BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-1
BAB IV PERENCANAAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Dalam BAB IV ini berisi pembahasan mengenai bagian produksi. Pada bab ini, terdapat penjelasan terkait penetapan waktu standar sebagai dasar penetapan kapasitas produksi pada perusahaan PT Anugrah Pangarep. Selain itu juga terdapat penjelasan mengenai alur proses produksi, analisis persediaan bahan baku, jadwal produksi, utilitas sistem serta analisis dampak peristiwa yang terjadi selama bulan November 2018. 4.1 Alur Proses Produksi Flexmo adalah produk berbentuk tangan yang berfungsi sebagai alat terapi bagi penderita Cerebral Palsy, Flexmo merupakan produk dari PT. Anugrah Pangarep. Produk tersebut menggunakan solid wood sebagai bahan baku utamanya, yakni pada bagian tangan yang kemudian dilapisi dengan melamin doff saat finishing. Selain itu, multiplek juga merupakan bahan baku utama dari koper yang berfungsi sebagai packaging dari produk utama yakni Flexmo, yang kemudian dilapisi dengan stiker saat finishing. Berikut ini merupakan alur proses produksi dari produk Flexmo: 4.1.1 Proses Permesinan Dalam pembuatan produk Flexmo, diperlukan beberapa kali proses permesinan untuk mempermudah serta mempercepat proses pembuatannya dibandingkan dengan proses manual. 4.1.1.1 Mesin Circle Mesin circle digunakan untuk membelah kayu (searah dengan serat kayu) agar menjadi beberapa bagian. Mesin ini digunakan untuk membelah bahan baku multiplek yang digunakan sebagai komponen paw, komponen bagian atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang dari koper. Kemudian untuk membelah bahan baku triplek yang digunakan sebagai komponen alas paw, dan bahan baku solidwood sebagai komponen dari tangan. Pada proses pengerjaannya, biasanya kayu yang berukuran besar terlebih dahulu dibelah menggunakan mesin circle supaya proses pemotongan selanjutnya dapat lebih mudah dan ukuran bahan baku menjadi tidak terlalu besar. 4.1.1.2 Mesin RAS Mesin RAS digunakan untuk memotong kayu dengan pola melintang (tegak lurus serat kayu). Mesin ini digunakan untuk memotong komponen bagian atas, bawah, depan, belakang, kanan dan kiri dari koper sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Kemudian memotong panjang kayu dari komponen untuk paw sesuai dengan ukuran. 4.1.1.3 Mesin Planner Mesin planner berfungsi untuk menghaluskan permukaan dan mengurangi ketebalan dari kayu sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, biasanya digunakan diawal proses untuk referensi awal dimensi yang akan dipotong. Komponen yang dibuat menggunakan mesin ini yaitu komponen yang menggunakan material solidwood, yaitu untuk bagian tangan dan jarijarinya. Karena ketebalan dari material bahan baku yang digunakan yaitu 2,5cm sedangkan ketebalan yang dibutuhkan adalah 1,2cm, sehingga diperlukan proses permesinan ini untuk medapatkan ukuran yang diinginkan. Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-2
4.1.1.4 Mesin Jointer Mesin jointer digunakan untuk proses penghalusan siku. Komponen jari dan tangan yang mana menggunakan material solidwood harus disiku terlebih dahulu setelah melalui proses pemotongan atau pembelahan untuk mendapatkan bentuk yang presisi. 4.1.1.5 Mesin Chisel Mesin chisel digunakan untuk membuat lubang (baik boring maupun drilling) atau profil/ slotting. Komponen yang menggunakan mesin ini adalah paw, yang memerlukan lubang sebagai tempat meletakkan pegas. Kemudian komponen jari, setiap ruas pada jari diberi lubang yang digunakan sebagai tempat masuknya engsel agar setiap ruas jari dapat bergerak. 4.1.1.6 Mesin Jigsaw Untuk proses pemotongan sesuai dengan pola (bukan lurus) untuk membuat pola-pola ditengah kayu (kurang efektif digunakan ditepi). Komponen yang pada proses pembuatannya menggunakan mesin ini adalah komponen paw, supaya bentuk dari paw dapat menyerupai bentuk tangan kucing. Selain itu pada komponen ruas jari dan telapak tangan, untuk membentuk komponen tersebut sesuai pola maka diperlukan mesin jigsaw agar proses permesinan lebih mudah. 4.1.2 Proses Manual Selain memerlukan proses permesinan, untuk menyelesaikan produk Flexmo juga diperlukan proses manual sebagai berikut: 1. Memberi ukuran sesuai cutting list dan menggambar pola pada material solid wood untuk bagian telapak tangan dan ruas jari 2. Memberi ukuran sesuai cutting list dan menggambar pola pada material multiplek untuk komponen koper dan paw 3. Memberi ukuran sesuai cutting list dan menggambar pola pada material triplek untuk alas paw 4. Mendempul komponen paw dan frame nya 5. Mengamplas semua komponen hingga halus, setelah dipotong dan sebelum dirakit 6. Memasang lapisan stiker pada komponen koper sebagai pelapis kayu dari koper 7. Melapisi komponen tangan menggunakan melamin doff dengan kuas 8. Memasang bantalan pada telapak tangan 9. Menempelkan Velcro pada ruas jari tangan 4.1.3 Proses Perakitan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menempelkan tiap bagian koper supaya menjadi satu kesatuan Menggabungkan engsel tiap tuas jari menggunakan tusuk bambu dan lem putih Menggabungkan ruas jari dengan telapak tangan menggunakan lem putih Menggabungkan tangan dengan paw menggunakan rel Menggabungkan paw dengan koper Memasang bantalan untuk telapak tangan dengan menempelkannya menggunakan lem putih 7. Memasang Velcro yang direkatkan menggunakan lem kuning
