

B. Gangguan Kepribadian Paranoid 1. Definisi Gangguan Kepribadian Paranoid Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai kecurigaan dan ketidakpercayaan yang berlangsung lama terhadap orang-orang pada umumnya. Mereka menolak untuk bertanggung jawab pada perasaan mereka sendiri dan menyerahkan tanggung jawab pada orang lain. Mereka sering bersikap bermusuhan, iritabel, atau marah. Gangguan kepribadian paranoid adalah suatu kondisi kesehatan mental di mana seseorang memiliki pola jangka panjang ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap orang lain, tetapi tidak memiliki latar belakang psikotik gangguan seperti skizofrenia.

Menurut

W.F.

Maramis

dalam

bukunya

‘Catatan

Kedokteran

Jiwa’ Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol, orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang dilihatnya

dianggap

sebagai

agresor

terhadapnya.

Ia

bersikap

sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat dari proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan banyak teman dan mendapatkan banyak musuh. Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang mental seseorang, salah satunya adalah gangguan kepribadian paranoid, yang mana berbentuk kesalahan dalam mengartikan perilaku orang lain sebagai suatu hal yang bertujuan menyerang atau merendahkan dirinya. Gangguan biasa muncul pada masa dewasa awal yang mana merupakan manifestasi dari rasa tidak percayadan kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain sehingga menghasilkan kesalahpahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang akan merugikan dirinya. Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan. Penderita akan merasa sangat tidak nyaman untuk berada bersama orang lain, walaupun di dalam lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan bersama siapa saja

mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati dan dimanfaatkan oleh orang lain. 2. Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 – 2,5% dari seluruh populasi. Orang dengan gangguan ini jarang sekali mencari pengobatan atas kesadarannya sendiri; ketika diantar oleh pasangan atau kerabatnya, mereka cenderung menarik diri dan tampak tidak menderita. Memiliki saudara kandung yang skizofrenia menunjukkan insiden lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Gangguan ini lebih sering pada pria dibanding wanita dan tampak tidak berkaitan dengan model dalam keluarga. Diyakini bahwa lebih sering dialami oleh kelompok minoritas, imigran, dan orang yang tuna rungu (tuli), atau orang dengan budaya yang berperilaku sangat hati-hati atau defensif dibandingkan dengan populasi umum. 3. Etiologi Penyebab gangguan kepribadian paranoid tidak diketahui. Namun diduga ada keterlibatan gen di dalamnya dikarenakan berdasarkan banyaknya penelitian gangguan kepribadian paranoid lebih umum pada pasien yang memiliki kaitan biologis anggota keluarga dengan skizofrenia dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki keterkaitan biologis dengan anggota keluarga dengan skizofrenia. 4. Gambaran Klinis Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan umum orang lain. Komentar dan tindakan bahwa orang sehat tidak akan memperhatikan

tampil sebagai penuh penghinaan dan ancaman terhadap seseorang dengan gangguan

tersebut.

Namun,

secara

umum,

pasien

dengan

gangguan

kepribadian paranoid tetap berhubungan dengan realitas; mereka tidak memiliki salah satu dari halusinasi atau delusi terlihat pada pasien dengan psikosis. Namun demikian, kecurigaan mereka bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau mengeksploitasi mereka begitu meresap dan intens bahwa orang-orang dengan gangguan kepribadian paranoid sering menjadi sangat terpencil. Mereka menghindari interaksi sosial yang normal. Dan karena mereka merasa tidak aman dalam apa yang merupakan dunia yang sangat mengancam bagi mereka, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid mampu menjadi kekerasan. Komentar berbahaya, lelucon tidak berbahaya dan komunikasi sehari-hari lain sering dianggap sebagai penghinaan. Karena mereka terus-menerus mempertanyakan motivasi dan kepercayaan orang lain, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid tidak cenderung untuk berbagi keintiman. Mereka takut informasi tersebut dapat digunakan untuk melawan mereka. Akibatnya, mereka menjadi bermusuhan dan tidak bersahabat, argumentatif atau menyendiri. Ketidaknyamanan mereka sering menarik tanggapan negatif dari orang di sekitar mereka. Menampik ini menjadi "bukti" didalam pikiran pasien bahwa orang lain, memang, bermusuhan dengan mereka.Mereka memiliki wawasan sedikit menjadi efek dari sikap dan perilaku interaksi mereka umumnya tidak berhasil dengan orang lain. Ketika ditanya apakah mereka bertanggung jawab untuk interaksi negatif yang mengisi hidup mereka, orang-orang dengan gangguan kepribadian paranoid cenderung untuk menempatkan semua menyalahkan orang lain.

Ciri-ciri lainnya seperti mempertanyakan motif tersembunyi di dalam orang lain, perasaan kepastian,tanpa pembenaran atau bukti, bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau mengeksploitasi mereka, isolasi social, agresivitas dan permusuhan, sedikit atau tidak ada rasa humor

5. Diagnosis Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid seringkali kaku dan mengagalkan untuk mencari pertolongan dari ahli psikiatrik. Ketegangan muskular, ketidakmampuan untuk rileks, dan keharusan untuk mengamati lingkungan dapat memberi petunjuk sebagai bukti, dan siap pasien cenderung kurang humoris dan sangat serius. Walaupun pernyataan dari argumen mereka dapat salah, namun kemampuan berbicara itu memiliki tujuan terarah dan logis. Isi pikiran menunjukkan adanya proyeksi, prejudice, dan kadang-kadang ideas of reference. Pedoman Diagnosis Gangguan Kepribadian Paranoid Berdasarkan PPDGJ III, yaitu : F60.0 Ggn Kepribadian Paranoid  Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri : 1) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan; 2) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil;

3) Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan; 4) Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation); 5) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan seksual dari pasangannya 6) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (selfreferential attitude); 7) Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.  Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 kriteria diatas.

