Bab X Produktivitas.doc

  • Uploaded by: cimol
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab X Produktivitas.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 4,295
  • Pages: 24
BAB X PRODUKTIVITAS TAMBANG

10.1.

PENGERTIAN PRODUKTIVITAS

(1)

Produktivitas tidak sama dengan produksi. Produksi, unjuk kerja dan hasil-

hasil

yang

dicapai

adalah

komponen-komponen

dari

usaha-usaha

produktivitas, tetapi istilah-istilah tersebut tidak ekivalen. Konsep produktivitas dicetuskan pertama kali oleh David Ricardo. Berikut ini adalah beberapa pengertian produktivitas menurut : 1. Dewan Produktivitas Nasional Indonesia Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.

Produktivitas 

Jumlah Hasil Keluaran  Keluaran Jumlah Masukan  Masukan yang Dimasukkan/Dipakai

2. Wabster Produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha produktif. Produktivitas adalah tingkat keefektifan dari manajemen industri di dalam penggunaan

fasilitas-fasilitas

untuk

produksi.

Produktivitas

adalah

keefektifan dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan. 3. John Kendrick Produktivitas adalah hubungan antara keluaran dari barang-barang dan pelayanan dengan masukan-masukan dari sumber daya manusia dan bukan manusia, yang digunakan dalam proses produksi. 4. Jackson Grayson

X-1

Produktivitas adalah apa yang didapatkan dari suatu aktivitas dari apa yang dimasukkan atau keluaran dibagi masukkan. 5. Paul Mali Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya digunakan bersama di dalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasilhasil. Produktivitas adalah mencapai tingkat (level) tertinggi dari unjuk kerja (performance) dengan pemakaian dari sumber daya yang minim. Bagian pertama adalah suatu kumpulan hasil-hasil, merupakan hal yang penting,

karena

tanpa

suatu

kumpulan

hasil-hasil

berarti

bukan

produktivitas. Hal ini menunjukkan keefektifan di dalam mencapai suatu tujuan. Bagian kedua menyatakan pemakaian sumber daya. Konsep produktivitas ini menspesifikasikan jumlah, tipe dan tingkat dari sumber daya yang diperlukan. Hal ini menunjukkan keefisienan dari pencapaian hasil dengan pemakaian sumber daya yang minimal. Jadi dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah suatu kombinasi dari efektif dan efisiensi atau :

Produktivitas 

Keluaran Unjuk Laku yang Dicari  Masukkan Sumber Daya yang Digunakan

Selain itu untuk memperjelas pengertian produktivitas, Paul Mali memberikan 4 pengertian produktivitas berdasarkan ruang lingkupnya yaitu : 1. Ruang Lingkup Nasional, memandang negara secara keseluruhan, diperhitungkan factor buruh, modal, manajemen, bahan mentah, dan sumber lainnya secara sederhana.

X-2

2. Ruang

Lingkup

Industri,

hanya

memperhitungkan

factor

yang

berhubungan dan berakibat terhadap industri tertentu seperti industri ruang angkasa, minyak, pertambangan, kesehatan, dan lain-lain 3. Ruang Lingkup Perusahaan atau Organisasi, lebih memungkinkan melihat hubungan timbal balik antar factor untuk diukur, dan dapat dibandingkan dengan perusahaan atau organisasi lain. Sebagai contoh produk per jam kerja 4. Ruang

Lingkup

Pekerjaan

Perorangan,

sangat

dipengaruhi

oleh

lingkungan pekerjaan dan ketersediaan peralatan proses. Hal ini sudah lebih kompleks karena adanya factor motivasi yang tidak dapat diukur, sedangkan motivasi sangat mempengaruhi hasil pekerjaan Dibidang pertambangan, Departemen Pertambangan A.S mendefinisikan produktivitas sebagai efisiensi penggunaan sumber daya ekonomi (manusia, material, dan mesin) untuk memproduksi barang-barang dan jasa atau hubungan antara keluaran fisik yang dipergunakan untuk memproduksi keluaran-keluaran tersebut. Definisi dasar yang digunakan di Indonesia adalah bentuk yang diberikan oleh Dewan Produktivitas Nasional. Dari rumus tersebut dapat diperinci menjadi ukuran “produktivitas faktor tunggal” ataupun menjadi ukuran “produktivitas faktor banyak”. Produktivitas faktor tunggal, contohnya :

Produktivitas 

Jumah Keluaran  Keluaran Jumlah Tenaga Kerja

X-3

Produktivitas 

Jumah Keluaran  Keluaran Jumlah Masukan Modal

Produktivitas faktor banyak, contohnya :