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-3
4.1.4 Proses Finishing 1. Mengamplas permukaan komponen yang kasar atau belum rata setelah di dempul 2. Mendempul dan mengamplas paw 3. Menempelkan stiker pada koper 4. Melapisi bagian dalam koper dengan melamin doff 5. Melapisi permukaan komponen tangan dengan melamin doff 4.1.5 Proses Pengemasan Proses pengemasan pada Flexmo bertujuan untuk melindungi produk pada saat pengiriman supaya tidak rusak. Produk Flexmo diletakkan pada kardus yang berisi styrofoam supaya jika terkena sesuatu tidak langsung terkena pada produknya. 4.1.6 Operating Process Chart (Terlampir pada Lampiran IV-1 Operating Process Chart (OPC)) 4.1.7 Cutting List (Terlampir pada Lampiran IV-2 Cutting List) 4.2 Perhitungan dan Analisis Kapasitas Produksi Kegiatan produksi yang dilakukan oleh PT Anugrah Pangarep dalam memenuhi permintaan konsumen menggunakan sistem mass production, dimana waktu untuk produksi sama atau telah terstandar karena produk yang dibuat tidak bervariasi. Dalam mass production, dibutuhkan perhitungan waktu standar dalam menyelesaikan satu unit produk agar dapat mengetahui besarnya kapasitas produksi dan mengantisipasi terjadinya stock out, loss sales, ataupun pinalti. Waktu standar terbagi menjadi waktu standar operasi permesinan dan waktu standar operasi manual. 4.2.1 Waktu Standar 4.2.1.1 Waktu Standar Operasi Permesinan Perhitungan waktu standar operasi permesianan diperoleh dengan memperhitungkan data kapasitas setiap mesin yang digunakan dalam proses produksi Flexmo. Daftar mesin yang digunakan dalam proses produksi Flexmo beserta kapasitas produksi dari setiap mesin terdapat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.2.1.1.1 Spesifikasi Mesin Jointer Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
Gambar 4.2.1.1.2 Spesifikasi Mesin Planner
Gambar 4.2.1.1.3 Spesifikasi Mesin Radial Arm Saw
Gambar 4.2.1.1.4 Spesifikasi Mesin Jigsaw
Gambar 4.2.1.1.5 Spesifikasi Mesin Chisel Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
IV-4
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-5
Gambar 4.2.1.1.6 Spesifikasi Mesin Circle Waktu standar mesin juga didapatkan dengan memperhitungkan efisisensi mesin. Efisiensi dari mesin yang digunakan untuk produksi Flexmo sebesar 90%. Untuk persentase cacat dari mesin jigsaw 4%, dan 1% untuk mesin yang lain. Sehingga, untuk mengitung waktu standar proses permesinan menggunakan persamaan berikut:
Ws = (
(panjang material/kapasitas mesin) x kebutuhan ) efisiensi mesin
Contoh perhitungan waktu standar operasi permesinan: 50 10
( )x4
O-1 Mesin Circle Ws = (
0,9
)
= 22,22 detik/komponen Waktu standar didapatkan dari data panjang material yang digunakan dalam proses permesinan, kapasitas mesin yang telah diketahui pada gambar, dan banyaknya komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan satu unit produk Flexmo. Pada perhitungan waktu standar, terdapat faktor efisiensi mesin (dalam kasus ini 90%) yang mempengaruhi lamanya waktu proses permesinan. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya waktu yang tersedia pada saat penjadwalan produksi. Berikut ini merupakan tabel waktu standar permesinan untuk semua operasi permesinan: Tabel 4.2.1.1 Waktu Standar Proses Permesinan Mesin
Operasi
Circle
O-1 O-3 O-5 O-14 O-24 O-31 O-41 O-50 O-59 O-68
Waktu Permesinan (detik) 20 13,2 10 4,76 4,8 2,04 2,2 2,3 2,5 2,3
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
Waktu Standar Permesinan (detik) 22,22 14,66 11,11 5,28 5,33 2,26 2,44 2,55 2,77 2,55
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
Mesin
Jointer
Planner
RAS
Chisel
Jigsaw
Operasi O-33 O-42 O-51 O-60 O-69 O-78 O-33 O-42 O-51 O-60 O-69 O-78 O-31 O-40 O-49 O-58 O-67 O-76 O-2 O-4 O-6 O-15 O-25 O-34 O-17 O-44 O-53 O-62 O-71 O-80 O-36 O-27 O-18 O-45 O-54 O-63 O-72 O-81
Waktu Permesinan (detik) 2,72 2,93 3,07 3,33 3,07 2,67 2,72 2,93 3,07 3,33 3,07 2,67 4,08 4,4 4,6 5 4,6 4 5,33 5,33 22 10,17 13,33 4,6 1 4 4 4 4 4 6 600 600 124 108 108 108 108
IV-6 Waktu Standar Permesinan (detik) 3,02 3,25 3,41 3,70 3,41 2,96 3,02 3,25 3,41 3,70 3,41 2,96 4,53 4,89 5,11 5,56 5,11 4,44 5,92 5,92 24,44 11,29 14,81 5,11 1,11 4,44 4,44 4,44 4,44 4,44 6,66 666,66 666,66 137,77 120 120 120 120
4.2.1.2 Waktu Standar Operasi Manual Dalam menghitung waktu standar operasi manual, kami mempertimbangkan pengaruh dari performansi dari operator. Karena hal ini maka kami menggunakan Westinghouse sebagai acuan untuk menetapkan Untuk melakukan perhitungan waktu standar untuk operasi manual, kami mempertimbangkan pengaruh dari performansi operator pada saat pengamatan berlangsung. Penggunaan dari Westinghouse Performance Rating ini dilakukan karena ketika melakukan operasi manual, performansi dari operator itu sendiri berpengaruh pada waktu standar dalam melakukan operasi manual. Berikut merupakan tabel Westinghouse yang digunakan. Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-7
