BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Regional Daerah Wombo dan Watutela Kondisi geologi daerah fieldtrip termasuk dalam kondisi geologi regional Wombo dan Watutela dan sesuai dengan yang terdapat dalam peta geologi tinjau Lembar Palu, Sulawesi dengan skala 1 : 250.000.
Gambar 4.1 Peta Geologi Lembar Palu Geomorfologi regional Secara fisiografi daerah Palu terdiri dari pematang timur dan pematang barat. Keduanya berarah utara-selatan dan terpisahkan oleh Lembah Palu (Fossa Sarina). Pematang barat didekat Palu tingginya lebih dari 2000 meter, tetapi memasuki daerah Donggala menurun hingga muka laut. Pematang timur dengan tinggi puncak dari 400 meter hingga 1900 meter, dan menghubungkan pegunungan di Sulawesi Tengah dengan Lengan Utara. Geomorfologi daerah ini sebagian dari daerah pegunungan, sebagian kecilnya berupa perbukitan bergelombang, dan dataran rendah.
Geomorfologi dari daerah fieldtrip berupa daerah pegugunang berlereng curam agak curam, puncak perbukitannya berkisar 800 sampai 1700 m. Puncak tertinggi adalah Bulu Sinio (±1785 m) dan Bulu Kebonkopi (±1196 m). Dibanyak tempat didaerah fieldtrip terdapat air terjun yang mencirian kemudaan daerah tersebut. Daerah perbukitan bergelombang, morfologi ini terdapat dibagian utara, tengah hingga selatan lembar palu, antara lain Bulu Tamangku dan Bulu Kumbili. Tinggi perbukitan berkisar dari 500 -700 mdpl atas permukaan air laut. Daerah ini memiliki pola aliran meranting. Dataran rendah menempati bagian selatan, barat dan barat laut. Yaitu mulai sepanjang pantai Labuan hingga pantai Enu. Umumnya berpola aliran merantin/ dendritic dan beberapa sungai bermeander. Statigrafi regional,batuan tertua didaerah field trip adalah batuan dari formasi tinombo (Teot) yang terdiri dari batuan penyusun utama yaitu batuan sedimen seperti serpih,batu pasir konglomerat, dan batuan terobosan yaitu batuan volkanik dan berumur eosen hingga miosen awal. Satuan ini mungkin dapat di samakan dengan kompleks molasa yang diduga berumur lebih tua dan tertindih tak selaras dengan formasi tinombo dan kompleks metamorf (sekis mika,sekis ampfibol, genes dan pualam). Mengandung rombakan yang berasal dari formasi-formasi lebih tua,dan terdiri dari konglomerat, batu pasir dan lain sebagainya. Umur Oligosen sampai dengan Eosen. Batuan terobosan (Trmpi) yang di temukan saat field trip terdiri dari batuan volkanik berupa andesit, granit. Batuan andesit berwarna abu-abu kecoklatan dengan tekstur yaitu kristalinitas hipokristalin dikarenakan sebagian mineral penyusunnya terdiri dari masa gelas dan sebagian lainnya yaitu mineral yang berupa Kristal, komposisi mineral penyusunnya yaitu kuarsa,piroksin, dan plagioklas. Ada juga batuan yang mengintrusi batuan andesit berupa struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau pecahan batuan lain yang masuk kedalam batuan yang mengintruksi. Memiliki umur Eosen awal karna dia yang menorobos formasi tinombo.
4.2 Satuan Litologi Berdasarkan pengamatan dan pengambilan data dilapangan, serta melihat ciri fisik dan kenampakan litologi, posisi batuan dan hubungan antara batuan dilapangan, maka dikelompokan satuan litologi dari yang berumur tua sampai yang berumur muda. Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrunsif maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif. Berikut ini jenis batuan beku pada daerah fieldtrip : 1.