Produktivitas 

Jumah Keluaran  Keluaran Masukan Tenaga Kerja  Modal  Energi  dsb

Produktivi tas 

Jumah Keluaran  Keluaran Masukan Tenaga Kerja  Bahan  bahan

10.2. PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN Menurut Everett E. Adam Jr. dkk, produktivitas perusahaan adalah suatu konsep sistematis mengenai konversi dari masukan keluaran dalam sistem yang berada pada suatu keadaan tertentu. Atau sebagai konsep dinamis dapat didefinisikan secara lebih spesifik sebagai keluaran dibandingkan dengan 4 sumber utama dari masukan perusahaan atau

Produktivi tas Total 

Keluaran  Keluaran Tenaga kerja  Modal  Material  Energi

Sedangkan menurut Bernard W. Taylor dan K. Roscoe Davis :

Produktivi tas Total 

(S  C  MP) - E (W  B)  (Kw  Kf).Fb.df

X-4

dimana :

S = penjualan C = persediaan MP = bahan yang dibuat sendiri

Kw = modal kerja Kf = modal tetap Fb = faktor penyesuaian kontribusi

walaupun dapat dibeli di

penanaman modal df = faktor penyesuaian perubahan

pasaran W = gaji dan upah kerja B = tunjangan S+C+MP-E = keluaran total model ini masih mencerminkan secara jelas konsep produktivitas Ricardo yl, dengansegala sifatnya yaitu bahwa produktivitas merupakan perbandingan output, produktivitas lebih berfungsi dan dinyatakan sebagai indeks, dan semua output maupun input diagregasikan. Produktivitas faktor total ini lebih menunjukkan keadaan yang sebenarnya dalam proses kerja, karena seluruh sumber daya diperhitungkan. Nisbah (ratio) produktivitas faktor total harus dapat menghubungkan keluaran seluruh faktor masukan seperti modal, tenaga kerja, dll. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas faktor total harus dikembangkan di dalam perusahaan dengan memasukkan faktor-faktor yang kritis dan memegang peranan. Nisbah ini bermanfaat untuk melihat produktivitas dari pandangan ekonomi yang lebih luas dimana interaksi kompleks antara variabel yang mempengaruhi tidak mudah dilihat, untuk mengevaluasi perubahan yang mungkin terjadi pada keluaran maupun masukan seperti produksi, penjualan, anggaran, gaji dan upah, ukuran ongkos, persediaan investasi, dll. Keluaran dapat dibandingkan terhadap salah satu masukan, produk yang dihasilkan masukan seperti tenaga kerja langsung, semi langsung dan tidak langsung, modal yang terdiri dari investasi, depresiasi, surat-surat berharga dan lain-lain.

X-5

Perusahaan dapat memanfaatkan indeks produktivitas ini di dalam menganalisa dan mengevaluasi perubahan-perubahan ongkos pada setiap masukan, tetapi dengan syarat yang penting adalah semua masukan dinyatakan dengan harga yang tetap yang diambil dari periode dasar. Seorang ahli batubara, William J. Douglas, memberikan definisi tentang produktivitas yang menggabungkan peralatan dan manusia sebagai faktor ekonomi, yaitu :

Produktivitas ekonomi  ton/shift ton  Biaya modal/shif t  Biaya tenaga kerja/shift  Biaya operasi/shift $

Dengan memandang nilai per ton batubara yang diproduksi maka didapat suatu nisbah dari produktivitas yaitu : Efisiensi ekonomi  ton/shift x nilai dolar/ton nilai$  Biaya modal/shift  Biaya tenaga kerja/shift  Biaya operasi/shift biaya$

Apabila menghitung produktivitas tambang, faktor-faktor ini harus diselidiki, diukur, dan dianalisa.

10.3. PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Produktivitas tenaga kerja merupakan produktivitas faktor tunggal dimana masukan tenaga kerja adalah masukan tunggal. Produktivitas tenaga kerja

X-6

adalah hasil yang diberikan untuk setiap satuan waktu bekerja yang dinyatakan dalam bentuk :

Produktivitas Tenaga Kerja 

10.3.1.

