Bab X G.docx

  • Uploaded by: Khammal Aja
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab X G.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 619
  • Pages: 1
dengan segala aspeknya, seperti model pakaian, masakan, obat-obatan, keperluan rias, dan Iain-lain hanya dapat diungkap dan dipahami secara sempurna dalam bahasa daerah yang ada di Nusantara ini. Dalam masalah sastra juga banyak terdapat ungkapan yang hanya bisa dinyatakan dalam bahasa daerah untuk mempertahankan keindahan dan makna yang dikandungnya. Tidak heran jika kita mendapatkan pemakaian bahasa daerah dalam ranah bahasa dan sastra Indonesia, karena pengarang lebih "sreg" menggunakan bahasa daerah daripada bahasa Indonesia. Pengarang novel atau cerita pendek yang berasal dari Batak, Bali, Lampung, Makasar, Bugis, Jawa, Sunda, dan lain-lainnya yang ada di Nusantara tidak dapat lepas dari penggunaan bahasa daerah masing-masing, karena dengan menggunakan ungkapan bahasa daerah itu pengarang tetap dapat menyampaikan maksud yang dikehendaki tanpa mengorbankan aspek keindahannya. Bahasa-bahasa daerah yang ada di Nusantara ini tidak lebih rendah dari bahasa-bahasa yang ada di dunia, termasuk bahasa-bahasa yang ada di Asia, seperti bahasa Arab, bahasa Thai, bahasa Tamil, bahasa Mandarin, bahasa Jepang, bahasa Korea, dan Iain-lain. Bahasa-bahasa ini tetap dipertahankan oleh masyarakat penutur aslinya, karena eksistensi bangsa ini tidak dapat dilepaskan dari bahasanya. Bahasa-bahasa itu menjadi begitu bergengsi karena kualitas manusia dengan etos kerja yang tinggi menjadikan bangsa-bangsa itu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya yang lebih kreatif, bukan karena bahasanya. Bahasa merupakan representasi untuk mengungkapkan segala sesuatu yang mereka capai. Bangsa-bangsa lain banyak yang mempelajari bahasa-bahasa Jepang, China, Korea, Jerman, Prancis, Inggris, dan Iain-lain untuk tujuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang memang mereka butuhkan dalam memajukan bangsa dan negaranya. Seandainya bangsa-bangsa asing itu tidak memiliki prestasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya yang tinggi, bahasa mereka pun tidak akan dipelajari oleh bangsa-bangsa lain di dunia, karena tidak ada yang bisa diharapkan dari mereka. Itu seandainya begitu. Sebaliknya, seandainya suku-suku bangsa kita yang beraneka ragam ini juga memiliki prestasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya yang tinggi dan dinyatakan dalam bahasa dengan aksara daerah masing-masing maka bangsa lain akan lebih memperhatikan bahasa-bahasa daerah yang kita miliki. Jangan karena kualitas bangsa dengan etos kerja dan disiplin yang rendah sehingga prestasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budayanya rendah, lalu menganggap bahwa budaya lokal dialpakan begitu saja. Khusus tentang aksara daerah, budaya yang sudah memiliki sistem tulisan sendiri menandakan bahwa budaya itu memiliki derajat yang tinggi. Sebab, dalam budaya itu segala pola pikiran, keyakinan, dan perilaku pemiliknya terekam untuk dipelajari dan kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya, tanpa batas ruang dan waktu. Berapa bahasa yang ada di dunia ini tidak terhitung jumlahnya. Namun, berapa budaya yang memiliki sistem tulisan sendiri tidak lebih dari lima persen. Perkiraan ini didasarkan pada banyaknya bahasa yang ada di Indonesia. Selain itu, perlu diciptakan simbol sebagai suatu sistem tulisan, yang dapat menyatakan semua aspek cipta, rasa, karsa, dan karya suatu bangsa dengan bahasanya tidak mudah. Lima kali, sepuluh kali, atau berapa kali pun kongres bahasa ini belum tentu dapat merumuskan simbol-simbol sebagai suatu sistem tulisan yang dapat diterima oleh suatu budaya untuk merekam semua pola pikiran, keyakinan, dan perilaku yang dipelajari serta diwariskan kepada generasi mendatang tanpa batas ruang dan waktu. Demikianlah halnya dengan sistem tulisan daerah yang ada dalam budaya Nusantara ini, seperti aksara Batak, Bali, Bugis, Jawa, Sunda, Lampung, dan Bima. Banyak dokumentasi pola pikir, keyakinan, dan perilaku budaya-budaya daerah ini yang tidak ternilai harganya yang direkam dengan sistem tulisan daerah, baik yang masih ada di museum-museum di tanah air maupun yang ada di museum-museum mancanegara. Apabila nanti sistem tulisan daerah punah dari bumi Nusantara, maka generasi yang sangat bertanggung jawab atas lenyapnya aksara daerah ini ialah generasi yang sekarang ini, terutama individu-individu yang secara formal diberi tanggung jawab untuk menghormati dan memelihara aksara daerah. Sampai sekarang ini masih ada individu-individu yang mampu menguasai aksara daerah untuk tujuan-tujuan rekognitif dan produktif. Oleh karena itu, mereka perlu dibina dan diarahkan agar lebih peduli terhadap pemeliharaan bahasa dan sastra daerah.

Related Documents

Bab X G.docx
April 2020 11
Bab X - Penutup.doc
November 2019 11
Bab 1 X Ktiq
May 2020 5
Bab X Produktivitas.doc
November 2019 11
Kelas X Bab Ii.pptx
November 2019 33

More Documents from ""

Cv P2sedt Pmn.docx
April 2020 7
Bab Ix B.docx
April 2020 13
Phb.docx
April 2020 4
Bab X G.docx
April 2020 11