Diorit Lokasi keterdapatan Diorit berada di daerah Loli pada Stasiun 03 dengan koordinat S 00̊ 45’ 27,33”dan E 119̊ 46’ 25,33”. Batuan Diorit termasuk dalam jenis batuan beku yang memiliki ciriciri fisik segar berwarna hitam bintik putih, lapuk berwarna Coklat, tekstur kristalinitas Holokristalindimana disusun oleh kristal-kristal yang nampak jelas, granulitas Fanerikdicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya nampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata atau lup, bentuk Euhedralyaitu bentuk bidang batas dari kristal teratur baik dan tampak jelas, relasi equigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan hampir sama. Struktur massive/kompak berupa susunanyang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu, plagioklas berwarna putih tulang dan piroksin berwarna hitam kehijauan, Komposisi mineral sampel Stasiun 03, yaitu : Mineral Utama
: Plagioklas
55%
Mineral Tambahan
: Piroksin
45%
Berdasarkan dari tekstur, struktur, komposisi mineral dan presentase mineralnya serta berdarkan klasifikasi yang ada bahwa sampel ini termasuk kedalam batuan beku intermedit yaitu Diorit (Fenton, 1940).
Kondisi pola/model Andesit ini posisinya berada di Desa Loli Tasiburi. Dengan dimensi singkapan panjang ±15 meter, tinggi ±20 meter. Berikut model singkapan Dioritini pada Stasiun 03, di Desa Loli Tasiburi.
Gambar 3.1 Singkapan Batu Diorit pada stasiun 03
Genesa batuan Diorit merupakan batuan beku intermediate terbentuk didalam permukaan bumi akibat proses asimilasi magma asam dan basa dengan proses pembekuan yang lambat sehingga mineral yang terbentuk berkenampakan besar. Batu diorit ini dapat dijadikan sebagai batu ornament dinding maupun lantai bangunan gedung atau untuk batu /belah untuk pondasi bangunan jalan raya.
2. Andesit Lokasi keterdapatan Andesit berada di daerah Loli pada Stasiun 02 berada pada koordinat S 00̊ 47’ 21,57” dan E119̊ 47’ 41,22”. Batuan Andesit Porfiri termasuk dalam jenis batuan beku intermedit yang memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna abu-abu, lapuk berwarna Coklat, tekstur kristalinitas Hipokristalin dimana disusun oleh sebagian kristal-kristal yang nampak jelas dan ada sebagian kristal-kristal yang tak Nampak jelas, granulitas Porfiritik dicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya sebagian nampak jelas dan sebagian tak Nampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata atau lup, bentuk Euhedral Subhedralyaitu bentuk bidang batas dari kristal sebagian teratur baik dan tampak
jelas
dan
sebagian
tak
Nampak
jelas,
relasi
Inequigranularmenunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak sama. Struktur massive/kompak berupa susunanyang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu, plagioklas berwarna putih tulang, piroksin berwarna hitam kehijauan, hornblende berwarna hitam dan massa dasar. Komposisi mineral sampel Stasiun 02, yaitu : Mineral Utama
: Plagioklas
35%
Massa Dasar30% Mineral Tambahan
: Piroksin
25%
Hornblende 5% Berdasarkan dari tekstur, struktur, komposisi mineral dan presentase mineralnya serta berdarkan klasifikasi yang ada bahwa sampel ini termasuk kedalam batuan beku intermedit yaitu Andesit (Fenton, 1940). Kondisi pola/model Andesit ini posisinya berada di Desa Loli Tasiburi. Dengan dimensi singkapan panjang ±15 meter, tinggi ±20 meter. Berikut model singkapan Andesit Porfiri ini pada Stasiun 02, di Desa Loli Saluran.
Gambar 3.2 Singkapan Batu Andesit Porfiri pada stasiun 02
Genesa andesit merupakan batuan beku ekstrusif (batuan beku luar) atau batuan yang terbentuk diluar permukaan bumi yang biasanya ditemukan dalam aliran lava yang naik ke permukaan bumi akan mengalami proses pendinginan dengan cepat dan andesit juga adalah batuan beku intermediate yang terbentuk di korok dan terbentuk pada suhu 600o-800o C, awalnya magma membeku lambat dan ada yang membeku lebih cepat.