Jumlah Hasil yang Diberikan Satuan Jam Orang Bekerja

(5)

Perhitungan produktivitas tenaga kerja tambang (overall mine

labour productivity) PT. INCO Indonesia. Model yang digunakan untuk menghitung produktivitas tenaga kerja di PT. INCO Indonesia adalah :

P.T.K 

WMT.SSP manshift

dimana : P.T.K

= produktivitas tenaga kerja

WMT.SSP

= wet metric ton screening station product yang merupakan produk akhir dari Departemen Tambang sebagai bahan baku pabrik

Manshift

= jam kerja yang dibayar untuk seluruh Departemen Tambang dari

manajemen,

geologi,

operasi,

engineering

dan

pemeliharaan Semua operasi pekerjaan pembuatan jalan tambang, pengupasan tanah dan operasi

penambangannya

sendiri

termasuk

perhitungan

di

dalam

menghasilkan produk akhir Departemen Tambang (SSP). Sedangkan yang termasuk perhitungan manshift adalah : a) Operator alat tambang

: operator

b) Pengawas tambang

: mandor, pengawas dan pengawas senior

X-7

c) Geologi

: semua pegawai

d) Engineering

: semua pegawai

e) Bagian pemeliharaan

:



Tingkat pertama : - perbaikan lapangan - pemeliharaan pencegahan (bottom shop)



Tingkat kedua : - pemeliharaan - pembuatan komponen (top shop)

f) Manajemen 10.3.2.

: setingkat superintendent

(6)

Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja PT. Tambang Batubara

Bukit Asam (Persero) dan PN. Tambang Batubara Model yang digunakan untuk menghitung produktivitas tenaga kerja adalah : P.T.K 

ton manshift

dimana : P.T.K

= produktivitas tenaga kerja

Ton

= produksi yang dihasilkan dari tambang

Manshift

= jam kerja yang terjadi untuk seluruh pegawai yang dapat dihitung untuk : 1. Jam kerja untuk Dinas Tambang Terbuka dan Tambang Dalam 2. Jam kerja untuk seluruh pegawai sampai ke Kuasa Direksi, tidak termasuk pegawai di Kantor Pusat Jakarta.

Produktivitas tenaga kerja di bidang pertambangan umumnya menggunakan satuan ton per manshift. Hal ini terlihat dari data yang terdapat dalam majalah Engineering Mining Journal bulan Juni 1978 dan data yang diperoleh dari PT.

X-8

INCO Indonesia serta hasil perhitungan

di PT. Tambang Batubara Bukit

Asam (Persero) dan PN. Tambang Batubara seperti yang terlihat pada lampiran 1.

10.4.

(1)

MODEL PRODUKTIVITAS M.E. MUNDEL

Model pengukuran produktivitas M.E. Mundel adalah model yang mempunyai ruang lingkup perusahaan atau organisasi untuk suatu pabrik (intra plant productivity). Model ini dibuat sebagai hasil kerja sama dengan Asian Productivity Organization (APO) dan telah didiskusikan berturut-turut di Manila (1982), New Delhi (1983) dan Singapura (1984). M.E. Mundel mendefinisikan : Produktivitas adalah nisbah (ratio) dari keluaran yang dihasilkan untuk penggunaan di luar organisasi, yang membolehkan untuk berbagai macam produk, dibagi oleh sumber-sumber yang digunakan, semuanya dibagi oleh suatu nisbah yang sama dari periode dasar. Atas dalam bentuk matematisnya adalah : Sum AO / m Produktivitas  Sum RI / m Sum AO / b Sum RI / b

Bentuk

ini

direkomendasikan

oleh

M.E.

Mundel

untuk

produktivitas organisasi pabrik diluar pabrik pakaian, dimana : Sum AO

= jumlah keluaran agregasi

Sum RI

= jumlah masukan sumber-sumber

/m

= periode pengukuran (measured period)

X-9

perhitungan

/b

= periode dasar (base period)

1. SUM RI/b

= RIP/1b + RIP/2b + RIP/3b

2. SUM RI/m = RIP/1m + RIP/2m + RIP/3m 3. SUM AO/b = AOP/1b + AOP/2b + AOP/3b 4. SUM AO/m = AOP/1m + AOP/2m + AOP/3m 5. RIP/1

= masukan sumber modal

6. RIP/2

= masukan sumber energi, peralatan dan tenaga kerja

langsung 7. RIP/3

= masukan sumber tidak langsung

8. AOP/1

= pengembalian ongkos modal (capital cost recovery)

9. AOP/2

= pengembalian ongkos buruh langsung (direct labor

recovery) 10. AOP/3

= pengembalian ongkos tidak langsung (indirect cost

recovery) a. RIP/1b

= X/1b x $1 + X/2b x $2 + … + X/Nb x $N

RIP/1m

= X/1m x $1 + X/2m x $2 + … + X/Nm x $N

X/1

= jam yang tersedia per tahun pada fasilitas 1

X/2

= jam yang tersedia per tahun pada fasilitas 2

X/N

= jam yang tersedia per tahun pada fasilitas N

$1

= ongkos tetap pada fasilitas 1, tanpa energi dan tenaga kerja,

dihitung per jam operasi dengan menggunakan

penyusutan depresiasi garis di luar perhitungan untuk pajak. b. RIP/2b

= $E/b x $T/b + $L/b H/m H/b

RIP/2m

= $E/m + $T/m + SL/b x

$E/b

= ongkos energi, perioda dasar

X-10

$T/b

= ongkos suku cadang peralatan dan pemeliharaan, perioda dasar

$L/b

= ongkos tenaga kerja langsung, perioda dasar

$E/m

= ongkos energi, perioda pengukuran menggunakan besaran tahun pengukuran tetapi nilai unit perioda dasar dalam $