Tabel 4.2.1.2.1 Westinghouse Performance Rating SKILL +0,15
A1
+0,13
A2
+0,11
B1
+0,08
B2
+0,06
C1
+0,03
C2
0,00
D
-0,05
E1
-0,10
E2
-0,16
F1
-0,22
F2
EFFORT Superskill Excellent Good Average Fair Poor
+0,13
A1
+0,12
A2
+0,10
B1
+0,08
B2
+0,05
C1
+0,02
C2
0,00
D
-0,04
E1
-0,08
E2
-0,12
F1
-0,17
F2
CONDITION
Superskill Excellent Good Average Fair Poor
CONSISTENCY
+0,06
A
Ideal
+0,04
A
Ideal
+0,04
B
Excellent
+0,03
B
Excellent
+0,02
C
Good
+0,01
C
Good
0,00
D
Average
0,00
D
Average
-0,03
E
Fair
-0,02
E
Fair
-0,07
F
Poor
-0,04
F
Poor
Tabel Westinghouse System Rating digunakan untuk membantu dalam menetapkan performace rating pada operator. Aspek yang termasuk didalamnya ada empat diantaranya adalah kemampuan (skill) dan usaha (effort), kondisi kerja (condition) dan konsistensi (consistency). Performance rating sendiri merupakan aktivitas untuk menilai dan mengevaluasi kecepatan kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung. Pada proses produksi ini, performance rating untuk operator dalam proses operasi manual adalah sebagai berikut:
Skill Effort Condition Consistency TOTAL
: Average (D) : Good (C2) : Good (C) : Average (D)
Performance Rating
= 0,00 = +0,02 = +0,02 = 0,00 = +0,04 ≈ 4% = 100% + 4% = 104%
Skill diambil Average (D) dengan nilai 0,00 dikarenakan operator pada proses ini merupakan mahasiswa yang belum berpengalaman dalam menjalankan mesin yang dibutuhkan. Namun, operator sudah mengetahui cara mengoperasikan mesin dan cara set-up mesin dengan cepat. Effort diambil Good (C2) dengan nilai +0,02 dikarenakan usaha operator dalam mengoperasikan mesin terbilang cukup baik. Operator berusaha agar produk cepat terselesaikan dan sangat cekatan dalam mengoperasikan mesinnya. Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-8
Condition diambil Good (C) dengan nilai +0,02 dikarenakan kodisi operator saat mengoperasikan mesin sangat fit. Consistency diambil Average (D) dengan nilai 0,00 dikarenakan konsistensi operator dalam menjalankan mesin standar atau biasa saja. Operator terkadang mengoperasikan mesin dengan cepat namun terkadang lambat (sesuai dengan skill yang dimilikinya terhadap jenis mesin yang dioperasikannya). Performance rating dari operator mempengaruhi waktu pengamatan. Hal tersebut menyebabkan diperlukan waktu normal untuk menentukan lamanya waktu yang digunakan oleh operator untuk menyesesaikan suatu operasi. Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung waktu normal: 𝑊𝑛 = 𝑊𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑥 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 Waktu normal didapatkan dari perkalian antara waktu pengamatan dengan performance rating. Waktu pengamatan yang digunakan dalam perhitungan ini adalah waktu yang didapatkan dari pengamatan ketika melakukan proses produksi untuk satu produk. Waktu pengamatan yang kami gunakan tidak termasuk loading dan unloading time. Sedangkan performance rating yang digunakan sebesar 101% yang didapatkan dari penentuan nilai skill, effort, condition, dan consistency. Berikut merupakan contoh perhitungan waktu normal dari salah satu operasi yang ada pada proses produksi: Operasi 7 (O-7) : Wn = Wpengamatan × performance rating Wn = 349,76 detik x 104% Wn = 363,75 detik/unit Setelah menemukan waktu normal, langkah berikutnya adalah menghitung waktu standar. Perhitungan waktu standar juga memperhitungkan besarnya persentase allowance untuk operator. Allowance merupakan toleransi yang diberikan untuk melakukan aktivitas lain di luar aktivitas kerja. Diketahui bahwa allowance yang digunakan sebesar 10%. Berikut ini merupakan persamaan yang digunakan untuk menghitung waktu standar proses manual: Operasi 7 (O-7) :
Ws = Ws =
𝑊𝑛 1−%𝐴𝑙𝑙 363,75 detik 1−10%
Ws = 404,17 detik/unit Berikut ini merupakan tabel waktu standar untuk semua operasi yang terdapat dalam proses manual: Tabel 4.2.1.2.2 Waktu Standar Proses Manual Proses
Operasi
Manual 1 (Assembly)
O-7 O-9 O-10 O-11
Waktu Proses Manual (detik) 349,76 303,49 451,89 605,21
Waktu Standar Proses Manual (detik) 404,167 350,699 522,184 699,354
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku Proses
Operasi
Manual 2 (finishing)
Manual 3 (Menggambar Pola)
O-28 o-39 O-43 o-48 O-57 O-66 O-75 O-84 O-85 O-86 O-87 O-88 O-29 O-30 O-8 O-12 O-13 O-16 O-20 O-21 O-22 O-23 O-37 O-46 O-47 O-55 O-56 O-64 O-65 O-73 O-74 O-82 O-83 O-89 O-16 O-26 O-33 O-41 O-52 O-61 O-70 O-79
Waktu Proses Manual (detik) 472 180,7 18,62 39,56 39,56 39,56 39,56 39,56 356,73 30,887 30,87 300,43 379,71 253,45 948,85 755,352 356,481 21,726 445,588 504,982 190,663 63,097 126,298 127,338 38,747 250,172 375,232 250,172 375,232 250,172 375,232 250,172 375,232 383,396 340,55 340,55 180,39 92,4 85,3 75,3 101,45 98,12