3.
Basalt Lokasi keterdapatan Basalt berada di daerah Desa Salubomba pada Stasiun 05 dengan koordinat S 00045’19,56” dan E 119040’58,67” Batuan gabro termasuk dalam jenis batuan bekubasa yang memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna abu-abu, lapuk berwarna abu-abu kehitaman, tekstur kristalinitas holokristalin dimana disusun oleh kristalkristal yang nampak jelas, granulitas faneritik dicirikan oleh kristalkristal dari mineral penyusunnya nampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata atau lup, bentuk euhedral - subhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal teratur baik dan tampak jelas, relasi inequigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak hampir sama. Struktur massive/kompak berupa susunanyang kompak dari mineralmineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu massa dasar Komposisi mineral sampel Stasiun 02, yaitu : Mineral Utama
: Olivine (45%), Plagioklas (25%), Piroksen (15%), Hornblende (10%),
Mineral Tambahan : Massa dasar (5%) Berdasarkan dari tekstur, struktur, komposisi mineral dan presentase mineralnya serta berdarkan klasifikasi yang ada bahwa sampel ini termasuk kedalam batuan beku basa yaitu Gabro (Fenton, 1940). Kondisi pola/model Basalt ini posisinya berada di Desa Salubomba. Dengan dimensi singkapan panjang ± 35 meter, tinggi ± 15 meter. Berikut model singkapan Basalt ini pada Stasiun 05, di Desa Salubomba.
Gambar 3.3 Singkapan Batu Gabro pada stasiun 05 Genesa batu gabro merupakan batuan intrusif yang terbentuk akibat proses dari pembekuan magma yang berlangsung secara lambat. Batuan beku gabro terbentuk pada temperatur sekitar 12000-9000C di dapur magma, dan memiliki kandungan mineral yang dominan yaitu mineral piroksin sebagai penyusun mineral utamanya sehingga berwarna lebih gelap daripada batuan asam.
4.
Basalt Lokasi keterdapatan Basalt berada di daerah Loli pada Stasiun 04 dengan koordinat S 00̊ 43’ 11,85” dan E119̊ 46’ 30,05”. Batuan Basalt termasuk dalam jenis batuan beku yang memiliki ciriciri fisik segar berwarna hitam, lapuk berwarna Coklat, tekstur kristalinitas Holohialindimana disusun oleh kristal-kristal yang tak nampak
jelas, granulitas Afanitikdicirikan oleh kristal-kristal dari
mineral penyusunnya tak nampak jelas dan tidak dapat dibedakan dengan mata atau lup, bentuk Anhedralyaitu bentuk bidang batas dari kristal tidak teratur baik dan tak tampak jelas, relasi equigranular menunjukkan ukuran
butir
yang
menyusun
batuan
hampir
sama.
Struktur
massive/kompak berupa susunanyang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu massa dasar Komposisi mineral sampel Stasiun 02, yaitu : Mineral Utama
: Massa dasar100%
Berdasarkan dari tekstur, struktur, komposisi mineral dan presentase mineralnya serta berdarkan klasifikasi yang ada bahwa sampel ini termasuk kedalam batuan beku basa yaitu Basalt (Fenton, 1940). Kondisi pola/model Basalt ini posisinya berada di Desa Loli Pesua. Dengan dimensi singkapan panjang ±20 meter, tinggi ±30 meter. Berikut model singkapan Basalt ini pada Stasiun 04, di Desa Loli, Pesua.
Gambar 3.3 Singkapan Batu Basalt pada stasiun 04
Genesa batuan Basalt merupakan batuan beku vulkanik yang terbentuk dipermukaan bumi, awalnya magma membeku dengan cepat, sehingga terbentuk mineral yang kecil (massa dasar).