$T/m

= ongkos suku cadang peralatan dan pemeliharaan, perioda pengukuran pada nilai perioda dasar

H/b

= jam tenaga kerja langsung, perioda dasar

H/m

= jam tenaga kerja langsung, perioda pengukuran

Catatan : 1. Harga perioda dasar digunakan untuk $E/m dan $T/m mengisolasikan perhitungan dari faktor selain faktor pasar yang berpengaruh pada item ini. Tidak digunakan indeks harga agar item ini tidak diperlukan bergerak dengan indeks ini. 2. Digunakan $L/b x

H/m mengatur gaji ke nilai pada perioda dasar, H/b

juga tanpa ketergantungan pada indeks harga. c. RIP/3b

= aktual ongkos $ x jumlah dari nilai $ dari semua kategori, perioda dasar

RIP/3m

= HA/M/m x HR/M/b + HA/S/m x HR/S/b…+ HA/Z/m x HR/Z/b

HR/M/b

= gaji/jam rata-rata, bagian manajemen (M), perioda dasar dalam $.

HR/S/b

= gaji/jam rata-rata, pengawasan (S), perioda dasar dalam $

HR/R/b

= gaji/jam rata-rata, pengawasan ®, perioda dasar dalam $

HR/C/b

= gaji/jam rata-rata, juru ketik (C), perioda dasar dalam $

HR/O/b

= gaji/jam rata-rata, yang lainnya (O), perioda dasar, dibagi harga kontrak oleh jumlah jam dari tenaga kerja yang dipasok dan digunakan sebagai pengganti tingkat gaji dasar tahunan

X-11

HA/M/b

= jam kerja aktual, bagian manajemen M, perioda dasar b dan dengan pengertian yang sama untuk grup yang berbeda oleh perubahan jangka menengah ke S,R, dll.

Catatan : Dalam RIP/3/m gaji/jam adalah tingkat perioda dasar karena penurunan setiap masukan secara terpisah, hal ini tidak sama jika semua tingkat gaji akan dikoreksi oleh indeks harga. d. AOP/1b

= Q1/b x ST1/1 x ($1x $1E/b + $1T/b) … + ST1/N x ($NE/b x $NE/b) + $NT/b + Qi/b dan seterusnya, untuk semua produk dan tahap proses

Q1/b

= jumlah produk 1, perioda dasar

Q2/b

= jumlah produk 2, perioda dasar

: : QN/b

= jumlah produk N, perioda dasar

Sti/1

= waktu standar mesin untuk unit terpakai dari produk 1 pada fasilitas 1

ST2/1

= waktu standar mesin untuk unit terpakai dari produki 2 pada fasilitas 1

Sti/N

= waktu standar mesin untuk unit terpakai dari produk I pada fasilitas N

e. AOP/2b

= (Q1/lb x STL/1 x $L/b) = (Q2/lb + STL2/1 x $L/b) + … + (Qi/Nb x STLN/1 x $L/b)

STL1/1

= waktu standar buruh untuk unit terpakai dari produk 1 pada fasilitas 1

STL2/1

= waktu standar buruh untuk unit terpakai dari produk 2 pada fasilitas 1

STLi/1

= waktu standar buruh untuk unit terpakai dari produk I pada fasilitas N

X-12

AOP/1m

= AOP/1b dan

AOP/2m

= AOP/2b, kecuali

i.

Semua Q dari perioda pengukuran

ii.