6. Diagnosis Banding Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan waham dengan tidak ditemukannya waham yang tidak terbantahkan (fixed). Tidak seperti orang dengan skizofrenia paranoid, orang dengan gangguan kepribadian tidak memiliki halusinasi atau gangguan pikiran. Dibandingkan dengan gangguan kepribadian ambang, pasien dengan paranoid jarang mampu sangat terlibat dalam hubungan interaksi dengan orang lain. Pasien dengan paranoid tidak memiliki riwayat perilaku antisosial yang lama seperti orang dengan karakter antisosial.

Orang dengan gangguan kepribadian skizoid umumnya menarik diri dan menyendiri dan tidak memiliki pemikiran yang paranoid. 7. Terapi a. Psikoterapi Psikoterapi adalah pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian paranoid. Terapis harus jujur dalam menangani pasien ini. Apabila terapis melakukan ketidaktetapan atau kesalahan, seperti terlambat, kejujuran dan permintaan maaf lebih disukai disbanding penjelasan defensif. Terapis harus ingat bahwa kepercayaan dan toleransi keakraban adalah hal yang menjadi perhatian bagi pasien dengan gangguan ini. Psikoterapi individual membutuhkan gaya yang profesional dan hangat sebagai seorang terapis. Pasien dengan gangguan ini kurang baik dalam psikoterapi kelompok, walaupun hal ini dapat memperbaiki kemampuan sosial dan mengurangi kecurigaan melalui role playing. Pasien memiliki perilaku merasa terancam sehingga terapis harus mengatur atau membatasi tindakan mereka. Tuduhan delusi harus ditangani dengan realistis tapi lembut dan tanpa mempermalukan pasien. Pasien yang paranoid sangat takut ketika merasa bahwa terapis yang berusaha untuk membantu mereka (pasien) yang lemah dan tak berdaya, karena itu, terapis tidak harus menawarkan untuk mengambil kontrol kecuali pasien bersedia dan mampu melakukannya.

b. Farmakoterapi Pada banyak kasus, agen anti-ansietas seperti diazepam (Valium) cukup. Apabila diperlukan, dapat diberikan anti-psikotik seperti thioridazine (Mellanil)

atau haloperidol (Haldol) dalam dosis kecil dan untuk periode singkat, untuk menangani agitasi berat atau pemikiran yang hamper-waham. Obat anti-psikotik pimozide (Orap) berhasil mengurangi pemikiran paranoid pada beberapa pasien.

8.

Perjalanan Gangguan dan Prognosis Pada beberapa kasus, gangguan kepribadian paranoid berlangsung seumur

hidup; pada yang lainnya dapat mendahului terjadinya skizofrenia. Sikap paranoid dapat memberikan cara untuk pembentukan reaksi, perhatian yang sesuai dengan moralitas, dan sifat mengutamakan orang lain atau penghilang stress. Secara umum, orang dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah berkaitan dengan pekerjaan dan berhubungan dengan orang lain seumur hidup. Masalah pekerjaan dan dalam kehidupan pernikahan juga umum terjadi.

BAB III KESIMPULAN

1.

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan subjektif.

2.

Onset gangguan kepribadian dimulai pada masa anak-anak atau remaja dan berlanjut pada usia dewasa.

3.

Gangguan kepribadian paranoid adalah suatu kondisi kesehatan mental di mana seseorang memiliki pola jangka panjang ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap orang lain, tetapi tidak memiliki latar belakang psikotik gangguan seperti skizofrenia.

4.

Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 – 2,5% dari seluruh populasi.

5.

Penyebab gangguan kepribadian paranoid tidak diketahui, namun diduga memiliki keterkaitan dengan gen, karena gangguan kepribadian ini umum pada pasien yang memiliki kaitan biologis dengan pasien skizofrenia.

6.

Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan umum terhadap orang lain. Selalu memiliki kecurigaan terhadap orang lain akan menyakiti dirinya.

7.

Gangguan kepribadian paranoid ini tidak disertai dengan halusinasi atau delusi yang menjadikannya terlihat seperti pasien dengan psikosis.

8.

Isi pikiran orang dengan gangguan kepribadian paranoid menunjukkan adanya proyeksi, prejudice, dan kadang-kadang ideas of reference.

9.

Berdasarkan pedoman diagnosis gangguan kepribadian paranoid berdasarkan PPDGJ III, didapatkan minimal memenuhi tiga kriteria gangguan kepribadian paranoid pada PPDGJ III sehingga bisa di tegakkan diagnosis gangguan kepribadian paranoid.

10. Terdapat 2 terapi yang diberikan pada pasien dengan gangguan kepribadian paranoid, yaitu psikoterapi dan terapi farmakoterapi. Pada banyak kasus, pemberian agen anti ansietas seperti diazepam saja sudah cukup, dan bisa juga diberikan anti psikotik untuk mengurangi pemikiran paranoid pasien namun hanya untuk pemakaian jangka pendek saja. 11. Pada beberapa kasus gangguan kepribadian paranoid dapat berlangsung seumur hidup dan pada yang lainnya dapat mendahului terjadinya skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III dan DSM 5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta:2013

2.

Sadock BJ, Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. Jakarta: EGC,2010.

3.

Muslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa , Rujukan Ringkas dari PPDGJ-IIII. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2014

4.

American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision. Washington, DC, American Psychiatric Association, 2000.

5.

Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2014). Buku Ajar Psikiatri: Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 343358.

6.

Idrus MF. Bahan Ajar Sistem Neuropsikiatri : Gangguan Kepribadian. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin. Makassar : 2016.

Related Documents


More Documents from "nhiar dwi"