IV-9 Waktu Standar Proses Manual (detik) 545,422 208,809 21,516 45,714 45,714 45,714 45,714 45,714 412,221 35,692 35,672 347,164 438,776 292,876 1054,283 839,28 396,089 24,139 495,098 561,092 211,848 70,108 140,331 141,486 43,052 277,969 416,924 277,969 416,924 277,969 416,924 277,969 416,924 425,996 393,524 393,524 208,451 106,773 98,569 87,013 117,231 113,383
4.2.2 Kapasitas Produksi Kapasitas produksi diperhitungkan berdasarkan waktu standar masingmasing proses yang dilakukan dalam proses produksi Flexmo. Waktu standar yang telah diperoleh dari perhitungan pada tiap operasi pengerjaan di total menjadi satu berdasarkan proses pengerjaannya, dengan menggunakan persamaan umum:
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku Os =
IV-10
1 WS
akan diperoleh output standar teori. Untuk menghitung output standar aktual perlu mempertimbangkan persen cacat dan efisiensi mesin pada masing-masing proses. Berdasarkan persamaan diatas beserta pertimbangan persen cacat dan efisiensi mesin, diperoleh output standar pada masing-masing operasi yang terdapat dalam proses produksi Flexmo sebagai berikut: Tabel 4.2.1.1 Waktu dan Output Standar Sebelum Line Balancing Stasiun Kerja
I Plan ner 29,6 4
II Cir cle 73, 44
2
Output Standar (unit/jam) Persen Cacat (%) Efisiensi Mesin Output Standar (unit/jam) dengan efisiensi mesin dan persentase cacat Output Standar Produksi Terkecil Penyebab bottleneck (unit/jam) Output Standar Produksi (unit/minggu) Output Standar Produksi (unit/bulan)
Proses Total Waktu Standar (detik/unit) Jumlah Operator/Mesin
III
V Chi sel 25, 56
VI Joint er 19,7 6
VII Manual 1
67,5 1
IV Jig Saw 1957 ,78
1
1
1
1
2
134, 93
54, 46
59,2 4
2,04
1 0,9
1 0,9
1 0,9
4 0,9
120, 09
48, 47
52,7 2
RAS
1,58
15 6,5 2 1 0,9 13 9,3 0
VIII Manual 2 3385,0 1
IX Manual 3 1518,46 9
1
1
1
202, 39
3,780
1,064
2,371
1 0,9
1 -
1 -
1 -
180, 13
3,742
1,053
2,347
952,43
1,053
41,589
166,355
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa proses permesinan yang membutuhkan waktu terlama adalah mesin jigsaw. Sedangkan pada proses manual yakni pada proses manual 2, sehingga dianggap sebagai bottleneck. Dengan adanya bottleneck mengakibatkan output produksi menjadi kecil sehingga kapasitas produksinya juga kecil. Selain itu, hal tersebut juga mengakibatkan utilitas parsial maupun sistem menjadi kecil karena kurang dimanfaatkan secara maksimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka, dilakukan Line Balancing yang bertujuan untuk menyederhanakan stasiun kerja. Dengan stasiun kerja yang sederhana, operator dapat dialokasikan dengan tepat dan utilitasnya menjadi lebih besar. Berikut ini merupakan hasil output dan kapasitas produksi setelah dilakukan Line Balancing:
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-11
Tabel 4.2.1.2 Waktu dan Output Standar Setelah Line Balancing Stasiun Kerja
I
Proses
Planner
Total Waktu Standar (detik/unit) Jumlah operator/mesin Output Standar (unit/jam) Output Standar Produksi (unit/jam) Output Standar Produksi (unit/minggu) Output Standar Produksi (unit/bulan)
II Circle
Chisel
III
Jointer
RAS
Jigsaw
Manual 1
IV Manual 2
103,089
112,837
1957, 77
5855,91
2
1
1
6
31,08
28,39
1,58
3,65
Manual 3
1,58 62,46 249,85 Senin – Kamis : 7 jam kerja, dengan kapsitas produksi 11,07 unit Jum’at : 6.5 jam kerja, dengan kapasitas produksi 10,28 unit Sabtu : 5 jam kerja, dengan kapasitas produksi 7,91 unit Minggu & hari libur tidak melakukan kegiatan produksi.
4.3 Perhitungan dan Analisis Kebutuhan dan Persediaan Bahan Baku PT Anugrah Pangarep membutuhkan 18 jenis bahan baku yang berbeda untuk memproduksi satu unit Flexmo. Dari komponen-komponen yang dibutuhkan, mayoritasnya dibuat dari kayu kamper dan multiplex, akibatnya, harga bahan baku paling signifikan terjadi pada dua bahan baku tersebut yaitu Rp 30.362,105 (0.243 x 125000) dan Rp 31665.625 masing-masing per satu unit produk. Pada tabel dibawah dapat dilihat semua jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan serta harga per unit produk. Tabel 4.3.1 Kebutuhan Bahan Baku No.
Nama Bahan
Harga Kebutuhan (Rp/satuan) (Satuan/unit)
Ukuran
Satuan
240 cm x 120 cm x 0,3 cm
m3
0,033
100.000
240 cm x 120 cm x 1,2 cm
m3
0,211
150.000
90 cm x 20 cm x 2,5 cm
m3
0,243
125.000
25 cm x 25 cm
Lembar
1
20.000
15 cm
Buah
10
4.000
diameter 50 mm x 15 cm
Buah
2
25.000
3.
Tripleks Melamin Multipleks 12 mm Kayu Kamper
4.
Stiker
5.
Rel Seng
6.
Pegas
7.
Engsel Kecil
10 cm x 3 cm
Buah
2
3.000
8.
Kain Flanel
25 cm x 24 cm
Lembar
1
10.000
1. 2.
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
No.
Nama Bahan
IV-12 Kebutuhan Harga (Satuan/unit) (Rp/satuan)
Ukuran
Satuan
1.5 cm x 5 cm
Lembar
24
500
9.
Strap Velcro
10.
Handle
8 cm x 5 cm
Buah
2
6.000
11.
Kardus
60 cm x 30 cm x 40 cm
Lembar
1
2.000
12.
Lem putih
1 kg/kaleng
Kaleng
0,0573
10.000
13.
Kertas gosok no. 1
30 cm x 25 cm
Lembar
1
6.500
14.
Lem kuning
1 kg/kaleng
Kaleng
0,06
45.000
15.
Thiner A Spesial
1 Liter
Liter
0,25
16.000
16.
Paku Staples
5000
pcs/box
364
4
17.