Setiap peralatan dihapuskan, diganti atau ditambahkan, harus diatur di dalam algoritma C

iii. Semua $ adalah nilai perioda dasar, kecuali pada peralatan baru, dan diambil dari perhitungan untuk RIP/1. f. AOP/3b AOP/3m

= RIP/3b =

AOP/1m  AOP/2m x RIP/3b AOP/1b  AOP/2b

Perioda dasar menyatakan beberapa perioda dan telah lampau dari kinerja dihubungkan dengan perioda waktu biasa dari suatu perioda waktu yang umum. Perioda pengukuran menyatakan beberapa perioda waktu setelah perioda dasar. Sum AO / m Bila P  Sum RI / m Sum AO / b Sum RI / b

P = Indeks Produktivitas

SUM AO / m = indeks kinerja sekarang SUM RI / m SUM AO / b = indeks kinerja pasar SUM RI / b SUM AO / m = indeks keluaran SUM RI / b SUM RI / m SUM RI / m

= indeks masukan

Pada dasarnya model M.E. Mundel ini adalah “kuantifikasi” dan “agregasi” keluaran maupun masukan. Umumnya metoda kuantifikasi dan agregasi

X-13

masukan adalah dalam istilah tenaga kerja (man power) adalah waktu kerja (man hours) atau (man years). Sedangkan alternatif lain adalah : 1. Ongkos tenaga kerja tambang 2. Ongkos tenaga kerja (langsung dan tidak langsung) 3. Ongkos total 4. Ongkos modal 5. Penggunaan mata uang asing Sedangkan untuk keluaran, metoda umum untuk kuantifikasi adalah : 1. Keluaran nilai dollar/rupiah 2. Keuntungan dari keluaran 3. Ton, ft3, tip, nilai makanan dan sebagainya Setiap metoda kuantifikasi dari masukan dapat digunakan untuk setiap metoda kuantifikasi keluaran sepanjang hubungan tersebut menjabarkan apa yang dicoba untuk dikembangkan. Untuk produktivitas tenaga kerja di A.S. pada umumnya digunakan : Masukan

= penggunaan tenaga tahunan

Keluaran

= agregasi dari keluaran dalam hal waktu standar dari tahun dasarnya

M.E. Mundel juga menyebutkan beberapa galat (error) potensial bila menggunakan

indeks

produktivitas

yang

tidak

mengukur

didefinisikan cara lain dari pengembangan yaitu : 1. Pengukuran yang terlalu sederhana dari keluaran 2. Sub optimasi 3. Perhitungan keluaran yang tidak berhubungan dengan tujuan

X-14

apa

yang

4. Perhitungan keluaran yang tidak merupakan keluaran akhir 5. Perhitunga keluaran yang tidak berhubungan dengan masukan Ketelitian dalam melihat agregasi keluaran dan masukan perlu mendapat perhatian untuk mencegah nilai produktivitas yang tidak menggambarkan yang sesungguhnya. (3)

Penurunan produktivitas merupakan masalah yang sangat serius. Beberapa

penyebabnya secara umum adalah : 1. Peraturan dan hukum pemerintah yang mengharuskan penambahan pengeluaran/biaya dalam menjalankan bisnis tanpa merubah produktivitas dalam

jangka

pendek

seperti

perlindungan

terhadap

lingkungan,

kesehatan dan keselamatan kerja, dll 2. Hukum dan peraturan tersebut mengakibatkan pertambahan jumlah pegawai. Dengan masuknya pekerja wanita dan golongan minoritas telah mengakibatkan turunnya produktivitas pada awal periode 3. Manajer-manajer di Amerika memiliki orientasi pada profit dalam pengambilan keputusan jangka pendek. Dengan adanya tekanan dari para pemegang saham, bursa saham dan lembaga keuangan, mereka cenderung menunda penelitian-penelitian penting, pengembangan, dan investasi di sektor baru. Hal ini mengakibatkan turunnya turunnya produktivitas dalam kurun waktu yang lama. Peraturan mengenai perpajakan juga telah membuat perusahaan untuk tidak melakukan inovasi dan investasi di sektor yang baru 4. Sistem perekonomian sekarang lebih mengacu pada sektor jasa daripada manufaktur padahal produktivitas lebih sulit dicapai pada sektor jasa jika dibandingkan dengan proses produksi

X-15

5. Adanya pertentangan dengan persatuan buruh turut mendukung turunnya produktivitas. Sejumlah negosiasi dalam peraturan mengenai upah telah memberikan dampak buruk dalam persaingan pasar dunia 6. Organisasi

pegawai

mengakibatkan

terjadinya

penolakan

sistem

pemberian bonus yang dilakukan jika ada kenaikan produktivitas. Buruknya tindakan para pekerja akibat tidak adanya jaminan kerja, pekerjaan yang kurang berarti, manajer yang otoriter dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap kualitas kerja. (2)