5.
Basalt Porfiri Lokasi keterdapatan Basalt porfiri berada di daerah Loli pada Stasiun 01dan Stasiun 05. Stasiun 01 dengan koordinat S 00̊ 50’ 28,70” dan E 119̊ 48’ 55,29” dan Stasiun 05 dengan koordinat S 00̊ 45’ 19,56” dan E 119̊ 40’ 58,67”. Batuan Basalt porfiri termasuk dalam jenis batuan beku yang memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna hijau, lapuk berwarna hijau keabu-abuan, tekstur kristalinitas Hipokristalin dimana disusun oleh sebagian kristal-kristal yang nampak jelas dan ada sebagian kristal-kristal yang tak Nampak jelas, granulitas Porfiritik dicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya sebagian nampak jelas dan sebagian tak Nampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata atau lup, bentuk Subhedral-Anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal sebagian teratur baik dan tampak jelas dan sebagian tak nampak jelas, relasi Inequigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak sama. Struktur massive/kompak berupa susunanyang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu, plagioklas berwarna putih tulang, piroksin berwarna hitam kehijauan,olivin berwarna hitam dan massa dasar. Komposisi mineral sampel Stasiun 05, yaitu : Mineral Utama
: Plagioklas
35%
Massa Dasar 30% Mineral Tambahan
: Piroksin
25%
Olivin
5%
Berdasarkan dari tekstur, struktur, komposisi mineral dan presentase mineralnya serta berdarkan klasifikasi yang ada bahwa sampel ini termasuk kedalam batuan beku basa yaitu BasaltPorfiri (Fenton, 1940). Kondisi pola/model Basalt ini posisinya berada di Desa Buluri. Dengan dimensi singkapan panjang 17 meter, tinggi ±10 meter. Berikut model singkapan Basalt ini pada Stasiun 05, di Desa Salubomba.
Gambar 3.4 Singkapan Batu Basalt Porifiri pada stasiun 05 Genesa batuan Basalt porfiri adalah batuan beku basa yang terbentuk sebagai intrusi dangkal, awalnya magma membeku lambat, tapi karena ada gangguan yg membuat kecepatan membeku magma bertambah sehingga kristalnya ada yang besar (fenokris) dan ada yang kecil (massa dasar).
Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang terbentuk karena proses pengendapan hasil pelapukan atau erosi yang terjadi dilahan lepas. Batuan sedimen terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya. Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia yang ada dalam air). Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi / biokimia. Berikut ini jenis batuan sedimen pada daerah fieldtrip : 6.
Batugamping Terumbu Lokasi keterdapatan batugamping berada di daerah Kabonga pada Stasiun 06 dengan koordinat S 00̊ 50’ 28,70” dan E 119̊ 48’ 55,29”. Batugamping termasuk dalam jenis batuan sedimen yang memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna Putih, lapuk berwarna Putih Kekuningan, tekstur porositas baik, permeabilitas baik. Struktur tidak berlapis jenis butiran terdiri atas fragmen fosil dan semen terdiri atas karbonatan. Lingkungan pengendapaannya di laut dangkal.
Berdasarkan dari tekstur, struktur, dan komposisi mineral serta berdarkan klasifikasi yang ada bahwa sampel ini termasuk kedalam batuan Sedimen yaitu Wackestone (Dunham, 1962 ). Kondisi pola/model batugamping ini posisinya berada di Desa Kabonga. Dengan dimensi singkapan panjang ± 3 meter, tinggi ± 2 meter. Berikut model singkapan batugamping ini pada Stasiun 06, di Desa Kabonga, Donggala.
Gambar 3.5 Singkapan Batugamping pada stasiun 06. Genesa batuan ini terbentuk di dalam laut yang tidak begitu dalam yang sinar matahari masih menembus kedalam dengan proses analisi plankton, moluska, kemudian menjadi terumbu.