Mowilex
1 Liter
Kaleng
0,4
60.000
18.
Skrup 30 mm
1000
pcs/box
34
75
PT Anugrah Pangarep menerapkan sistem produksi awal make-to-stock dengan harapan dapat memenuhi permintaan dari buyers pada bagian awal bulan dan juga untuk memiliki safety stock yang cukup besar untuk menghadapi permintaan selama bulan November. Setelah batch pertama diselesaikan, kami sudah dapat memperkirakan permintaan ke depan berdasarkan pengalaman dari hari awal dan perilaku customer. Pada bulan November 2018, kami mendapatkan 9 order dari buyer nasional maupun internacional. Jumlah dari semua pesanan selama bulan ini sebesar 215 unit, tetapi 50 unit dijadwalkan untuk dikirim pada bulan Desember ke Inggris. Dengan permintaan demikian, kami memproduksi 196 unit pada bulan November dan menyimpan 31 unit untuk bulan depan. Berikut ini merupakan rincian jadwal produksi selama bulan November 2018: Tabel 4.3.2 Persediaan Produk Jadi PT Anugrah Pangarep November 2018 TANGGAL 1-Nov 2-Nov 3-Nov 4-Nov 5-Nov 6-Nov 7-Nov 8-Nov 9-Nov 10-Nov 11-Nov
TOTAL ORDER 50 20 23 0 12 20 0 0 20 0 0
STOK AWAL 0,0 11,1 21,3 29,3 29,3 40,3 51,4 62,5 23,5 10,8 18,7
PRODUKSI
SUBKONTRAK
KIRIM
11,07 10,28 7,91 0,00 11,07 11,07 11,07 11,07 10,28 7,91 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 50,00 23,00 0,00 0,00
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
STOK AKHIR 11,1 21,3 29,3 29,3 40,3 51,4 62,5 23,5 10,8 18,7 18,7
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku TANGGAL 12-Nov 13-Nov 14-Nov 15-Nov 16-Nov 17-Nov 18-Nov 19-Nov 20-Nov 21-Nov 22-Nov 23-Nov 24-Nov 25-Nov 26-Nov 27-Nov 28-Nov 29-Nov 30-Nov TOTAL
TOTAL ORDER 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 215
STOK AWAL 18,7 29,8 14,9 19,9 31,0 41,3 49,2 29,2 20,3 20,3 20,3 20,3 20,3 8,2 8,2 19,2 30,3 31,9 31,9
IV-13
PRODUKSI
SUBKONTRAK
KIRIM
11,07 11,07 11,07 11,07 10,28 7,91 0,00 11,07 0,00 0,00 0,00 0,00 7,91 0,00 11,07 11,07 1,58 0,00 0,00 196,8824064
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0,00 26,00 6,00 0,00 0,00 0,00 20,00 20,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 165
STOK AKHIR 29,8 14,9 19,9 31,0 41,3 49,2 29,2 20,3 20,3 20,3 20,3 20,3 8,2 8,2 19,2 30,3 31,9 31,9 31,9
Sebelum penjualan, sales staff diinformasikan bagaimana status dari stock perusahaan serta kapasitas produksi pada saat itu, dengan harapan mereka dapat memperkirakan tanggal penyelesaian setiap order dan menyetujui dengan buyer pada suatu due-date yang feasible. Setelah setiap order dilakukan, staff produksi merencanakan produksi untuk order tersebut dan melakukan pemeriksaan tingkat stock bahan baku. Jika diperlukan, akan dilakukan pesanan ke supplier untuk meneruskan produksi selama waktu yang telah diperkirakan. Pesanan tersebut selalu dilakukan dalam jumlah yang besar untuk mereduksi biaya pengiriman per satuan unit produk. Tingkat dan perkembangan persadiaan bahan baku utama, yaitu kayu kamper dan multipleks dapat dilihat pada tabel 4.3.3 Tabel 4.3.3 Persediaan Bahan Baku Utama PT Anugrah Pangarep November 2018 Tanggal 1-Nov
2-Nov
3-Nov
Nama Bahan Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper
Ukuran 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm
Satuan
Stok Awal
Barang Datang
Pemakaian
Stok Akhir
m3
10
12
2,34
19,66
m3
10
15
2,69
22,31
m3
19,66
-
2,17
17,49
m3
22,31
-
2,5
19,81
m3
17,49
1,67
15,82
m3
19,81
1,92
17,89
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
4-Nov
5-Nov
6-Nov
7-Nov
8-Nov
9-Nov
10-Nov
11-Nov
12-Nov
13-Nov
14-Nov
15-Nov
16-Nov 17-Nov
Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm
240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm
IV-14
m3
15,82
6
0
21,82
m3
17,89
5
0
22,89
m3
21,82
2,34
19,49
m3
22,89
2,69
20,21
m3
19,49
2,34
17,15
m3
20,21
2,69
17,52
m3
17,15
2,34
14,81
m3
17,52
2,69
14,83
m3
14,81
2,34
12,48
m3
14,83
2,69
12,14
m3
12,48
2,17
10,31
m3
12,14
2,5
9,64
m3
10,31
1,67
8,64
m3
9,64
1,92
7,72
m3
8,64
2
0
10,64
m3
7,72
4
0
11,72
m3
10,64
2,34
8,3
m3
11,72
2,69
9,03
m3
8,3
2,34
5,96
m3
9,03
2,69
6,34
m3
5,96
2,34
3,63
m3
6,34
2,69
3,66
m3
3,63
9
2,34
10,29
m3
3,66
11
2,69
11,97
m3
10,29
2,17
8,12
m3
11,97
2,5
9,47
m3
8,12
1,67
6,45
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
18-Nov
19-Nov
20-Nov
21-Nov
22-Nov
23-Nov
24-Nov
25-Nov
26-Nov
27-Nov
28-Nov
29-Nov
30-Nov
Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper Multipleks 12 mm Kayu Kamper
90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm 240 cm x 120 cm x 1,2 cm 90 cm x 20 cm x 2,5 cm
IV-15
m3
9,47
1,92
7,55
m3
6,45
0
6,45
m3
7,55
0
7,55
m3
6,45
2,34
4,11
m3
7,55
2,69
4,86
m3
4,11
0
4,11
m3
4,86
0
4,86
m3
4,11