Menurut hasil pengamatan pada tambang batubara bawah tanah, telah

terjadi penurunan produktivitas setiap tahunnya sejak tahun 1969. Hal ini terjadi pula pada tambang-tambang terbuka walaupun penurunannya lebih rendah. Beberapa perusahaan tambang telah menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk mencari penyebab turunnya produktivitas dan mencoba untuk memperbaikinya. Beberapa penyebabnya adalah : 1. Federal Health and Safety Laws and their antecedents (CMHSA) tahun 1969 dan 1977 2. Kondisi peralatan yang buruk atau metoda penambangan yang tidak sesuai 3. Sikap dan kebiasaan para pekerja 4. Program pelatihan yang tidak efektif yang diberikan untuk pekerja yang tidak berpengalaman 5. Program perawatan (maintenance) yang buruk 6. Federal Surface Mined Coal and Reclamation Act and it’s antecedents (SMCRA) pada tahun 1977 7. Masalah lingkungan

X-16

Health and Safety Act 1969 merupakan penyebab terburuk dengan memaksa perusahaan tambang batubara untuk melakukan penambangan terhadap tambang-tambang yang tidak produktif dan memerlukan biaya besar. CMHSA 1969 memberikan kontribusi secara langsung terhadap penurunan produktivitas pada periode 1970-1972. Setelah tahun 1972 penurunan produktivitas merupakan akibat dari respon pihak manajemen terhadap peraturan tersebut dan suatu studi terhadap produktivitas menyatakan bahwa peraturan tersebut bukanlah satu-satunya penyebab terjadinya penurunan produktivitas.

Contohnya, sistem ventilasi yang dinilai sudah tidak layak

pakai harus segera didesain ulang agar dapat memberikan hasil kerja yang baik dengan memanfaatkan konsep-konsep ventilasi yang baru seperti split ventilation, auxiliary face fans and tubing. Setelah dilakukan perbaikan, produktivitas mulai mengalami perbaikan. Jadi masalahnya terletak pada efektivitas manajemen. Penggunaan peralatan yang sudah tua merupakan penyebab kedua yang mempengaruhi turunnya produktivitas. Pada awal tahun 1970-an alasan ini tidak dapat diabaikan. Tapi sejak terjadinya “coal boom” pada tahun 1973 – 1975, para pengusaha tambang menambah modal mereka sehingga mereka mulai mengganti peralatan mereka dengan mesin baru. Tapi sayangnya, produktivitas masih tetap menurun. Sikap dan kebiasaan para pekerja dianggap merupakan penyebab utama turunnya produktivitas. Moral yang buruk, kinerja dan produksi merupakan hasil interaksi beberapa faktor yang berkaitan dengan lemahnya manajemen dan pekerja dalam hal : -

Skills (keterampilan)

-

Training (pelatihan)

X-17

-

Dicipline (disiplin)

-

Tools and equipment (peralatan)

-

Supervisory structure (struktur supervisor)

-

Supervisory planning (perencanaan supervisor)

-

Maintenance programs (program perawatan)

-

Operational direction (pengarahan terhadap operasional kerja)

-

Authority (otoritas)

-

Management support (dukungan manajemen)

-

Communication (komunikasi vertikal dan horizontal)

Manajemen memegang peranan penting dalam masalah ini. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki program rutin untuk mengevaluasi kinerja tambang.

10.5.

(4)

PRODUKTIVITAS PER SHIFT OPERASI

10.5.1.

Produktivitas

pengeboran Produktivitas

pengeboran

bergantung

pada

densitas

batuan,

pola

pengeboran, dan laju penetrasi. Densitas batuan dapat diukur atau diperkirakan dari tabel spesific gravity. Pola pengeboran dapat diatur dengan pengalaman operasi atau diperkirakan dengan menggunakan rumus yang didasarkan pada diameter lubang, tinggi jenjang, kedalaman subgrade, powder factor, dan densitas batuan. Besarnya laju penetrasi dapat diperkirakan berdasarkan pada pengalaman operasi atau uji pengeboran. Waktu pengeboran rata-rata down the hole untuk tiap shift (8 jam) biasanya 5,5 jam. Tetapi waktu tersebut sensitif terhadap tinggi jenjang dan laju penetrasi. Jenjang yang rendah dan atau batuan yang lunak akan

X-18

menghasilkan waktu pengeboran yang lebih singkat tiap shift karena lebih banyak waktu yang diperlukan untuk menggerakan bor dari lubang ke lubang. Contoh produktivitas bor dapat dilihat pada tabel di bawah.

10.5.2.

Produktivitas

pemuatan Produktivitas pemuatan suatu shovel merupakan fungsi dari densitas batuan swell factor, ukuran mangkuk (bucket), faktor pengisian bucket, ukuran truk, faktor pemuatan (loading factor) truk, swing cycle time, spotting time truk. Swell

factor

material

dapat

ditentukan

dengan

pengukuran

biasa,

perbandingan dengan operasi-operasi yang lain atau diperkirakan dari tabeltabel yang tersedia. Ukuran bucket ditentukan oleh ukuran mesin, densitas material (material loose density), dan rentang yang tersedia dari pabrik. Faktor pengisian (fill factor) bucket merupakan fungsi dari tinggi jenjang dan kondisi pengeboran, nilainya berkisar antara 85-90% untuk material dengan cuttability yang baik. Ukuran truk biasanya dinyatakan dalam kapasitas muatan truk (ton) dan ukuran truk harus disesuaikan sedemikian sehingga dapat dimuati tiga sampai lima kali oleh alat muat (loading equipment). Swing cycle time biasanya bertambah sejalan dengan meningkatnya ukuran peralatan dan merupakan fungsi dari densitas material, kondisi pengeboran, sudut putar, tinggi truk, dan keterampilan operator. Swing cycle time dapat diperoleh dari kondisi operasi atau diperkirakan dari tabel atau grafik. Spotting time truk adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempatkan unit pengangkut di bawah shovel. Spotting time dapat dikurangi dengan cara melakukan pemuatan pada dua sisi. Contoh perhitungan produktivitas shovel

X-19

dapat dilihat pada lampiran. Asumsi yang digunakan pada perhitungan tersebut adalah waktu efektif dalam satu shift 350 menit.

10.5.3.

Produktivitas

pengangkutan Produktivitas unit pengangkutan merupakan fungsi dari profil pengangkutan dan kecepatan truk. Karena profil pengangkutan dapat bervariasi selama umur tambang, produktivitas truk harus dihitung untuk masing-masing periode penambangan yang ditetapkan dalam jadwal produksi. Untuk menentukan profil rata-rata pada suatu periode penambangan, pengukuran dibuat dari titik tengah (centroid) masing-masing jenjang yang telah ditambang ke arah yang tepat (crusher, stockpile, waste dump dan lain-lain). Kecepatan truk maksimum baik untuk kondisi penuh maupun kosong ditentukan dari grafik yang diperoleh dari pabrik dan dimodifikasi sehingga sesuai dengan kondisi proyek dan peraturan keselamatan kerja. Karena sebagian besar tambang tidak mempunyai jalur lintas, produktivitas truk dibatasi oleh unit yang paling lambat dan kecepatan rata-rata biasanya kurang dari kecepatan maksimum yang diperbolehkan. Oleh karena itu, seharusnya digunakan kecepatan sekitar 90% dari kecepatan maksimum yang diperbolehkan. Kecepatan rata-rata ini digabungkan dengan berbagai segmen profil pengangkutan untuk menentukan total waktu perjalanan. Sehingga produktivitas truk per shift = Jumlah muatan per shift x kapasitas truk x loading factor Table 10.1. Produktivitas Tenaga Kerja Berbagai Perusahaan Tambang No.

Nama

Lokasi

Pemilik Jenis Perusahaan

X-20

Tahun mulai

Tipe Bijih/ kadar

Sistem Tambang

Produktivitas (ton/MS)

Tambang 1.

Messina (Tvl) Development CO. Ltd.

2.

Serrouvile

3.

Amax Chemical Corp. Carlsbad

4.

New Market Mine Jefferson County, Tem

A.S.

5.

Mac Leod Mine, Algona Ore Div. Ontario

Kanada

6.

Windana Nickel Project Laicaton

Australia Barat

7.

Soroako INCO Indonesia

Indonesia

8.

Lakestor Mine Casa Grandi, Arizona

Afrika Selatan

100% swasta (100% public)

Serrouvile, Perancis

100% swasta (Arbed) 100% swasta (Amax Inc)

Meksiko

A.S.

9.

BCL Ltd. SelebiPikwe

Bostwana

10.

Mosaboni Group Mines Mosaboni-Bihor

India

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Cerro de Pasco Codelco, Rancagua Fosdalens Bergverks A/S Bukit Asam Sumatera Selatan Ombilin Sumatera Barat Ombilin Sumatera Barat Seluruh A.S. (1968 – 1978)

Keterangan : x) *) **) ***)

1904

1,15% Cu

Sub. Cav.

1,4

1973

36% Fe

R&P

64

1952

16% K2

R&P

52

1963

27% Zn

R&P Shrinkage stoping Benching

24

1939

34,6% Fe

Sub bl.

44

1978

2% Ni

Sub bl. C&F Sub Cav

11

Swasta

19..