0
4,11
m3
4,86
0
4,86
m3
4,11
0
4,11
m3
4,86
0
4,86
m3
4,11
0
4,11
m3
4,86
0
4,86
m3
4,11
4
1,67
6,44
m3
4,86
3
1,92
5,94
m3
6,44
0
6,44
m3
5,94
0
5,94
m3
6,44
2,34
4,11
m3
5,94
2,69
3,25
m3
4,11
2,34
1,77
m3
3,25
2,69
0,56
m3
1,77
0,33
1,44
m3
0,56
0,38
0,18
m3
1,44
0
1,44
m3
0,18
0
0,18
m3
1,44
0
1,44
m3
0,18
0
0,18
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-16
Pada bulan November 2018 terdapat persediaan rata-rata sebesar 9,1 dan 8,7 lembar kayu untuk masing-masing kayu kamper dan multipleks, akan tetapi tingkat maksimum persediaan mencapai 22,89 dan 21,82 lembar pada tanggal 4 November. Data-data tersebut dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan ruang gudang yang sesuai pada perencanaan lebih lanjut. Pada saat yang sama, jumlah material multipleks yang dipakai selama bulan November ini sebesar 41,6 lembar, dan bahan kayu kamper sebesar 47,84 lembar. Pada akhir bulan November, tercatat jika persediaan bahan baku menipis, yaitu multiplek sebanyak 1,44 dan kayu kamper sebanyak 0,18. Namun hal tersebut tidak mengganggu proses produksi dalam memenuhi permintaan buyer karena pengiriman pesanan selanjutnya jatuh pada bulan Desember, sehingga proses produksi dan pengiriman produk tidak terganggu. Selain itu, semua pesanan selama bulan November dilakukan pada supplier yang sama, yaitu PT Sumber Rejeki. Pemilihan supplier tersebut dikarenakan rendahnya biaya kirim serta waktu kirim yang paling pendek di antara supplier yang lain yakni satu hari (langsung tiba). Biaya kirim pun seringkali dinegosiasi dan menjadi lebih rendah daripada semula. Lokasi PT Sumber Rejeki tersebut juga menguntungkan karena jika kita membutuhkan bahan baku yang mendadak dapat memesan dan tiba pada hari yang sama juga. Daftar dan spesifikasi dari beberapa supplier yang dapat memenuhi kebutuhkan kami dapat dilihat pada tabel 4.3.4 Tabel 4.3.4 Daftar dan Spesifikasi Supplier NO.
Nama Supplier
Kota
Waktu Kirim (Hari)
Biaya Kirim (Rp./kirim)
Waktu Ambil (Hari)
Biaya Ambil (Rp./Ambil)
1
PT. Indowood
Cirebon
3
700.000
2
800.000
2
PT. Jepara Art Wood
Jepara
2
600.000
1
700.000
3
PT. Sumber Rejeki
Gresik
1
400.000
0
500.000
4
UD. Sinar Pagi
Palangkaraya
4
600.000
100
-
4.4 Perhitungan dan Analisis Jadwal produksi Senin – Kamis : 7 jam kerja, dengan kapsitas produksi 11,07 unit Jum’at : 6.5 jam kerja, dengan kapasitas produksi 10,28 unit Sabtu : 5 jam kerja, dengan kapasitas produksi 7,91 unit Minggu & hari libur tidak melakukan kegiatan produksi. Pada akhir periode, PT Anugrah Pangarep memiliki 31,9 unit di dalam asset persediaan produk jadi. Produk tersebut merupakan pesanan buyer yang berasal dari London Corp. sebanyak 50 unit yang due date-nya jatuh pada bulan berikutnya. Karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi PT Anugrah Pangarep, pembelian bahan baku untuk pesanan tersebut tidak dapat dilakukan pada bulan November. Sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, pembelian bahan baku dan proses produksi dilakukan pada bulan Desember.
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-17
Tabel 4.4.1 Jadwal Produksi PT Anugrah Pangarep November 2018 Tanggal 1-Nov-18 2-Nov-18 3-Nov-18 4-Nov-18 5-Nov-18 6-Nov-18 7-Nov-18 8-Nov-18 9-Nov-18 10-Nov-18 11-Nov-18 12-Nov-18 13-Nov-18 14-Nov-18 15-Nov-18 16-Nov-18 17-Nov-18 18-Nov-18 19-Nov-18 20-Nov-18 21-Nov-18 22-Nov-18 23-Nov-18 24-Nov-18 25-Nov-18 26-Nov-18 27-Nov-18 28-Nov-18 29-Nov-18 30-Nov-18 Total
Jam Kerja Reguler 7 6,5 5
Jam Kerja Lembur 0 0 0
7 7 7 7 6,5 5
0 0 0 0 0 0
7 7 7 7 6,5 5
0 0 0 0 0 0
7
0
7 7 6,5 5
0 0 0 0
7 7 7
0 0 0
6,5 164,5
0 0
Total Hasil Produksi 11,07 10,28 7,91 0,00 11,07 11,07 11,07 11,07 10,28 7,91 0,00 11,07 11,07 11,07 11,07 10,28 7,91 0,00 11,07 0,00 0,00 0,00 0,00 7,91 0,00 11,07 11,07 1,58 0,00 0,00 196,8824064
Pengiriman Produk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 50,00 23,00 0,00 0,00 0,00 26,00 6,00 0,00 0,00 0,00 20,00 20,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 165
Total Akhir Stock 11,1 21,3 29,3 29,3 40,3 51,4 62,5 23,5 10,8 18,7 18,7 29,8 14,9 19,9 31,0 41,3 49,2 29,2 20,3 20,3 20,3 20,3 20,3 8,2 8,2 19,2 30,3 31,9 31,9 31,9
Pada tanggal 4, 11, 18, 20, 25, 29 tidak terjadi proses produksi dikarenakan hari libur. Dan pada tanggal 21, 22, 23, 30 juga tidak terjadi proses produksi karena kekurangan bahan baku yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya peristiwa serta permasalahan internal perusahaan. Berikut ini merupakan rekap hasil pesanan dari buyer lokal maupun internasional selama bulan November 2018: Tabel 4.4.2 Daftar Pemesanan Flexmo November 2018 No.