2% Ni

Open Pit

13,16 x)

50% Hecta Mining Co. 50% El Paso Natural Gas & Co

1976

1% Cu

Bl Cav Pa Cav Sub Cav

24

3,10

100% swasta (Asarco Inc) 100% swasta (Algona Steel Corp) 50% Shell 50% Western Mining Corp

25% AMAX 25% AAC of SA 15% Bostwana 35% Public

1973

1,80% Cu 1,25 % Ni

C&F Open stoping with Post fill

100% Pemerintah

1924

1,35% Cu

R&P C&F

0,75

Bl Cav C&F Sq set Arch block

3,34

Peru

100% Pemerintah

1901

3,27% Pb 7,14 % Zu 2.802/ton Ag

Chili

100% Pemerintah

1905

1,59% Cu

Bl Cav.

25

Norway

100% Pemerintah

1906

30% Fe

Sub Cav

16

Indonesia

Pemerintah

1918

Batubara

Strip Mine

1,11*)

Indonesia

Pemerintah

1892

Batubara

Strip Mine

3,22**)

Indonesia

Pemerintah

1892

Batubara

A.S.

Campuran

= Bulan Januari 1994 = Rata-rata selama tahun 1979 – 1981 = Rata-rata selama tahun 1979 – 1982 = Proyeksi

X-21

Batubara

Longwall R & P, Cav Tambang Bawah Tanah

1,50**) 15,60***)

- sub Cav. -R&P - Sub bl -C&F - pa cav sq set

= Sublevel caving = Room And Pillar = Sublevel blast hole = Cut and Fill = panel caving = square set

Table 10.2. Drilling Productivity Estimate Drill type Material to drill In situ density of material

12.25-in. electric ore and waste 12.50 cu ft/ton

Blasting parameters Bench height Subgrade drilling Hole depth Hole diameter Explosive specific gravity (ANFO) Powder factor Powder rise Stemming height Column load Burden Spacing Tons drilled/hole

50 ft 10 ft 60 ft 12.25 in. 0.82 gr/cm3 0.35 lb/ton 30 ft 30 ft 41.88 lb/ft 30 ft 30 ft 3,600 tons

Drilling productivity Tons/ft drilled Penetration rate Down the hole drilling, time/shift Ft drilled/operating shift Tons drilled/operating shift Scheduled days/year Shifts/day Total scheduled shifts/year Maximum drill utilization Maximum operating shifts/year Maximum tons x 1000/drill year Average tons drilled/scheduled shift

60.00 tons/ft 70 ft/hr 5.5 hr 385 ft 23,100 tons 360 days 3 shifts 1,080 shifts 60% 648 shifts 14,969 kt 13,860 tons

Table 10.3. Shovel Productivity Estimate Type of equipment Shovel Truck

25 cu yd 170 ton

X-22

Material to load In situ density Swell factor Loose density Bench height

ore and waste 12.50 cu ft/ton 1.33 16.63 cu ft/ton 50 ft

Productivity/load Shovel bucket size Bucket fill factor Truck size Theoritical passes to load Average swing cycle time Spot time between loads Total time/load

25 cu yd 90% 170 ton 4.65 passes 5 passes 32 sec 15 sec

Productivity/shift Effective minutes/shift Average truck loads/shift Truck load factor Average truck load Average shovel production/operating shift

350 min 119 load 95% 161.5 tons 19,218 tons

Productivity/year Scheduled days/year Shifts/day Total scheduled shifts/year Maximum shovel utilization Maximum operating shifts/year Maximum tons x 1000/shovel year

360 days 3 shifts 1,080 shifts 75 % 810 shifts 15,567 kt

10.6.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, Irwandy, Dr. Ir. M.Sc., “Konsep Sistem Kerja, Sistem Produksi, dan Manajemen Industri Pertambangan”, Diktat Pendidikan dan Pelatihan Mine Management, LAPI-ITB, 1999 2. Britton, Scott G., “Practical Coal Mine Management”, John Wiley & Sons,Inc., 1981, USA 3. Flippo, Edwin B., “Personnel Management”, 6 th edition, McGraw-Hill Book Company, 1984, San Jose 4. Kennedy, Bruce A., “Surface Mining”, 2nd edition, 1990

X-23

5. ….., Data dari PT. INCO Indonesia, tidak dipublikasikan 6. ….., Data dari PT. (Persero) Tambang Batubara Bukit Asam, tidak dipublikasikan 7. ….., Data dari PN. Tambang Batubara, tidak dipublikasikan

X-24

Related Documents

Bab X G.docx
April 2020 11
Bab X - Penutup.doc
November 2019 11
Bab 1 X Ktiq
May 2020 5
Bab X Produktivitas.doc
November 2019 11
Kelas X Bab Ii.pptx
November 2019 33

More Documents from ""

Bab X Produktivitas.doc
November 2019 11
Hemostasis Physiology.pdf
December 2019 14
Pkn.docx
December 2019 7