Nama Perusahaan
Tanggal Pesan
Jumlah Order
Due Date
Tanggal Kirim
Tanggal Sampai
Terlambat (hari)
1.
Trump Co. Ltd.
1-Nov-18
50
11-Nov18
8-Nov18
12-Nov18
1
2.
PT. Medica Support
2-Nov-18
20
17-Nov18
9-Nov18
10-Nov17
0
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-18
No.
Nama Perusahaan
Tanggal Pesan
Jumlah Order
Due Date
Tanggal Kirim
Tanggal Sampai
Terlambat (hari)
3.
Yayasan Indonesia Peduli Anak Berkebutuhan Khusus
3-Nov-18
3
14-Nov18
9-Nov18
10-Nov18
0
4.
PT. Bataviga
3-Nov-18
20
17-Nov18
12-Nov18
13-Nov18
0
5.
Yayasan Abna Raflesia – Home Care
5-Nov-18
6
15-Nov18
12-Nov18
13-Nov18
0
6.
Yayasan Abna Raflesia – Home Care
5-Nov-18
6
25-Nov18
13-Nov18
14-Nov18
0
7.
Hentak Bumi Sdn. Bhd.
6-Nov-18
20
28-Nov18
15-Nov18
17-Nov17
0
8.
Yayasan Pendidikan Anak Buta
9-Nov-18
20
21-Nov18
16-Nov18
17-Nov18
0
9.
Jurong Co. Ltd
16-Nov18
20
24-Nov18
18-Nov18
20-Nov18
2
10.
London Corp
23-Nov18
50
6-Dec-18
1-Dec18
5-Nov18
0
PT. Anugrah Pangarep menggunakan sistem penjadwalan Earliest Due Date (EDD) untuk untuk memenuhi pesanan dari buyer, yang dilakukan berdasarkan pengurutan due date terdekat. Dari tabel dapat dilihat bahwa terjadi keterlambatan pengiriman pada pesanan tanggal 1 November ke perusahaan Trump Co. Ltd. dikarenakan jadwal tiba pesanan tersebut ke Eropa lebih lama 1 hari dari due date yang telah ditentukan. Kemudian keterlambatan pengiriman 2 hari ke Jurong Co. Ltd. di Singapura terjadi karena adanya badai sehingga pengiriman keluar pulau pun terganggu. Hal tersebut mengakibatkan PT Anugrah Pangarep terkena pinalti yang jumlahnya cukup besar dan bersifat merugikan perusahaan. 4.5 Utilitas Parsial dan Sistem 4.5.1 Utilitas Parsial Utilitas parsial merupakan nilai prosentase dari total jam kerja pada masing-masing proses (baik permesinan maupun manual) atau operator terhadap jam kerja total yang tersedia. Dari perhitungan utilitas juga dapat diketahui manakah proses yang menyebabkan terjadi bottleneck pada kegiatan produksi. Hal tesebut dapat dilihat berdasarkan nilai utilitas parsial yang paling
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-19
tinggi. Berikut ini merupakan tabel perhitungan nilai utilitas parsial sebelum dilakukan Line Balancing pada bulan November 2018: Tabel 4.5.1.1 Perhitungan Utilitas Parsial Sebelum Line Balancing November 2018 Stasiun Kerja I II III IV V VI VII VIII IX
Proses Mesin Circle Mesin Planner Mesin Jointer Mesin RAS Mesin Chisel Mesin Jigsaw Manual 1 Manual 2 Manual 3
Jam Kerja Tersedia Reguler (jam/ bulan)
Jam Kerja yang Terpakai (jam/ bulan)
Utilisasi (%)
Opera tor ke-
Ws (jam/ unit)
Jumlah Produksi (unit/ bulan)
1&2
0,020
196,882
137,5
4,017
2,921
3&4
0,008
196,882
137,5
1,621
1,179
5
0,005
196,882
137,5
1,081
0,786
6
0,019
196,882
137,5
3,693
2,685
7
0,007
196,882
137,5
1,398
1,016
8
0,544
196,882
137,5
107,070
77,869
9 10 11
0,265 0,940 0,422
196,882 196,882 196,882
137,5 137,5 137,5
52,088 185,124 83,044
37,882 134,636 60,396
Contoh perhitungan: Mesin Jigsaw Jumlah produksi (unit/bulan)
= 196,882 unit/bulan
Jam kerja tersedia regular
= 137,5 jam
Jam kerja terpakai (jam/bulan)
= (Waktu Standar Mesin Jigsaw x Jumlah Produksi) = (0,544 x 196,882) = 107,104 jam/bulan
Utilitas
= (Jam kerja yang terpakai / jam tersedia regular) * 100% = (107,104/137,5)x100% = 77,869%
Jumlah produksi adalah jumlah produk jadi yang berhasil diproduksi pada bulan November yakni sebanyak 196,882 unit. Kemudian jam kerja yang tersedia adalah jam kerja reguler (tanpa hari libur) selama bulan November 2018 yang dikurangi dengan jumlah jam saat tidak melakukan produksi seperti pada tanggal 21, 22, 23, 30 yang disebabkan oleh beberapa faktor. Dari perhitungan utilitas diatas dapat diketahui bahwa nilai prosentase utilitas terbesar terjadi pada proses permesinan jigsaw yakni sebesar 77,869% dan pada proses manual 2 sebesar 134,636%. Sedangkan prosentase nilai utilitas terkecil terjadi pada proses permesinan jointer yakni sebesar 0,786% (tidak mencapai 1%). Adanya perbedaan selisih yang sangat signifikan tersebut mengindikasikan adanya bottleneck pada proses produksi tersebut. Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-20
Jika prosentase utilitas dari stasiun kerja/proses memiliki nilai kurang dari 100%, maka hal ini menunjukkan bahwa mesin masih belum dimanfaatkan secara maksimal dan masih terdapat banyak idle atau akivitas pekerja yang kurang maksimal. Sebaliknya, jika nilai utilitas pada stasiun kerja/proses lebih besar dari 100% maka, hal ini menunjukkan bahwa terlalu banyak pekerjaan yang dilakukan oleh operator atau terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya penambahan jam lembur atau menambah operator serta jumlah mesin untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut lebih cepat. Berdasarkan hasil perhitungan utilitas diatas juga dapat diketahui bahwa stasiun kerja masih belum sederhana dan pengalokasian operator juga belumlah maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan Line Balancing untuk menyederhanakan stasiun kerja sehingga dapat mengalokasikan operator secara maksimal agar perbedaan selisih nilai prosentase utilitas tidak terlalu signifikan dan dapat merata secara keseluruhan. Berikut ini merupakan tabel perhitungan nilai utilitas parsial setelah dilakukan Line Balancing pada November 2018: Tabel 4.5.1.2 Perhitungan Utilitas Parsial Setelah Line Balancing November 2018 Stasiun Kerja
I
II
III IV
Proses Mesin Circle Mesin Planner Mesin Jointer Mesin RAS Mesin Chisel Mesin Jigsaw Manual 1 Manual 2 Manual 3
Opera tor ke-
Ws (jam/ unit)
Jumlah Produksi (unit/ bulan)
Jam Kerja Tersedia Reguler (jam/ bulan)
Jam Kerja yang Terpakai (jam/ bulan)
Utilisasi (%)
1&2
0,029
196,882
137,5
5,638
4,100
3
0,031
196,882
137,5
6,171
4,488
4
0,544
196,882
137,5
107,070
77,869
5, 6, 7, 8, 9, 10
1,627
196,882
137,5
320,256
38,819
Berdasarkan hasil perhitungan utilitas diatas dapat diketahui bahwa stasiun kerja sudah sederhana dan pengalokasian operator juga sudah maksimal. Selain itu, perbedaan selisih nilai prosentase utilitas tidak terlalu signifikan dan sudah cukup merata secara keseluruhan. Dan yang paling penting yakni tidak ada nilai prosentase utilitas yang melebihi 100% yang mengindikasikan perlu adanya jam lembur atau penambahan operator. 4.5.2 Utilitas Sistem Utilitas sistem merupakan total jam kerja seluruh proses (baik permesinan maupun proses manual) dan operator terhadap total jam mesin dan operator yang tersedia. Utilitas sistem diperoleh dari rata-rata hasil perhitungan utilitas parsial masing-masing proses yang telah dihitung sebelumnya. Dalam perhitungan utilitas sistem ini, digunakan nilai prosentase utilitas parsial setelah Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-21
Line Balancing yang mana pada perhitungan tersebut alokasi operator sudah optimal. Berikut ini merupakan perhitungan dari utilitas sistem: Utilitas sistem =
= =
Total presentase utilitas permesinan dan manual Total jumlah stasiun kerja 4,100%+4,488%+77,869%+38,819% 4 125,276% 4
= 31,319% Berdasarkan hasil yang didapat dari perhitungan diatas, diperoleh nilai prosentase utilitas sistem pada bulan November 2018 sebesar 31,319%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada bulan November 2018, PT Anugrah Pangarep kurang memanfaatkan sistem secara maksimal, baik mesin ataupun operatornya. 4.6 Analisis Dampak Peristiwa Terhadap Produksi Berikut ini merupakan tabel yang berisi analisa dampak peristiwa terhadap aktivitas produksi PT Anugrah Pangarep pada bulan November 2018: Tabel 4.6 Analisis Dampak Peristiwa Terhadap Produksi
Tanggal
5-Nov
7-Nov
Kejadian
Dampak terhadap Keuangan
Kecelakaan truk pegangkut bahan baku
Tidak berpengaruh karena perusahaan masih memiliki persediaan bahan baku tidak
2 Pegawai ikut pelatihan dengan biaya 10 juta
Mengeluarkan Rp 10 juta untuk biaya pelatihan dan kapasitas produksi tetap 1,58 produk per jam
14-Nov
Kekurangan 1 engsel
Tidak ada
15-Nov
Pembeli kecewa jika perusahaan tidak mendapatkan sertifikat ISO maka pembeli di
Tidak berdampak karena perusahan telah mendapatkan sertifikat ISO
Antisipasi Dampak / Kegiatan yang Dilakukan
-Penjualan dikurangi untuk menyesuaikan kapasitas produksi baru Pegawai beli satu pasang di toko bangunan sebelum mulai produksi
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
Kegiatan Insidentil
BAB IV – Perencanaan Produksi dan Persediaan Bahan Baku
IV-22
tanggal 12, 13 bayar 50% Tanggal
17-Nov
22-Nov
24-Nov
27-Nov
29-Nov
Kejadian Marketer masing - masing pindah ke perusahaan lain Marketer kembali ke perusahaan asal Terjadi badai Pengiriman luar jawa dan luar negeri terhambat selama 4 hari Meteorit menghancurkan truk pengiriman di pulau jawa Ada hari menanam pohon Indonesia, dan semua kegiatan produksi berhenti hari ini
Dampak terhadap Keuangan
Antisipasi Dampak / Kegiatan yang Dilakukan
Tidak berpengaruh karena marketer lain ikut membantu Tidak berpengaruh karena tidak terjadi transaksi di tanggal ini Tidak dipengaruhi karena tidak ada pengiriman ke luar Jawa Tidak ada karena pengiriman ke Singapore dilakukan melalui laut
Perusahaan tidak produksi maka tidak ada pemasukan di tanggal ini
Perusahaan menghentikan produksi di hari itu
Laporan Kerja Praktik I – Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya
Kegiatan Insidentil